• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. 2,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. 2,"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK BERBASIS

CONCEPT MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA

KELAS V SEKOLAH DASAR GUGUS IV KUTA UTARA

TAHUN AJARAN 2013/2014

Ni Made Pranyandari

1

, I Gusti Agung Oka Negara

2

, I Wayan Rinda Suardika

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

Email: aarriieex@gmail.com

1

,Igustiagungokanegara@yahoo.com

2

,

suardikarinda@yahoo.co.id

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Talking Stick berbasis

Concept Mapping dengan yang dibelajarkan melalui konvensional pada siswa kelas V

Sekolah Dasar Gugus IV Kuta Utara Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan desain nonequivalent control group design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas V di SD Gugus IV Kuta Utara Tahun Ajaran 2013/2014, yang terdiri dari 5 sekolah dan 5 kelas dengan jumlah populasi 205 siswa. Sebanyak 70 siswa dipilih sebagai sampel penelitian yang ditentukan dengan teknik random sampling. Menentukan kelompok kontrol dan eksperimen dilakukan dengan cara pengundian, yaitu siswa kelas V SD No. 1 Kerobokan Kelod sebagai kelompok eksperimen yang berjumlah 35 orang siswa dan siswa kelas V SD No. 2 Kerobokan Kelod sebagai kelompok kontrol yang berjumlah 35 orang siswa. Data hasil belajar IPA siswa, dikumpulkan melalui tes hasil belajar IPA dengan menggunakan metode tes objektif bentuk pilihan ganda. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik uji-t.Berdasarkan hasil analisis data diperoleh rata-rata kelompok eksperimen 1 = 87,86 > 2 = 74,44 kelompok kontrol. Lebih lanjut,

melalui uji hipotesis diperoleh thitung = 7,18 sedangkan dengan taraf signifikansi 5%

dengan dk = 68 diperoleh ttabel =2,000 sehingga thitung = 7,18 > ttabel (α=0,05,60) = 2,000, maka

Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA

antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran talking stick berbasis

concept mapping dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional

siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus IV Kecamatan Kuta Utara Tahun Ajaran 2013/2014. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran talking stick berbasis

concept mapping berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V Sekolah Dasar

Gugus IV Kecamatan Kuta Utara Tahun Ajaran 2013/2014.

(2)

Abstract

The aim of this study was to determine significant differences students science achievement between students who learned by Talking Stick learning model based Concept Mapping and students who learned by conventional model in cluster V elementary school students of grade five at Kuta Utara in academic year 2013/2014. This study was a quasi-experimental with nonequivalent control group design. Populations of this study are students in cluster V elementary school of grade five at Kuta Utara in academic year 2013/2014, which consists of 5 schools and 5 classes where sum of populations are 205 students. A total of 70 students were selected as a sample was determined by random sampling technique. Control and experiment groups were determined by drawing, such that 35 students of SD No 1 Kerobokan as experiment group and 35 students of SD No 2 Kerobokan as control group. Student science achievement’s data, were collected by giving objective test method. The collecting data were analyzed by using t-test.Based on the analyze of data obtained average experiment group 1 = 87,86 > 2 = 74,44 control group. Furthermore, by hypothesis testing obtained

t = 7.18 , while significance level is 5%, dk = 70 and ttabel= 2.000, such that obtained thitung

= 7,18 > ttabel (α=0,05,68) = 2,000, then Ho was rejected and Ha was accepted. This means

that there was significant difference between students science achievement between students who learned by Talking Stick learning model based Concept Mapping and students who learned by conventional model in cluster V elementary school students of grade five at Kuta Utara in 2013/2014. Then, it can concluded that Talking Stick learning model based concept mapping had a affects to the students science achievement in cluster V elementary school students of grade five at Kuta Utara in academic year 2013/2014.

Keywords : Talking Stick -based concept mapping , students science achievement.

PENDAHULUAN

IPA merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini (Samatowa 2010:3). IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.Sehingga pembelajaran IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Pendidikan IPA diarahkan untuk peserta didik lebih aktif sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak dapat berdampak buruk terhadap lingkungan. Oleh karena itu, pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Dalam memenuhi kebutuhan dalam pembelajaran IPA maka harus diperhatikan karakteristik dari siswa. Hal ini dapat dilihat dalam kegiatan pembelajaran tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Kemampuan pemahaman anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan, juga cukup beragam. Faktor intelegensi mempengaruhi

(3)

kemampuan pemahaman anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Ini memerlukan strategi yang tepat dengan menggunakan model pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi awal, kemampuan siswa dalam bidang IPA cukup beragam. Masing-masing individu memiliki perbedaan-perbedaan yang cukup mendasar baik dalam aspek minat, bakat, maupun kemampuan dalam pembelajaran IPA. Biasanya, jika dalam satu kelas terdapat siswa yang menonjol prestasinya dalam IPA, ada yang sedang dan ada pula yang rendah bahkan sangat kurang. Kelompok siswa yang memiliki pemahaman yang rendah bahkan kurang dalam pembelajaran IPA diindikasikan sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar dan memerlukan upaya penanganan secara terencana, terpadu dan berkesinambungan untuk meningkatkan hasil belajar IPA.

Namun, kenyataan saat ini di Sekolah Dasar belum sepenuhnya guru mampu melaksanakan proses pembelajaran IPA yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas masih terkesan konvensional dan hanya diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal, mengingat, dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami dan menghubungkan informasi yang diperoleh dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari.Demikian pula yang terjadi di Sekolah Dasar Gugus IV Kuta Utara. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Gugus IV Kuta Utara dan pencatatan data yang dilaksanakan pada hari selasa tanggal 10 Desember 2013, dari 5 (lima) Sekolah dasar yangterdapat pada gugus ini pembelajaran khususnya pada pembelajaran IPA, guru masih menggunakan pembelajaran konvensional, yang lebih banyak menerapkan metode ceramah dan tanya jawab selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan pembelajaran hanya berpusat pada guru sehingga siswa cenderung kurang aktif selama kegiatan pembelajaran IPA berlangsung. Selain itu, penggunaan strategi yang

masih klasikal dan tidak adanya inovasi pada proses pembelajaran, seperti ditunjukkan oleh kenyataan bahwa guru mengajar hanya berdasarkan kurikulum, buku pegangan, dan mengandalkan ceramah saja. Hal tersebut sangatlah bertolak belakang dengan paradigma yang diharapkan saat ini yaitu pembelajaran berpusat pada siswa. Jika hal tersebut dibiarkan begitu saja, maka pembelajaran tidak dapat berlangsung secara optimal dan berpengaruh pada hasil belajar siswa yang dicapai tidak sesuai dengan harapan, khususnya pada mata pelajaran IPA SD kelas V.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA dan hasil observasi awal diperoleh data yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa dibidang studi IPA siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus IV Kuta Utara dikatakan belum memenuhi KKM yang telah ditetapkan. Hal tersebut dapat di lihat dari rata-rata nilai mata pelajaran IPA siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus IV Kuta Utara yang diperoleh siswa masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70 pada mata pelajaran IPA. Masih rendahnya hasil belajar siswa yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) terutama pada mata pelajaran IPA yang memiliki KKM yaitu 70 di sekolah tersebut menjadi permasalahan bagi guru yang mengajar pada sekolah tersebut.

Adapun solusi yang dapat memecahkan permasalahan tersebut, yakni dari tenaga pendidik atau guru yang harus profesional. Menurut Saud (2011:15) menyatakan bahwa seorang guru harus memiliki syarat-syarat agar dikatakan sebagai guru yang profesional yaitu harus lebih mementingkan pelayanan dalam pendidikan. Selain upaya yang dipaparkan, untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di Sekolah Dasar dapat ditempuh melalui berbagai cara, antaran lain “peningkatan kemampuan siswa, peningkatan kompetensi guru, peningkatan isi kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa, penyediaan bahan ajar yang memadai,dan penyediaan sarana belajar” (Taniredja, dkk. 2011:1). Dari

(4)

semua cara tersebut peningkatan kompetensi guru menduduki posisi yang paling strategis. Pendidik dalam hal ini adalah guru merupakan praktisi terdepan dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan pemerintah dan satu-satunya pihak yang dapat mengimplikasikan unsur-unsur pembelajaran seperti strategi, metode, model pembelajaran, media pembelajaran, sarana pembelajaran sampai pada penyediaan bahan ajar sehingga semua hal itu sesuai dengan kebutuhan peserta didik di tempat mengajar. Dengan demikian untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan dibutuhkan tenaga-tenaga pendidik atau guru yang profesional dengan dukungan peran praktisi-praktisi pendidikan lainnya.

Adapun salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan sehingga mengoptimalkan hasil belajar IPA siswa adalah model pembelajaran

Talking Stick berbasis concept mapping.

Model pembelajaran Talking Stick

berbasis concept mapping merupakan salah satu model yang memenuhi karakteristik dasar suatu model yang kondusif bagi pengimplementasian konstruktivisme, yakni pengetahuan itu akan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Menurut Carol Locust (Widyastun, 2012) Talking Stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran atau bergantian. Apabila dikaitkan dalam kegiatan pembelajaran, model pembelajaran Talking Stick dapat dikatakan sebagai model pembelajaran yang menggunakan media tongkat sebagai alat penentu siswa yang mendapat giliran menjawab pertanyaan. Sambil bernyanyi tongkat dijalankan dari satu siswa ke siswa lainnya sampai lagu selesai atau berhenti dinyanyikan. Siswa yang mendapat giliran memegang tongkat maka harus menjawab pertanyaan. Pada model pembelajaran ini permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki siswa dalam proses pembelajaran diberikan oleh guru dengan menggunakan pedoman acuan kurikulum yang telah ada (Jauhar, 2011). Artinya dalam model ini, siswa tidak memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara mandiri, namun ia menerima

masalah dari guru untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan.

Mengkolaborasikan model pembelajaran Talking Stick berbasis

concept mapping dirasa akan semakin

efektif, karena akan melatih siswa menggali pengetahuannya dan memanfaatkan peta konsep yang membantu siswa lebih mudah memahami materi. Pembelajaran menggunakan

concept mapping siswa dapat

meningkatkan ingatan suatu konsep pembelajaran (Trianto, 2009: 159). Artinya dalam pembelajaran ini, guru menyajikan topik permasalahan berupa peta konsep kepada siswa, melalui peta konsep tersebut siswa lebih mudah mengingat materi yang dipelajari. Disisi lain, Concept Mapping merupakan pembelajaran yang bermakna. David Ausubel (dalam Saminanto, 2010: 15)

mengemukakan pentingnya

pembelajaran yang bermakna, dimana kebermaknaan pembelajaran akan membuat kegiatan belajar lebih menarik, lebih bermanfaat, dan lebih menantang sehingga konsep dan prosedur materi yang disampaikan akan lebih mudah dipahami dan lebih tahan lama diingat oleh siswa.

Model pembelajaran Talking Stick berbasis concept mapping memiliki keunggulan dalam proses pembelajaran yakni menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan dibantu dengan pemanfaatan peta konsep pada proses pembelajaran, siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran, dan agar siswa lebih giat belajar diman siswa belajar dahulu sebelum pelajaran dimulai. Dengan ungkapan lain, model pembelajaran ini menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pembelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi juga berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pembelajaran tersebut serta pemanfaatan peta konsep yang disajikan oleh guru sebagai sumber belajar menjadi salah satu upaya sehingga pembelajaran menjadi bermakna, efektif, menarik dan menyenangkan.

(5)

Berdasarkan teori dan kenyataan yang telah dipaparkan, peneliti sangat tertarik untuk mengadakan penelitian guna melihat keefektifan penggunaan model pembelajaran Talking Stick

berbasis concept dalam pembelajaran IPA, karena pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung untuk memperoleh hasil belajar IPA yang maksimal. Untuk itu dipandang perlu diadakan penelitian yang lebih seksama tentang“Pengaruh Model Pembelajaran

Talking Stick Berbasis Concept Mapping

Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Sekolah Dasar Gugus IV Kuta Utara Tahun Ajaran 2013/2014”.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus IV Kuta Utara, yang berkedudukan di desa Kerobokan. Objek penelitiannya adalah siswa kelas V semester genap tahun ajaran 2013/2014. Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran

Talking Stick berbasis concept mapping

dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus IV Kuta Utara tahun 2013/2014.

Penelitian ini menggunakan eksperimen semu (quasy exsperiment) dengan desain penelitian menggunakan

non equivalent control group design

(Sugiyono, 2012 : 116).Rancangan penelitian ini hanya memperhitungkan skor post test saja yang dilakukan pada akhir penelitian atau dengan kata lain tanpa memperhitungkan skor pre-test. Dalam penelitian ini skor pre-test

digunakan untuk menguji keseteraan sampel yakni antara siswa kelompok eksperimen dengan siswa kelompok kontrol. Hal tersebut didukung oleh pendapat Dantes (2012: 97) yang menyatakan bahwa pemberian pre-test biasanya untuk mengukur ekuivalensi atau penyetaraan kelompok.

. Pada desain penelitian ini, pretest

bertujuan untuk menyetarakan kelompok dan sebagai pembanding. Pretest

dilakukan dengan memberikan tes awal mengenai materi yang telah dipelajari siswa sebelumnya yaitu Gaya, dimana dapat mengetahui bahwa siswa tersebut setara secara akademik.

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Trianto, 2010: 255).Sedangkan menurut Sugiyono (2012: 117) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan peneliti untuk dipelajari sehingga dapat ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas V SD Gugus IV Kuta Utara Badung Tahun Ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 5 Sekolah Dasar yaitu SD No. 1 Kerobokan Kelod, SD No. 2 Kerobokan Kelod, SD No. 3 Kerobokan Kelod, SD No. 4 Kerobokan Kelod, SD No. 5 Kerobokan Kelod.

Berdasarkan informasi dari kepala UPT dan hasil wawancara dengan kepala sekolah di SD Gugus IV Kuta Utara pada tanggal 10 Desember 2013, diperoleh informasi bahwa siswa kelas V Gugus IV Kuta Utara setara secara akademik, dianggap setara karena dalam pengelompokan siswa ke dalam kelas-kelas dari kelima sekolah tersebut disebar secara merata antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah. Hal ini berarti tidak ada kelas unggulan maupun non unggulan.

Sampel adalah bagian dari populasi (contoh), untuk dijadikan sebagai bahan penelaahan dengan harapan contoh yang diambil dari populasi tersebut dapat mewakili (representatif) terhadap populasi (Supangat, 2008: 4). Sejalan dengan pendapat di atas menyatakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang teliti (Trianto, 2010: 256). Jadi sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi untuk dijadikan sebagai harapan yang representatif terhadap populasi yang diteliti. Berdasarkan karakteristik populasi dan tidak bisa dilakukan pengacakan individu, maka pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling, yang dirandom kelas. Setiap

kelas memperoleh hak yang sama dan mendapatkan kesempatan dipilih menjadi

(6)

sampel. “Teknik random sampling secara teoritis semua anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel” (Sukardi, 2011: 58). Pengambilan sampel dengan teknik random sampling dalam penelitian ini dilakukan dengan cara tradisional yaitu diundi. Setiap kelas mendapatkan kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Pada penelitian ini sample dapat ditentukan dengan dilakukan dengan mengadakan pengundian terhadap seluruh kelas di SD Gugus IV Kuta Utara yang meliputi SD No. 1 Kerobokan Kelod, SD No. 2 Kerobokan Kelod, SD No. 3 Kerobokan Kelod, SD No. 4 Kerobokan Kelod, SD No. 5 Kerobokan Kelod. Setelah dilakukan random, didapatkan dua kelas yaitu kelas V SD No. 1 Kerobokan Kelod dan kelas V SD No. 2 Kerobokan Kelod.

Untuk meyakinkan bahwa kedua kelas setara maka dilakukan pemetaan nilai pretest yang diperoleh siswa pada masing-masing sekolah. Pemetaan dilakukan dengan memasangkan siswa di kelas eksperimen yang memiliki nilai

pretest sama dengan siswa kelas kontrol.

Pemetaan dengan teknik memasangkan nilai pretest kelas eksperimen dengan kelas kontrol disebut dengan teknik

matching. Teknik matching digunakan

“apabila peneliti telah mengidentifikasi suatu variabel yang dipercaya ada hubungannya dengan penampilan pada variabel tidak bebas” (Darmadi, 2011:173). Melalui teknik matching, skor masing-masing siswa pada satu kelompok dijodohkan atau dipasangkan dengan skor yang sama pada masing-masing siswa di kelompok kedua. Apabila terdapat siswa dalam kelompok yang tidak mendapat skor pasangan maka siswa tersebut tidak diikutkan dalam penyelidikan. Jadi, hasil dari pemetaan (matching) skor masing-masing siswa pada kelompok pertama dan kelompok kedua dapat menyatakan bahwa kelas tersebut setara. Setelah melakukan

matching didapat 35 pasang yang

mendapatkan nilai yang sama dari kedua SD. Setelah dinyatakan setara maka dilanjutkan untuk memilih kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan cara merandom kedua kelas

tersebut.Berdasarkan hasil random, didapatkan kelas V SD No. 1 Kerobokan Kelod sebagai kelas eksperimen dan V SD No. 2 Kerobokan Kelod sebagai kelas kontrol.

Variabel bebas adalah sebab yang diperkirakan dari beberapa perubahan dalam variabel terikat biasanya dinotasikan dengan simbol X (

Noor

,2012: 48)

. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif Talking Stick berbasis Concept

mapping yang diterapkan pada kelompok

eksperimen dan pembelajaran konvensional yang diterapkan pada kelompok kontrol.

Variabel terikat adalah faktor utama yang ingin dijelaskan atau diprediksi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor lain biasanya dinotasikan dengan simbol Y (Noor, 2012: 49). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPSasiswa kelas V.

Data hasil belajar IPA yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data hasil belajar pada ranah kognitif. Data hasil belajar pada ranah kognitif dikumpulkan dengan menggunakan metode tes objektif bentuk pilihan ganda biasa dengan empat pilihan jawaban.

Tes objektif sebelum digunakan terlebih dahulu terlebih dahulu divalidasi secara teoritis dengan menyusun kisi-kisi soal dan dikonsultasikan dengan ahli, selanjutnya dilakukan validasi secara empirik dengan jumlah responden sebanyak 65 orang. Dari hasil uji instrumen yang meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji daya beda, dan indeks kesukarandiperoleh 36 butir tes yang dinyatakan layak digunakan dalam penelitian dari total 50 butir tes yang diujicobakan. Untuk menganalisis hasil belajar IPA dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis statistik yaitu uji-t. sebelum dilaksanakannya Uji Hipotesis (uji-t) terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Data yang dianalisis dari hasil

post test di SD No. 1 Kerobokan Kelod

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol (H0) yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran

Talking Stick berbasis Concept Mapping

dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Sedangkan untuk hipotesis alternatif (Ha) yaitu terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran pembelajaran Talking Stick berbasis

Concept Mapping dengan kelompok

siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

Hasil perhitungan menunjukkan nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Talking Stick berbasis Concept Mapping adalah sebesar 87,86 dengan nilai maksimal sebesar 100 dan nilai minimal 72,22 Standar deviasi kelompok eksperimen adalah s = 8,84 dan varians s2= 71,30. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar IPA pada kelompok kontrol sebesar 74,44 dengan nilai maksimal 88,89 dan nilai minimal 61,11 dengan standar deviasi adalah s =7,79 dan varian s2= 60,74.

Dari data tersebut diketahui bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui model pembelajaran pembelajaran Talking Stick berbasis

Concept Mapping lebih dari nilai rata-rata

siswa kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

Sebelum dilakukan analisis data dengan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputiuji normalitas sebaran data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Berdasarkan atas kurva normal, kelas interval, frekuensi observasi (fo) dan

frekuensi empirik (fe) dari data hasil belajar IPA siswa pada kelompok eksperimen diperoleh 2hit= 7,08 dan pada taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan(dk)= 5 diperoleh 2tabel =

2

(α=0,05,5) = 11,07.Karena 2hit = 7,08< 2tabel (α=0,05,5) = 11,07 maka H0 diterima. Ini berarti sebaran data hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan untuk hasil belajar IPA pada kelompok kontrol diperoleh 2hit= 5,32. Nilai 2tabel pada taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan(dk)= 5 diperoleh 2tabel =

2

(α=0,05,5) = 11,07.Karena 2hit = 5,32< 2tabel (α=0,05,5) = 11,07 maka H0 diterima. Ini berarti sebaran data hasil belajar IPA pada kelompokkontrol berdistribusi normal.

Selanjutnya dilakukan uji homogenitas varians untuk membuktikan perbedaan yang terjadi pada kedua kelompok benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibatadanya perbedaan individu dalam kelompok.Berdasarkan perhitungan menggunakan uji F dari Havleydiperoleh Fhitung = 1,17 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan db pembilang = 34 dan db penyebut = 34 adalah 1,78. Ini berarti Fhitung = 1,17<Ftabel

(35,36) = 1,78. Ini berarti kedua

kelompokmemiliki varians yang tidak homogen.

Berdasakan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians, diketahui bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Dengan demikian uji hipotesis dengan menggunakan uji-t dapat dilakukan. Berikut disajikan rekapitulasi hasil analisis data dengan menggunakan uji-t. pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Uji-t

Kelompok s2 N thitung ttabel Kesimpulan

Eksperimen 87,86 71,30 35

7,18 2,00 (H thitung > ttabel 0 ditolak, Ha diterima) Kontrol 74,44 60,74. 35

Berdasarkan uji-t diperoleh thitung> ttabel berarti hipotesis yang menyebutkan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa

(8)

yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Talking Stick berbasis

concept mapping dengan siswa yang

dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada taraf signifikansi 5% diterima. Hal ini mengandung arti bahwa siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Talking Stick

berbasis concept mapping hasil belajarnya lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan dengan melalui pembelajaran konvensional pada materi pesawat sederhana.

. Hal ini berarti siswa kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui penerapan talking stick berbasis concept

mapping memperoleh hasil belajar yang

lebih baik dari siswa kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional, disebabkan karena penerapan model pembelajaran tipe

talking stick berbasis concept mapping

memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran konvensional, guru menggunakan metode ceramah sehingga mendominasi kegiatan pembelajaran. Di samping itu guru kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan kegiatan yang beragam, sehingga siswa tidak mendapat kesempatan untuk mencari sendiri pengetahuannya dan siswa akan merasa cepat bosan. Khususnya pada mata pelajaran IPA di SD, apabila guru menerapkan pembelajaran yang berpusat pada guru maka siswa tidak dapat mengembangkan kemampuan sosialnya secara optimal. Selain itu, salah satu karakteristik siswa SD yaitu belajar sambil bermain, apabila hal ini tidak diperhatikan guru tentu dalam kegiatan pembelajaran IPA siswa akan cepat merasa bosan dan jenuh yang akan menurunkan minat siswa dalam belajar.

Berbeda halnya dengan pembelajaran konvensional, dalam penerapan model pembelajaran talking

stick berbasis concept mapping, siswa

dijadikan pusat pembelajaran. Guru tidak mendominasi kegiatan pembelajaran, namun memberikan kesempatan pada siswa untuk mencari dan membangun

sendiri pengetahuannya dengan memberikan tugas-tugas kelompok pada siswa. Sementara guru memaksimalkan perannya sebagai motivator dan fasilitator untuk siswa. Dengan demikian pengalaman belajar yang diperoleh siswa menjadi lebih bermakna, dan akan sulit untuk dilupakan

.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut. Rata-rata hasil belajar IPA yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Talking Stick

berbasis concept mapping pada siswa kelas V di SD No. 1 Kerobokan Kelod sebagai kelompok eksperimen sebesar 87,86, dengan presentase di sekitar rata-rata sebanyak 0% di bawah rata-rata-rata-rata sebanyak 34,29% dan di atas rata-rata sebanyak 65,71%. Rata-rata hasil belajar IPA yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di SD No. 2 Kerobokan Kelod sebagai kelompok kontrol sebesar 74,44 dengan presentase di sekitar rata-rata sebanyak 0% di bawah rata-rata sebanyak 54,28% dan di atas rata-rata sebanyak 45,72%. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh = 7,18 dan dalam taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan 68 diperoleh ttabel = 2,000. Dengan membandingkan hasil thitung dan ttabel dapat disimpulkan bahwa thitung > ttabel (7,18 > 2,000) maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran talking stick berbasis

concept mapping dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada kelas V SD Gugus IV Kuta Utara Tahun Ajaran 2013/2014.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, beberapa saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut. Kepada Siswa.Bagi siswa, diharapkan siswa dapat lebih berani mengeluarkan pendapatnya dan lebih berkonsentrasi

(9)

dalam mengikuti pembelajaran sekolah. Selain itu siswa sebaiknya meningkatkan rasa ingin tahunya sehingga siswa menemukan sendiri konsep yang dipelajari dan dapat menerapkannya dalam situasi baru sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Kepada Guru ,Guru hendaknya membelajarkan siswa dengan model pembelajaran inovatif dan media yang bervariatif yang sesuai salah satunya adalah model pembelajaran talking stick berbasis concept mapping karena telah terbukti dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa.Sehingga dapat mengembangkan kreativitas siswa dalam setiap proses belajarnya.Kepada Peneliti Lain, Untuk memperoleh hasil belajar siswa yang lebih komperenhensif dalam pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A.A Gede. 2011. Metodologi

Penelitian Pendidikan. Singaraja :

Jurusan Teknologi Pendidikan FIP Undiksha.

Anggarini, Ayu Mas Dewi. 2013.

Pengaruh Penerapan Model

Pembelajaran Talking Stick

Berbasis Aneka Sumber

(Resources Based Learning) Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD No. 5 Dalung.

Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha (tidak diterbitkan).

Aqib, Zainal. 2013. Model-Model, Media,

dan Strategi Pembelajaran

Konstektual (Inovatif). Bandung:

Yrama Widya.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar

Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian

Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Dantes, I Nyoman. 2012. Metode Penelitian Pendidikan.Yogyakarta:

Andi Offset.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan: Standar Isi Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Depdiknas.

Ekawarna, 2009. Penelitian Tindakan

Kelas. Jakarta: Gaung Persada

Press Jakarta.

Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan

Penerbitan Fakultas Psikolgi U.G.M.

Hasbullah. 2011. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo

Persada.

Isjoni. 2012. Cooperative Learning.

Bandung: Alfabeta.

Iskandar. 2010. Metodelogi Penelitian

Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung

Persada Press.

Jauhar, Muhammad. 2011. Implementasi

Paikem dari Behavioristik sampai Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi

Pustakarya.

Koyan, I Wayan. 2004. Konsep Dasar

dan Teknik Evaluasi Hasil Belajar.

Singaraja: Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan No. Singaraja. ---. 2011. Asesmen dalam Penelitian.

Universitas Pendidikan Ganesha Press.

Mulyatiningsih, Endang. 2012. Metode

Penelitian Terapan Bidang

Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Noor, Juliansyah. 2012. Metodologi Penelitian, Skripsi, Tesis, Disertasi

(10)

Dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Ramadan, Tarmizi. 2010.“Model

Pembelajaran Talking Stick”. Tersedia pada

http://tarmizi.wordpress.com/2010/0 2/15/talking-stick/(diakses tanggal 10 Desember 2013).

Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran

Berbasis Komputer

Mengembangkan Proseionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alfabeta.

Samatowa, Usman. 2010. Pembelajaran

IPA di Sekolah Dasar. Jakarta:

Indeks.

Saminanto. 2010. Ayo Praktik PTK:

Penelitian Tindakan Kelas.

Semarang: Rasail Media Group Saud, Udin Syaefudin. 2011.

Pengembangan Profesi Guru.

Bandung: Alfabeta.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor

yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Solihatin, Etin dkk. 2011. Cooperative

Learning Analisis Model

Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi

Aksara.

Suardipa, Putu. 2010. “Pembelajaran Model Konvensional/Tradisional”.

Tersedia pada

http://putusuardipa.blogspot.com (diakses tanggal 10 Desember 2013).

Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil

Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

---.2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Supangat, Andi. 2008. Statistika: Dalam

Kajian Deskriptif Inferensi Dan Non

Parametrik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Suardipa, Putu. 2010. “Pembelajaran Model Konvensional/Tradisional”.

Tersedia pada

http://putusuardipa.blogspot.com/ (diakses tanggal 10 Desember 2013).

Suryabratha, Sumadi. 2008. Psikologi

Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran

Inovatif. Surabaya: Mas Media

Buana Pustaka

Taniredja, Tukiran dkk. 2011.

Model-Model Pembelajaran Inovatif.

Bandung: Alfabeta

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

---. 2010. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Dan Profesi Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan. Jakarta :

Prenada Media Group

Widyastun, Diah. 2012. “Model Pembelajaran Talking Stick”.

Tersedia pada

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/ 2012/04/model-pembelajaran-talking-stick.html. (diakses tanggal

8 Desember 2013)

Winarsunu, Tulus. 2009. Statistik Konsep

Dasar Dan Aplikasinya. Jakarta :

Kencana Prenada Media Group. ---.2012. Statistik Dalam

Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: UMM

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Uji-t

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kapasitas sebesar itu tentunya UPS mampu memberikan back up daya listrik yang lebih lama sesuai barang- barang yang di butuhkan namun,sekali lagi yang

Temuan penelitian terhadap proses peningkatan keterampilan menulis teks anekdot melalui model pembelajaran kooperatif JIGSAW siswa kelas X IPS 3 SMA Negeri 4 Bukittinggi

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “bagaimana hubungan efikasi diri dengan kualitas hidup

1. Pihak Kedua memberi dana Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri untuk calon dosen DIKTI, sesuai ketentuan yang berlaku, kepada Pihak Pertama untuk mengikuti dan

Analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Logistik Ganda untuk mengetahui faktor dominan dari sejumlah variabel independent yaitu infeksi, personal hygiene dan

Demikian kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.. Muara Enim,

AUDIO menggunakan Audio eksternal, VIDEO Logitech Atau VIDEO menggunakan kamera eksternal, masukkan port USB kamera ( Logitech / PTZ) ke port Laptop.. AUDIO menggunakan

Alasan pemilihan pendekatan DBR, sebagai acuan untuk membuat mo- difikasi prosedur penelitian pengembang- an, adalah (1) Langkah-langkah peneli- tian pengembangannya adalah