• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tanggung Jawab Sosial Perusahaan"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

• Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social

Responsibility adalah bentuk kepedulian perusahaan

terhadap lingkungan eksternal perusahaan melalui berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka penjagaan

lingkungan, norma masyarakat, partisipasi pembangunan, serta berbagai bentuk tanggung jawab sosial lainnya.

(3)

Rendah ---Tingkat Tanggung Jawab Sosial--- Tinggi Reaktif Cenderung Menolak tanggung Jawab Sosial Akomodatif Melakukan tanggung jawab sosial untuk menghindari tekanan dari masyarakat

Defensif

Cenderung membela diri dalam menghindari

tanggung jawab sosial

Proaktif

Mengambil inisiatif dalam tanggung jawab sosial;

Membentuk model industri yang bertanggung jawab sosial

(4)

No Pandangan Kelompok yang Pro terhadap tanggung jawab sosial dari Organisasi Bisnis

No Pandangan Kelompok yang Kontra terhadap tanggung jawab sosial dari Organisasi Bisnis

1 Kegiatan bisnis seringkali

menimbulkan masalah, oleh karena itu sudah semestinyalah perusahaan

bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya

1 Perusahaan tidak memiliki ahli yang mengkhususkan dalam bidang sosial dan kemasyarakatan, oleh karena itu sulit bagi perusahaan untuk ikut bertanggung jawab

2 Perusahaan adalah bagian dari lingkungan sosial masyarakat,

oleh karena itu sudah semestinya ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab atas apa yang terjadi di masyarakat

2 Perusahaan yang ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam lingkungan sosial masyarakat justru akan memiliki kekuatan untuk mengontrol masyarakat, dan itu indikasi yang kurang baik secara Sosial

3 Perusahaan biasanya memiliki sumber daya untuk menyelesaikan masalah di lingkungan sosial masyarakat

3 Akan banyak terdapat konflik kepentingan di masyarakat jika perusahaan terlibat dalam aktifitas sosial

4 Perusahaan adalah partner dari lingkungan sosial kemasyarakatan, sebagaimana

halnya juga pemerintah dan masyarakat lain pada umumnya

4 Tujuan perusahaan bukan untuk motif sosial, akan tetapi untuk memperoleh profit dan mencapai tujuan yang diharapkan oleh para pemilik perusahaan

(5)

Strategi Pengelolaan

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Strategi Reaktif

Kegiatan bisnis yang melakukan strategi reaktif dalam tanggung jawab sosial cenderung menolak atau menghindarkan diri dari tanggung jawab sosial

Strategi Defensif

Strategi defensif dalam tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh

perusahaan terkait dengan penggunaan pendekatan legal atau jalur hukum untuk menghindarkan diri atau menolak tanggung jawab sosial .

Strategi Akomodatif

Strategi Akomidatif merupakan tanggung jawab sosial yang dijalankan perusahaan dikarenakan adanya tuntutan dari masyarakat dan lingkungan sekitar akan hal tersebut

Strategi Proaktif

Perusahaan memandang bahwa tanggung jawab sosial adalah bagian dari tanggung jawab untuk memuaskan stakeholders. Jika stakeholders

(6)

Manfaat

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

• Manfaat bagi Perusahaan

Citra Positif Perusahaan di mata masyarakat dan pemerintah

• Manfaat bagi Masyarakat

Selain kepentingan masyarakat terakomodasi, hubungan masyarakat dengan perusahaan akan lebih erat dalam situasi win-win solution.

• Manfaat bagi Pemerintah

Memiliki partner dalam menjalankan misi sosial dari pemerintah dalam hal tanggung jawab sosial.

(7)

Dimensi Etika dalam Manajemen

• Etika adakah pandangan , keyakinan dan nilai akan

sesuatu yang baik dan buruk, benar dan salah

(Griffin)

• Etika Manajemen adalah standar kelayakan

pengelolaan organisasi yang memenuhi kriteria

etika.

(8)

Nilai Personal sebagai standar Etika

• Nilai (Values) sendiri pada dasarnya merupakan pandangan ideal yang

mempengaruhi cara pandang, cara berfikir dan perilaku dari seseorang.

• Nilai Personal atau Personal Values pada dasarnya merupakan cara

pandang, cara pikir, dan keyakinan yang dipegang oleh

seseorangsehubungan dengan segala kegiatan yang dilakukannya

• Nilai Personal terdiri dari nilai terminal dan nilai instrumental. Nilai terminal pada dasarnya merupakan pandangan dan cara berfikir

seseorang yang terwujud melalui perilakunya, yang didorong oleh motif dirinya dalam meraih sesuatu. Nilai instrumental adalah pandangan dan cara berfikir seseorang yang berlaku untuk segala keadaan dan diterima oleh semua pihak sebagai sesuatu yang memang harus diperhatikan dan dijalankan.

(9)

Penelitian Empiris mengenai

Nilai Terminal dan Nilai Instrumental (Kreitner,1992)

• Responden dari 220 manajer beranggapan bahwa nilai-nilai terminal yang perlu untuk dimiliki adalah (1) kejujuran (2) tanggung jawab (3) kapabilitas (4) ambisi dan (5)

independensi

• Responden dari 220 manajer beranggapan bahwa nilai-nilai instrumental yang perlu dimiliki adalah (1) penghargaan

terhadap pribadi (2) keamanan dan kesejahteraan keluarga pekerja (3) kebebasan dan kemerdekaan (4) dorongan untuk meraih sesuatu dan (5) kebahagiaan

(10)

• Konflik intrapersonal pada dasarnya terjadi umumnya di

dalam individu dan antar individu.

• Konflik individu-organisasi pada dasarnya merupakan konflik

yang terjadi pada saat nilai yang dianut oleh individu berbenturan dengan nilai yang harus ditanamkan oleh perusahaan

• Konflik antar Budaya pada dasarnya merupakan konflik antar

individu maupun antara individu dengan organisasi yang disebabkan oleh adanya perbedaan budaya diantara

individu yang bersangkutan atau juga organisasi yang bersangkutan

(11)

Penggunaan obat-obatan terlarang

Pencurian oleh Para Pekerja atau Korupsi

Konflik Kepentingan

Pengawasan Kualitas atau Quality Control

Penyalahgunaan informasi yang bersifat rahasia

Penyelewengan dalam pencatatan keuangan

Penyalahgunaan penggunaan asset perusahaan

Pemecatan tenaga kerja

Polusi Lingkungan

Cara bersaing dari Perusahaan yang dianggap tidak etis

Penggunaan pekerja atau tenaga kerja di bawah umur

Pemberian hadiah kepada pihak-pihak tertentu yang terkait dengan pemegang kebijakan.

(12)

Model Penilaian Etika (Griffin,2002)

Data Gathering

Analysis

Pengumpulan Data mengenai tindakan atau kegiatan yang dilakukan

Apakah tindakan atau kegiatan yang dilakukan memenuhi 4 kriteria dalam etika :

Manfaat : Apakah tindakan tersebut memberikan manfaat dan kepuasan bagi semua pihak ? Pemenuhan Hak : Apakah tindakan yang dilakukan menjamin terpenuhinya dan terpeliharanya

hak-hak dari semua pihak ?

Keadilan : Apakah tindakan yang dilakukan adil bagi semua pihak ?

Pemeliharaan : Apakah tindakan yang dilakukan konsisten dengan tanggung jawab

pemeliharaan dalam berbagai hal ?

Tidak dalam seluruh kriteria

Ya, dalam seluruh kriteria

Tidak dalam satu atau beberapa kriteria

-Apakah ada faktor yang menyebabkan kriteria tidak terpenuhi sehingga dapat dimaklumi ?

-Apakah kriteria yang terpenuhi lebih penting dibandingkan kriteria lain? -Apakah ada faktor diluar kemampuan organisasi yang menyebabkan sebagian

kriteria tidak terpenuhi ?

Penilaian

Tidak Etis Etis Tidak Ya

(13)

Upaya perwujudan

dan peningkatan etika manajemen

• Pelatihan etika

• Advokasi etika

• Kode Etik

• Keterlibatan Publik dalam Etika Manajemen

(14)

Fungsi Perencanaan dan

Pengambilan Keputusan

(15)

Pengertian Perencanaan

• Perencanaan atau Planning adalah sebuah proses yang dimulai dari penetapan

tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh, serta merumuskan sistem perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengkordinasikan seluruh pekerjaan organisasi hingga tercapainya tujuan organisasi (Robbins dan Coulter ,2002)

• Perencanaan dapat dilihat dari 3 hal, yaitu proses, fungsi manajemen, dan

pengambilan keputusan. (Ernie&Kurniawan,2005)

Dari sisi proses, fungsi perencanaan adalah proses dasar yang digunakan untuk memilih tujuan dan menentukan bagaimana tujuan tersebut akan dicapai.

Dari sisi fungsi manajemen, perencanaan adalah fungsi dimana pimpinan menggunakan pengaruh atas wewenangnya untuk menentukan atau merubah tujuan dan kegiatan organisasi.

Dari sisi pengambilan keputusan, perencanaan merupakan pengambilan keputusan untuk jangka waktu yang panjang atau yang akan datang mengenai apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya, bilamana dan siapa yang akan melakukannya, dimana keputusan yang diambil belum tentu sesuai hingga implementasi perencaan tersebut dibuktikan di kemudian hari.

(16)

Fungsi atau Manfaat dari Perencanaan

• Pengarah Organisasi

• Minimalisasi Ketidakpastian

• Minimalisasi inefisiensi sumber daya

(17)

Persyaratan Perencanaan

(Planning Requirements)

• Faktual dan Realistis

• Logis dan Rasional

• Fleksibel

• Komitmen

(18)

Peran Tujuan dan Rencana

dalam Proses Perencanaan

• Tujuan (Goals) pada dasarnya adalah hasil akhir yang

diharapkan dapat diraih atau dicapai oleh individu, kelompok atau seluruh organisasi.

• Rencana (Plans) adalah segala bentuk konsep dan

dokumentasi yang menggambarkan bagaimana tujuan akan dicapai dan bagaimana sumber daya perusahaan akan

dialokasikan, penjadualan dari proses pencapaian tujuan, hingga segala hal yang terkait dengan pencapaian tujuan

(19)

Jenis-jenis Tujuan

• Berdasarkan jumlah

Tujuan tunggal (single goals) dan Tujuan yang banyak (multiple goals)

• Berdasarkan Kejelasan

Tujuan yang dinyatakan (stated goals) dan rujuan yang aktual atau nyata

(real goals)

• Berdasarkan Keluasan dan Waktu Pencapaian

Tujuan Strategis (strategic goals), Tujuan Taktis (tactical goals), dan Tujuan Operasional (operational goals)

(20)

Jenis-jenis Rencana

• Berdasarkan Keluasan dan Waktu Pencapaian

Rencana Strategis (Jangka Panjang), Rencana Taktis (jangka Menengah) dan Rencana Operasional (Jangka Pendek)

• Berdasarkan Kejelasan

Rencana Spesifik (Specific Plans) Rencana Direktif (Directive Plans)

• Berdasarkan Frekuensi Penggunaan

Rencana Sekali Pakai (single-use plans), dan Rencana yang dipergunakan secara terus-menerus (standing plans)

(21)

Hubungan antara Rencana dan Tujuan

Tujuan Organisasi

Tujuan Strategis (Jangka Panjang)

Tujuan Taktis (Jangka Menengah)

Tujuan Operasional (Jangka Pendek)

Rencana Strategis

Rencana Taktis

(22)

Pendekatan dalam Penetapan Tujuan

• Pendekatan Tradisional (Traditional Goal Setting)

• Pendekatan Manajemen Berdasarkan

(23)

Pendekatan Tradisional

dalam Penetapan Tujuan

Tujuan Manajemen Puncak

Tujuan Manajemen Divisi Tujuan Manajemen Departemen Tujuan Pekerja secara Individual

Kita memerlukan peningkatan kinerja perusahaan

Kami ingin melihat peningkatan signifikan pada keuntungan dalam divisi kami

Tingkatkan Keuntungan bagaimanapun caranya Jangan khawatirkan kualitas, bekerjalah dengan cepat

(24)

Pendekatan MBO

Pimpinan

Bawahan

dan Perencanaan Bersama Penentua n Tujuan Penentuan Standar Pemilihan Kegiatan Pelaksanaan pada setiap Pihak Bawahan Menunjukkan kinerja terbaik Pimpinan memberikan pengarahan Evaluasi Bersama

Analisa Hasil yang dicapai

Mendiskusikan akibat dari hasil yang dicapai Memperbaharui siklus

(25)

Kekuatan dan Kelemahan MBO

Kekuatan

Kelemahan

MBO melakukan integrasi fungsi

perencanaan dan pengawasan ke dalam suatu sistem yang rasional dalam

manajemen

MBO mendorong organisasi untuk

menentukan tujuan dari tingkatan atas hingga tingkatan bawah dari

manajemen

MBO memfokuskan pada hasil akhir daripada niat yang baik maupun faktor personal.

MBO mendorong adanya manajemen diri dan komitmen dari setiap orang melalui partisipasi pada setiap tingkatan manajemen dalam penentuan tujuan

MBO dianggap terlalu

menyederhanakan kegiatan dengan berusaha untuk menyelesaikan segala sesuatu.

MBO secara cepat akan ditolak oleh manajer yang memiliki gaya

otoriter (yang bisa saja disebabkan karena orang-orang yang bertipe X dari McGregor) dan oleh mereka yang menerapkan birokrasi yang tidak fleksibel dan ketat.

MBO memerlukan banyak waktu dan usaha dalam implementasinya

MBO dapat menjadi tantangan bagi manajer yang kurang memiliki

(26)

Beberapa Alat Bantu perencanaan

• Bagan Arus (Flow Chart)

• Bagan Gantt (Gantt Chart)

• Jaringan PERT (PERT Network)

• dll

(27)

Contoh Bagan Arus (Flow Chart)

Mulai Perlu Buku Bacaan? Beli Buku Bacaan ? Ya Berhenti Tidak Selesai Tidak Pinjam Ya Membeli Buku Bacaan yang diinginkan Membaca Buku Yang diinginkan

(28)

Contoh Bagan Gantt

Pekerjaan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

1. Pembelian Bahan Baku

2. Proses Produksi

3. Pergudangan

4. Pengiriman

(29)

Contoh Jaringan PERT

Te=2¼ Te=5 ¼ Te=1 Te=7 ¼ Te=2 Te=2 Te=6 A B C D E F G H I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Te=4 ¼ Te=3 Te=1

= Kegiatan-kegiatan(Activites) dalam kerangka PERT, dimana pada contoh diatas dapat memerlukan waktu pengerjaan antara 1 hari hingga 7 ¼ hari.

= Kejadian-kegiatan (Events) yang menjadi indikator sebelum kegiatan dilaksanakan. Misalnya, setelah kejadian A terjadi, maka pengerjaan kegiatan 1 dapat dilaksanakan, dan seterusnya.

= Waktu Pengerjaan Kegiatan berdasarkan Te. Dari contoh diatas terdapat waktu pengerjaan berdasarkan Te yang berbeda-beda, dari mulai 1 hari hingga paling lama 7 ¼ hari. Secara keseluruhan contoh pengerjaan berdasarkan Jaringan PERT diatas akan membutuhkan waktu selama 21 ¾ hari yaitu dengan menjumlahkan salah satu jalur jaringan untuk waktu yang terpanjang, yaitu Te1=4 ¼ + Te2=6 + Te5=2 + Te8=2 +

Te9=5 ¼ + Te10=2 ¼ sehingga total keseluruhannya adalah 21 ¾ hari.

(30)

Penyelesaian Masalah

dan Pengambilan Keputusan

Masalah vs Gejala

“ if we fail to identify the problem, we will fail to solve the problem “

• Penentuan faktor Penyebab

• Pendekatan dalam Penyelesaian Masalah

• Pengambilan Keputusan atas alternatif

(31)

Lingkungan dan Pengambilan Keputusan

• Keputusan pada saat Keadaan yang pasti (certainty)

• Keputusan pada saat Keadaan yang tidak pasti

(uncertainty)

• Keputusan pada saat Keadaan mengandung resiko

(32)

Proses Pengambilan Keputusan

INVESTIGASI SITUASI Identifikasi Masalah Diagnosa Penyebab Identifikasi Tujuan dari Keputusan yang akan diambil PENENTUAN ALTERNATIF Identifikasi berbagai altenatif keputusan

Evaluasi belum dilakukan pada tahap ini

PENILAIAN ALTERNATIF DAN PENENTUAN KEPUTUSAN Evaluasi dan Penilaian alternatif yang ada Penentuan Alternatif yang terbaik IMPLEMENTASI DAN PENGAWASAN Rencana Implementasi

Impelementasi dari Rencana yang telah dibuat

Pengawasan terhadap langkah implementasi

1 2

3 4

(33)

Tahapan Evaluasi Alternatif

Apakah alternatif yang ada memberikan kemungkinan hasil yang positif atau netral ? Apakah alternatif yang ada memuaskan ? Apakah alternatif yang ada memungkinkan ? TIDAK YA TIDAK YA TIDAK YA Batalkan alternatif Batalkan alternatif Batalkan alternatif

(34)

Keterbatasan dalam Pengambilan Keputusan

Keterbatsan Dalam Pengambilan Keputusan yang rasional

Keterbatsan Dalam Pengambilan Keputusan Keterbatsan Dalam Pengambilan Keputusan Keterbatsan Dalam Pengambilan Keputusan Keterbatasan Sumber Daya Kelebihan Informasi Keterbatasan Ingatan Masalah Keahlian

(35)

Memperbaiki Keputusan

• Penggunaan Aturan terhadap Alternatif Keputusan

Kriteria Prioritas, Kriteria Minimum

• Pengujian Terhadap Berbagai Alternatif Keputusan

• Pengambilan Keputusan secara berkelompok

(36)

Referensi:

Yusuf Wibisono.2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR –Corporate Social Responsibility. Fascho Publishing,

Gresik

(37)

Corporate Social Responsibility (CSR)

Hubungan antara organisasi dan komunitas bukanlah sekedar soal bertetangga, hubungan ini lebih tepat dipandang sebagai wujud tanggung jawab sosial organisasi atau perusahaan atau dalam istilah populernya saat ini disebut sebagai Corporate

Social Responsibility (CSR).

A. Pengertian CSR

CSR merupakan bentuk perhatian suatu perusahaan atau organisasi terhadap kepentingan-kepentingan masyarakat dengan bertanggung jawab pada dampak yang ditimbulkan dari aktifitas operasional perusahaan.

(38)

The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) mendefinisikan CSR adalah:

“ komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal, dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karywan dan keluarganya, sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas”

sedangkan Yusuf Wibisono mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahan kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial dan lingkungan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

(39)

B. Perkembangan Konsep CSR

Wujud tanggung jawab sosial organisasi berkembang di awal tahun 60-an, sebagai respon terhadap nilai-nilai sosial yang berubah, dengan munculnya perdebatan tentang isu-isu sosial yang mengharuskan organisasi untuk mematuhi tanggung jawab hukum yang baru.

Isu-isu bisa berupa kesempatan kerja, lingkungan hidup atau keamanan produk dan sebagainya.

Dengan tanggung jawab sosial berarti organisasi dapat dipandang dari 2 sisi yaitu : Sebagai lembaga bisnis yang mencari keuntungan, disisi lain dipandang juga sebagai lembaga sosial lantaran memikul beban tanggung jawab bagi masyarakat.

(40)

Create Profit Inc. menggambarkan 3 tahapan perkembangan konsep tanggung jawab sosial organisasi bisnis dalam konteks community relations :

1. Th 1960-1970-an, pemberian sumbangan sebagai respon atas kebutuhan lokal dan manajemen CEO

2. Th.1980-1990-an, berkembang model kewarga negaraan korporat

3. Th.1999 berkembang konsep aliansi strategis yang terkait dengan tujuan organisasi.

Konsep CSR (Corporate Social Responsibility) seringkali

dikaitkan dengan isu GCG (good corporate governance) dan Triple Bottom Line.

(41)

C. Hubungan CSR dengan GCG

Good corporate governance (GCG), dalam arti sempit

dipahami sebagai suatu sistem dan seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang

berkepentingan, terutama antara pemegang saham dan

dewan komisaris serta dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan.

Sedangkan dalam arti luas, GCG digunakan untuk mengatur hubungan seluruh kepentingan stakeholders secara

proporsional dan mencegah terjadinya keslahan-kesalahan yang signifikan dalam strategi perusahaan sekaligus

memastikan bahwa kesalahan yang terjadi bisa diperbaiki dengan segera.

(42)

Dalam tataran praktis, GCG merupakan tatakelola perusahaan yang baik agar perilaku para pelaku bisnis mempunyai arahan yang bisa dirujuk.

Terdapat lima prinsip GCG yang dijadikan pedoman bagi pelaku bisnis, yaitu:

1. Transparency (keterbukaan informasi 2. Accountability (Akuntabilitas)

3. Responsibility (Tanggung Jawab) 4. Independency (kemandirian)

(43)

Berdasarkan prinsip-prinsip GCG tersebut, terutama prinsip

responsibility, dapat ditarik benang merah keterkaitan antara

CSR dan GCG. Penerapan prinsip responsibility tersebut, perusahaan memperhatikan kepentingan stakeholdernya

sebagai bentuk konsekuensi dari operasional perusahaannya. Penerapan CSR adalah salah satu bentuk implementasi dari

konsep Good Corporate Governance (GCG).

Konsep CSR juga sering dikaitkan dengan konsep Triple Bottom Line, yaitu bahwa perusahaan tidak hanya mengedepankan

(44)

D. Konsep Triple Bottom Line

John Elkington mengembangkan konsep triple bottom line dalam istilah economic prosperity, environmental quality dan

social justice.

Menurut Elkington, perusahaan yang ingin berkelanjutan harus memperhatikan ‘3P’ (Profit, People, Planet), yaitu

bahwa selain mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan

kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkonstribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet)

(45)

Semakin disadari bahwa kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin perusahaan tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi terkait lainnya, termasuk dimensi sosial.

Dengan demikian, CSR adalah salah satu bentuk investasi masa depan. Karena melalui hubungan yang harmonis dan citra baik, timbal baliknya, masyarakat juga ikut menjaga eksistensi perusahaan.

(46)

E. Prinsip-prinsip CSR

Prof. Alyson Warhurst mengajukan prinsip-prinsip CSR adalah sebagai berikut:

1. Prioritas Korporat 2. Manajemen Terpadu

3. Proses Perbaikan berkesinambungan 4. Pendidikan Karyawan

5. Pengkajian Dampak Sosial 6. Produk dan Jasa

7. Informasi Publik

(47)

9. Penelitian

10. Prinsip Pencegahan

11. Kontraktor dan Pemasok 12. Siaga Menghadapi darurat 13. Transfer best practice

14. Memberi Sumbangan 15. Keterbukaan

(48)

SIGNIFIKANSI PROGRAM

(49)

Referensi :

Yusuf Wibisono.2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR – Corporate Social Responsibility. Fascho Publishing, Gresik

(50)

Implementasi CSR

di perusahaan pada umumnya

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

Pertama,

terkait dengan komitmen pimpinannya.

Perusahaan dengan pemimpin yang memiliki sensitifitas

dan kepedulian sosial yang tinggi akan memiliki

komitmen tinggi terhadap CSR, begitu pula sebaliknya.

Kedua,

terkait dengan ukuran dan kematangan

perusahaan. Perusahaan yang besar dan stabil lebih

berpotensi untuk melaksanakan CSR.

Ketiga,

regulasi dan sistem perpajakan yang diatur

pemerintah. Semakin kondusif regulasi dan semakin

besar insentif pajak yang diberikan, akan lebih

berpotensi memberi semangat kepada perusahaan untuk

berkonstribusi kepada masyarakat.

(51)

A. Arti Penting CSR

Ada tiga alasan penting mengapa perusahaan harus mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi usahanya.

1. Perusahaan adalah bagian dari masyarakat sehingga harus memperhatikan kepentingan masyarakat. Kegiatah sosial ini berfungsi sebagai kompensasi atau upaya timbal balik atas penguasaan sumber daya alam dan sumber adaya ekonomi oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansif atau eksploratif.

2. Kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan simbiosa mutualisme. Hal tersebut penting untuk mewujudkan harmonisasi hubungan dan erat kaitannya dengan citra dan performa perusahaan.

(52)

3. Kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah

satu cara untuk meredam atau bahkan

menghindari konflik sosial. Potensi konflik itu bisa

akibat dari operasional perusahaan atau akibat

kesenjangan struktural dan ekonomis yang timbul

antara

masyarakat

dengan

komponen

perusahaan.

(53)

B. Beberapa Alasan Implementasi CSR oleh Perusahaan

Ada tiga kategori alasan perusahaan melaksanakan CSR, yaitu:

Pertama, karena alasan keterpaksaan, maksudnya CSR dipraktekan karena adanya dorongan eksternal.

Misalnya, tanggung jawab PT. Lapindo Brantas kepada para korban lumpur di Sidoarjo terjadi karena adanya faktor lingkungan dan faktor sosial.

Selain itu, CSR yang diterapkan untuk dorongan membangun citra perusahaan (faktor reputasi). Misalnya berbagai bentuk program CSR yang diarahkan untuk membentuk citra atau opini publik yang positif.

(54)

Kedua, karena alasan pemenuhan kewajiban, maksudnya CSR dipraktekan karena adanya regulasi, hukum dan aturan yang memaksanya. Misalnya yang terjadi pada perusahaan-perusahaan di Amerika.

Selain itu, CSR yang diterapkan karena adanya penghargaan atau reward yang diberikan oleh segenap institusi atau lembaga. Misalnya CSR award.

Ketiga, karena alasan tanggung jawab sosial yang tulus. Maksudnya CSR diaplikasikan dengan kesadaran perusahaan terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan.

(55)

B. Benefit Implementasi CSR

Ada beberapa keuntungan yang bisa diraih perusahaan dari penerapan program CSR, yaitu:

1. Mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan

2. Layak mendapatkan social license to operate 3. Mereduksi resiko bisnis perusahaan

4. Melebarkan akses sumber daya

5. Membentangkan akses menuju market 6. Mereduksi biaya

(56)

8. Memperbaiki hubungan dengan regulator

9. Meningkatkan semangat dan produktifitas karyawan 10. Peluang mendapatkan penghargaan

(57)

Rogovsky menyusun manfaat keterlibatan

komunitas-perusahaan adalah sebagai berikut:

Komunitas pada Perusahaan

• Reputasi dan citra lebih baik

• Lisensi untuk beroperasi secara sosial

• Bisa memanfaatkan pengetahuan dan tenaga kerja lokal • Keamanan yang lebih besar

• Infrastruktur dan lingkungan sosial ekonomi yang lebih baik • Menarik dan menjaga personel yang kompeten untuk memiliki

komitmen yang tinggi

• Menarik tenaga kerja, pemasok, pemberi jasa, dan pelangan lokal

yang bermutu

(58)

Perusahaan pada Komunitas

• Peluang penciptaan kesempatan kerja, pengalaman kerja dan pelatihan

• Pendanaan investasi komunitas pengembangan infrastruktur

• Keahlian komersial

• Kompetisi teknis dan personal individual pekerja yang terlibat.

• Representatif bisnis sebagai jurus promosi bagi prakarsa-prakarsa komunitas.

(59)

Rogovsky menunjukan profil organisasi yang menjalankan

konsep tanggung jawab social ( CSR), seperti berikut:

1. Pendekatan yang menggabungkan nilai dan strategi Organisasi yang mampu memadukan antara etika korporat yang ada, yang berkenaan dengan keterlibatan komuniatas yang besar dengan strategi baru.

2. Yakin bahwa keberhasilan korporat hanya bisa dicapai bila

komunitasnya pun berhasil. Tingginya kinerja perusahaan-perusahaan ditunjukan dengan adanya hubungan simbiotis antara keberhasilan organisasi dan kesejahteraan komunitas.

3. Derajat intensitas tinggi.Memprioritaskan intensitas keterlibatan komunitas organisasi dan menyelaraskan tindakan-tindakan yang menunjang komitmen keterlibatan komunitas itu.

(60)

4. Derajat Integrasi Tinggi

Integrasi berarti communty relations dan kontribusi dijalankan secara bersama-sama dengan tujuan komplementer dan tanggung jawab komunitas dijalankan semua divisi opersional. 5. Program yang responsif terhadap stakeholder komunitas

Organisasi bersikap proaktif dan para manajer menjalankan kegiatan yang berempati pada komunitas.

6. Pendekatan kesatuan dalam perencanaan program

Mengakui bahwa setiap lokasi dan kelompok bisnis mungkin saja membutuhkan serangkaian program yang tepat untuk setiap lokasi dan kelompok bisnis.

(61)

7. Kemampuan dalam manajemen perubahan

Manajer corporate community relations adalah agen perubahan yang trampil dan membuat organisasi bisa menerima perubahan yang terjadi pd komunitas dan masyarakat.

8. Mendukung beberapa kegiatan

Perusahaan menyadari bahwa akan muncul dampak yang lebih besar bila perusahaan mendukung beberapa isu yang sedang berkembang.

9. Secara aktif bermitra dengan organisasi non profit

Perusahaan bekerjasama dengan organisasi pendukung untuk bersama-sama merumuskan tujuan , bukan hanya sekedar memberikan uang pada organisasi itu.

(62)

BENTUK PROGRAM

(63)

Referensi:

Yosal Iriantara, 2004, Community Relations, Simbiosa Rekatama Media, Bandung. Hal 161 - 179

(64)

Semenjak diberlakukan otonomi daerah di Indonesai, tuntutan komunitas lokal pada organisasi bisnis meningkat. Komunitas lokal memiliki beberapa tuntutan, seperti memprioritaskan tenaga kerja lokal, memberikan bantuan pada komunitas lokal atau menuntut pembangunan fasilitas sosial.

Adapun harapan komunitas yang harus dipahami perusahaan adalah

1. Income atau pendapatan, 2. Kontribusi perusahaan

(65)

A. Kemitraan Bisnis-Komunitas

Kemitraan dikembangkan sebagai wujud keterlibatan komunitas organisasi bisnis dan organisasi bisnis memandang dirinya bukan sekedar mesin ekonomi yang bekerja untuk mendapatkan keuntungan tapi juga memandang dirinya sebagai institusi sosial yang bisa memberikan manfaat secara sosial.

Ada tiga bentuk pola kemitraan, yaitu: 1. Pola kemitraan Kontra Produktif

2. Pola kemitraan Semi produktif 3. Pola kemitraan Produktif

(66)

• Pola kemitraan kontra produktif

 Pola ini terjadi jika perusahaan masih berpijak pada pola

konvensional yang hanya mengutamakan kepentingan shareholders (pemegang saham).

 Fokus perusahaan bertumpu pada usaha meraih

keuntungan yang sebesar-besarnya sehingga hubungan perusahaan, pemerintah dan masyarakat hanya sekedarnya.

 Perusahaan berjalan dengan targetnya sendiri, pemerintah tidak peduli dan masyarakat tidak mempunyai akses kepada perusahaan.

(67)

• Pola kemitraan semi produktif

Pola kemitraan perusahaan dan komunitas ini masih mengacu pada kepentingan jangka pendek. Pemerintah dan masyarakat dianggap sebagai objek. Kemitraan masih belum strategis dan masih mengedepankan kepentingan diri perusahaan, bukan kepentingan bersama anatara perusahaan dengan mitranya.

• Pola kemitraan produktif

pola kemitraan ini menempatkan mitra sebagai objek dan dalam paradigma simbiosa mutualisme.

(68)

Tahap I

a) Pihak- pihak bermitra berkumpul untuk

merumuskan kebutuhan bersama.

b) Bila pihak yang bermitra belum pernah

bekerjamasama

maka

pihak-pihak

bermitra itu mengawali dengan proses

mengatasi perbedaan.

c) Mungkin ada kebutuhan pelatihan untuk

membangun pihak-pihak yang bermitra

bisa beroperasi secara efektif

Dengan mengutip Criss Gribben, Rogovsky

menunjukan tahapan-tahapan dalam pengembangan model kemitraan antara bisnis dan komunitas seperti berikut ini:

(69)

b. Kelompok inti awal dari pihak-pihak bermitra menyepakati perlunya melibatkan lebih banyak orang dan lebih banyak organisasi.

c. Pihak-pihak yang bermitra mengembangkan mekanisme untuk mengkaji kebutuhan dan ukuran tindakan yang diusulkan untuk dilaksanakan

d. Pihak-pihak bermitra memadukan informasi yang diperoleh dari kajian kebutuhan dengan visi dan misi untuk menyusun agenda kegiatan

a. Lewat proses dialog dan diskusi, pihak-pihak yang bermitra membentuk landasan bersama dan berupaya menemukan visi dan misi yang disepakati bersama.

(70)

Tahap III

a. Merancang dan menjalankan kerangka kerja

formal dan struktur organisasi kemitraan

b. Pihak-pihak

yang

bermitra

menyusun

tujuan, sasaran, dan objektif tertentu terkait

dengan agenda kegiatan.

c. Bila

memadai,

eksekutif

kemitraan

menunjuk atau memilih tim manajemen

(meski hanya seorang) untuk mengawasi

pelaksanaan pekerjaan.

(71)

a. Kemitraan menyampaikan rencana aksi, baik berupa pemberian layanan maupun beberapa fungsi lain.

b. Eksekutif kemitraan berupaya untuk menjaga keterlibatan-pihak-pihak yang bermitra , merumuskan kebijakan dan menjamin berjalannya akuntabilitas kemitraan

c. Ada proses yang terus berlangsung untuk menilai

mengevaluasi dan menyempurnakan operasi kemitraan

(72)

1. Bila diperlukan, para pihak yang bermitra hendak

menyusun strategi penghentian kemitraan (exit

stratgy). Strategy ini mencakup penyusunan

sejumlah tujuan baru untuk mempertahankan dan

melanjukan tugas kemitraan

2. Pihak-pihak yang bermitra sebaiknya menciptakan

hidup sesudah mati dengan mengalihkan kembali

aset-aset kemitraan pada komunitas tempt

kemitraan dijalankan

(73)

B. Pengembangan Masyarakat

Bentuk lain kegiatan community relations yang dilakukan organisasi bisnis adalah pengembangan masyarakat (community development). Dimana masyarakat adalah partisipan sekaligus pemetik manfaat (beneficiaries) dari pembangunan.

Kindervatter menyatakan komponen dari pengembangan masyarakat adalah :

a. Berorientasi pada kebutuhan baik material maupun non material.

b. Memanfaatkan kesejatian (endogenous) masyarakat setempat termasuk visi dan misi tentang masa depan

c. Mandiri yang berarti mendasarkan pada kekuatan dan sumber daya yang dimiliki.

(74)

d. Bersifat ekologis yang memanfaatkan sumber daya secara rasional dan penuh kesadaran.

e. Didasarkan pada transformasi struktural yang berarti adanya perubahan dalam relasi sosial, kegiatan ekonomi dan struktur kekuasaan.

Metode yang digunakan untuk pengembangan masyarakat ini adalah PRA ( Participatory Rural Appraisal)

PRA adalah pendekatan dan metode yang mendorong masyarakat pedesaan untuk turut serta meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri agar mereka membuat rencana dan tindakan(Robert Chambers).

(75)

PRA dijalankan dengan berpegang pada prinsip-prinsip

dasar berikut ini:

1. Mengutamakan mereka yang terabaikan 2. Pemberdayaan (penguatan) masyarakat

3. Masyarakat sebagai pelaku, orang luar sebagai fasilitator 4. Saling belajar dan menghargai perbedaan

5. Santai dan informal 6. Triangulasi

7. Mengoptimalkan hasil 8. Orientasi praktis

9. Keberlanjutan dan selang waktu 10. Belajar dari kesalahan

(76)

Bahwa praktik community relations yang bernuansa kegiatan amal atau filantrofis dewasa ini mulai bergeser menjadi kegiatan strategis. Bukan lagi memberi melainkan bersama-sama mengembangkan, sehingga keberlanjutan organisasi menjadi terjaga.

Wujud tanggung jawab sosial korporat itu akhirnya memang bermuara pada pembuatan laporan sosial untuk mencerminkan transparansi dan akuntabilittas. Namun apa yang dilaporkan tentu saja merupakan kegiatan nyata yang dikembangkan dan dijalankan oleh organisasi bisnis bersama-sama dengan komunitas sekitarnya.

(77)
(78)

Referensi :

Yosal Iriantara, 2004.Community relations, Simbiosa Rekatama Media. Bandung. Hal 73-91

(79)

Proses PR dalam Community Relations

Community relations

pada dasarnya adalah kegiatan PR

maka langkah-langkah dalam proses PR pun mewarnai

langkah-langkah daam community relations

Fokus

kegiatan

community

relations

adalah

permasalahan

yang

dihadapi

komunitas,

bukan

permasalahan yang dihadapi organisasi. Namun dampak

dari

penyelasaian

permasalahan

yang

dihadapi

komunitas itu akan dirasakan juga oleh organisasi.

(80)

Proses kegiatan community relations bisa dipandang

berdasarkan dua pendekatan :

Pertama, dalam konsep PR lama yang memposisikan organisasi

sebagai pemberi donasi, maka program community relations hanyalah bagian dari aksi dan komunikasi dalam proses PR.

Kedua,pendekatan dengan memposisikan komunitas sebagai mitra dan konsep komunitasnya bukan sekedar kumpulan orang yang berdiam disuatu wilayah operasi organisasi. Disini organisasi menampilkan sisi dirinya sebagai satu lembaga sosial yang bersama-sama dengan komunitas berusaha memecahkan permasalahan yang dihadapi komunitas. Baik organisasi dan komunitas bersama-sama mengerahkan sumber daya yang dimilikinya untuk memecahkan masalah dan mencapai tujuan bersama.

(81)

1. Pengumpulan fakta

Pengumpulan fakta permasalahan sosial yang ada dapat ditemukan dari berbagai sumber seperti media massa, data statistik, obrolan warga masyarakat, keluhan langsung dari warga masyarakat atau hasil penelitian dan laporan dari lembaga sosial masyarakat (LSM/NGO).

2. Perumusan Masalah

Masalah adalah adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan yang dialami, yang untuk menyelesaikannya diperlukan kemampuan menggunkan pikiran dan ketrampilan secara tepat.

Dalam merumuskan masalah itu kita mulai memfokuskan pada komunitas organisasi apakah komunitasnya berdasarkan lokasi atau dipandang sebagai struktur interaksi maka komunitas lepas dari pertimbangan kewilayahan, tetapi lebih pada pertimbangan kesamaan kepentingan.

Dengan pendekatan yang kedua maka tahapan dalam proses kegiatan community relations organisasi melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

(82)

3. Perencanaan dan Pemrograman

Perencanaan adalah suatu perkiraan yang didasarkan pada fakta dan informasi tentang sesuatu yang akan terwujud atau terjadi nanti.

Untuk bisa mewujudkan apa yang diperkirakan maka dibuatlah suatu program. Program merupakan cara cara untuk mecapai tujuan tersebut. Setiap program biasanya diisi dengan berbagai kegiatan. Kegiatan sebagai bagian dari program merupakan langkah-langkah yangditempuh untuk mewujudkan program guna mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

(83)

4. Aksi dan Komunikasi

Aspek aksi dan komunikasi inilah yang menjadi watak yang membedakan kegiatan community relations dalam konteks PR dan bukan PR. Watak PR-nya ditampilkan lewat kegiatan komunikasi. Dalam community relations selalu ada aspek bagaimana menyusun pesan yang ingin disampaikan kepada komunitas serta melalui media apa dan dengan cara bagaimana. Sedangkan aksi sebagai implementasi program yang sudah direncanakan pada dasarnya sama saja dengan implementasi program apapun.

(84)

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan keharusan dalam konteks community relations perlu diingat bahwa evaluasi bukan hanya dilakukan terhadap penyelengaraan program atau kegiatannya belaka, melainkan juga dievaluasi bagaimana sikap komunitas terhadap organisasi, Evaluasi sikap publik itu diperlukan karena pada dasarnya community relations ini meski merupakan tanggung kawab sosial organisasi tetap merupakan kegiatan PR.

(85)

C. Langkah-Langkah Community Relations.

Kegiatan community relations saat ini tidaklah lagi dimaknai sebagai

kegiatan filantropis yang memosisikan organisasi seolah-olah seorang dermawan yang membagi-bagi uang dan barang pada komunitas, sehingga komunitas merasakan ada manfaat kehadiran organisasi ditengah lingkungannya hanya melalui pemberian dari organisasi itu.

Menurut Waddock dan Boyle, kini pendekatan yang digunakan dituntut untuk bersifat “strategis”. Program community relations organisasi kini bukan lagi sekedar penyangga antara organisasi dan lingkungannya melainkan menjalankan fungsi yang mesti mengintegrasikan kepentingan-kepentingan stake holder, khususnya karyawan dan komunitas kedalam kepentingan organisasi.

(86)

Dengan perubahan pendekatan yang ada maka membutuh kan staff PR yang menangani community relations adalah orang yang memiliki pengetahuan yang komprehensif mengenai komunitas lokal, kebutuhan-kebutuhan komunitas itu, memiliki keahlian menangani organisasi serta sifat bisnis dan teknologi orgnisasi komunitas lokal yang sangat beragam.

Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah bagaimana organisasi dipandang oleh komunitasnya, karena hal ini akan sangat menentukan langkah-langkah membangun hubungan dengan komunitas tersebut.

(87)

Robert DeMartinis menjelaskan

langkah-langkah dalam community relations bagi

organisasi non profit sebagai berikut

:

1. Merumuskan komunitas organisasi dan berbagai kelompok yang ada didalamnya.

2. Menentukan tujuan program community relations organisasi apa yang ingin dicapai organisasi pada masing-masing

kelompok dalam komunitas tersebut.

3. Menyusun pesan yang hendak disampaikan

4. Memilih metode yang paling baik dalam penyampaian pesan. 5. Melaksanakan Program community relations

(88)

Liz Brown, selanjutnya menguraikan langkah-langkah

community relations untuk organisasi bisnis yaitu;

1. Segmentasi

– Dimana publik sasaran komunitas dibagi dan diidentifikasi

berdasarkan, demografi ataupun psikografi.

2. Skala prioritas

– Didasarkan pada komunitas yang paling memiliki kekuatan untuk

mendukung atau menghambat pencapaian tujuan bisnis

organisasi.

3. Penelitian

– Untuk mengetahui bidang perhatian utama dikalangan komunitas

(89)

4. Pemuka Pendapat pada kelompok sasaran

– Cara

lain

mengetahui

dan

memahami

permasalahan

komunitas

adalah

dengan

berbicara pada pemuka pendapatnya.

5. Penyelarasan

– Perlunya penyelarasan terhadap permasalahan

yang dihadapi dan harapan yang dirasakan

komunitas terhadap organisasi, begitu juga

sebaliknya

tujuan

organisasi

dengan

permasalahan komunitas.

(90)

Perbedaan Langkah CR organisasi

profit dan non profit

Organisasi Non Profit Organisasi Bisnis Fokus utama Melalui kegiatan

komunikasi untuk

mendapatkan dukungan dari komunitas untuk

menjalankan roda

organisasi agar mampu menjalankan tugsanya memberikan pelayanan

kepada publik yang menjadi sasaran kegiatan

Dukungan komunitas untuk mencapai tujuan organisasi

Kegiatannya Kampanye komunikasi Tidak hanya kampanye komunikasi , tetapi juga memberikan bantuan

modal, bantuan manajemen, fasilitas kesehatan,

(91)

Dengan demikian untuk melakukan kegiatan cummnity relations harus dipahami terlebih dahulu waktak organisasi ; apakah organisasi non profit ataukah organisasi bisnis yang berorientasi pada pencarian keuntungan. Perbedaan watak akan membawa pada perbedaan dalam jenis kegiatan yang akan dilakukan organisasi.

Dikembalikan proses PR sebagai induk program maka pada dasarnya langkah-langkah community relations baik untuk organisasi nonprofit maupun organisasi bisnis sama saja. Langkah-langkah yang berbeda pada kedua jenis orgnisasi pada dasarnya lebih disebabkan perbedaan watak organisasi.

(92)

D. Kebijakan Community Relations

Community relations merupakan sebuah program yang dilandasi kebijakan (policy) organisasi. Dengan memandang community relations sebagai kebijakan maka bisa tampak seberapa besar dan seberapa jauh komitmen organisasi terhadap komunitas.

Menurut Wheelen dan Hunge, kebijakan merupakan pedoman umum untuk mengambil keputusan pada seluruh organisasi. McLaughlin menyatakan kebijakan memiliki makna ganda.

Kebijakan bisa berupa “kerangka kerja yang menjadi pedoman pengambilan keputusan dalam hal tertentu dan menunjukan maksud-maksud yang lebih besar” dan bisa pula berupa” rencana umum tindakan”.

(93)

Bila program community relations organisasi dijalankan sebagai satu kebijakan organisasi maka program tersebut akan memiliki landasan yang kokoh untuk dijalankan. Karena kebijakn tersebut merupakan penjabaran dari strategi umum yang dijalankan satu organisasi untuk mencapai tujuannya.Kalaupun ada perubahan tapi bukan hal yang mendasar melainkan lebih merupakan penyesuaian.

Kecuali terjadi tekanan eksternal atau internal yang selanjutnya memaksa organisasi merubah kebijakan strategi organisasinya otomatis juga akan merubah kebijakan organisasi termasuk didalamya program community relations.

(94)

Lubna Forzley menyatakan, ada lima hal penting yang dalam pelaksanaan program Community Relations dengan pendekatan strategis, yaitu bahwa:

1. Tanpa keterlibatan semua pihak, tidak akan ada yang tercapai.

2. Keterlibatan komunitas secara strategis selalu memberikan hasil yang terbaik bagi semua pihak.

3. Keterlibatan komunitas secara strategis menghasilkan visibilitas yang baik.

4. Keterlibatan komunitas secara strategis menghasilkan peningkatan pengembangan kapasitas.

5. Keterlibatan komunitas secara strategis mempersyaratkan adanya proses dan sistem pengukuran

(95)

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk Program Kemitraan yang dilakukan oleh PUKK sebagai pelaksana tanggung jawab sosial perusahaan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah antara lain; pemberian kredit

Setelah itu community relations melakukan evaluasi bersama dengan Public Relations untuk mengetahui nilai program dan kegiatan community relations, membuat analisa kekurangan

Proses kliring transaksi bursa yang dilakukan secara netting oleh KPEI sepanjang tahun 2011, telah mencapai efisiensi volume penyelesaian transaksi bursa dengan rata-rata harian

Pengungkapan sosial perusahaan perlu dilakukan sebagai wujud pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok

Selain berbagai upaya internal yang dilakukan untuk kegiatan operasional yang lebih ramah lingkungan, di lingkup eksternal BCA juga mengadakan kerja sama dengan berbagai lembaga

Menurut Chris (1972) tanggung jawab sosial adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak dari keputusan dan kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan, melalui

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY CSR Corporate Social Responsibility CSR Bank NTT mengambil peranan penting dalam ikut berpartisipasi aktif melalui program tanggungjawab sosial

Tidak hanya kuat dalam bisnis keuangan dan perbankan, BCA turut membangun negeri melalui kontribusinya dalam program Bakti BCA BCA yang mendukung pembangunan keberlanjutan di Indonesia