• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

MELALUI KOMPETENSI PEDAGOGIK TERHADAP HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA KELAS V SD GUGUS 2 KUTA

TAHUN AJARAN 2016/2017

Ni Made Pitria Mulia Sari1, I Wayan Wiarta2, I Wayan Darsana3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: pitriamulia@gmail.com1, wayan.wiarta@yahoo.com2, w_darsana@ymail.co.id3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan model Contextual Teaching and Learning Melalui Kompetensi Pedagogik dan siswa yang tidak dibelajarkan dengan model Contextual Teaching and Learning Melalui Kompetensi Pedagogik pada siswa kelas V SD Gugus 2 Kuta Tahun Ajaran 2016/2017. Pada penelitian ini rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan eksperimen kuasi (Quasi Experimental Design). Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas V SD Gugus 2 Kuta Tahun Ajaran 2016/2017, yang berjumlah 182 siswa. Pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling, uji kesetaraan dengan memberikan prates menggunakan teknik matching. Data hasil belajar matematika dikumpulkan menggunakan tes hasil belajar berupa tes objektif bentuk pilihan ganda biasa, kemudian data dianalisis dengan uji-t. Hasil analisis data dengan uji-t diperoleh thitung = 4,249 dan pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (dk) = 31+31-2 = 60, diperoleh harga ttabel = 2,000. Sehingga dapat dikatakan thitung = 4,249 > ttabel(𝛼=0,05, 60) = 2,000. Maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan model Contextual Teaching and Learning Melalui Kompetensi Pedagogik terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Gugus 2 Kuta Tahun Ajaran 2016/2017. Adapun nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelompok eksperimen yaitu 𝑋̅ = 83,02 dan pada kelompok kontrol yaitu 𝑋̅ = 75,16. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui 𝑋̅ = 83,02 > 𝑋̅ = 75,16. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model Contextual Teaching and Learning Melalui Kompetensi Pedagogik berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Gugus 2 Kuta Tahun Ajaran 2016/2017.

Kata kunci: Model Contextual Teaching and Learning, Kompetensi Pedagogik, Hasil Belajar Matematika.

Abstract

This study aims to determine the effect of mathematics learning outcomes of students who dibelajarkan with Contextual Teaching and Learning Model Through Pedagogic Competence and students who are not dibelajarkan with Contextual Teaching and Learning Model Through Pedagogic Competence in the students of grade V SD Gugus 2 Kuta Academic Year 2016/2017. In this research, the research design used is the design of quasi experimental (Quasi Experimental Design). The population of this study is the students of grade V SD Gugus 2 Kuta Academic Year 2016/2017, which amounted to 182 students. Sampling used is random sampling, equality test by giving prates using matching technique. Mathematics learning result data was collected using learning result test in the form of objective test of usual double choice form, then the data was analyzed by t-test. Result of data analysis with t-test obtained t calculation = 4,249 and at 5% significance level with degree of freedom (dk) = 31 + 31-2 = 60, obtained ttable price = 2,000. So it can be said thitung = 4,249> ttable (α = 0,05, 60) = 2,000. Then Ho is rejected and Ha accepted. This means that there are significant differences in Contextual Teaching and Learning model

(2)

through Pedagogic Competence on the result of learning mathematics of V grade students of SD Gugus 2 Kuta of academic year 2016/2017. The mean score of students' mathematics learning outcomes in the experimental group is X ̅ = 83.02 and in the control group that is X ̅ = 75,16. Based on the result of research can be known X ̅ = 83,02> X ̅ = 75,16. Thus, it can be concluded that the model of Contextual Teaching and Learning Through Pedagogic Competence affect the results of learning mathematics of students of grade V SD Gugus 2 Kuta Academic Year 2016/2017.

Keywords: Contextual Teaching and Learning Model, Pedagogic Competency, Mathematics Learning Outcomes.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin keberlangsungan pembangunan suatu bangsa. Peningkatan kualitas SDM jauh lebih mendesak untuk segera direalisasikan terutama dalam menghadapi era persaingan global yang terus-menerus akan selalu mengalami suatu perubahan. Oleh karena itu, peningkatkan SDM sejak dini yaitu dimulai dari pendidikan sekolah dasar merupakan hal penting yang harus dipikirkan secara sungguh-sungguh.

Pendidikan juga merupakan upaya yang terorganisasi, berencana dan berlangsung secara terus-menerus sepanjang hayat untuk membina anak didik menjadi manusia paripurna, dewasa, dan berbudaya.

Untuk dapat mengembangkan hal tersebut, maka tenaga pendidik dalam hal ini guru sebagai salah satu unsur yang berperan penting dalam suatu pendidikan. Guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implementasi proses pembelajaran di dalam kelas sebagai unsur mikro dari suatu keberhasilan pendidikan.

Berhubungan dengan hal tersebut, tentu saja keberhasilan dalam implementasi proses pembelajaran di dalam kelas tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan suatu metode, teknik, dan strategi pembelajaran. Keahlian guru dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan demi mencapai suatu pembelajaran yang lebih bermakna. Sehingga tujuan pendidikan yang berkualitas dapat dicapai oleh guru sesuai dengan kemampuan guru dalam mengorganisir siswanya. Dengan demikian, guru diharapkan memiliki kemampuan serta kiat-kiat untuk mencapai tujuan tersebut, karena guru yang

professional memiliki kemampuan-kemampuan tertentu. Kemampuan-kemampuan itu diperlukan dalam membantu siswa dalam belajar. Keberhasilan siswa belajar banyak dipengaruhi oleh kemampuan guru yang professional. Guru yang professional adalah guru yang memiliki kompeten dalam bidangnya dan menguasai dengan baik bahan yang diajarkan serta mampu memilih metode belajar mengajar yang tepat sehingga dapat berjalan dengan semestinya.

Sehubungan dengan hal tersebut, guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam UU No. 14 GURU dan Dosen 2005 salah satunya meliputi “kompetensi pedagogik” (dalam Asmara, 2015:12). Kompetensi Pedagogik yang meliputi kemampuan merancang, mengelola, dan menilai pembelajaran serta memanfaatkan hasil-hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam pembelajaran atau pendidikan yang meliputi: (1)mengenal anak didik yang mau dibantunya, (2)menguasai beberapa teori tentang

pendidikan di zaman modern,

(3)memahami bermacam-macam model pembelajaran (Taniredja, dkk, 2016). Kompetensi Pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran siswa. Kompetensi Pedagogik tidak diperoleh secara tiba-tiba tetapi melalui upaya belajar secara terus-menerus dan sistematis, baik pada masa pra jabatan (pendidikan calon guru)

(3)

maupun selama dalam jabatan, yang didukung oleh bakat, minat dan potensi keguruan lainnya dari masing-masing individu yang bersangkutan.

Begitu sama dengan halnya guru yang harus terus belajar untuk memperoleh

kemampuan dalam mengelola

pembelajaran bagi siswanya. Siswa pun juga dituntut untuk selalu belajar agar dapat berhasil dalam proses pembelajaran, demi mencapai hasil belajar yang baik sesuai dengan kemampuannya. Menurut Susanto (2013:12) belajar merupakan “suatu proses perkembangan”. Artinya bahwa secara kodrati jiwa raga anak mengalami perkembangan. Perkembangan sendiri memerlukan sesuatu baik yang berasal dari diri siswa sendiri maupun pengaruh lingkungannya.

Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, yaitu siswa itu sendiri dan lingkungannya. (Susanto, 2013:12) menyatakan,

Pertama, siswa: dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan: yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber, metode serta dukungan lingkungan, keluarga, dan lingkungan lainnya.

Terkait dengan hal tersebut, maka dapat dikatakan guru merupakan salah satu yang terlibat dalam keberhasilan proses belajar siswa. Sehingga guru dalam proses pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Dalam belajar, siswa biasanya mengalami beberapa kesulitan, sehingga hal tersebut dapat menjadi penghambat perkembangan belajar siswa. Salah satu kesulitan yang dialami siswa biasanya dalam hal mata pelajaran tertentu yang mungkin kurang disenangi ataupun kurang di mengerti oleh siswa. Salah satunya yaitu pada mata pelajaran matematika.

Pada mata pelajaran matematika, proses pembelajaran matematika perlu mendapat perhatian dan penanganan yang serius. Hal ini penting, sebab hasil penelitian masih menunjukkan bahwa proses pembelajaran matematika di

sekolah dasar masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal tersebut diperkuat oleh Susanto (2013:191) yang mengemukakan bahwa “hasil belajar matematika siswa sekolah dasar belum memuaskan, karena adanya kesulitan belajar yang dihadapi siswa dan kesulitan yang dihadapi guru dalam mengajarkan matematika”. Terkait dengan itu, maka daya serap belajar siswa sekolah dasar untuk mata pelajaran matematika akan terganggu dan tidak terlaksana dengan baik. Dengan demikian, terlihat bahwa tingkat pencapaian keberhasilan belajar siswa akan kurang terpenuhi dengan baik

sehingga dapat menyebabkan

ketidakefektifan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran matematika. Hal tersebut tentu menimbulkan kesenjangan antara apa yang diharapkan oleh guru dalam belajar matematika dengan kenyataan yang terjadi pada siswa.

Terkait penelitian tersebut dapat disesuaikan dengan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan wali kelas V di SD Gugus 2 Kuta pada hari Rabu tanggal 1 Maret 2017, diketahui bahwa hasil belajar matematika siswa masih belum optimal, hal tersebut terbukti dari persentase nilai yang diperoleh siswa kelas V SD Gugus 2 Kuta pada mata pelajaran matematika yaitu dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran matematika yaitu 63 hanya diperoleh oleh 90 siswa dari jumlah keseluruhan siswa kelas V SD Gugus 2 Kuta yaitu 182 siswa. Berdasarkan hal tersebut, tentu saja disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya yaitu pembelajaran yang masih diterapkan oleh guru, yakni dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas atau pekerjaan rumah (PR). Sistem pengajaran yang demikian menyebabkan siswa tidak berpartisipasi aktif dalam mengikuti pembelajaran, sehingga dikhawatirkan siswa tidak dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika untuk meningkatkan pengembangan kemampuannya. Karena pembelajaran masih banyak diterapkan oleh guru biasanya lebih menekankan pada latihan pengerjaan soal.

(4)

Kegiatan belajar-mengajar dengan tidak menggunakan model pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menyimak penjelasan gurunya dalam memberikan contoh dan menyelesaikan soal-soal di papan tulis, kemudian guru meminta siswa untuk mengerjakan sendiri tugas dan soal-soal yang ada di buku teks atau lembar kerja siswa (LKS) yang telah disediakan. Konsekuensinya kalau siswa diberi soal yang berbeda dengan soal latihan, siswa mengalami kesulitan atau membuat kesalahan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa hanya menghafalkan prosedur penyelesaian dan kemampuan pemahaman siswa dapat dikatakan kurang. Sehingga dikaitkan dengan kenyataan yang terjadi bahwa masalah atau problem dalam pembelajaran matematika adalah siswa sulit memahami pelajaran matematika.

Melihat kondisi yang seperti itu, perlu kiranya melakukan pengembangan dan peningkatan mutu dalam pembelajaran matematika, yakni pembelajaran yang mampu mengoptimalkan interaksi setiap elemen untuk menumbuhkembangkan kemampuan berpikir siswa. Dalam hal ini, maka dirasa perlu ditemukan solusi yang tepat agar siswa lebih termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran matematika. Tujuan tersebut yaitu sebagai upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Salah satu solusi yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang lebih baik pada mata pelajaran matematika adalah dengan menggunakan suatu model pembelajaran yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang nyaman bagi siswa, sehingga dapat mendukung pencapaian tujuan belajar yang lebih baik. Pemilihan model pembelajaran harus dilandaskan pada pertimbangan menempatkan siswa sebagai subjek belajar, yang tidak hanya menerima secara pasif apa yang disampaikan oleh guru, tetapi juga dapat mendorong siswa untuk aktif dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran di kelas. Model pembelajaran yang inovatif dan baik digunakan dalam mengembangkan keaktifan siswa tersebut yaitu model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat. Untuk memperkuat

pengalaman belajar yang aplikatif bagi siswa, tentu saja diperlukan pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri (learning to do), dan bahkan sekedar pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang disampaikan guru. Oleh sebab itu, melalui pembelajaran CTL, mengajar bukan transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghafal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, namun lebih menekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan untuk bisa hidup (life skill) dari apa yang dipelajarinya.

Dengan demikian, diharapkan dengan model CTL dalam proses belajar siswa dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik dan menimbulkan suasana pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya, agar siswa lebih merasa senang dan tidak jenuh dalam mengikuti kegiatan pembelajaran matematika.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dilakukan sebuah penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Contextual Teaching and Learning Melalui Kompetensi Pedagogik Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Gugus 2 Kuta Tahun Ajaran 2016/2017”.

(5)

METODE

Pelaksanaan penelitian dilakukan di SD Gugus 2 Kuta Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Waktu penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Maret sampai dengan bulan Mei tahun 2017, pada semester II (genap) Tahun Ajaran 2016/2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Contextual Teaching and Learning terhadap hasil belajar matematika siswa. Dalam penelitian ini, unit eksperimennya berupa kelas sehingga rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan eksperimen kuasi (Quasi Experimental Design). Dalam

kaitannya dengan pemilihan subjek penelitian, peneliti tidak selalu dapat melakukan pemilihan subjek secara random. Dalam penetapan random, peneliti tidak memungkinkan memilih dan memihak subjek sesuai dengan rancangannya. Individu subjek sudah ada dalam kelompok yang dibandingkan sebelum diadakannya penelitian. Oleh sebab itu, peneliti terpaksa harus menerima kelas atau kelompok subjek yang telah ditentukan oleh sekolah sesuai dengan kebijakan sekolah. Rancangan pada penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 01. Rancangan eksperimen kuasi (quasi-experimental design) (Sumber: Setyosari, 2015:211)

Keterangan :

01 : Prates pada kelompok eksperimen. 03 : Prates pada kelompok kontrol.

X : Perlakuan kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan model Contextual Teaching and Learning Melalui Kompetensi

Pedagogik.

O2 : Pascates pada kelompok eksperimen. O4 : Pascates pada kelompok kontrol. Pada rancangan penelitian ini, ada dua (2)

kelompok subjek, yakni satu kelompok mendapat perlakuan yaitu sebagai kelompok eksperimen dan satu kelompok mendapat perlakuan, namun perlakuan yang berbeda pada kelompok eksperimen yaitu sebagai kelompok kontrol. Keduanya memperoleh prates dan pascates. Prates diberikan untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Peneliti, memberikan perlakuan kepada kelompok eksperimen yaitu dibelajarkan dengan model Contextual Teaching and Learning Melalui Kompetensi Pedagogik dan kepada kelompok kontrol yaitu tidak dibelajarkan dengan model Contextual Teaching and Learning Melalui Kompetensi Pedagogik. Selanjutnya, siswa diberikan

perlakuan yaitu dengan memberikan soal pascates untuk mengetahui hasil belajar

siswa berupa tes objektif pilihan ganda biasa.

Menurut Dantes (2012:97) “Pemberian prates biasanya digunakan untuk mengukur ekuivalensi atau penyetaraan kelompok”. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini prates digunakan sebagai penyetaraan kelompok untuk menentukan kelas sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Pada penelitian ini terdiri dari tiga tahap eksperimen, yaitu: (1)tahap persiapan eksperimen, (2)tahap pelaksanaan eksperimen, (3)tahap akhir eksperimen.

Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas V SD Gugus 2 Kuta, Badung Tahun Ajaran 2016/2017, yang terdiri dari 5 kelas dalam 5 Sekolah Dasar. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 182 siswa. Pada pengambilan sampel, cara

O1

X

O2

(eksperimen)

---

(6)

yang digunakan dengan cara undian yaitu dilakukan dengan menulis semua kelas V di seluruh SD dari populasi dengan secarik kertas, kemudian kertas tersebut digulung lalu dimasukkan ke dalam sebuah kotak yang permukaannya sudah diberi lubang. Setelah itu, mengambil satu gulungan kertas dan mengambil gulungan kertas lainnya, tanpa memasukkan gulungan kertas yang pertama. Maka dari undian tersebut diperoleh 2 kelas yang dijadikan sampel. Kemudian dari 2 kelas tersebut, diundi kembali untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Setelah dilakukan pengundian diperoleh kelas V SD No. 2 Legian yang berjumlah 44 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas V SD No. 3 Legian yang berjumlah 45 siswa sebagai kelompok kontrol. Selanjutnya, dilakukan penyetaraan terhadap kedua sampel tersebut. Teknik yang digunakan dalam penyetaraan sampel pada penelitian ini adalah teknik matching. Matching adalah suatu teknik untuk menyeragamkan kelompok pada suatu variabel atau lebih yang oleh peneliti telah diidentifikasikan mempunyai hubungan yang erat dengan penampilan variabel tidak bebas (Darmadi, 2014:234). Pendekatan yang biasa digunakan pada matching adalah penugasan anggota-anggota pasangan secara random; satu anggota dipilih secara random kemudian dicarikan jodohnya. Cara penyetaraan dengan teknik matching pada penelitian ini adalah dengan menjodohkan nilai prates siswa dari kelompok eksperimen dan dari kelompok kontrol. Ini dilakukan dengan membuat peringkat nilai siswa dari yang tertinggi sampai yang terendah kemudian nilai yang sama menjadi satu pasangan. Jika terdapat nilai siswa yang tidak mendapatkan pasangan, maka siswa tersebut tetap diikutkan dalam proses pemberian perlakuan saat penelitian, namun siswa tersebut tidak diberlakukan sebagai sampel. Hal tersebut dilakukan agar tidak mengganggu psikologis siswa. Setelah dilakukannya uji kesetaraan dengan teknik matching diperoleh 31 orang siswa yang matching.

Metode pengumpulan data pada penelitian ini yaitu menggunakan teknik tes. Arikunto (2013:47) menyimpulkan bahwa “tes merupakan suatu alat pengumpulan

informasi, tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan”. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini teknik tes digunakan sebagai alat untuk mengukur kemampuan siswa pada ranah kognitif terhadap hasil belajar matematika. Teknik tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu untuk memperoleh data mengenai hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan model Contextual Teaching and Learning Melalui Kompetensi Pedagogik. Pengujian instrumen penelitian adalah alat penguji yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data hasil belajar matematika pada ranah kognitif dengan menggunakan teknik tes. “Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan” menurut Arikunto, (2008:53). Tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes obyektif berupa pilihan ganda biasa. Sebelum memberikan tes kepada siswa, maka dilakukan pengujian untuk menguji kelayakan instrumen. Untuk itu, sebelum tes tersebut digunakan, terlebih dahulu tes di uji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, pada uji validitas nilai rhitung yang

diperoleh untuk seluruh tes yang dijawab dibandingkan dengan rtabel pada taraf

signifikansi 0,05. Butir tes dikatakan valid apabila rhitung > rtabel, sedangkan butir tes

dikatakan tidak valid apabila rhitung < rtabel .

Perhitungan yang dilakukan berdasarkan jumlah responden yaitu 70 orang siswa pada taraf signifikansi 5% maka diperoleh rtabel = 0,244. Berdasarkan perhitungan

tersebut, dari 50 butir soal yang diujikan diperoleh hasil 40 butir soal yang valid dan 10 butir soal yang tidak valid berarti 10 butir soal tersebut tidak digunakan dalam pascates. Pada daya pembeda untuk menentukan kelompok atas dan kelompok bawah adalah dengan pengambilan masing-masing subyek sebanyak 27% dari jumlah testee yang termasuk dalam kelompok atas dan kelompok bawah. Menurut Sudijono (2015:387) “pengambilan

(7)

subyek sebanyak 27% karena telah menunjukkan kesensitifannya atau dengan kata lain cukup dapat diandalkan”. Proses penentuan kelompok atas dan kelompok bawah dari testee adalah dengan cara mengurutkan skor testee dari skor tertinggi sampai dengan skor terendah. Kemudian diambil 27% kelompok atas yaitu 18.9 (diambil 19 orang untuk kelompok atas) dan 27% kelompok bawah yaitu 18.9 (diambil 19 orang untuk kelompok atas), sehingga jumlah siswa (teste) yang dianalisis sebanyak 54%. Berdasarkan hasil tersebut, maka diperoleh sebanyak 40 butir soal yang dapat dipergunakan sebagai instrumen penelitian. Pada uji reliabilitas, berdasarkan hasil perhitungan terhadap 40 butir soal yang dinyatakan valid dan memiliki daya beda cukup sampai dengan baik sekali, maka diperoleh r11= 0,93. Maka

r11 > 0,70 yang berarti tes objektif tipe

pilihan ganda biasa pada penelitian ini tergolong reliable. Kemudian bermutu tidaknya butir-butir item tes belajar pertama-tama dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item tersebut (Sudijono, 2015:370). Berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen dan kriteria tingkat kesukaran, maka diketahui tingkat kesukaran perangkat tes adalah 0,56. Sehingga indeks kesukaran perangkat tes termasuk dalam kriteria sedang. Maka diperoleh 10 butir soal pada kategori “sukar”, 20 butir soal pada kategori “sedang” dan 10 butir soal pada kategori “mudah”. Metode dan teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Pada analisis statistik deskriptif menghitung mean (rata-rata) kemudian ditentukan dengan mengonversikan rata-rata persen hasil belajar matematika siswa dengan kriteria PAP skala lima dan menghitung standar deviasi. Pada analisis statistik inferensial melakukan uji prasyarat analisis, menghitungan uji normalitas sebaran data, teknik yang digunakan untuk menguji normalitas data yaitu menggunakan Chi Kuadrat (X2) dan

menghitung uji homogenitas varians dengan menggunakan uji F. Setelah itu, dilanjutkan dengan hipotesis statistik. Uji hipotesis statistik yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan uji statistik parametrik yaitu pengujian hipotesis komparatif dua sampel dengan pengujian hipotesis menggunakan uji beda mean (uji t) yaitu menggunakan rumus polled varian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan eksperimen kuasi (Quasi Experimental Design) yang menggunakan uji-t sebagai alat untuk menganalisis data pada nilai pascates, sedangkan pada nilai prates menggunakan teknik Matching. Data yang dianalisis adalah data hasil belajar matematika siswa Kelas V pada kelompok eksperimen dan pada kelompok kontrol. Data hasil belajar matematika siswa kelas V diperoleh dari hasil pascates yang diberikan pada akhir penelitian. Pada kelompok eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelas V SD No. 2 Legian berjumlah 44 siswa, sedangkan pada kelompok kontrol adalah kelas V SD No. 3 Legian berjumlah 45 siswa. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes objektif berupa pilihan ganda biasa.

Siswa Kelas V SD No. 2 Legian ditetapkan sebagai kelompok eksperimen yang diberi perlakuan yang dibelajarkan dengan model CTL melalui kompetensi pedagogik sebanyak 6 kali perlakuan, kemudian diberikan pascates untuk memperoleh data hasil belajar matematika siswa. Dan siswa Kelas V SD No. 3 Legian ditetapkan sebagai kelompok kontrol yang diberi perlakuan tidak dibelajarkan dengan model CTL melalui kompetensi pedagogik sebanyak 6 kali perlakuan, kemudian diberikan pascates untuk memperoleh data hasil belajar matematika siswa.

Berikut ini rekapitulasi data hasil belajar matematika disajikan pada tabel berikut ini.

(8)

Tabel 01. Rekapitulasi Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Statistik / Data Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Mean (Rata-Rata) 83,02 75,16 Varians 64,26 42,28 Standar Deviasi 8,02 6,52 Nilai Maksimum 95 60 Nilai Minimum 85 58 Rentangan Data 36 28

Banyak Kelas Interval 6 6

Lebar Kelas Interval 6 5

Berdasarkan hasil analisis pada kelompok eksperimen, diperoleh mean (rata-rata) yaitu 83,02. Selanjutnya, dengan membandingkan rata-rata persentase yang diperoleh pada kelompok eksperimen yaitu 83,02 ≈ 83, kemudian dengan kriteria PAP Skala Lima angka rata-rata 83,02 ≈ 83 berada pada kategori 80-89. Maka dapat disimpulkan bahwa kriteria rata-rata tersebut tergolong baik. Dan Berdasarkan hasil analisis pada kelompok kontrol, diperoleh mean (rata-rata) yaitu 75,16. Selanjutnya dengan membandingkan rata-rata persentase yang diperoleh yaitu 75,16 ≈ 75, kemudian dengan kriteria PAP Skala Lima angka rata-rata 75,16 ≈ 75 berada pada kategori 65-79. Maka dapat disimpulkan bahwa kriteria rata-rata tersebut tergolong cukup baik.

Selanjutnya, dilakukan pengujian asumsi yang meliputi, uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Berdasarkan hasil analisis uji normalitas sebaran data pada kelompok eksperimen diperoleh 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 = 3,47 untuk taraf signifikansi 5% (= 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 6-1 = 5, maka diperoleh 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 = 11,070. Karena 𝑋

𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 > 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 (11,070 > 3,47). Ini berarti sebaran data nilai pascates siswa kelas V SD No. 2 Legian pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Dan hasil analisis uji normalitas sebaran data pada kelompok kontrol diperoleh 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 = 5,42 untuk taraf signifikansi 5% (= 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = k-1 = 6-1 = 5, maka diperoleh 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 = 11,070. Karena 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 >

𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 yaitu (11,070 > 5,42). Ini berarti sebaran data nilai pasca tes siswa kelas V SD No. 3 Legian pada kelas kontrol berdistribusi normal.

Kemudian dilanjutkan dengan uji homogenitas varians. Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung = 1,51 sedangkan Ftabel

pada taraf signifikansi 5 % ( = 0,05) dengan derajat kebebasan pembilang yaitu n1-1 = 31-1 = 30 dan derajat kebebasan

penyebut yaitu n2-2 = 31-1 = 30 maka

diperoleh Ftabel = 1,84. Karena nilai Fhitung <

Ftabel(n1-1, n2-1) yaitu 1,51 < 1,84. Ini berarti

nilai varians pada nilai pasca tes matematika kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama atau homogen. Berdasarkan hasil uji prasyarat, yaitu uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians dapat diketahui bahwa data dari kedua kelompok berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Dengan demikian uji hipotesis dengan uji-t dapat dilakukan.

Pada penelitian ini yang diuji adalah hipotesis nol (H0), adapun hipotesis nol

yang diajukan (H0) adalah tidak terdapat

pengaruh hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan model Contextual Teaching and Learning melalui Kompetensi Pedagogik dan siswa yang tidak dibelajarkan dengan model Contextual Teaching and Learning Melalui Kompetensi Pedagogik pada siswa kelas V SD Gugus 2 Kuta Tahun Ajaran 2016/2017. Berikut ini rekapitulasi hasil analisis Uji-t yaitu sebagai berikut:

(9)

Tabel 02. Hasil Uji t Nilai Pascates Kelompok n dk 𝑿̅ S2 t hitung ttabel Eksperimen 31 60 83,02 64,26 4,25 2,000 Kontrol 31 75,16 42,48

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan thitung = 4,249 dan ttabel = 2,000

untuk dk = n1+n2-2 = 60 dengan taraf

signifikansi 5%. Maka dapat dikatakan bahwa kriteria pengujian Ho ditolak dan Ha diterima karena thitung > ttabel yaitu 4,249 >

2,000, maka Ho ditolak dan Haditerima. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan model Contextual Teaching and Learning Melalui Kompetensi Pedagogik terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Gugus 2 Kuta Tahun Ajaran 2016/2017. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model CTL Melalui Kompetensi Pedagogik berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa.

SIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan yaitu hasil pascates matematika siswa yang dibelajarkan dengan model Contextual Teaching and Learning Melalui Kompetensi Pedagogik pada siswa kelas V SD No. 3 Legian memperoleh nilai mean atau rata-rata yaitu 𝑋̅ = 83,02. Ini berarti kriteria rata-rata siswa tergolong baik. Hasil pascates matematika siswa yang tidak dibelajarkan dengan model Contextual Teaching and Learning Melalui Kompetensi Pedagogik pada siswa kelas V SD No. 2 Legian memperoleh nilai mean atau rata-rata yaitu 𝑋̅ = 75,16. Ini berarti kriteria rata-rata siswa siswa tergolong cukup baik. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh thitung = 4,25 dengan

taraf signifikansi 5% dan dk = 60, maka harga ttabel = 2,000. Dengan demikian,

dapat dikatakan bahwa thitung = 4,249 >

ttabel (𝛼 = 0,05, 60) = 2,000 sehingga

hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis

alternatif (Ha) diterima. Ini berarti terdapat

perbedaan yang signifikan model Contextual Teaching and Learning Melalui Kompetensi Pedagogik terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SD Gugus 2 Kuta Tahun Ajaran 2016/2017. Berdasarkan hasil analisis data nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa di kelompok eksperimen yaitu 𝑋̅ = 83,02 dan di kelompok kontrol yaitu 𝑋̅ = 74,26. Ini berarti nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih dari nilai rata-rata kelompok kontrol (𝑋̅ = 83,02 > 𝑋̅ = 75,16). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model Contextual Teaching and Learning Melalui Kompetensi Pedagogik berpengaruh terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Gugus 2 Kuta Tahun Ajaran 2016/2017.

Adapun saran yang dapat disampaikan yaitu kepada: Guru; para guru dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai masukan dan sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning Melalui Kompetensi Pedagogik. Peneliti; penelitian ini dilakukan pada sampel yang terbatas. Para peneliti lain yang tertarik disarankan untuk melakukan penelitian terhadap model Contextual Teaching and Learning Melalui Kompetensi Pedagogik dengan sampel yang lebih luas dan subjek yang berbeda untuk mengetahui pengaruh model Contextual Teaching and Learning Melalui Kompetensi Pedagogik pada hasil belajar matematika siswa secara lebih mendalam. Sekolah; diharapkan dengan hasil penelitian ini sekolah mampu mengadakan kebijakan baru terkait dengan meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah demi kualitas mutu pendidikan yang lebih baik.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008. DASAR EVALUASI PENDIDIKAN (EDISI REVISI). Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. dkk. 2013.

DASAR-DASAR EVALUASI

PENDIDIKAN Edisi 2. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Asmara, Husna. 2015. Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta, cv.

Dantes, Nyoman. 2012. METODE PENELITIAN. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.

Darmadi, Hamid. 2014. METODE PENELITIAN PENDIDIKAN dan SOSIAL. Bandung: Alfabeta. Setyosari, Punaji. 2015. Metode

Penelitian Pendidikan & Pengembangan. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP. Sudijono. 2015. PENGANTAR EVALUASI PENDIDIKAN. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Taniredja, Tukiran. 2016. GURU yang PROFESIONAL. Bandung: Alfabeta, cv.

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi jika dibandingkan dengan cara pengujian sambungan menggunakan multimeter, alat uji sambungan kabel UTP ini mempunyai daya guna yang lebih baik terutama dalam

Dalam pelaksanaan tax amnesty, pihak Kanwil DJP Jatim III menemukan kendala – kendala yang timbul karena masih banyaknya masyarakat yang kurang paham tentang

Meskipun diwujudkan dengan Octave, contoh-contoh program yang diberikan sangat mudah untuk dikonversikan ke bentuk bahasa pemrograman yang lain seperti Java ataupun

Perlu ditingkatkan dalam pengelolaan mengeluarkan jadwal mahasiswa ( akademik) Lebih meningkatkan dan lebih baik lagi dalam kemajuan universitas 'aisyiyah yogyakarta Bisa

bekerja di sektor minyak dan gas bumi secara umum memiliki ketentuan yang dengan karyawan yang bekerja di sektor industri lain. Dengan dasar ini, terdapat kewajiban bagi

Kontribusi antar Indikator dalam IPG Indikator yang paling berpengaruh terhadap nilai IPG di Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun 1999, 2002, 2005 adalah indeks kesehatan

 Guru memberikan sebuah narasi informasi secara menarik dengan konsep interaktif untuk menghubungkan materi tentang organ gerak pada hewan vertebrata dengan isi

Adapun penyandang disabilitas dalam pandangan Al-Quran ialah menunjukkan penyandang disabilitas fisik yaitu : Pertama, bertindak sama atau bersikap toleransi