I. Voltage Source Inverter (VSI)
A. Six-Step VSI
B. Pulse-Width Modulated VSI
II. Metode PWM
A. Sinusoidal PWM
B. Hysteresis (Bang-bang) C. Space Vector PWM
¾Voltage Source Inverter Tiga Fasa Six Step
Gambar 1 Three phase voltage source inverter
3
Voltage Source Inverter (VSI)
Six-Step VSI
Six-Step VSI
¾ Urutan Switching:
561 (V ) → 612 (V ) → 123 (V ) → 234 (V ) → 345 (V ) → 456 (V ) → 561 (V )
dimana, 561 berarti S5, S6 and S1 di-ON-kan sedangkan switch lainnya OFF
Voltage Source Inverter (VSI)
Six-Step VSI
Six-Step VSI
¾ Tegangan line-to-line (Vg g ( abab, Vbcbc, Vcaca) dan tegangan line-to-neutral (V) g g ( anan, Vbnbn, Vcncn))
Ö V b = V N - VbN Tegangan line-to-line Ö Vab VaN VbN Ö Vbc = VbN - VcN Ö V = V V Ö Vca = VcN - VaN Tegangan fasa Ö Van = 2/3VaN - 1/3VbN - 1/3VcN Ö Vbnbn = -1/3VaNaN + 2/3VbNbN - 1/3VcNcN Ö Vcn = -1/3VaN - 1/3VbN + 2/3VcN
Voltage Source Inverter (VSI)
Six-Step VSI
Six-Step VSI
¾ Amplitud tegangan line to line (V
p
g
g
(
abab, V
,
bcbc, V
,
caca)
)
Komponen frekuensi fundamental (Vab)1
dc dc dc
6
V
0
.
78
V
2
V
4
2
3
≈
=
=
π
π
(rms)
)
(V
ab 1 Komponen frekuensi harmonik (Vab)h
: amplitud harmonik menurun dengan naiknya orde harmoniknya : amplitud harmonik menurun dengan naiknya orde harmoniknya
V
78
.
0
dc
ab
=
h
(rms)
)
(V
h
3
)
2
1
(
1
6
h
di
±
h
3,...)
2,
1,
(n
1
6n
h
dimana,
=
±
=
Voltage Source Inverter (VSI)
Six-Step VSI
Six-Step VSI
¾ Karakteristik VSI Six Step
p
Disebut “inverter six-step” karena adanya enam step pada bentuk gelombang tegangan line-to-netral (fasa) nya.
H ik d 3 d k li t 3 tid k l d t li t
Harmonik orde 3 dan kelipatan 3 tidak muncul pada tegangan line-to-line dan line-to-line-to-neutral. Konsekuensinya juga tidak muncul pada
arusnya.
Amplitud output inverter tiga fasa dapat dikontrol hanya dengan Amplitud output inverter tiga fasa dapat dikontrol hanya dengan
¾ Sasaran PWM
Mengontrol tegangan output inverter Mengurangi harmonik
¾ Kekurangan dari PWM
R i i it hi ik k f k i PWM ti i
Rugi-rugi switching naik karena frekuensi PWM yang tinggi Tegangan output menjadi berkurang
Problem interferensi elektromagnetik (EMI) disebabkan harmonik orde tinggi
¾ Pulse Width Modulation (PWM) ¾ Pulse-Width Modulation (PWM)
¾ Tegangan output inverter
¾ Tegangan output inverter
Jika vcontrol > vtri, VA0 = Vdc/2 Jika vcontrol < vtri, VA0 = -Vdc/2
¾ Kontrol tegangan output inverter
Amplitud dikontrol oleh harga puncak vcontrol Frekuensi PWM sama dengan frekuensi vtri
p g p control
Frekuensi fundamental dikontrol oleh frekuensi vcontrol
1 0
,
2
/
)
(
puncak
A controlV
V
v
m
=
=
∴
¾ Indeks modulasi (m)
A0 1A0
)
:
komponen
frekuensi
fundamenta
l
dari
V
(V
dimana,
2
/
dc triV
v
11
Sinusoidal PWM
Sinusoidal PWM
Hysteresis Band PWM
yste es s a d
¾ Three phase inverter ¾ Three-phase inverter
¾ Bentuk Gelombang
v v v v
g
Ö frekuensi vtri = fs
Frekuensi vtri dan vcontrol
vtri vcontrol_A vcontrol_B vcontrol_C
Ö frekuensi vcontrol = f1
dimana, fs = frekuensi PWM
f1 = frekuensi fundamental
Tegangan output inverter Ö jika vcontrol > vtri, VA0 = Vdc/2 Tegangan output inverter
dimana, VAB = VA0 – VB0 V = V – V
Ö jika vcontrol < vtri, VA0 = -Vdc/2
VBC = VB0 – VC0 VCA = VC0 – VA0
¾ Rasio Modulasi Amplitud (ma) ¾ Rasio Modulasi Amplitud (ma)
1 0
,
2
/
)
(
dc A tri control aV
V
puncak
nilai
v
amplitud
v
puncak
amplitud
m
=
=
∴
A0 1A0
)
:
komponen
frekuensi
fundamenta
l
V
(V
dimana,
¾ Rasio modulasi frekuensi (mf)
l
fundamenta
frekuensi
f
dan
PWM
frekuensi
f
dimana,
,
s=
1=
=
f
f
m
f s,
,
s 1 1f
f mf seharusnya bilangan bulat ganjil
Ö Jika mf bukan bilangan bulat mungkin ada subharmonik pada output tegangan
Ö Jika mf bukan bilangan bulat, mungkin ada subharmonik pada output tegangan
Ö Jika mf bukan ganjil, komponen DC masih ada dan harmonik pada tegangan output m seharusnya adalah kelipatan 3 untuk inverter PWM 3 fasa
mf seharusnya adalah kelipatan 3 untuk inverter PWM 3 fasa Ö Harmonik kelipatan 3 ganjil dan harmonik genap dihilangkan
¾ Inverter Tiga fasa untuk Kontrol Arus Hysteresis ¾ Inverter Tiga fasa untuk Kontrol Arus Hysteresis
¾ Kontroler arus Hysteresis ¾ Kontroler arus Hysteresis
¾ Karakteristik Kontrol Arus Hysteresis ¾ Karakteristik Kontrol Arus Hysteresis
Keunggulan
Ö R di ik t b ik
Ö Respon dinamik yang sangat baik ÖBiaya rendah dan mudah diterapkan Kelemahan
Ö Riak arus yang besar pada steady-state Ö Variasi pada frekuensi switching
Ö Tidak ada inter-komunikasi antara masing-masing kontroler histerisis dari
ketiga fasa, dan akibatnya tidak ada cara untuk membangkitkan vektor tegangan nol. Hasilnya, frekuensi switching bertambah pada indeks
modulasi yang lebih rendah dan sinyal akan melewati pita histeresis setiap kali vektor nol ON.
¾ Tegangan outpur inverter tiga fasa (1) ¾ Tegangan outpur inverter tiga fasa (1)
dimana, transistor atas: S1, S3, S5 transistors bawah: S44, S66, S22
vektor variabel switching: a, b, c
¾ Tegangan output ¾ Tegangan output
S1 sampai S6 adalah 6 transistor yang membentuk tegangan output
P d t k l t ON k l b h d k ki h OFF
Pada saat sakelar atas ON, sakelar bawah pada kaki yang harus sama OFF
Ö Menghasilkan 8 kombinasi pola ON-OFF bagi transistor-transistor atas (S1, S3, S5)
ab 1 1 0 a V ⎥ ⎤ ⎢ ⎡ ⎥ ⎤ ⎢ ⎡ − ⎥ ⎤ ⎢ ⎡
Vektor tegangan line-to-line [Vab Vbc Vca]t
t dc
ca
bc , dimana vektor variabel switching [a b c]
c b 1 0 1 1 1 0 V V V ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣− − = ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ V t t li t t l (t f ) [V V V ]t ⎥ ⎤ ⎢ ⎡ ⎥ ⎤ ⎢ ⎡ − − ⎥ ⎤ ⎢ ⎡ 2 1 1 a 1 Van
Vetor tegangan line-to-netral (tegangan fasa) [Van Vbn Vcn]t
⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣− − − − = ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ c b 2 1 1 1 2 1 V 3 1 V Vbn dc
¾ Tegangan output ¾ Tegangan output
8 vektor tegangangan
inverter (V0 to V7)
¾ Prinsip Space Vector PWM ¾ Prinsip Space Vector PWM
Memperlakukan tegangan sinusoidal sebagai sebuah vektor amplitud konstan
yang berputar pada frekuensi konstan
Teknik PWM ini memperkirakan tegangan referensi Vref lewat kombinasi yang berputar pada frekuensi konstan
kedelapan pola switching (V0 - V7)
Perubahan Koordinat (kerangka referensi abc menjadi kerangka d-q stasioner)Perubahan Koordinat (kerangka referensi abc menjadi kerangka d q stasioner)
: Vektor tegangan tiga fasa ditransformasikan menjadi vektor pada kerangka koordinat d-q stasioner yang mewakili penjumlahan vektor ruang dari ketiga tegangan fasa
Vektor-vektor (V1 - V6) membagi bidang menjadi 6 sektor (masing-masing 60 derajat)
Vref dibangkitkan oleh dua vektor bukan nol yang berdekatan dan dua vektor nol
¾ D
kt
d
kt
it hi
¾ Dasar vektor dan sektor switching
6 vektor aktif (V1,V2, V3, V4, V5, V6) Ö Sumbu heksagonal
Ö Tegangan DC link disuplay ke beban Ö Masing-masing sektor (1 - 6): 60
derajat
2 vektor nol (V0, V7) Ö Pada titik asal
¾ Perbandingan Sinusoidal PWM dan Space Vector PWM ¾ Perbandingan Sinusoidal PWM dan Space Vector PWM
Gambar. Perbandingan lokus tegangan kontrol linier maksimum pada SPWM dan SVPWM
¾ Perbandingan Sinusoidal PWM dan Space Vector PWM
Space Vector PWM membangkitkan distorsi harmonik lebih sedikit pada
output tegangan atau arus dibanding sinusoidal PWM
¾ Perbandingan Sinusoidal PWM dan Space Vector PWM
output tegangan atau arus dibanding sinusoidal PWM
Space Vector PWM menghasilkan penggunaan tegangan suplay yang lebih
efisien dibanding sinuosoidal PWM efisien dibanding sinuosoidal PWM
Ö Sinusoidal PWM
: Lokus vektor referensi berada di dalam lingkaran dengan radius 1/2 Vdc
Ö Space Vector PWM
: Lokus vektor referensi berada di dalam lingkaran dengan radius 1/√3 Vdc
¾ P S V t PWM ¾ Penerapan Space Vector PWM
Langkah 1 Tentukan V V V dan sudut (α)
Langkah 1. Tentukan Vd, Vq, Vref, dan sudut (α)
Langkah 2. Tentukan durasi waktu T1, T2, T0
Langkah 3. Tentukan waktu switching masing-masing transistor (S1 to S6)
¾ Langkah 1. Menentukan Vd, Vq, Vref, dan sudut (α) cn bn an cn bn an d V 2 1 V 2 1 V cos60 V cos60 V V V − − = ⋅ − ⋅ − = ¾ Langkah 1. Menentukan Vd, Vq, Vref, dan sudut (α)
Transformasi koordinat : abc Æ dq cn bn q cn bn an cos30 V cos30 V 0 V 2 2 ⋅ − ⋅ + = ⎤ ⎡ ⎤ ⎡ 1 1 V 1 cn bn an V 2 3 V 2 3 V + − = ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − − − = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ∴ cn bn an q d V V V 2 3 2 3 0 2 1 2 1 1 3 2 V V ⎦ ⎣ 2 2 V V V V q 1 2 q 2 d ref = + t 2ππ t ω ) V V ( tan α s s d q 1 = = = −
Gambar: Vektor ruang tegangan dan komponennya dalam (d, q).
¾ Step 2 Menentukan durasi waktu T T T (1) ¾ Step 2. Menentukan durasi waktu T1, T2, T0 (1)
Gambar. Vektor referensi sebagai kombinasi vektor-vektor berdekatan pada sektor 1.
¾ Step 2. Menentukan durasi waktu T1, T2, T0 durasi waktu switching pada sektor 1
T T T Tz T1 1 2 z
∫
∫
∫
∫
+ p 1, 2, 0 ) V T V (T V T V dt V dt V V 2 2 1 1 ref z T T 0 T1 2 0 0 1 ref 2 1 ⋅ + ⋅ = ⋅ ∴ + + =∫
∫
∫
∫
+ ) 60 α 0 (dimana ) 3 / ( sin ) 3 / ( cos V 3 2 T 0 1 V 3 2 T ) ( sin ) ( cos V Tz ref 1 dc 2 dc ° ≤ ≤ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ⋅ ⋅ ⋅ + ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ⋅ ⋅ ⋅ = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ⋅ ⋅ ⇒ π π α α ) 60 α 0 (dimana, ≤ ≤ ⋅ ⋅ = ∴ − ⋅ ⋅ = ∴ 1 2 ) 3 / ( sin ) ( sin ) 3 / ( sin ) 3 / ( sin a T T a T T z z π α π α π ⎟ ⎟ ⎟ ⎞ ⎜ ⎜ ⎜ ⎛ = = + − = ∴ 0 1 2 z ref 2 V a and f 1 T where, ), ( ) 3 / ( sin ) 3 / ( sin T T T T z π π ⎟⎟ ⎠ ⎜⎜ ⎝ s 3Vdc 2 f¾ Langkah 2. Menentukan durasi waktu T1, T2, T0 Durasi waktu switching pada setiap sektor
¾ Langkah 2. Menentukan durasi waktu T1, T2, T0
⎞ ⎛ ⎞ ⎛ ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − + − ⋅ ⋅ = ∴ 3 3 3 1 3 sin 3 1 f V T f V T n V ref V T T dc z π α π ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ⋅ ⋅ = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ⋅ ⋅ = sin 3 cos cos 3 sin 3 3 sin 3 n n V ref V T n V ref V T dc z dc z α π α π α π ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛− ⋅ − + ⋅ − ⋅ = ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − − ⋅ ⋅ = ∴ 3 1 cos sin 3 1 sin cos 3 3 1 sin 3 2 n n V ref V T n V ref V T T dc z dc z π α π α π α ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ ° ≤ ≤ = − − = ∴ 60 α 0 6) sampai (sektor1 6 sampai 1 n dimana, , 2 1 0 T T T T z ⎠ ⎝ 0 ≤ α ≤ 60 30
¾ Langkah 3. Menentukan waktu switching masing-masing transistor (S1 - S6) ¾ Langkah 3. Menentukan waktu switching masing masing transistor (S1 S6)
(a) Sektor 1. (b) Sektor 2.
¾ L k h 3 M t k kt it hi i i t i t (S S ) ¾ Langkah 3. Menentukan waktu switching masing-masing transistor (S1 - S6)
(c) Sektor 3. (d) Sektor 4.
32
¾ L k h 3 M t k kt it hi i i t i t (S S ) ¾ Langkah 3. Menentukan waktu switching masing-masing transistor (S1 - S6)
(e) Sektor 5. (f) Sektor 6.
¾ Langkah 3 Menentukan waktu switching masing-masing transistor (S1 - S6) ¾ Langkah 3. Menentukan waktu switching masing-masing transistor (S1 - S6)
Tabel waktu switching pada tiap sektor
[1] N Mohan W P Robbin and T Undeland Power Electronics: Converters [1] N. Mohan, W. P. Robbin, and T. Undeland, Power Electronics: Converters,
Applications, and Design, 2nd ed. New York: Wiley, 1995.
[2] B K Bose Power Electronics and Variable Frequency Drives:Technology [2] B. K. Bose, Power Electronics and Variable Frequency Drives:Technology
and Applications. IEEE Press, 1997.
[3] H W d B k H C Sk d l d G V St k “A l i d
[3] H.W. van der Broeck, H.-C. Skudelny, and G.V. Stanke, “Analysis and realization of a pulsewidth modulator based on voltage space vectors,”