• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Larutan Jeruk Nipis Terhadap Penurunan Kadar Merkuri (Hg) Pada Ikan Tongkol (Euthynnus sp )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas Larutan Jeruk Nipis Terhadap Penurunan Kadar Merkuri (Hg) Pada Ikan Tongkol (Euthynnus sp )"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS LARUTAN JERUK NIPIS TERHADAP PENURUNAN KADAR MERKURI (Hg) PADA IKAN TONGKOL (Euthynnus sp)

SKRIPSI

OLEH :

ADE IRMA NASUTION NIM. 111000104

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

EFEKTIVITAS LARUTAN JERUK NIPIS TERHADAP PENURUNAN KADAR MERKURI (Hg) PADA IKAN TONGKOL ( Euthynnus sp )

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

ADE IRMA NASUTION NIM. 111000104

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Perairan Belawan telah tercemar beberapa logam berat seperti timbal (Pb), cadmium (Cd), dan merkuri (Hg). Sumber pencemaran laut Belawan disebabkan oleh hasil buangan limbah industri. Merkuri (Hg) merupakan logam berat paling toksik yang berbahaya bagi kesehatan. Biota air yang hidup di Perairan Belawan akan mengakumulasi logam tersebut dalam jaringan tubuhnya melalui proses rantai makanan. Padahal, ikan dan kerang merupakan makanan laut yang digemari masyarakat Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan penurunan kadar merkuri pada ikan tongkol di Pasar KUD Gabion Belawan dengan variasi konsentrasi dan lama perendaman larutan jeruk nipis.

Jenis penelitian ini Quasi Experiment dengan rancangan Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor yaitu faktor pertama berupa variasi konsentrasi dan faktor kedua berupa variasi lama perendaman. Penelitian dilakukan bulan Maret sampai dengan Mei 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah ikan tongkol yang dijual di Pasar KUD Gabion Belawan yang berasal dari perairan laut Belawan dan sampel dalam penelitian ini adalah ikan tongkol yang memiliki berat +1,2 kg. Data dianalisis menggunakan uji statistik Friedman .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan kadar merkuri (Hg) pada konsenrasi 0 %, 25 %, 50%, dan 75 % selama 5 menit sebesar 0,875 ppm, 0,0786 ppm, 0,0725 ppm, dan 0,0584 ppm sedangkan pada konsentrasi 0 %, 25 %, 50%, dan 75 % selama 10 menit sebesar 0,0869 ppm, 0,0624 ppm, 0,0587 ppm, dan 0,0336 ppm. Uji Friedman menunjukkan ada perbedaan keempat konsentrasi (0%, 25%, 50%, 75%) larutan jeruk nipis ( p < 0,001) dan ada perbedaan kedua lama perendaman (5 menit dan 10 menit) (p = 0,001) larutan jeruk nipis terhadap penurunan kadar merkuri (Hg).

Masyarakat disarankan melakukan perendaman ikan tongkol dengan larutan jeruk nipis konsentrasi 75 % selama 10 menit sebelum dimasak dalam menurunkan kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol, Pemerintah sebaiknya melakukan pengendalian pencemaran perairan Belawan sehingga biota air seperti ikan aman dikonsumsi oleh masyarakat, perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan larutan asam lainnya seperti asam cuka, asam jawa dalam menurunkan kadar logam berat lainnya seperti timbal (Pb), cadmium (Cd) .

(5)

ABSTRACT

Belawan waters have been contaminated with heavy metals such as lead (Pb), cadmium (Cd), and mercury (Hg). Belawan sources of marine pollution caused by industrial waste results. Mercury (Hg) is the most toxic heavy metals that are harmful to health. Water biota that live in the waters of Belawan will accumulate the metal in the body tissue through the food chain. In fact, fish and shellfish is a popular seafood Indonesian society.

This research aims to study if there is or not the different of the declining of mercury content to the fish in market of KUD Gabion Belawan and the variation of concentration and submersion on citric.

This research is Quasi Experiment study with complete random sampling with two factors, i.e. the first factor is variation of concentration and the second one is variation of duration of submersion. This research was conducted on March up to May 2015. The population in this research is tuna fish that sold in KUD Gabion Belawan from the sea of Belawan and the sample in this research is tuna fish with weight 1,2 kg. The data was analyzed by statistical test Friedman.

The results showed that decreased levels of mercury (Hg) in the of concentration of 0%, 25%, 50%, and 75% for 5 minutes at 0.875 ppm, 0.0786 ppm, 0.0725 ppm and 0.0584 ppm, while the concentration 0 %, 25%, 50%, and 75% for 10 minutes at 0.0869 ppm, 0.0624 ppm, 0.0587 ppm and 0.0336 ppm. The results of test Friedman showed that the difference of the four concentration (0%, 25%, 50%, 75%) of citric to the declining of content of mercury (Hg) (p<0.001) and the duration of submersion (5 minutes and 10 minutes) (p= 0.001) of the citric to the declining of mercury content (Hg.)

The public are advised to soaked with lime solution concentration 75 % for 10 minutes before cooking to declining of mercury (Hg) in tuna. Government should control Belawan waters pollution water biota such as fish for consumption by the public, by advanced research needs to be done with an acid solution such as vinegar, tamarind the levels to declining heavy metal o such as lead (Pb), cadmium (Cd).

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ade Irma Nasution Tempat Lahir : Medan

Tanggal Lahir : 05 Oktober 1992 Suku Bangsa : Mandailing

Agama : Islam

Nama Ayah : Zainul Amilin Nasution Suku Bangsa Ayah : Mandailing

Nama Ibu : Nuraini Tarigan Suku Bangsa Ibu : Karo

Pendidikan Normal

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, rasa syukur saya kepada ALLAH SWT, karena rahmat-Nya saya akhirnya mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Efektivitas Larutan Jeruk Nipis Terhadap Penurunan Kadar Merkuri (Hg) Pada Ikan Tongkol (Euthynnus sp ) ” yang merupakan salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak dalam menyempurnakan skripsi saya serta dukungannya kepada saya. Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ir. Indra Chahaya S, MSi selaku dosen pembimbing I dan Prof. Dr.Dra.Irnawati Marsaulina, MS selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. dr. Taufik Ashar, MKM selaku dosen penguji I dan Ir. Evi Naria, M.Kes selaku dosen penguji II yang telah memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

(8)

6. dr. Hartati, M.Kes selaku kepala UPT Laboratorium Kesehatan Daerah dan Dra. Ernawati, Apt selaku manajer teknis Laboratorium Kesehatan Daerah dan seluruh staf pegawai terkhusus Pak Jumari, Pak Yusuf, Ibu Tini yang telah membimbing saya selama melaksanakan penelitian.

7. Seluruh dosen dan staf pegawai FKM USU, khususnya Peminatan Kesehatan Lingkunganyang telah membantu saya.

8. Ayahanda Zainul Amilin Nst dan Ibunda Nuraini Tarigan tercinta serta abang Rachmad dan adik Indah yang selalu memberikan doa, dukungan, mendidik dengan kasih sayang sehingga saya akhirnya menyelesaikan skripsi ini.

9. Keluarga Besar HMI Komisariat FKM USU dan Kohati FKM USU periode 2012-2013 terkhusus Kak Siti, Kak Adel, Kak Magda, Kak Rina,Bang Ziad, Bang Ojik serta teman-teman dan adik-adik di komisariat yang telah memberikan pengalaman berharga bagi saya, memberikan dukungan dan doa bagi saya agar mampu menyelesaikan skripsi.

10. Sahabat-sahabat terbaik yang kumiliki, Lisa, Halis, Widya, Siti, Saadah serta Kak evi, Rahma yang telah memberikan saran, perhatian, dukungan, yang menemani hari-hariku selama masa perkuliahan.

(9)

12. Seluruh teman-teman stanbuk 2011 khususnya di Peminatan Kesehatan Lingkungan yang menemani hari-hariku semasa perkuliahan.

13. Kepada semua pihak yang telah berperan membantu saya menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Saya menyadari dalam skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

Medan, Juli 2015

(10)

DAFTAR ISI

1.4. Hipotesis Penelitian ... 6

1.5. Manfaat Penelitian ... 6

2.2. Pencemaran Logam Berat ... 10

2.3. Toksikologi Logam Pada Hewan Air ... 11

2.4. Merkuri (Hg) ... 12

2.4.1. Sifat Merkuri (Hg) ... 14

2.4.2. Penggunaan Merkuri ... 14

2.4.3. Penggandaan Merkuri Dalam Rantai Makanan ... 16

2.4.4. Efek Toksis ... 19

2.4.6. Pencegahan Dan Penanggulangan Pencemaran ... 24

2.5. Ikan Tongkol ... 26

2.6. Jeruk Nipis ... 28

2.7. Kerangka Konsep ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1. Jenis Penelitian ... 32

(11)

3.2.2. Waktu Penelitian ... 33

3.3. Populasi dan Sampel ... 33

3.3.1. Populasi ... 33

3.4.4. Cara Pengambilan Sampel ... 35

3.4.5. Pembuatan Larutan Jeruk Nipis ... 35

3.4.6. Cara Penyiapan Sampel ... 36

3.4.7. Prosedur Preparasi ikan Tongkol ... 37

3.4.8. Prosedur Pengoperasian Alat AAS VGA 77 ... 38

3.5. Variabel dan Definisi Operasional... 40

3.5.1. Variabel ... 40

3.5.2. Definisi Operasional ... 40

3.6. Metode Pengukuran ... 42

3.7. Metode Analisis Data ... 42

3.7.1. Pengolahan Data ... 42

3.7.2. Analisis Data... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 44

4.1. Gambaran Umum Lokasi Pengambilan Sampel ... 44

4.2.Hasil Kadar Merkuri (Hg) Pada Ikan Tongkol ... 45

4.3.Kadar Merkuri (Hg) Pada Ikan Tongkol Setelah Perendaman Larutan JerukNipis ... 45

4.4. Penurunan Kadar Merkuri (Hg) Setelah Diberi Perlakuan ... 46

4.5. Analisis Statistik Perbedaan Penurunan Kadar Merkuri (Hg) Pada Ikan Tongkol dengan Perendaman Larutan Jeruk Nipis Pada Berbagai Konsentrasi dan Lama Perendaman ... 48

BAB V PEMBAHASAN ... 51

5.1. Hasil Pemeriksaan Merkuri (Hg) Pada Ikan Tongkol ... 51

5.2.Penurunan Merkuri (Hg) Pada Ikan Tongkol ... 52

5.3. Risiko Konsumsi Ikan Tongkol yang Mengandung Merkuri ... 54

5.4. Laju Konsumsi Aman ... 55

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 59

6.1. Kesimpulan ... 59

6.2.Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(12)

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

1 Tabel2.1Konsenrasi Hg Pada Berbagai Organ Induk dan Janin ... 22 2 Tabel 4.1Kadar Merkuri (Hg) Pada Ikan Tongkol Setelah Perendaman Larutan Jeruk nipis ... 45 3 Tabel 4.2 Penurunanan Kadar Merkuri (Hg) Setelah Diberi Perlakuan .... 46 4 Tabel4.3 Hasil Uji Friedman Perbedaan Penurunan Kadar Merkuri pa- da Ikan Tongkol dengan Perendaman Larutan Jeruk Nipis ... 48 5 Tabel 4.4 Hasil Uji Tukey Terhadap Penurunan Kadar Merkuri (Hg) Pada Ikan Tongkol pada Taraf Konsentrasi Larutan Jeruk

(13)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman 1 Lampiran 1. Prosedur Perendaman Ikan Tongkol Dengan Larutan Jeruk

Nipis ... 64

2 Lampiran 2. Prosedur Preparasi Ikan Tongkol ... 65

3 Lampiran 3. Peraturan Kepala BPOM Nomor HK.00.06.1.52.4011 Tahun 2009 Tentang Penetapan Batas Maksimum Mikroba Dan Kimia Pada Makanan ... 66

4 Lampiran 4. Surat Izin Penelitian... 67

5 Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 68

6 Lampiran 6. Hasil Pemeriksaan Laboratorium ... 69

7 Lampiran 7. Hasil Output SPSS ... 70

8 Lampiran 8. Hasil Perhitungan Penurunan Kadar Merkuri Pada Ikan Ikan Tongkol ... 82

(15)

ABSTRAK

Perairan Belawan telah tercemar beberapa logam berat seperti timbal (Pb), cadmium (Cd), dan merkuri (Hg). Sumber pencemaran laut Belawan disebabkan oleh hasil buangan limbah industri. Merkuri (Hg) merupakan logam berat paling toksik yang berbahaya bagi kesehatan. Biota air yang hidup di Perairan Belawan akan mengakumulasi logam tersebut dalam jaringan tubuhnya melalui proses rantai makanan. Padahal, ikan dan kerang merupakan makanan laut yang digemari masyarakat Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan penurunan kadar merkuri pada ikan tongkol di Pasar KUD Gabion Belawan dengan variasi konsentrasi dan lama perendaman larutan jeruk nipis.

Jenis penelitian ini Quasi Experiment dengan rancangan Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor yaitu faktor pertama berupa variasi konsentrasi dan faktor kedua berupa variasi lama perendaman. Penelitian dilakukan bulan Maret sampai dengan Mei 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah ikan tongkol yang dijual di Pasar KUD Gabion Belawan yang berasal dari perairan laut Belawan dan sampel dalam penelitian ini adalah ikan tongkol yang memiliki berat +1,2 kg. Data dianalisis menggunakan uji statistik Friedman .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan kadar merkuri (Hg) pada konsenrasi 0 %, 25 %, 50%, dan 75 % selama 5 menit sebesar 0,875 ppm, 0,0786 ppm, 0,0725 ppm, dan 0,0584 ppm sedangkan pada konsentrasi 0 %, 25 %, 50%, dan 75 % selama 10 menit sebesar 0,0869 ppm, 0,0624 ppm, 0,0587 ppm, dan 0,0336 ppm. Uji Friedman menunjukkan ada perbedaan keempat konsentrasi (0%, 25%, 50%, 75%) larutan jeruk nipis ( p < 0,001) dan ada perbedaan kedua lama perendaman (5 menit dan 10 menit) (p = 0,001) larutan jeruk nipis terhadap penurunan kadar merkuri (Hg).

Masyarakat disarankan melakukan perendaman ikan tongkol dengan larutan jeruk nipis konsentrasi 75 % selama 10 menit sebelum dimasak dalam menurunkan kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol, Pemerintah sebaiknya melakukan pengendalian pencemaran perairan Belawan sehingga biota air seperti ikan aman dikonsumsi oleh masyarakat, perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan larutan asam lainnya seperti asam cuka, asam jawa dalam menurunkan kadar logam berat lainnya seperti timbal (Pb), cadmium (Cd) .

(16)

ABSTRACT

Belawan waters have been contaminated with heavy metals such as lead (Pb), cadmium (Cd), and mercury (Hg). Belawan sources of marine pollution caused by industrial waste results. Mercury (Hg) is the most toxic heavy metals that are harmful to health. Water biota that live in the waters of Belawan will accumulate the metal in the body tissue through the food chain. In fact, fish and shellfish is a popular seafood Indonesian society.

This research aims to study if there is or not the different of the declining of mercury content to the fish in market of KUD Gabion Belawan and the variation of concentration and submersion on citric.

This research is Quasi Experiment study with complete random sampling with two factors, i.e. the first factor is variation of concentration and the second one is variation of duration of submersion. This research was conducted on March up to May 2015. The population in this research is tuna fish that sold in KUD Gabion Belawan from the sea of Belawan and the sample in this research is tuna fish with weight 1,2 kg. The data was analyzed by statistical test Friedman.

The results showed that decreased levels of mercury (Hg) in the of concentration of 0%, 25%, 50%, and 75% for 5 minutes at 0.875 ppm, 0.0786 ppm, 0.0725 ppm and 0.0584 ppm, while the concentration 0 %, 25%, 50%, and 75% for 10 minutes at 0.0869 ppm, 0.0624 ppm, 0.0587 ppm and 0.0336 ppm. The results of test Friedman showed that the difference of the four concentration (0%, 25%, 50%, 75%) of citric to the declining of content of mercury (Hg) (p<0.001) and the duration of submersion (5 minutes and 10 minutes) (p= 0.001) of the citric to the declining of mercury content (Hg.)

The public are advised to soaked with lime solution concentration 75 % for 10 minutes before cooking to declining of mercury (Hg) in tuna. Government should control Belawan waters pollution water biota such as fish for consumption by the public, by advanced research needs to be done with an acid solution such as vinegar, tamarind the levels to declining heavy metal o such as lead (Pb), cadmium (Cd).

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perindustrian mengalami perkembangan yang pesat di dunia. Hal ini terjadi di masa revolusi industri yaitu di Eropa pada abad pertengahan. Awalnya mendirikan pabrik bertujuan untuk membantu kemudahan manusia. Namun, hal ini memberikan efek buruk bagi manusia. Hal ini berkaitan dengan limbah industri yang tidak terkontrol sehingga terjadi pencemaran lingkungan (Palar, 2008).

Salah satu kasus pencemaran merkuri (Hg) yaitu kasus Minamata yang terjadi di Jepang tahun 1950. Kasus Minamata ini terjadi akibat pembuangan limbah industri. Setelah sekitar 600 ton merkuri (Hg) yang digunakan sebagai katalis dalam prosesnya dibuang secara bertahap selama sekitar 45 tahun. Sekitar 120 penduduk Minamata meninggal karena keracunan merkuri (Hg) dan 800 0rang menderita sakit (Redhana, 2013).

Kasus pencemaran logam berat yaitu merkuri (Hg) pernah terjadi di Indonesia yaitu kasus yang terjadi di perairan Teluk Jakarta. A.A Loeddin, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Dapertemen Kesehatan. Hasil penelitian mengatakan bahwa kadar merkuri (Hg) di perairan Teluk Jakarta mencapai 0,027 ppm (Palar, 2008).

(18)

bahan farmasi. Senyawa organik juga banyak digunakan sebagai pestisida khususnya fenil merkuri dimetilditiokarbamat yang digunakan di pabrik kertas, dan etil merkuri klorida yang digunakan sebagai fungisida. Target keracunan merkuri (Hg) adalah kerusakan syaraf yang mampu mengakibatkan kelumpuhan, dan kebutaan (Situmorang, 2007).

Belawan merupakan salah satu kawasan pantai di Sumatera adalah kecamatan yang berada dibagian Utara kota Medan. Perairan Belawan disinyalir tercemar oleh logam berat yang berbahaya dan beracun. Hal ini disebabkan terdapatnya beberapa industri yang merupakan konstributor pencemar utama logam berat pada aliran sungai Deli (Hayati, 2009).

Menurut majalah Kompas berdasarkan laporan PT Pelabuhan Indonesia I melaporkan bahwa logam timbale (Pb) ,cadmium (Cd), dan merkuri (Hg) merupakan logam berat yang toksik dalam perairan Belawan telah melewati baku mutu. Menurut penelitian Bapedalda Sumut pada tahun 2003 menyatakan bahwa kandungan merkuri (Hg) di laut Belawan mencapai 0,7012 mg/L. Padahal berdasarkan standart baku mutu Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001, kandungan merkuri (Hg) yang aman adalah 0,002 mg/L (Kompas, 2005).

(19)

lemak omega 3. Namun, ikan tongkol yang berasal dari perairan Belawan telah tercemar kandungan merkuri (Hg).

Kebiasaan masyarakat menggunakan jeruk nipis untuk menghilangkan bau amis dan sebagai citra rasa ternyata memiliki khasiat yang berguna bagi mengurangi toksik dalam tubuh kita. Jeruk nipis ternyata memiliki kemampuan sebagai pereduksi logam berat yaitu asam sitrat. Asam sitrat akan bereaksi dengan logam berat dan membentuk garam sitrat.

Beberapa penelitian telah dilakukan tentang pemanfaatan jeruk nipis sebagai alternatif penurunan kadar logam berat antara lain : penelitian dilakukan oleh Armanda ( 2009 ) menunjukkan hasil bahwa ada perbedaan lama waktu perendaman pada udang windu memberikan pengaruh yang berbeda terhadap penurunan kadar logam Pb setelah perendaman selama 30 menit dan selama 60 menit terjadi penurunan kadar sebesar 0,4286 ± 0,0517 mg/kg dan 0,2990 ± 0,0666 mg/kg, sedangkan penurunan kadar logam Cd yang direndam selama 30 menit dan 60 menit sebesar 0,0616 ± 0,0026 mg/kg dan 0,0421 ± 0,0027 mg/kg.

Penelitian lain yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2013) menyatakan bahwa telah terjadi penurunan kadar cadmium setelah direndam dengan jeruk nipis dengan konsentrasi 0 %, 25 %, dan 50 % selama 15 menit dan 30 menit sebesar 0,47176 % hingga 80,25 %.

(20)

dengan larutan jeruk nipis 50 % dengan metode pemasakan berkisar 0,035-0,402 mg/kg dengan rata-rata 0,200 mg/kg.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rasmidah tahun 2004, terdapat kandungan merkuri (Hg) pada beberapa ikan dan kerang di Pasar KUD Gabion Belawan bahwa kadar merkuri (Hg) pada tongkol sebesar 0,0001265 ppm. Dari hasil penelitian tersebut seluruh sampel terbukti mengandung merkuri (Hg). Namun, masih dibawah baku mutu yang ditetapkan SK Dirjen POM Depkes RI no 0325/B/SK/1989.

Pemeriksaan ikan tongkol yang dilakukan pada tanggal 14 April 2015 dan telah diambil sampelnya dengan hasil uji UPT Laboratorium KesehatanDaerah Medan bahwa kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol yang berasal dari Belawan sebesar 0,0875 ppm dengan metode AAS. Hal ini masih dibawah baku mutu yang ditetapkan Peraturan Kepala BPOM Nomor HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 tentang penetapan batas maksimum cemaran mikroba dan kimia pada makanan bahwa ikan olahan memiliki batas maksimum kandungan merkuri (Hg) sebesar 0,5 mg/kg. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penelitian eksperimen ini untuk melihat penurunan merkuri (Hg) dengan berbagai konsentrasi dan variasi waktu perendaman dengan larutan jeruk nipis.

1.2. Perumusan Masalah

(21)

jika mengkonsumsinya terus-menerus. Oleh karena itu, diperlukan alternatif mengurangi kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol dengan cara merendam ikan tongkol tersebut dengan larutan jeruk nipis sebelum dimasak.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan penurunan kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol dengan variasi konsentrasi dan lama perendaman larutan jeruk nipis.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol yang dijual di Pasar KUD Gabion Belawan.

b. Untuk mengetahui penurunan kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol dengan konsentrasi 0 % yaitu perendaman 100 ml air selama 5 menit dan 10 menit sebagai kontrol.

c. Untuk mengetahui penurunan kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol dengan konsentrasi 25 % selama 5 menit dan 10 menit.

d. Untuk mengetahui penurunan kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol dengan konsentrasi 50 % selama 5 menit dan 10 menit.

e. Untuk mengetahui penurunan kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol dengan konsentrasi 75 % selama 5 menit dan 10 menit.

(22)

g. Untuk mengetahui konsenrasi dan lama perendaman larutan jeruk nipis yang paling efektif dalam menurunkan kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol.

1.4. Hipotesis Penelitian

Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata penurunan kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol sesudah perendaman larutan jeruk nipis.

Hi : Ada perbedaan rata-rata penurunan kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol sesudah perendaman dengan larutan jeruk nipis.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada konsumen untuk mengetahui keamanan mengkonsumsi ikan tongkol yang dijual di pasar tradisional..

2. Memberikan alternatif bagi masyarakat khususnya para ibu cara menurunkan kadar merkuri (Hg) pada ikan sebelum dimasak dengan larutan jeruk nipis yang mudah didapat.

3. Memberikan masukan bagi Dinas Kesehatan dan instansi terkait dalam mengandalikan pencemaran logam berat yaitu merkuri (Hg) yang berasal dari perairan Belawan serta melakukan pengawasan terhadap cemaran logam berat pada ikan yang dijual di pasaran.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pencemaran Air

Pengertian pencemaran air juga didefinisikan dalam peraturan pemerintah , sebagai turunan dari pengertian pencemaran lingkungan hidup yang didefinisikan dalam undang-undang. Dalam praktik operasionalnya pencemaran lingkungan hidup tidak pernah ditunjukkan secara utuh, melainkan sebagai pencemaran dari komponen-komponen lingkungan hidup , seperti pencemaran air, pencemaran air laut, pencemaran air tanah, dan pencemaran udara (Sumantri, 2010).

Dengan demikian, definisi pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan hidup yang ditetapkan dalam UU tentang Lingkungan Hidup yaitu UU No.23/1997. Dalan PP No. 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran

Air, pencemaran air didefinisikan sebagai : “ Pencemaran air adalah masuknya

atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan

peruntukannya” (pasal 1, angka 2) (Sumantri, 2010). 2.1.1. Indikator Pencemaran Air

(24)

a. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna, dan adanya perubahan warna, bau, dan rasa.

b. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia yang terlarut, perubahan pH.

c. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan mikroorganisme dalam air, terutama ada tidaknya bakteri patogen.

2.1.2. Sumber Pencemaran Air

Berdasarkan penyebab sumber pencemaran air dibagi menjadi dua yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA sampah, rumah tangga dan sebagainya sedangkan sumber tidak langsung ialah kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah, atau atmosfer berupa hujan Pencemaran Lingkungan Online (2003) dalam Sumantri (2010).

2.1.3. Dampak Pencemaran Air

(25)

a. Dampak terhadap kehidupan biota air

Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam air membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya. Selain itu, kematian dapat pula disebabkan adanya zat beracun yang juga menyebabkan kerusakan pada tanaman dan tumbuhan air. Akibat matinya bakteri-bakteri, makanya proses penjernihan air secara alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan air limbah menjadi sulit terurai. Panas dari industri akan membawa dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah tidak diinginkan dahulu.

b. Dampak Terhadap Kualitas Tanah

Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah terjadi dalam skala yang luas, hal ini telah dibuktikan oleh suatu survei sumur dangkal di Jakarta. Banyak yang mengindikasi terjadinya pencemaran ini.

c. Dampak Terhadap Kesehatan

Peran air sebagai pembawa penyakit menular antar lain : 1. Air sebagai media untuk hidup mikroba patogen 2. Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit

3. Jumlah air yang tersedia tidak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat membersihkan diri

(26)

d. Dampak Terhadap Estetika Lingkungan

Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan, maka perairan ini akan semakin tercemar yang ditandai dengan bau yang menyengat disamping tumpukan dapat mengurangi estetika lingkungan.

2.2. Pencemaran Logam Berat

Beberapa logam berat yang telah banyak diketahui menyebabkan gangguan terhadap kesehatan manusia adalah merkuri (Hg), cadmium, dan timbal. Adapun beberapa kasus logam berat merkuri (Hg) yang terjadi di seluruh dunia yang terjadi sekitar tahun 1960 adalah (Palar, 2008) :

1. Kasus di Minamata, Jepang, yang terjadi pada tahun 1955-1960, menakibatkan kematian 110 orang.

2. Kasus di Irak yang terjadi tahun 1961 mengakibatkan kematian 35 orang dan 321 orang cidera.

3. Kasus di Pakistan barat yang terjadi tahun 1963 mengkibatkan kematian 4 orang dan 34 orang cidera.

4. Kasus di Guatemala yang terjadi tahun 1966 mengakibatkan kematian 20 orang dan 45 orang cidera.

(27)

2.3. Toksikologi Logam Pada Hewan Air

Kemampuan makhluk hidup terhadap masuknya logam berat pada tergantung pada spesies, lokasi, umur yaitu dalam siklus hidup makhluk hidup tersebut, daya tahan makhluk hidup tersebut, serta kemampuan makhluk hidup untuk meghindar dari pengaruh polusi ( Darmono, 2001).

Dalam tubuh hewan, logam diabsorbsi oleh darah, logam terssebut akan berikatan dengan protein maupun enzim. Toksisitas logam tersebut akan menyebar ke seluruh jaringan. Namun, biasanya akumulasi paling banyak pada hati dan ginjal tubuh hewan tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya toksisitas logam dalam air terhadap makhluk hidup antara lain :

a. Bentuk ikatan kimia dari logam yang terlarut

b. Pengaruh interaksi antara logam dan jenis toksikan lainnya

c. Pengaruh lingkungan seperti suhu, kadar garam, pH, dan kadar oksigen yang terlarut dalam air

d. Kondisi hewan, besarnya ukuran organisme, jenis kelamin, dan kecukupan kebutuhan nutrisi

e. Kemampuan hewan untuk menghindar dari pengaruh polusi

f. Kemampuan organisme untuk beraklimatisasi terhadap bahan toksik logam.

(28)

permukaan air. Pengaruh toksisitas logam pada ikan terdapat di insang, alat pencernaan, ginjal ikan, hingga berakumulasi pada jaringan ikan. Adapun jumlah akumulasi logam dari yang besar hingga ke kecil berturut-turut ialah : Hati > ginjal > insang > daging ( Darmono, 2001).

2.4.Merkuri (Hg)

Logam merkuri (Hg) atau air raksa mempunyai nama kimia hydragyrum yang berarti perak cair. Logam merkuri dilambangkan dengan

Hg. Pada tabel periodik, merkuri (Hg) memiliki nomor atom 80 dengan bobot atom 200,59 g/mol. Logam ini dihasilkan dari bijih sinabar, HgS yang mengandung unsur merkuri (Hg) antara 0,1 % - 4% ( Palar, 2008).

HgS + O Hg + SO

Merkuri (Hg) adalah logam berat berbentuk cair, berwarna putih perak, serta mudah menguap pada suhu ruangan. Merkuri (Hg) akan memadat pada tekanan 7.640 atm. Merkuri (Hg) dapat larut dalam asam sulfat atau asam nitrit, tetapi tahan terhadap basa. Merkuri (Hg) memiliki titik lebur -38,9˚C,

dan titik didih 356,6˚C (Widowati, 2008).

Berdasarkan pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh badan Survey Geologi di Amerika Serikat pada tahun 1974, dapat diketahui konsentrasi merkuri (Hg) di lingkungan sebagai berikut : ( Palar, 2008)

a. Dalam batuan :

(29)

b. Dalam tanah :

Pada lapisan tanah melalui penelitian yang telah dilakukan secara acak pada tempat dan daerah serta wilayah yang berbeda, ditemukan bahwa logam merkuri (Hg) terkonsentrasi 0,1 ppm. Jumlah tersebut bervariasi pada batasan yang lebih kecil.

c. Dalam sungai

Dari penelitian yang dilakukan terhadap perairan ditemukan konsentrasi logam merkuri (Hg) dalam variasi yang sangat luas, yaitu :

a. 65 % contoh mengandung < ppm b. 15 % contoh mengandung < ppb c. 3 % contoh mengandung ppm d. Dalam Udara

Ternyata kondisi dari lokasi pengambilan sampel udara untuk pengujian kandungan merkuri (Hg) ditemukan konsentrasi yang variasi.

a. Dekat penambangan Hg, didapatkan merkuri (Hg) dengan kisaran konsentrasi ppm.

b. Dekat penambangan Cu, didapatkan merkuri (Hg) dengan kisaran konsentrasi ppm.

(30)

2.4.1 Sifat Merkuri (Hg)

Adapun sifat-sifat logam merkuri (Hg) antara lain ( Sunu, 2001) : 1. Merkuri (Hg) dan komponen-komponennya bersifat racun terhadap semua

makhluk hidup.

2. Merkuri (Hg) merupakan satu-satunya logam yang berbentuk cair pada

suhu sekitar 25˚C dan mempunyai titik beku terendah dari -39˚C.

3. Bentuk murninya, zat cair putih keperakan yang mudah menguap seperti banyak digunakan dalam termometer.

4. Merkuri (Hg) dalam bentuk cair mempunyai kisaran sekitar 396˚C yang mengembang secara merata.

5. Merkuri (Hg) mempunyai volatilitas (kecendrungan berubah menjadi gas atau uap dari suatu cairan) yang tertinggi dari semua logam.

6. Beberapa logam yang dapat larut di dalam merkuri (Hg) membentuk komponen amalgam .

7. Ketahanan listrik merkuri (Hg) sangat rendah sehingga merupakan konduktor yang terbaik dari semua logam.

2.4.2 Penggunaan Merkuri (Hg)

(31)

Pada industri khlor-alkali, merkuri (Hg) digunakan untuk menangkap logam natrium (Na). Logam natrium tersebut dapat ditangkap oleh merkuri (Hg) melalui proses elektrolisa dari larutan garam natrium khlorida (NaCl) (Palar, 2008).

Pada peralatan listrik, merkuri (Hg) ditemukan pada lampu listrik. Sementara itu, di laboratorium logam merkuri (Hg) digunakan sebagai alat ukur termometer. Banyaknya pemakaian merkuri (Hg) sebenarnya dapat menyebabkan keracunan baik akut maupun kronis ( Palar, 2008 ).

Dalam bidang pertanian, senyawa merkuri (Hg) banyak digunakan sebagai fungisida, dimana hal ini menjadi penyebab yang cukup penting dalam peristiwa keracunan merkuri (Hg) pada organisme hidup. Karena penyemprotan yang dilakukan secara terbuka dan luas menggunakan pesawat terbang untuk areal pertanian yang luas, maka banyak organisme hidup lainnya yang terkena senyawa racun. Sehingga dari penyemprotan fungisida tidak hanya membunuh jamur juga organisme hidupnya (Palar, 2008).

Pada industri pulp dan kertas banyak digunakan senyawa FMA (fenil merkuri asetat). Pemakaian dari senyawa FMA bertujuan untuk mencegah pembentukan kapur pada pulp dan kertas basah selama proses penyimpanan. Hal ini menjadi sangat berbahaya, karena kertas sering kali digunakan sebagai alat pembungkus makanan (Palar, 2008).

(32)

mengakibatkan pencemaran merkuri (Hg) di bidang perairan Teluk Minamata, dimana buangan atau limbah industri manufaktur vinilklorida dibuang. Hal ini menyebabkan penyakit kerapuhan tulang, sehingga penderita sama sekali tidak bisa bergerak. Penyebab dari penyakit tersebut adalah keracunan logam berat merkuri (Hg) masuk melalui ikan-ikan yang ditangkap di perairan Teluk Minamata dikonsumsi (Palar, 2008).

2.4.3 Penggandaan Merkuri (Hg) Dalam Rantai Makanan

Masuknya merkuri (Hg) dalam tubuh organisme hidup berasal dari makanan yang dimakan karena bahan makanan tersebut sudah tercemar merkuri (Hg). Selain itu, merkuri (Hg) akan difusi (perembesan lewat jaringan) melalui jalur pernafasan ( Palar, 2008).

(33)

Ada tiga macam proses bakterial utama yang mempengaruhi transportasi logam, temasuk merkuri (Hg) dalam tata lingkungan, yaitu (Palar, 2008) :

1. Degredasi senyawa-senyawa logam organik menjadi senyawa-senyawa den gan bobot molekul yag lebih rendah.

2. Perubahan bentuk-bentuk logam yang terjadi melalui aktivitas metabolisme pada organisme hidup.

3. Perubahan ion logam an-organik menjadi bentuk senyawa logam organik karena adanya proses oksidasi-reduksi.

Pendauran merkuri (Hg) sebagai hasil kerja dari bakteri-bakteri dapat dilihat skema berikut

UDARA + C2H6 + Hg

(CH3)2Hg

Ikan,udang, dan lain-lain

AIR plankton

CH3

Hg (CH3)2Hg

SEDIMEN CH3

LUMPUR bakteri bakteri

(34)

Dari skema tersebut di atas, dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut : Persenyawaan merkuri (Hg) yang terdapat didalam endapan dasar perairan karena adanya aktivitas kehidupan bakteri pada endapan tersebut. Selanjutnya, persenyawaan merkuri (Hg) yang ada diubah menjadi dan . Ion yang dihasilkan dari perombakan persenyawaan merkuri (Hg) pada endapan lumpur badan perairan, dengan bantuan bakteri akan berubah menjadi dimetil merkuri (CH3)2Hg dan ion metal merkuri (CH3Hg), namun untuk bentuk yang terakhir harus melalui reaksi metilasi. Reaksi metilasi merupakan reaksi kimia, dimana gugus metil (CH3-) ditambahkan kedalam suatu senyawa. Metabolisme normal pada hampir semua organisme hidup dapat dipastikan melibatkan reaksi metilasi ini (Palar, 2008).

(35)

seterusnya sampai pada tingkatan puncak dari rantai makanan yang ada didalam tatanan perairan. Ikan-ikan kecil dan ikan besar akan dimakan oleh burung-burung air. Puncak dari rantai makanan adalah manusia yang akan mengkonsumsi baik ikan maupun burung air yang telah mengakumulasi atau terkontaminasi oleh senyawa merkuri (Hg) (Palar, 2008).

Ternyata kemudian, proses transformasi ion metal merkuri dalam sistem rantai makanan mengalami pelipatgandaan. Konsentrasi dari ion metal merkuri yang masuk terakumulasi dalam jaringan biota terus meningkat seiring dengan peningkatan strata atau posisi dari biota tersebut dalam sistem rantai makanan. Sehingga biota seperti ikan-ikan besar yang telah memakan ikan-ikan yang lebih kecil yang telah terkontaminasi oleh ion metal merkuri , disinyalir mempunyai kandungan metal merkuri (Hg) (Hg) yang lebih besar dalam tubuhnya. Pelipatgandaan akumulasi merkuri (Hg) dalam jarigan biota merkuri (Hg) perairan sesuai pula dengan proses biomagnifikasi yang terjadi dalam lingkungan perairan. Akhirnya manusia yang menempati posisi puncak dari semua sistem rantai makanan akan mengkonsumsi metal merkuri dalam jumlah yan cukup besar. Pemanfaatan ikan-ikan yang telah terkontaminasi oleh metal merkuri sebagai bahan makanan dapat mengakibatkan keracunan kronis akan merkuri (Palar, 2008).

2.4.4 Efek Toksis

(36)

(Hg), kadmium, seng, timah hitam, krom, nikel, dan kobalt. Urutan toksisitas logam dari yang paling toksis terhadap manusia adalah > > > > > > > > . Logam berat

bersifat toksis karena tidak bisa dihancurkan oleh organisme hidup yang ada di lingkungan sehingga logam-logam tersebut terakumulasi ke lingkungan, terutama mengendap di dasar perairan dan membentuk senyawa kompleks bersama bahan organik dan anorganik (Widowati, 2008).

2.4.4.1. Mekanisme Toksisitas Merkuri (Hg) Anorganik

Toksisitas dan metabolisme Hg tergantung pada berbagai faktor, antara lain bentuk senyawa Hg, jalur paparan Hg, lamanya paparan, serta kandungan unsur lain yang terdapat dalam makanan.Menurut Bartik dan Piskac (1981) dalam Widowati (2008), garam merkuri (Hg) anorganik bisa mengakibatkan presipitasi protein, merusak mukosa alat pencernaan, termasuk mukosa usus besar, dan merusak membran ginjal, menjadi lebih permeable terhadap protein plasma yang sebagian besar akan masuk kedalam urin (Widowati, 2008).

(37)

Toksisitas kronis dari merkuri (Hg) anorganik meliputi gejala gangguan sistem syaraf meliputi berupa tremor, terasa pahit pada mulut, gigi tidak kuat dan rontok, anemia, albuminaria, dan gejala lain berupa kerusakan ginjal, serta kerusakan mukosa usus (Widowati, 2008).

2.4.4.2. Mekanisme Toksisitas Merkuri (Hg) Organik

Alkil merkuri ataupun metil merkuri lebih toksik dibandingkan merkuri anorganik karena alkil merkuri bisa membentuk senyawa lipophilus yang mampu melintasi membran sel dan lebih mudah diabsorpsi serta berpenetrasi menuju sistem syaraf. Demikian juga ia mampu berpenetrasi placental barrier dan akan lebih lama tersimpan dalam tubuh (Widowati, 2008).

(38)

Tabel 2.1 Konsentrasi Hg pada Berbagai Organ Induk dan Janin

Organ Hg pada induk (µg/g) Hg pada janin (µg/g)

Ginjal 518 5,8

Paru-paru 77,5 0,6

Hati 8 10,1

Cerebrum 10,9 0,05

Cerebellum 5,8 0,24

Jantung 3,2 0,15

Limpa 5,2 1,8

Darah 15 µg/100 mL 2,35 µg/100 mL

Sumber : Smith dalam Palar, 1994

Gejala toksisitas merkuri (Hg) organik meliputi kerusakan syaraf pusat, berupa anoreksia, ataksia, dismetria, gangguan pandangan mata yang bisa mengakibatkan kebutaan, gangguan pendengaran, konvulsi, paresis, koma, dan kematian (Widowati, 2008).

2.4.4.3.Keracunan Akut

Keracunan akut yag disebabkan oleh logam merkuri (Hg) umumnya terjadi pada pekerja-pekerja industri, pertambangan dan pertanian, yang menggunakan merkuri (Hg) sebagai bahan baku, katalis, dan/atau pembentuk amalgam ata pestisida (Palar, 2008).

(39)

2.4.4.4.Keracunan Kronis

Keracunan kronis adalah keracunan yang terjadi secara perlahan dan berlangsung dalam selang waktu yang panjang. Dalam kasus ini biasanya penderita tidak menyadari bahwa logam berat sudah menumpuk dalam tubuhnya sehingga racun tersebut terus mengendap hingga selang waktu lamanya paparan logam berat tersebut pada pekerja dan akan melebihi batas toleransi yang dimiliki tubuh sehingga gejala keracunan akan terlihat. Keracuan kronis biasanya akan sulit dalam pengobatan dan bahkan terkadang membutuhkan waktu yang lama (Palar,2008).

Pada peristiwa keracunan kronis oleh (Hg), ada dua organ tubuh yang paling sering mengalami gangguan, yaitu gangguan pada sistem pencernaan dan sistem syaraf. Gangguan terhadap sistem syaraf dapat terjadi dengan atau tanpa diikuti oleh gangguan pada lambung da usus. Ada dua bentuk gejala umum yang dapat dilihat bila korban mengalami gangguan pada sistem syaraf sebagai keracunan kronis merkuri (Hg), yaitu tremor ringan dan parkinsonisme yang disertai dengan termor pada fungsi otot sadar (Palar, 2008).

(40)

2.4.5 Kadar Batas Aman

Air raksa yang terkandung (dalam jumlah amat kecil) dalam tubuh ikan dengan kadar kurang dari 50 g/g. Jumlah ini berlipat ganda pada ikan-ikan pemangsa yang lebih besar hingga mencapai 1500 µ g/g. Kadar yang lebih tinggi pernah ditemukan pada ikan, setelah memakan metil merkuri yang terlepas dari tanaman yang mengandung kloroalkali. Kadar air raksa yang diijinkan dalam tubuh ikan adalah sekitar 0,4-1,0 mg/kg. Ketentuan ini berlaku di Jepang, Amerika, Swedia, Finlandia, dan Kanada (Arisman, 2008).

World Health Organization (WHO) apabila ikan terus menerus dikonsumsi sebanyak 60 g/orang/hari, maka kadar Hg maksimum yang diizinkan adalah 0,5 µg/g ikan basah. Batasan tersebut dibuat atas dasar persyaratan batas maksimum kandungan Hg yang terus menerus masuk ke dalam tubuh manusia sebanyak 30 µg/orang/hari (Widowati, 2008).

2.4.6 Pencegahan Dan Penanggulangan Pencemaran

Untuk mengurangi pencemaran limbah Hg di daerah pertambangan emas, dilakukan berbagai cara seperti berikut (Widowati, 2008) :

1. Memilih teknik penggalian yang ramah lingkungan, yaitu menerapkan sistem pertambangan tertutup sehingga memperkecil keluarnya Hg dari dalam tanah

(41)

Dalam lingkungan yang telah tercemar oleh Hg upaya yang dilakukan adalah penyehatan kembali lingkungan dengan cara (Widowati, 2008) :

1. Memindahkan sedimen yang mengandung Hg tinggi, lalu melakukan isolasi.

2. Treatment tanah atau air yang terpolusi secara fisisk atau kimiawi. 3. Imobilisasi dengan memasang batas di daeah yang tercemar.

4. Remediasi secara biologis atau fitoremidisasi menggunakan tumbuhan yang mampu menyerap metal merkuri

Ada beberapa penangan pencemaan merkuri (Hg) antara lain (Sunu,2001):

1. Metode Dekontaminasi Merkuri (Hg)

Percobaan dilakukan untuk menangani pencemaran merkuri (Hg). Di Swedia dilakukan percobaan dengan metode dekontaminasi merkuri (Hg) yang meliputi :

a. Sedimen pada dasar sungai atau danau ditutupi dengan

bahan-bahan yangmepunyai kemampuan absorbs tinggi.

b. Sedimen pada dasar sungai atau danau ditutupi dengan bahan

anorganik yang tidak bereaksi.

c. Sedimen yang mengandung merkuri (Hg) dihilangkan dengan cara

(42)

Environmental Protection Agency (EPA) Amerika Serikat telah memberikan beberapa rekomendasi untuk mencegah terjadinya pencemaran merkuri (Hg) di lingkungan yang meliputi :

a. Pestisida alkil merkuri seharusnya tidak digunakan.

b. Penanganan pestisida yang mengandung komponen merkuri (Hg) lainnya dibatasi untuk daerah-daerah tertentu.

c. Semua industri yang menggunakan merkuri (Hg) harus membuang limbah industrinya dengan terlebih dahulu mengurangi jumlah merkuri (Hg) sampai batas normal.

2.5. Ikan Tongkol (Euthynnus sp)

Menurut Panjaitan ( 1965 ) dalam Milo ( 2013 ) menyatakan bahwa ikan tongkol merupakan salah satu jenis dari kelompok ikan pelagis, dengan penyebaran meliputi seluruh daerah pantai dan lepas pantai perairan Indonesia, serta seluruh perairan IndoPasifik. Spesies ini hidup dalam suatu gerombolan besar. Ikan tongkol ini hidup di daerah perairan sampai batas kedalaman 50 meter, yang banyak ditemui didaerah Sumatera.

Fisik ikan tongkol memiliki ukuran kecil rata-ata 500-700 gram/ekor. Ikan tongkol memiliki kulit yang licin berwarna abu-abu, dagingnya tebal, dan warna dagingnya merah tua (Bahar, 2006).

Klasifikasi ikan tongkol adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

(43)

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Pisces

Sub Class : Teleostei

Ordo : Percomorphi

Family : Scombridae

Genus : Euthynnus

Species : Euthynnus affinis

Gambar 1. Ikan Tongkol (Euthynnus sp)

Ada tiga ikan tongkol yang sering dijumpai, yaitu sebagai berikut (Purnomowati, 2008) :

a. Tongkol krai (Auxis thazard), dengan ciri khas memiliki sirip dada yang pendek, letak sirip punggung pertama dan kedua berjauhan.

(44)

atas sirip-sirip miring putus-putus, letak sirip pertama dan kedua berdekatan, terdapat beberapa titik hitam dibawah sirip dada.

c. Tongkol abu-abu (Thunnus tonggol) menurut Bleeker (1851), dengan ciri khas : warna badan sisi bawah dan perutnya putih keperakan dengan titik-titik oval memanjang tidak berwarna. Sirip ekornya berwarna kehitam-hitaman dengan streaks berwarna hijau kekuning-kuningan.

2.6. Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia )

Jeruk nipis smemiliki nama ilmiah Citrus aurantifolia, Limonia aurantifolia, Citus javanica, atau Citrus notissima. Jeruk nipis juga dikenal dengan nama lokal jeruk pecel (Jawa), jeruk durga (Madura), limau asam atau limau nipis (Malaysia), somma nao atau manao (Thailand). Di Eropa dan Amerika, jeruk nipis disebut lime, sour lime, common lime (Sarwono, 2001).

Gambar 2. Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)

(45)

bulan. Jeruk nipis biasa ditanam di daerah dengan kriteria sebagai berikut (Setiadi, 2004) :

a. Daerah sangat basah , yaitu daerah ang rata-rata bulan keringnya dalam setahun sebanyak 0-1,5 bulan.

b. Daerah basah, yaitu daerah yng rata-rata bulan keringnya dalam setahun antara 1,5-3 bulan.

c. Daerah agak basah, yaitu daerah yang bulan keringnya rata-rata dalam setahun antara 3-4,5 bulan.

Jeruk nipis termasuk tipe buah buni. Bentuknya bulat sampai bulat telur. Diameternya sekitar 3-6 cm. Ketebalan kulit buahnya berkisar 0,2-0,5 mm, dan buahnya memiliki kelenjar yang banyak sekali. Buahnya memiliki papilla yang berwarna kuning kehijau-hijauan. Daging buah jeruk nipis bersegmen. Segmen buahnya berdaging hijau kekuning-kuningannya dan mengandung banyak sari buahnya beraroma harum. Sari buahnya sangat asam berisi asam sitrat berkadar 7-8 % dari berat daging buahnya ( Sarwono, 2001).

(46)

aman digunakan pada makanan oleh semua badan pengawasan makanan Nasional dan Internasional (Abadiana, 2013).

Menurut Manahan (1977) dalam artikel Dian menyatakan bahwa asam jeruk nipis atau asam sitrat adalah pelarut protik hidrofilik seperti air dan etanol yang bisa melarutkan senyawa polar seperti garam anorganik dan gula maupun senyawa non- polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin. Asam sitrat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi, magnesium,dan cadmium. Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam sitrat sebagai pelarut logam berat. Jeruk nipis memiliki gugus karboksilat dan hidrosil yang dapat dimanfaatkan sebagai chelating agent (Nurdiani, 2012).

Menurut Winarno (1991) dalam Kristianingrum (2011), Asam sitrat bersifat chelating agent atau senyawa pembentuk kompleks. Chelating agent adalah senyawa yang dapat mengikat ion logam bervalensi dua atau lebih seperti Mn, Fe, Cu, Ni, Mg, dan sebagainya yang merupakan katalisator dalam proses oksidasi. Menurut Rival (1995) dalam Indasah menyatakan pendapat bahwa asam sitrat mempunyai 4 pasang elektron bebas pada molekulnya yaitu pada gugus karboksilat yang dapat diberikan pada ion logam sehingga menyebabkan terbentuknya ion kompleks yang mudah larut dalam air.

(47)

2.7. Kerangka Konsep

Gambar 3. Kerangka Konsep Perendaman ikan tongkol ( Euthynnus sp ) dengan larutan jeruk nipis

1. Kontrol 0 % 2. Konsentrasi 25 % 3. Konsentrasi 50 % 4. Konsentrasi 75 % Selama 5 menit dan 10 menit

Kadar merkuri (Hg) pada Ikan tongkol ( Euthynnus sp ) sesudah

perendaman larutan jeruk Kadar merkuri (Hg)

pada Ikan tongkol ( Euthynnus sp )

sebelum

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperiment. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor yaitu faktor pertama berupa variasi konsentrasi dan faktor kedua berupa variasi lama perendaman. Pemilihan konsentrasi sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hikmawati dan Sulistyonni (2006) yang melakukan penelitian dengan konsentrasi 50 % perendaman ikan tongkol dengan metode pemasakan. Oleh karena itu, pemilihan konsentrasi dalam penelitian ini adalah diatas dan dibawah konsentrasi 50 % yaitu konsentrasi 25 %, 50 %, dan 75 %. Pemilihan waktu perendaman yaitu 5 menit dan 10 menit dengan asumsi waktu tersebut adalah waktu yang paling efisien.

Penelitian ini melakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Berdasarkan pendapat Hanafiah (2011), jumlah r ulangan dapat dibuat sekecil mungkin selagi hasil percobaan yang dilakukan masih bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Atas dasar ini, umumnya jumlah ulangan r = 4 di lapangan dan r = 3 di rumah kaca / Laboratorium.

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

(49)

kawasan padat penduduk. Preparasi sampel dan pengujian kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol akan dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Jalan Williem Iskandar Pasar V Barat I No. 4 Medan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai dari Bulan Maret 2014 – Mei 2015. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah ikan tongkol yang dijual di Pasar KUD Gabion Belawan. Ikan tongkol ini berasal dari perairan laut Belawan.

3.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah ikan tongkol yang memiliki berat 1,2 kg. Ikan tongkol tersebut akan diambil masing-masing dengan berat 25 gram setiap perlakuan.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Sumber Data

Data diperoleh dari hasil pemeriksaan sampel untuk melihat penurunan kadar merkuri (Hg) sebelum pemberian dan setelah pemberian larutan jeruk nipis dengan alat Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) VGA 77.

3.4.2 Alat Penelitian a. Alat Pengaduk

b. Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) VGA 77 c. Beaker Glass 250 ml

(50)

e. Corong

f. Erlenmeyer 250 ml g. Hot Plate

h. Kertas Saring Whatman 42 i. Labu Takar 50 ml

j. Labu Takar 100 ml k. Labu Ukur

l. Pinset m. Pipet Tetes n. Pipet Volumetri o. Pisau Cutter p. Termometer

q. Timbangan Elektronik 3.4.3 Bahan Penelitian

a. Aquabidest b. Aquadest

(51)

3.4.4 Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif sampling. Metode pengamblan sampel ini ditentukan atas karakteristik yang sama dari setiap yang dijual dengan sampel yang sedang diteliti ( Sudjana, 2001 ). sampel berupa ikan tongkol dengan berat 1,2 kg yang dijual di KUD Gabion Belawan. Sampel dimasukkan kedalam plastik agar terhindar cemaran. Kemudian, ikan tongkol tersebut dipindahkan kedalam freezer di Laboratorium Kesehatan Daerah Medan. 3.4.5 Pembuatan Larutan Jeruk Nipis

1. Beberapa jeruk nipis dibelah menjadi 3 bagian untuk setiap jeruk nipis 2. Tambahkan aquades sebanyak 100 ml untuk menghasilkan larutan jeruk

nipis dengan konsentrasi 0 % sebagai kontrol.

3. Peras jeruk nipis sebanyak 1-2 jeruk nipis sehingga diperoleh air perasan jeruk nipis sebanyak 25 ml dan ditambahkan aquades sebanyak 75 ml untuk menghasilkan larutan jeruk nipis dengan konsentrasi 25 %.

4. Peras jeruk nipis sebanyak 3-4 jeruk nipis sehingga diperoleh air perasan jeruk nipis sebanyak 50 ml dan ditambahkan aquades sebanyak 50 ml untuk menghasilkan larutan jeruk nipis dengan konsentrasi 50 %.

(52)

3.4.6 Cara Penyiapan Sampel Penelitian

1. Sampel berupa ikan tongkol diambil bagian dagingnya saja dengan cara dibelah melintang menjadi dua bagian.

2. Daging ikan tongkol kemudian dipotong kecil-kecil menjadi beberapa bagian dan dicuci dengan air mengalir hingga bersih.

3. Daging ikan tongkol dimasukkan kedalam setiap erlenmeyer sebanyak 50 gram .

4. Sampel pertama, dipisahkan daging sebanyak 50 gram untuk dianalisis kadar merkuri (Hg)nya sebelum dilakukan perendaman.

5. Sampel kedua, daging ikan tongkol sebanyak 50 gram dimasukkan kedalam erlenmeyer. Bagian pertama, diambil sebanyak 25 gram daging ikan tongkol untuk direndam dengan akuades sebanyak 100 ml selama 5 menit dan kemudian dilanjutkan bagian kedua sebanyak 25 gram daging ikan tongkol untuk direndam dengan akuades sebanyak 100 ml selama 10 menit. Sampel ini sebagai kelompok kontrol (0%).

6. Sampel ketiga, daging ikan tongkol sebanyak 50 gram dimasukkan kedalam erlenmeyer. Sampel ini direndam dengan larutan jeruk nipis dengan konsentrasi 25 % selama 5 menit sebanyak 25 gram daging ikan tongkol dan kemudian dilanjutkan perendaman selama 10 menit sebanyak 25 gram daging ikan tongkol. Pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali.

(53)

dengan konsentrasi 50 % selama 5 menit sebanyak 25 gram daging ikan tongkol dan kemudian dilanjutkan perendaman selama 10 menit sebanyak 25 gram daging ikan tongkol. Pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali.

8. Sampel kelima, daging ikan tongkol sebanyak 50 gram dimasukkan kedalam erlenmeyer. Sampel ini direndam dengan larutan jeruk nipis dengan konsentrasi 75 % selama 5 menit sebanyak 25 gram daging ikan tongkol dan kemudian dilanjutkan perendaman selama 10 menit sebanyak 25 gram daging ikan tongkol. Pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali

3.4.7 Prosedur Preparasi Ikan Tongkol

Cara preparasi ikan tongkol adalah sebagai berikut : 1. Persiapkan alat yang akan digunakan

2. Masukkan sampel ikan tongkol yang telah halus seanyak 1 gram kedalam labu takar 50 ml.

3. Didestruksi dengan campuran asam HNO3 ; HCl = 3:1 sebanyak 10 ml kedalam labu takar tersebut hingga sampel larut dan berwarna kuning . 4. Pindahkan sampel dari hot plate dan biarkan hingga dingin.

5. Tambahkan H2O2 30 % sebanyak 2 tetes kedalam labu taar tersebut. 6. Panaskan kembali selama 2 jam diatas hot plate pada suhu 70˚C .

(54)

8. Larutan sampel kemdian disaring dengan kertas saring whatman 42 hingga dihasilkan larutan sampel yang jernih.

9. Ukur pada alat AAS VGA 77 yang telah siap pakai untuk diukur kadar merkuri (Hg)nya.

3.4.8. Prosedur Pengoperasian AAS VGA 77 1 Pembuatan Method Type Vapour (VGA) :

a. Aktifkan SpectroAA Software dengan mengklik 2x logo SpectrAA b. Klik button Worksheet kemudian klik New

c. Isi nama file, operator dl kemudian klik OK d. Pada menu bar develop klik add method e. Pastikan method type = vapour

f. Pilih elemen yang akan dianalisa kemudian klik OK 2 Edit Method :

a. Klik button Edit Method b. Type/Mode :

1. Sampling mode = Mode c. Measurement :

1. Meaurement Mode = Integration 2. Calibration Mode = Conceration

(55)

d. Optical :

1. Lamp position = posisi lampu e. Standard :

Standards Cone = konsentrasi standard

f. Klik menu bar Labels, kemudian beri label sample sesuai dengan yang diinginkan.

g. Batasi jumlah baris sample dengan mengklik button Total Row 3 Optimasi :

a. Klik menu bar Analysis, kemudian klik Optimize

b. Pilih lampu yang akan dioptimasi lalu klik OK, sehingga muncul bar indicator lampu dan unggu beberapa saat utuk warm up lamp

c. Klik button Optimize lamp. Puatr dua buah Tured adjuster secara bergantian untuk mendapatkan yang optimum gunakan.

d. Pasang Absorbance Cel pada burner kemudian atur posisi vertical , horizontal, dan putaran burner untuk meluruskan Absorbance Cel dengan lampu sehingga besarnya gain mendekati gain tanpa Absorbance Cel.

e. Nyalakan VGA dan pastikan bahwa indicator low pressure tidak menyala.

f. Aspirasikan aquadest untuk membilas tubing dan mengatur uptake rate : reductant dan acid 1 ml/menit, sample 6-8 ml/menit.

(56)

h. Klik button Optimasi signal

i. Aspirasikan blank tunggu ± 1 menit kemudian klik button instrument zero sehingga absorbance = 0,000 ± 10

j. Aspirasikan standard yang maksimal dan atur absorbance sehingga memenuhi acuan sensitivitasnya.

k. Jika sudah tercapai, aspirasikan blank, kemudian klik OK. l. Pada dialog box Optimize, klik Cancel

4. Kalibrasi dan Analisa : a. Aspirasikan blank

b. Pada table standart, klik pada call zero, klik button read . Tunggu sampai replicate terakhir selesai

c. Lakukan cara yang sama untuk standard yang lain dan sample

d. Seelah selesai analisa, bilas masing-masing tubing dengan aquades ± 15 menit dan kosongkan.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel

a. Variabel terikat : penurunan kadar logam merkuri (Hg)

b. Variabel bebas : Konsentrasi larutan jeruk nipis dan lama perendaman 3.5.2. Defiinisi Operasional

(57)

2. Merkuri (Hg) adalah logam berwujud cair pada temperatur kamar, di lingkungan terdapat dalam dua bentuk teroksidasi Hg (II) yang larut dalam air, dan dalam bentuk Hg (p) yang dapat mengikat diri dengan partikulat atau aerosol.

3. Kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol adalah banyaknya kadar merkuri (Hg) yang ditemukan dalam ikan tongkol melalui pemeriksaan laboratorium dalam satuan mg/kg.

4. Pemberian jeruk nipis pada ikan tongkol dengan konsentrasi 0% dan lama perendaman 5 menit dan 10 menit adalah pemberian larutan akuades sebanyak 100 ml tanpa perasan jeruk nipis selama 5 menit dan 10 menit. 5. Pemberian jeruk nipis pada ikan tongkol dengan konsentrasi 25% dan

lama perendaman 5 menit dan 10 menit adalah pemberian larutan akuades sebanyak 25 ml perasan jeruk nipis dan 75 ml air selama 5 menit dan 10 menit.

6. Pemberian jeruk nipis pada ikan tongkol dengan konsentrasi 50% dan lama perendaman 5 menit dan 10 menit adalah pemberian larutan akuades sebanyak 50 ml perasan jeruk nipis dan 50 ml akuades selama 5 menit dan 10 menit.

(58)

3.6. Metode Pengukuran

Metode pengukuran untuk melihat efektivitas penurunan logam berat sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan dapat dihitung dengan rumus (Buwono, 2005) :

I

=

Keterangan :

I : Tingkat penurunan kadar logam berat (%) Io : Kadar logam berat pada awal penelitian (ppm) It : Kadar logam berat pada akhir penelitian (ppm) 3.7. Metode Analisis Data

3.7.1. Pengolahan Data

Data akan diolah melalui beberapa tahapan antara lain : entri data, koding, editing, tabulating. Entri data dilakukan dengan memasukkan data sesuai hasil uji laboratorium. Koding dilakukan dengan memberi kode untuk masing-masing tingkatan sesuai tujuan yang dikumpulkan. Editing dilakukan dengan pemeriksaan kembali data yang telah masuk pada saat melakukan penelitian. Tabulating dilakukan dengan membuat tabel dan memasukkan data tersebut ke dalam tabel berupa angka-angka

3.7.2. Analisis Data

(59)

tidak jauh berbeda. Apabila hasil kedua data homogen maka dilanjutkan uji two way anova untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan beberapa variabel bebas dengan sebuah variabel terikat. Jika data tidak berdistribusi normal maka dilakukan uji Friedman (Usman, 2006).

Hipotesis yang akan diuji

Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata penurunan kadar merkuri (Hg) dengan berbagai perlakuan larutan jeruk nipis

Hi : Ada perbedaan rata-rata penurunan kadar merkuri (Hg) dengan berbagai perlakuan larutan jeruk nipis

Dasar pengambilan keputusan

(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Pengambilan Sampel

Kecamatan Belawan merupakan wilayah yang terletak di Kota Medan. Luas wilayah Kecamatan Belawan seluas 2.192 Ha. Adapun batas wilayah Kecamatan Belawan adalah sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Timur berbatasan dengan Percut Sei Tuan, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Labuhan, dan sebelah Barat berbatasan dengan Hamparan Perak. Kecamatan Belawan terdapat Pelabuhan Perikanan Samudra Belawan. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan dalam rangka menunjang usaha serta pengembang ekonomi perikanan secara menyeluruh ( Hayati, 2009).

Pelabuhan Perikanan Samudra Belawan terletak di Kelurahan Bagan Deli. Kelurahan Bagan Deli memiliki wilayah seluas 3,04 km² atau 304, 74 Ha yang terdiri dari 15 lingkungan. Kelurahan Bagan Deli memiliki wilayah seluas 3,8 Ha yang digunakan sebagai sektor industri perikanan. Sektor industri perikanan ini merupakan salah satu dermaga terbesar di Sumatera Utara. Pelabuhan ini menghasilkan tangkapan nelayan yang nantinya akan didistribusikan ke pasar tradisional setempat ataupun ke tempat lain oleh pengecer yang akan dikonsumsi oleh konsumen (Silalahi, 2014).

(61)

mengkonsumsi hasil laut sebagai kebutuhan mereka dan mata pencaharian utama bagi penduduk sekitar (Silalahi,2014).

4.2 Hasil Kadar Merkuri (Hg) Pada Ikan Tongkol

Sampel berupa ikan tongkol dibeli di KUD Gabion Belawan lalu dilakukan preparasi pada sampel di Laboratorium Kesehatan Daerah Medan. Setelah dilakukan preparasi sampel kemudian dilakukan pengujian kadar merkuri pada sampel. Pengujian kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol tersbut menggunakan alat AAS VGA 77. Hasil dari monitor layar komputer menunjukkan kadar merkuri pada ikan tongkol tersebut sebesar 0,0875 ppm.

4.3 Kadar Merkuri (Hg) Pada Ikan Tongkol Setelah Perendaman Larutan Jeruk Nipis

Penelitian ini dilakukan dengan metode perendaman daging ikan tongkol dengan larutan jeruk nipis. Konsentrasi larutan jeruk nipis yang digunakan adalah 0%, 25%, 50%, dan 75% dengan lama perendaman 5 menit dan 10 menit. Penelitian ini dilakukan dengan 8 perlakuan dengan 3 kali pengulangan. Adapun hasil kadar merkuri pada Ikan tongkol dari setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Kadar Merkuri (Hg) Pada Ikan Tongkol Dari Berbagai Konsentrasi Dan Lama Perendaman Larutan Jeruk Nipis

(62)

Hasil Tabel 4.1 menunjukkan bahwa kadar merkuri pada ikan tongkol setelah perendaman larutan jeruk nipis dengan berbagai variasi konsentrasi dan lama perendaman menunjukkan bahwa adanya penurunan kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol tersebut. Hal ini terlihat bahwa kadar merkuri (Hg) tertinggi terdapat pada perendaman dengan akuades 100 ml atau pada konsentrasi larutan jeruk nipis 0% selama 5 menit. Sebaliknya kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol terendah setelah perendaman larutan jeruk nipis selama 10 menit pada konsentrasi larutan jeruk nipis 75%.

4.4 Penurunan Kadar Merkuri (Hg) Setelah Diberi Perlakuan

Kadar merkuri (Hg) mengalami penurunan setelah diberi perlakuan. Persentase perlakuan dihitung berdasarkan perbandingan kadar awal logam berat dikurangi rata-rata kadar setelah perlakuan terhadap kadar merkuri (Hg) awal pada ikan tongkol.Perhitungan dapat dilihat di lampiran 8. Adapun rata-rata kadar merkuri (Hg) setelah perlakuan dan persentase penurunan dapat dilihat pada Tabel 4.2

(63)

Kadar merkuri (Hg) tidak seluruhnya mengalami penurunan pada setiap perlakuan yaitu pada lama perendaman 5 menit dan konsentrasi jeruk nipis 0%. Penurunan kadar merkuri (Hg) paling besar terjadi pada konsentrasi larutan jeruk nipis 75% dengan lama perendaman 10 menit yaitu sebesar 61,60%.

Gambar 4. Grafik Persentase Penurunan Kadar Merkuri (Hg) Setelah Diberi Perlakuan

(64)

4.5 Analisis Statistik Perbedaan Penurunan Kadar Merkuri (Hg) pada Ikan Tongkol dengan Perendaman Larutan Jeruk Nipis pada Berbagai Konsentrasi dan Lama Perendaman

Sebelum analisis dilakukan, data akan dianalisis terlebih dahulu dengan uji normalitas menggunaan uji Shapiro Wilk karena n < 50 dan uji homogenitas varian dengan menggunakan uji Levene Test untuk memberi keyakinan bahwa sekumpulan data berasal dari populasi yang tidak jauh berbeda sehingga dapat diputuskan analisis menggunakan Two Way Anova jika data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas data diperoleh nilai p = 0,018 < α = 0,05, H0 ditolak yang berarti bahwa data tidak berdistribusi normal. Oleh karena data tidak berdistribusi normal maka uji homogenitas tidak dapat dilakukan dan analisis dilakukan dengan menggunakan uji non parametrik Friedman. Uji non parametric Friedman digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan penurunan kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol pada berbagai konsentrasi dan lama perendaman.

Tabel 4.3 Hasil Uji Friedman Perbedaan Penurunan Kadar Merkuri pada Ikan Tongkol dengan Perendaman Larutan Jeruk Nipis

(65)

keempat konsentrasi jeruk nipis dalam perlakuan memiliki kemampuan yang berbeda secara nyata dalam menurunkan kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol. Hasil uji Friedman menunjukkan p-value = 0,001 < α = 0,05 ada perbedaan lama perendaman terhadap penurunan kadar merkuri (Hg) yang berarti bahwa kedua taraf lama perendaman dalam perlakuan berbeda secara nyata dalam menurunkan kadar merkuri (Hg) pada ikan tongkol.

Untuk melihat perbedaan masing masing perlakuan maka dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan uji Tukey yang biasa disebut dengan uji HSD (Honestly Significant Difference) yang dapat dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Hasil Uji Tukey Terhadap Penurunan Kadar Merkuri (Hg) pada Ikan Tongkol pada Taraf Konsentrasi Larutan Jeruk Nipis

Konsentrasi Larutan Jeruk Nipis Beda Rerata

(I –J) Probabilitas

Prisip uji Tukey (HSD) adalah membandingkan selisih masing-masing rata-rata dengan sebuah nilai kritis (w). Jika harga mutlak selisih rata-rata yang dibandingkan lebih dari atau sama dengan nilai kritisnya, maka dapat dikatakan bahwa kedua rata-rata tersebut berbeda nyata (signifikan).

(66)

konsentrasi 0% dengan 25% berbeda nyata dengan nilai 0,017 , antara 0% dengan 50% berbeda nyata dengan nilai 0,022, antara 0% dengan 75% berbeda nyata dengan nilai 0,041. Perbandingan rata-rata antara konsentrasi 25% dengan 0% berbeda nyata dengan nilai 0,017, antara konsentrasi 25% dengan 50% berbeda nyata dengan nilai 0,005, antara konsentrasi 25% dengan 75% berbeda nyata dengan nilai 0,025.

Gambar

Tabel 2.1 Konsentrasi Hg pada Berbagai Organ Induk dan Janin
Gambar 1. Ikan Tongkol (Euthynnus sp)
Gambar 2. Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)
Gambar 3. Kerangka Konsep
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Humanis oleh Ahmad Dahlan yang merupakan tokoh besar dalam organisasi Muhamaddiyah, yakni pen- didikan yang didasarkan pada pembentukan kecerdasan dan kemandirian

Allah SWT atas berkat, rakhmat, dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ ANALISIS PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PELAYNAN FISKUS

kombinasi permainan Minefield memberikan perbedaan terhadap pemahaman nilai- nilai Persatuan Indonesia pada Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah cabang Mojolaban

Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang di jalankan oleh pelaksanaan proyek dan pemilik modal tidak boleh melakukan

Kesimpulan kegiatan sosialisasi adalah: (a) diketahui bahwa kebutuhan benih padi di Kabupaten Bengkulu Utara pada tahun 2012 sebesar 288.750 kg yang terdiri atas

Tiga orang lainnya tidak ingin menjadi perawat karena masuk jurusan Ilmu Keperawatan atas dasar keinginan orang tua bukan dari keinginan sendiri.Tujuan penelitian

PTBBN salah satu tugasnya adalah melaksanakan litbang bahan bakar reaktor daya, diharapkan dapat berkontribusi pada penyediaan bahan bakar yang sustainable/berkelanjutan

Berdasarkan urain diatas memperlihatkan bahwa kemampuan PCK yang dimiliki oleh guru IPA kelas VIII SMP Negeri se-Kabupaten Sukoharjo termasuk baik, guru telah