SURVEI IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER (PPK) DI SEKOLAH DASAR NEGERI
SE-KECAMATAN JETIS KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Maria Cahya Melati NIM: 161134123
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2020
i
SURVEI IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER (PPK) DI SEKOLAH DASAR NEGERI
SE-KECAMATAN JETIS KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Maria Cahya Melati NIM: 161134123
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2020
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahkan untuk:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah melimpahkan segala berkat, keselamatan, kesehatan, rejeki, dan pertolongan terlebih saat merasa lelah dan putus asa.
2. Kedua orangtuaku tercinta, Andreas Sugirman dan M.M. Iskatriarti serta keluarga besar Fx. Adi Sukarjo yang selalu mendoakan dan mendukungku. 3. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
v
MOTTO
“Dia selalu membimbing dan membantu murid-Nya mengerjakan tugas pelayanan. Dan murid yang mau dibimbing pasti tekun mengerjakan tugasnya”
(Rm. Paskalis Bayu Edvra, Pr.)
“Our fate lives within us. You only have to be brave enough to see it” (Brave – Disney)
viii
ABSTRAK
SURVEI IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER (PPK) DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN
JETIS KOTA YOGYAKARTA Maria Cahya Melati
Universitas Sanata Dharma 2020
Latar belakang penelitian ini adalah adanya kebijakan pemerintah dalam memperkuat penanaman karakter peserta didik melalui program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana penerapan dan upaya yang dilakukan dalam mewujudkan program PPK di SD Negeri se-Kecamatan Jetis.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan menggunakan metode survei. Populasi berjumlah 66 orang dengan sampel sebanyak 56. Sampel ditetapkan melalui tabel penentuan jumlah sampel minimal menurut Krejcie dan Morgan dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Data pada penelitian ini diperoleh melalui kuesioner, wawancara, dan studi dokumenter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SD Negeri se-Kecamatan Jetis telah mengimplementasikan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang terdiri dari empat aspek utama. Aspek pertama, sosialisasi dengan persentase sebesar 75%. Upaya yang dilakukan yaitu mengikuti sosialisasi dari kepala sekolah dan KKG. Aspek kedua, PPK berbasis kelas dengan persentase sebesar 90%. Upaya yang dilakukan yaitu mengintegrasikan nilai-nilai PPK pada kurikulum dan metode/model pembelajaran, pembiasaan di kelas, manajemen kelas, dan layanan bimbingan dan konseling. Aspek ketiga, PPK berbasis budaya sekolah sebesar 83% dengan upaya penerapan melalui school branding, pembiasaan/tradisi sekolah, kokurikuler, ekstrakurikuler, dan peraturan sekolah. Aspek keempat, PPK berbasis masyarakat sebesar 64% melalui adanya kerjasama satuan pendidikan.
Kata Kunci: Penguatan Pendidikan Karakter, PPK Berbasis Kelas, PPK Berbasis Budaya Sekolah, PPK Berbasis Masyarakat.
ix ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION SURVEY OF STRENGTHEN CHARACTER EDUCATION PROGRAM AT ELEMENTARY SCHOOLS IN THE
SUB-DISTRICT OF JETIS YOGYAKARTA
Maria Cahya Melati Sanata Dharma University
2020
The background of this research is the existence of government policies in strengthening students character through the strengthen character education program. This study aims to find out the extent of the program implementation and efforts that were made to create PPK in all elementary schools in the Jetis sub-district.
The type of this study is quantitative descriptive and using the survey method. The population consists of 66 people and 56 samples. The samples were determined through a minimum sample table by Krejcie and Morgan and using the cluster random sampling technique. The data in this study obtained through questionnaires, interviews, and documentary studies.
The results show that all the elementary schools in the Jetis sub-district had implemented the strengthen character education that consists of four main aspects. The first aspect was the socialization with a percentage of 75%. The effort taken was attending the socialization from the Headmaster and the KKG. The second aspect was class-based PPK with a percentage of 90%. The effort taken was integrating the PPK values to the curriculum and the learning methods, habituation inside the class, class management, and guidance and counseling service. The third aspect was school culture-based PPK with a percentage of 83%. The effort taken was through school branding, habituation of school traditions, kokurikuler, extracurricular, and school rules. The fourth aspect was public-based PPK with a percentage of 64% through the education unit collaboration.
Keywords: Strengthen Character Education, Class-Based PPK, School Culture-Based PPK, Public-Culture-Based PPK.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN MOTTO... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii
ABSTRAK... viii
ABSTRACT... ix
KATA PENGANTAR... x
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR GAMBAR... xvi
DAFTAR LAMPIRAN... xvii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Batasan Masalah... 5
C. Rumusan Masalah... 5
D. Tujuan Penelitian... 6
E. Manfaat Penelitian... 6
F. Definisi Operasional... 7
BAB II LANDASAN TEORI... 9
A. Kajian Pustaka... 9 1. Pengertian Karakter... 9 2. Pengertian Kepribadian... 10 3. Pengertian Moral... 11 4. Pengertian Nilai... 11 5. Pendidikan Karakter... 12
xiii
a. Pengertian Pendidikan Karakter... 12
b. Fungsi Pendidikan Karakter... 13
c. Tujuan Pendidikan Karakter... 14
6. Program Penguatan Pendidikan Karakter... 16
a. Latar Belakang Program Penguatan Pendidikan Karakter... 16
b. Pengertian Program Penguatan Pendidikan Karakter... 16
c. Tujuan Program Penguatan Pendidikan Karakter... 18
d. Nilai-nilai Utama Program Penguatan Pendidikan Karakter... 19
e. Basis Program Penguatan Pendidikan Karakter... 22
B. Hasil Penelitian yang Relevan... 31
C. Kerangka Berpikir... 35
D. Hipotesis Penelitian... 37
BAB III METODE PENELITIAN... 38
A. Jenis Penelitian... 38
B. Waktu dan Tempat Penelitian... 39
C. Populasi dan Sampel... 41
D. Variabel Penelitian... 46
E. Teknik Pengumpulan Data... 46
F. Instrumen Penelitian... 48
G. Teknik Pengujian Instrumen... 52
H. Teknik Analisis Data... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 62
A. Hasil Penelitian... 62
1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian... 62
2. Deskripsi Responden Penelitian... 64
3. Deskripsi Data Survei Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta pada Setiap Basis... 64
xiv
a. Aspek Sosialisasi... 70
b. Implementasi PPK Berbasis Kelas... 72
1) Aspek Kurikulum... 74
2) Aspek Pembiasaan di Kelas... 75
3) Aspek Manajemen Kelas... 78
4) Aspek Metode/Model Pembelajaran... 79
5) Aspek Layanan Bimbingan dan Konseling... 81
c. Implementasi PPK Berbasis Budaya Sekolah... 82
1) Aspek Branding... 84
2) Aspek Pembiasaan/Tradisi Sekolah... 86
3) Aspek Peraturan Sekolah... 89
4) Aspek Kokurikuler... 90
5) Aspek Ekstrakurikuler... 91
d. Implementasi PPK Berbasis Masyarakat... 93
B. Pembahasan... 102 BAB V PENUTUP... 115 A. Kesimpulan... 115 B. Keterbatasan Penelitian... 116 C. Saran... 117 DAFTAR PUSTAKA... 118 LAMPIRAN... 123
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Daftar SD Negeri di Kecamatan Jetis... 40
Tabel 3.2 Populasi Penelitian... 41
Tabel 3.3 Penentuan Jumlah Sampel Minimal Menurut Krejcie dan Morgan... 43
Tabel 3.4 Populasi dan Sampel Penelitian Setiap Sekolah... 44
Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Penelitian... 49
Tabel 3.6 Pedoman Wawancara... 50
Tabel 3.7 Daftar Cek Dokumentasi... 51
Tabel 3.8 Konversi Skala Lima... 53
Tabel 3.9 Kategori Skala Lima... 55
Tabel 3.10 Rekapitulasi Validitas Isi... 56
Tabel 3.11 Rekapitulasi Validitas Muka... 57
Tabel 4.1 Daftar SD Negeri yang Diteliti... 62
Tabel 4.2 Instrumen Pertanyaan Tertutup... 65
Tabel 4.3 Persentase Rata-rata Aspek Sosialisasi... 70
Tabel4.4 Persentase Rata-rata PPK Berbasis Kelas... 72
Tabel 4.5 Persentase Rata-rata PPK Berbasis Budaya Sekolah... 82
Tabel 4.6 Persentase Rata-rata PPK Berbasis Masyarakat... 93
Tabel 4.7 Rekapitulasi Rata-rata Basis pada Program PPK... 101
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Keterpaduan Prinsip Empat Olah... 17
Gambar 2.2 Literature Map... 34
Gambar 4.1 Grafik Persentase Rata-rata Aspek Sosialisasi... 71
Gambar 4.2 Grafik Persentase Rata-rata Aspek Kurikulum... 75
Gambar 4.3 Grafik Persentase Rata-rata Aspek Pembiasaan di Kelas... 77
Gambar 4.4 Grafik Persentase Rata-rata Aspek Manajemen Kelas.... 79
Gambar 4.5 Grafik Persentase Rata-rata Aspek Metode/Model Pembelajaran... 80
Gambar 4.6 Grafik Persentase Rata-rata Aspek Layanan Bimbingan dan Konseling... 82
Gambar 4.7 Grafik Persentase Rata-rata Aspek Branding... 85
Gambar 4.8 Grafik Persentase Rata-rata Aspek Pembiasaan/Tradisi Sekolah... 88
Gambar 4.9 Grafik Persentase Rata-rata Aspek Peraturan Sekolah... 90
Gambar 4.10 Grafik Persentase Rata-rata Aspek Kokurikuler... 91
Gambar 4.11 Grafik Persentase Rata-rata Aspek Ekstrakurikuler... 92
Gambar 4.12 Kegiatan Membatik... 93
Gambar 4.13 Bazar Jajanan yang diselenggarakan oleh SDN Jetisharjo... 96
Gambar 4.14 Perpustakaan Keliling... 98
Gambar 4.15 Program Sekolah Hijau... 99
Gambar 4.16 Grafik Persentase Rata-rata Aspek Kerjasama Satuan Pendidikan... 100
Gambar 4.17 Persentase Butir Soal PPK Berbasis Kelas... 105
Gambar 4.18 Persentase Butir Soal PPK Berbasis Budaya Sekolah... 109
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma.... 124
Lampiran 2 Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Kota Yogyakarta... 125 Lampiran 3 Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian dari Koordinator Wilayah UPT Pengelola PAUD dan SD Wilayah Utara... 126 Lampiran 4 Rangkuman Data SD Negeri di Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta... 127 Lampiran 5 Coding Data SD Negeri di Kecamatan Jetis... 128
Lampiran 6 Rekap Data Hasil Penelitian... 129
Lampiran 7 Rekap Data Hasil Wawancara... 137
Lampiran 8 Identitas Responden dan Instrumen Penelitian... 141
Lampiran 9 Surat Permohonan Izin Validasi... 147
Lampiran 10 Data Mentah Validitas Isi... 148
Lampiran 11 Hasil Rekap Validasi Instrumen... 187
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kualitas diri seseorang dapat terbentuk melalui penanaman nilai-nilai karakter yang salah satunya dialami ketika menempuh jenjang pendidikan. Tim PPK Kemendikbud (2017: 1) menjelaskan bahwa satuan pendidikan menjadi sarana strategis bagi pembentukan karakter bangsa karena memiliki sistem, infrastruktur, dan dukungan ekosistem pendidikan yang tersebar di seluruh Indonesia, mulai dari perkotaan sampai pedesaan. Satuan pendidikan menjadi bagian penting bagi peserta didik agar dapat mengawal kemajuan dan perkembangan akademik, non akademik, dan pendidikan karakter. Nilai-nilai karakter perlu ditanamkan sejak usia dini melalui pendidikan karakter yang seharusnya menjadi hal paling utama dan dibudayakan dalam dunia pendidikan. Gerakan dalam membuka kesadaran pendidik dan masyarakat dalam menerapkan pendidikan karakter sangat diperlukan. Menurut Judiani (2010: 288) pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter pada peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam dirinya, sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif. Andiarini, Arifin, dan Nurabadi (2018: 239) berpendapat bahwa sekolah perlu menerapkan penanaman pendidikan karakter melalui kegiatan yang terjadi secara berulang dan terus-menerus hingga tercipta pembiasaan. Secara keseluruhan proses pembiasaan terjadi dalam kegiatan belajar dan mengajar di kelas dimana peran aktif guru sangat
diperlukan dalam menanamkan karakter peserta didik, salah satunya melalui pembelajaran.
Julaiha (2014: 233) mengatakan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter melalui pembelajaran dapat dikaitkan dengan nilai-nilai tingkah laku peserta didik dalam kesehariannya baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pembelajaran tidak hanya mencakup keberhasilan pemahaman pengetahuan tetapi juga menyadari dan mengenal bahwa peserta didik mampu mengamalkan nilai-nilai karakter melalui perilakunya. Selain melalui pembelajaran pendidikan karakter dapat diterapkan pada kegiatan lain seperti ekstrakurikuler, sehingga pembelajaran nilai-nilai karakter memiliki hubungan dengan tindakan yang dilakukan peserta didik dalam kesehariannya dan dapat berkembang lebih dari aspek kognitif.
Sejak awal berdirinya NKRI pemerintah Indonesia sudah memahami pentingnya mewujudkan bangsa Indonesia yang berkualitas dan berkarakter. Selain mencerdaskan bangsa seperti yang tertuang dalam UUD 1945 alinea IV dari waktu ke waktu Indonesia telah mengimplementasikan pendidikan karakter melalui pendidikan formal pada satuan pendidikan. Pendidikan karakter yang telah ditanamkan dan didukung oleh kebijakan pemerintah mengenai pendidikan karakter pada kenyataannya belum mencapai hasil yang maksimal. Effendy (dalam Tim PPK Kemendikbud, 2017: 6) mengungkapkan bahwa kita telah melewatkan beberapa dimensi penting dalam pendidikan yaitu olah raga (kinestetik), olah rasa (seni), dan olah hati (etik dan spiritual). Pendidikan yang telah terselenggara saat ini masih terpaku pada kemajuan aspek kognitif.
Salah satu kemerosotan karakter masyarakat Indonesia terutama peserta didik pada satuan pendidikan dapat ditemukan dalam surat kabar. Peserta didik dari dua SD di Sukabumi, Jawa Barat terlibat dalam tawuran (Kompas, 21 Februari 2020). Sejumlah pelajar saling berhadapan dan saling kejar bahkan membawa senjata tajam berupa clurit dan alat gir. Tawuran tersebut terjadi akibat adanya kesalahpahaman antar pelajar. Tidak wajar jika pelajar sekolah dasar terlibat dalam tawuran. Hal seperti ini bisa terjadi karena tidak adanya toleransi dan sikap saling menghargai perbedaan pendapat. Selain itu terjadi bullying disertai kekerasan fisik pada salah satu peserta didik di Jambi (Okezone, 10 Maret 2020). Peristiwa ini terjadi karena korban tidak mau memberi contekan kepada pelaku. Berselang satu minggu korban mengalami depresi berat hingga demam dan trauma apabila melihat seseorang menggunakan seragam sekolah atau dinas. Emosi yang tidak dapat dikendalikan oleh pelaku mengakibatkan temannya menjadi korban kekerasan. Berdasarkan contoh kasus tersebut dapat terlihat bahwa pendidikan karakter tidak benar-benar tertanam dalam diri peserta didik. Semestinya dengan adanya pendidikan karakter, peserta didik memiliki empati yang besar terhadap sesamanya sehingga dapat menyikapi suatu permasalahan tanpa melibatkan tindak kejahatan.
Pemerintah berupaya meningkatkan pendidikan karakter dengan mencanangkan sebuah Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang tertuang dalam sembilan program prioritas Joko Widodo dan Jusuf Kalla yaitu Butir 8 Nawacita tahun 2014. Perpres No 87 Tahun 2017 menjelaskan bahwa revolusi karakter bangsa dan Gerakan Nasional Revolusi Mental hendak
mendorong seluruh masyarakat untuk membuat perubahan pola pikir dan cara bertindak dalam mengelola sekolah. Selain itu Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 Pasal 2 juga menjelaskan bahwa PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli sosial, dan bertanggung jawab. Tim PPK Kemendikbud (2017: 1) menjelaskan bahwa gerakan PPK menempatkan nilai karakter sebagai dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan. Fokus pada PPK mencakup tiga basis utama yaitu PPK Berbasis Kelas, PPK Berbasis Budaya Sekolah, dan PPK Berbasis Masyarakat. Terdapat 5 nilai utama karakter yang saling terintegrasi dan perlu dikembangkan sebagai prioritas gerakan PPK yaitu religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas. Kelima nilai tersebut merupakan kristalisasi dari nilai-nilai karakter yang sebelumnya telah dikembangkan.
Agar pelaksanaan Program Penguatan Pendidikan Karakter tidak hanya sebatas kebijakan maka perlu adanya sosialisasi lebih lanjut demi terselenggaranya PPK dalam lembaga pendidikan. Program PPK yang telah disosialisasikan dapat diwujudkan melalui tiga basis yaitu PPK berbasis kelas, PPK berabasis budaya sekolah, dan PPK berbasis masyarakat. Kesuksesan atau keberhasilan penerapan pendidikan karakter suatu basis akan menunjang pada penguatan karakter pada basis lainnya. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk membuat sebuah penelitian mengenai implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di sekolah dasar karena ketiga basis
tersebut memiliki keterkaitan. Penelitian ini dibuat dengan judul “Survei Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta”. Peneliti memilih metode survei pada penelitian ini agar dapat menjaring seluruh sampel yang jumlahnya terlalu banyak. Pemilihan metode survei dianggap yang paling tepat karena melibatkan populasi sebagai sampel pasti. Penelitian ini dilaksanakan dengan memberikan instrumen berupa kuesioner kepada sembilan SD terkait untuk mengetahui penerapan dan upaya apa saja yang telah dilakukan dalam mewujudkan Program Penguatan Pendidikan Karaker (PPK).
B. Batasan Masalah
1. Populasi pada penelitian ini adalah Sekolah Dasar Negeri yang berada di Kecamatan Jetis, sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas I sampai VI dan Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Jetis. 2. Fokus penelitian pada sejauh mana implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Jetis Kabupaten Kota Yogyakarta serta upaya yang dilakukan sekolah dalam mengimplementasikan program Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta. 3. Jumlah Sekolah Dasar Negeri dalam penelitian ini adalah 9 sekolah. 4. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta telah diimplementasikan?
2. Bagaimana upaya implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Jetis Kabupaten Kota Yogyakarta?
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta.
2. Mendeskripsikan upaya implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta.
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Sekolah
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di sekolah yang terkait sehingga dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
2. Bagi Guru
Guru dapat mengetahui kekurangan atau hal apa saja yang perlu ditingkatkan dalam menerapkan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Selain itu guru mendapatkan gambaran untuk merancang rencana kegiatan dan pembiasaan yang lebih bermakna dalam menunjang program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pengalaman peneliti terlebih pada bidang pendidikan, sehingga peneliti nantinya dapat menjadi seorang pendidik yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai utama program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pada rangkaian kegiatan pembelajaran secara optimal.
F. Definisi Operasional
1. Karakter adalah serangkaian sikap yang mencerminkan sisi baik atau buruk seseorang dan menjadi sebuah kekhasan.
2. Pendidikan Karakter adalah usaha yang dilakukan dalam melalui sebuah proses agar dapat mengalami, memperoleh, dan memiliki nilai-nilai kehidupan yang positif dan dialami secara langsung untuk dikembangkan dalam kegiatan lain terkait dengan tindakan peserta didik dalam kehidupan sehari-harinya.
3. Program Penguatan Pendidikan Karakter adalah gerakan dengan tujuan memperkuat nilai-nilai karakter yang dapat mengembangkan potensi diri peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan dari olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga. Program PPK diimplementasikan melalui tiga pendekatan utama yaitu PPK berbasis kelas, PPK berbasis budaya sekolah, dan PPK berbasis masyarakat.
4. Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas adalah proses pembentukan karakter melalui interaksi antara guru dengan peserta didik dan terwujud melalui rangkaian pembelajaran di kelas yang meliputi pengintegrasian nilai-nilai karakter pada kurikulum, pembiasaan di kelas,
manajemen kelas, metode/model pembelajaran di kelas, serta layanan bimbingan dan konseling.
5. Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah adalah penekanan pada pembiasaan nilai-nilai utama PPK dalam keseharian peserta didik dengan menonjolkan keteladanan di lingkungan pendidikan yang meliputi branding, pembiasaan/tradisi sekolah, peraturan sekolah, kokurikuler, ekstrakurikuler, dan peraturan sekolah.
6. Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat adalah usaha yang dilakukan dalam menanamkan nilai-nilai utama PPK melalui kolaborasi dengan pihak lain yang meliputi wali murid, lembaga kesenian dan budaya, lembaga pemerintahan, komunitas penyedia sumber belajar, masyarakat pegiat sipil, komunitas keagamaan, seniman dan budayawan lokal, lembaga bisnis, lembaga penyiaran media, dan universitas.
7. Kecamatan Jetis adalah sebuah kecamatan yang berada di Kota Madya Yogyakarta. Berbatasan langsung dengan Kecamatan Tegalrejo, Kecamatan Gondokusuman, dan Kecamatan Gedongtengen.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Karakter
Menurut Suparno (2015: 29) karakter merupakan nilai-nilai dan sikap hidup positif yang dimiliki oleh seseorang sehingga mempengaruhi tingkah laku, cara bertindak, cara berpikir, dan akhirnya menjadi tabiat dalam hidupnya. Kusuma (2007: 80) menjelaskan bahwa karakter merupakan cerminan suatu kepribadian yang dianggap sebagai ciri, gaya, atau sikap yang khas dari seseorang yang terbentuk oleh pengaruh lingkungan di sekitarnya. Sedangkan Wibowo dan Gunawan (2015: 9) menyatakan bahwa karakter merupakan sifat alamiah seseorang dalam merespon situasi secara bermoral mulai dari cara berpikir, angan-angan hingga terjelma menjadi tenaga, serangkaian sikap, perilaku, motivasi, keterampilan yang terbentuk dari internalisasi berbagai kebajikan sehingga diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, bertindak dan menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Selaras dengan pendapat beberapa ahli di atas, Lickona (dalam Wibowo dan Gunawan: 2015: 9) berpendapat bahwa karakter mengacu pada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitudes), motivasi (motivations), perilaku (behaviors), dan keterampilan (skills).
Berdasarkan beberapa definisi dari para ahli dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan serangkaian sikap yang mencerminkan sisi baik atau
buruk seseorang dan menjadi sebuah kekhasan. Sikap-sikap baik yang dimiliki oleh seseorang terbentuk secara alamiah dari hati nuraninya ketika menanggapi suatu peristiwa atau dalam bertindak di lingkungan sekitarnya. Sikap tersebut dimunculkan melalui sebuah pemikiran mengenai pengetahuan dan keterampilan yang menjadi kebiasaan dalam hidupnya. Karakter erat kaitannya dengan kepribadian, moral, dan nilai karena ketiga hal tersebut yang dapat membentuk karakter seseorang.
2. Pengertian Kepribadian
Muncul gagasan dari Jaenudin (2012: 101) bahwa kepribadian adalah kesan yang diberikan seseorang kepada orang lain yang terungkap melalui perilaku. Sedangkan Suprihadi dan Soehartono (1982: 14) menjelaskan bahwa kepribadian adalah watak, tabiat, sifat-sifat, dan kejiwaan orang itu. Phares (dalam Prawira, 2016: 36) berpendapat bahwa kepribadian merupakan pola khas dari pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang membedakan orang satu dengan yang lainnya dan tidak berubah lintas waktu dan situasinya. Selaras dengan Phares, menurut Prawira (2016: 37-38) kepribadian itu bersifat umum, khas, melekat dalam jangka waktu yang lama, bersifat kesatuan yang utuh dan konsisten serta kepribadian dapat berfungsi menghasilkan hal yang baik ataupun sebaliknya.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan kekhasan yang membedakan seseorang dengan yang lain. Sedangkan karakter menunjukkan kualitas seseorang yang dinilai dari sikap baik dan buruknya. Kepribadian dan karakter memiliki kesamaan yaitu penting bagi kehidupan seseorang karena keduanya
menunjukkan sifat, cara berpikir, dan cara bertindak yang terjadi secara terus-menerus dan mempengaruhi penilaian dari pandangan seseorang. 3. Pengertian Moral
Moral berasal dari bahasa latin, yaitu mos (moris) yang artinya kelakuan. Suprihadi dan Soehartono (1982: 5) menjelaskan bahwa moral atau moralitas adalah hal yang membahas dan membentuk prinsip-prinsip yang menentukan tindak-tanduk yang benar atau salah. Sedangkan Marx (dalam Suprihadi dan Soehartono, 1982: 5) berpendapat bahwa moralitas mencakup penyesuaian manusia kepada prinsip-prinsip itu dan menyetujui sebagai ideal perbuatan-perbuatan kita. Moral merupakan hal yang selalu melekat dengan perilaku manusia dimana dalam kehidupannya seseorang bertingkah laku sesuai dengan sifatnya.
Secara garis besar moral merupakan penyesuaian manusia terhadap situasi tertentu dan diwujudkan melalui tingkah laku yang mengacu pada suatu prinsip. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa moral dan karakter memiliki keterkaitan. Moral menekankan pada perilaku atau tindakan seseorang berdasarkan prinsip-prinsip bernilai yang dimilikinya. Sedangkan karakter merupakan sikap dan sifat yang muncul secara alamiah dalam menanggapi satu peristiwa dan terjadi secara berulang sehingga menjadi sebuah kebiasaan.
4. Pengertian Nilai
Zuldafrial (2014: 29) menjelaskan bahwa nilai adalah ukuran baik-buruk, benar-salah, suatu perilaku atau pernyataan yang berlaku dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat. Nilai mendasari pada sikap dan
perilaku seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan Sutikna (1988: 50) mengungkapkan bahwa nilai adalah patokan-patokan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, misalnya adat kebiasaan dan sopan santun.
Berdasarkan pernyataan beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu ukuran yang menjadi patokan dalam memandang perilaku atau pernyataan seseorang di kehidupan bermasyarakat. Nilai dan karakter memiliki keterkaitan yaitu nilai-nilai pada diri seseorang menjadi ciri khas bagi terbentuknya karakter.
5. Pendidikan Karakter
a. Pengertian Pendidikan Karakter
Suparno (2015: 29-30) menjelaskan bahwa pendidikan karakter berarti pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa agar mengalami, memperoleh, dan memiliki karakter yang kuat dan diharapkan dapat menjadi kebiasaan dalam hidupnya. Pendidikan karakter mulai diberikan pada lingkup keluarga hingga dalam sebuah satuan pendidikan. Pendidikan karakter memberikan kesempatan kepada peserta didik secara mandiri untuk mengalami proses pembentukan karakter. Peserta didik dapat membangun pengetahuannya serta menentukan karakter yang baik, sehingga rangkaian proses pembentukan karakter peserta didik dapat tertanam dalam dirinya.
Gaffar (dalam Kesuma, 2011: 5) menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi
satu dengan perilaku orang tersebut. Pendapat Gaffar selaras dengan Judiani (2010: 288) yang mengatakan bahwa pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter pada peserta didik sehingga mereka memiliki nilai sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam dirinya sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif. Pendidikan karakter menjadi kunci dalam menanamkan nilai-nilai karakter peserta didik, mereka dapat memahami bahwa di dalam dirinya tumbuh nilai dan karakter yang kuat, sehingga mereka mampu hidup bermasyarakat dan bernegara yang berjiwa religius, nasionalis, dan kreatif.
Melalui penuturan beberapa tokoh, pendidikan karakter merupakan usaha dalam melalui sebuah proses agar dapat mengalami, memperoleh, dan memiliki nilai-nilai kehidupan yang dialami secara langsung untuk dikembangkan dan mendasari kegiatan lain terkait dengan tindakan peserta didik dalam kehidupan sehari-harinya.
b. Fungsi Pendidikan Karakter
Diselenggarakannya pendidikan karakter dalam suatu lembaga atau disebut dengan satuan pendidikan pasti memiliki maksud dan arah tertentu yang ingin dicapai. Pendidikan karakter harus memberikan fungsi dan manfaat yang baik dalam mencapai sebuah tujuan. Menurut Fathurrohman, Suryana, dan Fatriani (2013: 97) fungsi dari pendidikan karakter antara lain:
1) Mengembangkan potensi peserta didik agar berperilaku baik yang bersikap mencerminkan karakter bangsa.
2) Memperbaiki pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam mengembangkan potensi peserta didik yang bermartabat.
3) Menyaring karakter bangsa sendiri dan karakter bangsa lain yang perlu diwujudkan karena sesuai dengan nilai-nilai karakter PPK.
Pendidikan karakter menjadi sarana yang dapat memunculkan atau mengembangkan potensi diri peserta didik. Melalui proses pengembangan bakat tersebut terselip sebuah edukasi yang menguatkan diri peserta didik, sehingga dalam mencapai prestasi yang berhasil diraih akibat pengembangan potensi peserta didik dapat diimbangi dengan sikap baik yang mencerminkan karakter bangsa. Selain itu prestasi-prestasi yang berhasil diraih oleh potensi peserta didik dalam suatu bidang dapat memberikan pergerakan baru menuju arah pendidikan yang lebih baik dan mengharumkan nama bangsa dalam tingkat nasional bahkan internasional. Kemajuan dan perkembangan pendidikan di Indonesia memberikan manfaat bagi penerus bangsa dalam memilah karakter atau sikap yang sesuai dengan nilai-nilai karakter bangsa.
c. Tujuan Pendidikan Karakter
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional mengartikan pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai proses internalisasi serta penghayatan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang dilakukan secara aktif oleh peserta didik melalui bimbingan guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan serta terwujud di dalam
kelas, sekolah dan masyarakat. Menempatkan pendidikan karakter dalam sebuah proses pembentukan individu dengan melibatkan pendidik, warga sekolah, orang tua, dan masyarakat dapat menciptakan suasana yang mendukung untuk pengembangan diri. Seseorang perlu memahami dan menghayati nilai-nilai dalam kehidupan yang berguna bagi potensi setiap individu, sehingga mampu membangun relasi dengan lingkungannya serta mengamalkan nilai-nilai karakter dalam kehidupannya. Menurut Pusat Kurikulum Balitbang (dalam Hasan, 2012: 84-85) tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa terbagi menjadi lima yaitu; (1) mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa; (2) mengembangkan perilaku dan kebiasaan yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius; (3) menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab kepada peserta didik sebagai penerus bangsa; (4) mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; (5) mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.
Sesuai dengan penjelasan di atas dapat diartikan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah membentuk peserta didik menjadi individu yang memiliki nilai-nilai positif, dapat mengembangkan potensi, dan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungannya sebagai generasi
muda penerus bangsa yang berlandaskan pada dasar negara yaitu Pancasila.
6. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
a. Latar Belakang Program Penguatan Pendidikan Karakter
Menurut Effendy (dalam Tim PPK Kemendikbud, 2017: 4-5) pendidikan di Indonesia sesungguhnya telah melewatkan atau mengabaikan dimensi-dimensi yang penting seperti olah raga (kinestetik), olah rasa (seni), dan olah hati (etik dan spiritual) padahal pendidikan nasional bertugas untuk mengembangkan karakter sekaligus intelektualitas berupa kompetensi peserta didik. Kesadaran akan segala persoalan-persoalan yang terkait menjadikan Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2010 mencanangkan sebuah kebijakan Gerakan Nasional Pendidikan Karakter berlandaskan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pendidikan Karakter Bangsa dan lahirlah Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang tertuang dalam Nawacita untuk mengembangkan nilai-nilai karakter. Tim PPK Kemendikbud (2017: 5) menyatakan bahwa gerakan PPK perlu mengintegrasikan, memperdalam, memperluas, dan sekaligus menyelaraskan berbagai program dengan kegiatan pendidikan karakter yang sudah dilaksanakan hingga saat ini. b. Pengertian Program Penguatan Pendidikan Karakter
Menurut Tim PPK Kemendikbud (2017: 17) penguatan pendidikan karakter merupakan kelanjutan dan revitalisasi gerakan nasional untuk memperkuat karakter melalui proses pembentukan, transformasi, transmisi, dan pengembangan potensi peserta didik dengan cara
harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga yang sesuai dengan falsafah hidup Pancasila. Lembaga pendidikan menjadi sarana paling tepat untuk membentuk kembali karakter bangsa yang lebih terstruktur dan sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia. Program Penguatan Pendidikan Karakter merupakan gerakan dengan tujuan memperkuat niali-nilai karakter yang dapat mengembangkan potensi diri peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan dari olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga. Pembaruan pembentukan karakter nantinya dapat menjadi bekal agar generasi bangsa dapat menghadapi kemajuan negara dan mampu bersaing secara sehat. Pembangunan karakter melalui gerakan PPK selayaknya dapat mewujudkan keterpaduan nilai-nilai karakter melalui prinsip empat olah seperti pada gambar 2.1 di bawah ini.
Gambar 2.1 Keterpaduan Prinsip Empat Olah Cerdas, kritis, kreatif,
inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi ipteks, dan refeklektif
Beriman dan bertaqwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil risiko, pantang
menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik
Bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat,
kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih.
Ramah, saling menghargai, toleran, peduli, suka menolong, gotong oyong,
nasionalis, kosmopolit, mengutamakan kepentingan umum, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia,
dinamis, kerja keras, dan beretos kerja
Gambar 2.1 merupakan keterpaduan empat olah yaitu olah hati, olah pikir, olah rasa, dan olah raga beserta indikator yang ingin dicapai sesuai dengan nilai-nilai dalam pendidikan karakter.
c. Tujuan Program Penguatan Pendidikan Karakter
Program Penguatan Pendidikan Karakter telah dirumuskan secara terstruktur sehingga nantinya dapat diterapkan dengan lebih mudah kepada setiap satuan pendidikan. Menurut Tim PPK Kemendikbud (2017: 16) perumusan PPK disusun dengan tujuan agar dapat mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan makna dan nilai karakter sebagai jiwa atau generator utama penyelenggaraan pendidikan, membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045 dalam menghadapi dinamika perubahan di masa depan dengan keterampilan abad 21 yang semakin maju. Selain itu PPK bertujuan untuk mengembalikan pendidikan karakter sebagai roh dan fondasi pendidikan melalui harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik), merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan (kepala sekolah, guru, siswa, pengawas, dan komite sekolah) untuk mendudukung perluasan implementasi pendidikan karakter, membangun jejaring pelibatan masyarakat (publik) sebagai sumber-sumber belajar di dalam dan di luar sekolah, melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam mendukung Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Pemerintah telah mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pembentukan karakter agar generasi bangsa dapat memiliki mental yang kuat dengan melihat peluang atau tantangan yang akan dihadapi pada abad 21. Pemerintah juga meperbarui kualitas kepala sekolah dan pendidik dalam mempersiapkan diri membantu peserta didik membangun karakter salah satunya melalui Kelompok Kerja Guru (KKG).
d. Nilai-Nilai Utama Program Penguatan Pendidikan Karakter
Butir kedelapan Nawacita mengenai Revolusi Karakter Bangsa dan Gerakan Nasional Revolusi Mental hendak mendorong seluruh pelaku pendidikan agar terlibat dalam merubah cara berpikir dan cara bertindak dalam mengelola sekolah. Terdapat 18 nilai karakter yang dikristalisasi menjadi lima nilai utama dalam PPK yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas. Menurut Tim PPK Kemendikbud (2017: 8-10) kelima nilai utama karakter tersebut saling berkaitan dan perlu dikembangkan sebagai keutamaan Gerakan PPK. Sesuai dengan Permendikbud No 20 Tahun 2018 terdapat revisi mengenai kelima nilai utama tersebut menjadi religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas. Berikut ini adalah lima nilai utama yang dimaksud.
1. Religiusitas
Larasati, Sadilah, dan Sujarno (2014: 7) menyatakan bahwa nilai karakter religiusitas mencerminkan sikap meyakini Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan melalui pelaksanaan ajaran agama dan
keyakinan yang dianut, toleran terhadap perbedaan agama, saling menghargai, serta dapat hidup rukun dan berdampingan dengan pemeluk agama yang lain. Terdapat tiga dimensi relasi yang terbentuk yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan). Subnilai dari religiusitas antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan, lingkungan, dan meindungi yang kecil dan tersisih.
2. Nasionalisme
Menurut Larasati, Sadilah, dan Sujarno (2014: 8) nilai karakter nasionalisme ditunjukkan dengan cara berpikir, bersikap, melakukan perbuatan yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, penghargaan yang tingi terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, bangsa dan negara serta menempatkannya di atas kepentingan diri dan kelompok. Subnilai nasionalisme adalah apresiasi terhadap budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.
3. Kemandirian
Larasati, Sadilah, dan Sujarno (2014: 8) mengatakan bahwa nilai karakter kemandirian merupakan sikap dan perilaku yang tidak bergantung dengan orang lain dan mempergunakan segala tenaga,
pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Subnilai dari kemandirian antara lain etos kerja (kerja keras), kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
4. Gotong Royong
Menurut Tim PPK Kemendikbud (2017: 9) nilai karakter gotong royong menunjukkan tindakan menghargai semangat kerjasama dan bahu membahu dalam menyelesaikan persoalan secara bersama-bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan yang berkualitas, memberi bantuan atau pertolongan pada orang yang membutuhkan. Subnilai gotong royong yaitu menghargai, kerjasama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, saling tolong-menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.
5. Integritas
Farida (2014: 53) mengungkapkan bahwa integritas adalah kesesuaian ucapan dan perbuatan dengan nilai yang diyakini, berusaha untuk selalu mengupayakan perbuatan yang benar dalam situasi apapun, mengambil keputusan sesuai dengan prinsip baik ketika sedang sendiri atau bersama dengan orang lain serta keyakinan terhadap nilai yang dibela tidak akan goyah meskipun dalam situasi yang sulit dan godaan. Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, bersikap adil, keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas).
e. Basis Program Penguatan Pendidikan Karakter
Penerapan Program Penguatan Pendidikan Karakter dilaksanakan dalam tiga basis antara lain pendidikan karakter berbasis kelas, budaya sekolah, dan masyarakat atau komunitas.
1. Pendidikan Karakter Berbasis Kelas
Pendidikan merupakan tanggung jawab berbagai pihak seperti orang tua, sekolah, masyarakat, dan negara. Pihak yang memiliki pengaruh besar dalam usia pertumbuhan dan perkembangan anak adalah sekolah. Anak mengalami proses pembentukan karakter di sekolah salah satunya adalah melalui proses belajar di dalam kelas. Koesoema (2018: 9) mengatakan bahwa pendidikan karakter berbasis kelas berfokus pada keseluruhan dinamika interaksi guru dan murid di dalam kelas melalui struktur kurikulum. Peran penting di kelas dimiliki oleh guru, guru harus dapat membawa anak ke tahap perkembangan akademik dan non akademik menjadi lebih baik. Melalui interaksi tersebut terjadilah proses pembentukan karakter bagi peserta didik. Maka program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas merupakan proses pembentukan karakter melalui interaksi antara guru dengan peserta didik yang terwujud melalui rangkaian pembelajaran di kelas.
Menurut Tim PPK Kemendikbud (2017: 27) penguatan pendidikan karakter berbasis kelas dapat diintegrasikan melalui banyak aspek. Berikut ini pengintegrasian aspek dalam pendidikan karakter berbasis kelas yang dapat diterapkan:
1) Pengintegrasian PPK dalam Kurikulum
Sudjana (dalam Suryadi dan Dahlia, 2014: 2) menjelaskan bahwa kurikulum merupakan program belajar bagi siswa yang disusun secara sistematik dan diberikan oleh lembaga pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan Hamalik (2006: 97) berpendapat bahwa kurikulum merupakan perencanaan kesempatan belajar untuk membina siswa ke arah perubahan perilaku yang diinginkan dan menilai hingga dimana perubahan-perubahan tersebut telah terjadi pada diri siswa yang bersangkutan. Secara umum dapat dikatakan bahwa kurikulum merupakan serangkaian acuan rencana pembelajaran yang memuat tujuan, isi, bahan ajar, metode pembelajaran yang digunakan untuk membina serta menilai kemajuan atau perubahan yang ditunjukkan oleh peserta didik ke arah yang lebih baik.
PPK yang diintegrasikan dengan kurikulum dapat dilihat dan diamati secara jelas pada tujuan yang akan dicapai melalui kompetensi inti atau kompetensi dasar. Misalkan yaitu suatu lembaga pendidikan ingin meningkatkan karakter integritas maka melalui kurikulum tersebut satuan pendidikan akan menanamkan karakter integritas melalui pembelajaran atau pembiasaan-pembiasaan yang dapat dilakukan di lingkup sekolah.
2) PPK Melalui Manajemen Kelas
Manajemen kelas menurut Gunawan (2019: 7) adalah proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan
kegiatan pembelajaran guru dengan segenap penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Selaras dengan Gunawan, menurut Karwati dan Priansa (2014: 5) manajemen kelas adalah rangkaian usaha yang dilakukan oleh suatu kelompok kegiatan belajar dengan guru sebagai manajer utama yang bertugas merencanakan, mengorganisasikan, mengaktualisasikan, dan melaksanaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Contoh sederhana dari manajemen kelas yang sering dijumpai pada satuan pendidikan yaitu pengaturan denah tempat duduk peserta didik, peraturan kelas (tata tertib), jadwal muatan pelajaran, jadwal piket, dan hal-hal yang berkaitan dengan kelas yang telah disepakati secara bersama-sama agar terwujud kelas yang kondusif serta dapat mendorong kemajuan belajar peserta didik.
3) PPK Melalui Pilihan dan Penggunaan Model atau Metode Pembelajaran
Pendidikan nasional memiliki tujuan untuk membangun sumber daya manusia yang mempunyai peran penting bagi kesuksesan dan kesinambungan pembangunan nasional maka perlu adanya perbaikan dengan meningkatakan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) salah satunya melalui pendidikan. Aditya (2016: 167) menjelaskan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai pembelajaran. Sedangkan
model pembelajaran (Triatno, 2010: 51) adalah perencanaan atau pola yang digunakan oleh guru sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model dan metode yang digunakan sangat berpengaruh terhadap suatu kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran digunakan agar suatu model pembelajaran yang diterapkan dapat terlaksana dengan baik. Tim PPK Kemendikbud (2017: 29) menjelaskan bahwa guru harus pandai memilih agar metode/model pembelajaran yang digunakan secara tidak langsung menanamkan pembentukan karakter peserta didik. Tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari rangkaian pembelajaran yang diterapkan melalui metode/model pembelajaran.
4) PPK Melalui Mata Pelajaran Khusus
PPK berbasis kelas secara umum diintegrasikan dengan kegiatan pembelajaran. Menurut Tim PPK Kemendikbud (2017: 32) sekolah bisa mengajarkan nilai-nilai PPK melalui mata pelajaran khusus yang berfokus pada tema. Sekolah dapat mendesain tema yang mengandung nilai-nilai PPK yang disesuaikan dengan visi dan misi, tema, pembelajaran dan metode.
5) PPK Melalui Gerakan Literasi
Menurut Morissan (dalam Suwandi, 2019: 6) literasi adalah kemampuan seseorang dalam hal membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan dengan penekanan terhadap kemampuan membaca dan menulis. Reardon (dalam Suwandi, 2019: 12) mengungkapkan
literasi adalah kemampuan untuk mengakses, mengevaluasi, dan mengintegrasi informasi dari area yang luas dari sumber-sumber tekstual adalah sebagai syarat tidak hanya untuk kesuksesan pendidikan seseorang tetapi untuk menaikkan mobilitas ekonomi dan sosial.
6) PPK Melalui Layanan Bimbingan dan Konseling
Menurut Susanto (2013: 1) bimbingan dan konseling merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk membantu mengoptimalkan individu. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu layanan dalam pendidikan dengan tujuan untuk membantu mengembangkan potensi peserta didik atau bahkan membantu menangani permasalahan pada peserta didik. Sedangkan Octavia (2019: 3) mengungkapkan bahwa segala upaya atau cara yang digunakan untuk mendayagunakan secara efektif semua komponen atau sumber daya (tenaga, dana, sarana prasarana) dan sistem informasi berupa himpunan data bimbingan untuk menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling dalam rangka mencapai tujuan.
2. Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah
Kebudayaan dan pendidikan adalah dua hal yang saling terkait dan tak mudah dipisahkan. Wibowo dan Gunawan (2015: 13) berpendapat bahwa kebudayaan menjadi dasar falsafah pendidikan, sementara pendidikan menjadi penjaga utama kebudayaan karena peran pendidikan membentuk orang untuk berbudaya. Setiap daerah di Indonesia memiliki budaya atau adat yang kuat dan beragam,
pendidikan karakter dapat menggali nilai-nilai luhur yang ada pada keberagaman tersebut. Program penguatan pendidikan karakter berbasis budaya sekolah merupakan penekanan pada pembiasaan nilai-nilai utama PPK dalam keseharian yang menonjolkan keteladanan di lingkungan pendidikan. PPK berbasis budaya sekolah melibatkan seluruh pihak di sekolah, memberdayakan manajemen dan tata kelola sekolah, mempertimbangkan norma, peraturan, dan tradisi sekolah, mengembangkan serta memberikan ruang kepada siswa untuk menunjukkan potensi yang dimiliki melalui kegitan kokurikuler dan ekstrakurikuler. PPK berbasis budaya sekolah dapat diwujudkan melalui kegiatan seperti berikut ini.
1) Menentukan School Branding
Setiap satuan pendidikan tentunya memiliki keunggulan dan latar belakang yang berbeda. Satuan pendidikan yang telah mengimpelementasikan PPK diharapkan agar menjunjung tinggi salah satu dari kelima nilai utama karakter yang sesuai dengan karakter sekolah dan fokus terhadap nilai karakter tersebut. Melalui nilai utama yang dijadikan titik fokus pengembangan, sekolah nantinya dapat memiliki suatu motto atau tagline yang menjadi ciri khas serta daya tarik bagi masyarakat. Novianti dan Dwiningrum (2019: 9) menjelaskan bahwa citra sekolah membentuk pandangan publik terhadap satu organisasi atau lembaga itu sendiri. Setiap satuan pendidikan dapat menonjolkan keunggulan dan kualitas yang dimiliki. Tugas pertama untuk dapat membangun branding adalah
membentuk nilai utama yang dijadikan fokus oleh sekolah dalam mengembangkan budaya dan identitas sekolah. School branding yang terintegrasi dengan nilai-nilai PPK dapat tercermin melalui visi misi, tampilan sekolah, suasana, prestasi, keunggulan, dan kekhasan. Sukaningtyas, Satori, dan Sa’ud (2017: 257) menjelaskan bahwa visi merupakan tujuan akhir sekolah yang akan dicapai dalam jangka panjang sedangkan misi merupakan tujuan jangka panjang yang harus dicapai setiap tahunnya. Visi dan misi membantu sekolah untuk fokus terhadap tujuan yang telah ditetapkan.
2) Evaluasi Peraturan Sekolah
Pengelolaan sekolah akan mempengaruhi segala pengaturan di berbagai bidang. Perlu diadakan evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan sekolah yang telah dilakukan. Menurut Tim PPK Kemendikbud (2017: 40) sekolah dapat membuat atau merevisi peraturan dan tata tertib sekolah dengan melibatkan warga sekolah yang terkait. Melibatkan semua komponen sekolah dapat membangun rasa kebersamaan untuk saling menjaga dan menegakkan peraturan tersebut karena dibangun dan disepakati secara bersama-sama.
3) Pembiasaan atau Tradisi Sekolah
Menurut Kemendikbud (dalam Tim PPK Kemendikbud, 2017: 35) pembiasaan dapat diintegrasikan dalam keseluruhan kegiatan di sekolah yang tercermin dari suasana dan lingkungan sekolah yang kondusif. Setiap satuan pendidikan memiliki warisan budaya atau
tradisi yang dilakukan secara turun-temurun dan rutin. Selagi warisan budaya atau tradisi yang ditinggalkan masih berkaitan dengan nilai-nilai utama maka akan menjadi pembiasaan yang baik untuk mengenalkan peserta didik mengenai kebudayaan.
4) Pengembangan Kegiatan Kokurikuler
Kegiatan kokurikuler merupakan penugasan yang berkaitan dengan meningkatkan kompetensi peserta didik. Menurut Tim PPK Kemendikbud (2017: 41) kegiatan kokurikuler dapat dilaksanakan baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah tetapi kegiatan yang dilakukan harus sesuai dengan perencanaan pembelajaran (silabus dan RPP). Contoh kegiatan kokurikuler yang relevan dengan keadaan pada saat ini antara lain seperti kegiatan praktikum, pengamatan, wawancara, penelitian, dan kegiatan produktif lainnya.
5) Ekstrakurikuler (Wajib dan Pilihan)
Selain mengembangkan potensi peserta didik melalui kegiatan kokurikuler, beberapa sekolah telah memberikan layanan berupa kegiatan ekstrakurikuler yang terkadang justru menjadi keunggulan atau ciri khas dari satuan pendidikan tersebut. Adam dan Tolla (dalam Djafri, 2008: 137) ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar ketentuan kurikulum yang berlaku di sekolah sebagai penunjang pendidikan formal yang berlangsung di dalam sekolah. Saat ini terdapat dua kegiatan ektrakurikuler yaitu ekstrakurikuler wajib (kepramukaan) dan pilihan seperti pada bidang
olahraga atau seni. Kemendikbud (dalam Tim PPK Kemendikbud, 2017: 41) menjelaskan bahwa semua kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan tersebut harus memuat dan menegaskan nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam setiap bentuk kegiatan yang dilakukan.
3. Pengertian Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat
Tim PPK Kemendikbud (2017: 7) membangun karakter merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai pihak, khusunya keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagi pendukung pendidikan yang disebut tripusat pendidikan. Oleh karena itu komunikasi harus terjalin dengan baik agar terjadi sinergitas dalam bekerja sama membangun generasi yang berkarakter. Koesoema (2018: 17) berpendapat bahwa ketika komunitas berkolaborasi dan bersinergi dengan lembaga pendidikan dalam kegiatan-kegiatan yang membantu pengembangan individu secara utuh, masing-masing pihak dapat berperan secara aktif dalam pembentukan karakter setiap individu. PPK berbasis masyarakat berarti Program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis masyarakat merupakan usaha yang dilakukan dalam menanamkan nilai-nilai utama PPK melalui kolaborasi dengan pihak lain yang terkait. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan nilai-nilai utama PPK dengan melibatkan masyarakat adalah melakukan mentoring bersama seniman atau budayawan lokal, meningkatkan gerakan literasi, berkolaborasi dengan media seperti televisi, surat kabar, radio lalu melakukan outing class dengan mengunjungi museum, cagar budaya,
sanggar seni, dll. Selain itu mengadakan kelas inspirasi dengan menghadirkan suatu tokoh atau profesi seperti chef, polisi, atlet, dll tentunya dengan tetap mengaitkan tema dan pembelajaran.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian pertama dengan judul “Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Budaya Sekolah di SDN Sumbersari 2 Malang” yang dilakukan oleh Mutmainah (2018). Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yang bersifat deskriptif dan desain yang digunakan adalah studi kasus. Teknik pengambilan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan memberikan penjelasan pada data kemudian melakukan pemeriksaan dengan melakukan triangulasi atau membandingkan data dari berbagai sumber kemudian menarik sebuah kesimpulan. Hasil dari penelitian ini yaitu penerapan PPK melalui budaya di sekolah dilakukan dengan melakukan perencanaan, menyusun jadwal harian atau mingguan, mendesain kurikulum, evaluasi peraturan sekolah, pengembangan budaya atau tradisi sekolah, dan mengembangkan kegiatan kokurikuler serta ekstrakurikuler. Penelitian ini relevan karena membahas mengenai PPK berbasis budaya sekolah dan jenis penelitian sama yaitu kuantitatif deskripsi.
Selanjutnya penelitian relevan yang kedua dilakukan oleh Anggraini (2017) berjudul “Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Budaya Sekolah Dasar Negeri Kotagede 3 Yogyakarta”. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang dilakukan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Hasil dari penelitian yang didapat yaitu implementasi pendidikan karakter berbasis budaya di SD N Kotagede 3 dicapai melalui kegiatan intrakurikuler yaitu 5S, MCC, sarapan, tadarus, Kamis Pahingan, peringatan hari raya, upacara bendera, dan senam. Tidak hanya melalui kegiatan intrakurikuler, implementasi pendidikan karakter juga dapat dicapai melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, TPA, ICT, menari, membatik, gamelan, musik, atletik, karate, dan aqirah. Melalui kegiatan tersebut nilai-nilai karakter yang muncul yaitu religius, kedisiplinan, tanggung jawab, percaya diri, kreatif, peduli dengan lingkungan sekitar, jujur, kerja keras, patriotisme, dan kebiasaan literasi. Penelitian ini relevan karena membahas mengenai Program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah yang membedakan adalah jenis penelitian ini kualitatif.
Penelitian relevan yang ketiga yaitu penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2019) berjudul “Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat di SD Negeri Se-Kecamatan Godean Yogyakarta”. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Hasil yang diperoleh adalah Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Godean sudah mengimplementasikan program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis masyarakat. Melalui pengolahan data didapatkan hasil bahwa 90% terjadi antara kerjasama sekolah dengan orang tua atau paguyuban dengan orang tua. Sedangkan implementasi terendah sebesar 25% terjadi antara kerjasama sekolah dengan masyarakat pegiat sipil. Beberapa upaya yang telah dilakukan dalam mengimplementasikan program Penguatan Pendidikan Karakter melalui kerjasama sekolah dengan orang tua dalam membentuk paguyuban wali murid,
komunitas keagamaan, pengelola kebudayaan, lembaga pemerintahan, lembaga bisnis dan perusahaan, dan lembaga penyiaran media. Penelitian ini dianggap relevan karena terdapat kesamaan pada variabel yaitu mengenai implementasi PPK di SD Negeri, jenis penelitian kuantitaif deskriptif dengan menggunakan metode survei dan teknik pengambilan data menggunakan kuesioner.
Penelitian yang keempat dilakukan oleh Putranti dan Susanti (2019) mengenai penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas di Sekolah Dasar se-Kecamatan Sleman Kabupaten Sleman. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah kuesioner dan studi dokumenter. Teknik analisis yang digunakan yaitu kuantitatif deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah program PPK berbasis kelas sudah diterapkan di SD se-Kecamatan Sleman dengan memperhatikan tiga aspek yaitu sosialisasi, pra observasi, dan observasi kelas. Penerapan yang dilakukan oleh guru dengan cara melakukan pembiasaan untuk sopan terhadap siapapun, berbaris sebelum masuk ke kelas, salam kepada teman dan guru, berdoa, melakukan upacara bendera, menyanyikan lagu wajib nasional ataupun lagu daerah sebelum dan sesudah pembelajaran, menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan tema, serta mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK dalam silabus dan RPP. Penelitian ini relevan karena basis yang digunakan yaitu PPK berbasis kelas, jenis penelitian, dan teknik pengambilan data yang digunakan sama. Keempat penelitian di atas telah berhasil dilakukan dan menunjukkan adanya keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan sehingga peneliti membuat literature map mulai dari penelitian terdahulu hingga saat ini yang dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Literature Map Penelitian yang Relevan
Gambar 2.2 merupakan literature map yang dibuat untuk mempermudah dalam memahami keterkaitan penelitian yang sedang dilakukan dengan penelitian terdahulu. Keempat penelitian terdahulu memiliki keterkaitan yaitu keempat penelitian tersebut membahas mengenai Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pada basis yang berbeda-beda. Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan membahas ketiga basis dalam PPK yaitu pada ketiga basis yaitu PPK berbasis kelas, PPK berbasis budaya sekolah, dan PPK berbasis masyarakat.
Penelitian yang akan dilakukan: "Survei Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di SD Negeri se-Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta"
Mutmainah (2017) "Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Budaya Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Sumbersari 02 Malang"
Anggraini (2017) "Implementasi Pendidikan Karakte Melalui Budaya Sekolah di SD N Kotagede 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2107" Pratiwi (2019) "Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat di Sekolah Dasar Se-Kecamatan Godean Kabupaten Sleman"
Putranti dan Susanti (2019) "Penerapan Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas di Sekolah Dasar
Se-Kecamatan Sleman
C. Kerangka Berpikir
Satuan pendidikan bukan hanya meningkatkan kemampuan akademik peserta didik. Lebih dari itu, satuan pendidikan dituntut untuk dapat meningkatkan potensi dan menumbuhkan karakter pada peserta didik. Menanamkan karakter melalui pendidikan memiliki banyak tantangan dan bisa saja menemui kegagalan. Saat ini penurunan karakter jelas terjadi, berita mengenai kasus-kasus penurunan karakter terus bermunculan. Bullying, penyalahgunaan narkoba, penganiayaan, kekerasan seksual, tindak kejahatan seperti pembunuhan terjadi pada pelajar tingkat sekolah dasar. Tanpa adanya pendidikan karakter dapat terjadi pembiaran pemahaman serta nilai-nilai moral yang menjadi rumit. Pendidikan karakter menjadi bagian dari proses pendidikan yang tidak hanya ditujukan bagi kaum muda melainkan bagi seluruh individu terlebih yang terlibat dalam suatu lembaga pendidikan.
Masyarakat terlebih pemerintah tidak dapat menutup mata dan telinga akan berbagai kasus yang terus bermunculan. Kasus-kasus yang terjadi pada peserta didik merupakan akibat dari lemahnya penanaman pendidikan karakter dimana sudah seharusnya pendidikan karakter dialami oleh setiap anak mulai dari usia dini. Gerakan Nasional Pendidikan Karakter yang berlandaskan pada Rencana Aksi Nasional (RAN) pada tahun 2010 bukti dari kesadaran pemerintah dalam menanggapi penurunan karakter di Indonesia. Melalui peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2018 Pasal 2 maka Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dapat terselenggara dengan tujuan dan arah yang lebih baik. Penguatan Pendidikan Karakter tentu saja tidak
hanya berhenti pada kebijakan pemerintah tetapi perlu ditindaklanjuti agar dapat selalu melakukan perbaikan.
PPK merupakan gerakan dengan tujuan memperkuat nilai-nilai karakter yang dapat mengembangkan potensi diri peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan dari olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga. Mengusung nilai-nilai yang mengacu pada dasar negara, PPK terwujud melalui kristalisasi 5 nilai utama yaitu religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas. PPK yang diharapkan dapat meningkatkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, kiranya perlu disosialisasikan dan diwujudkan melalui tiga basis yaitu PPK berbasis kelas, PPK berbasis budaya sekolah, dan PPK berbasis masyarakat. PPK berbasis kelas merupakan suatu proses pembentukan karakter melalui interaksi antara guru dengan peserta didik yang terwujud melalui rangkaian pembelajaran di kelas dan telah terintegrasi dengan nilai-nilai utama PPK. PPK berbasis budaya sekolah merupakan pengembangan nilai-nilai karakter yang cakupannya lebis luas dengan tetap memperhatikan norma, dan tradisi di lingkungan pendidikan. Sedangkan PPK berbasis masyarakat merupakan usaha yang dilakukan dalam menanamkan nilai-nilai utama PPK melalui kolaborasi dengan pihak lain yang terkait.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka dilakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui implementasi program PPK di SD Negeri se-Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta. Penelitian dengan judul “Survei Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di SD Negeri se-Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta” menekankan pada upaya penerapan ketiga
basis PPK yaitu PPK berbasis kelas, PPK berbasis budaya sekolah dan PPK berbasis masyarakat.
D. Hipotesis Penelitian
1. Program Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Jetis sudah diimplementasikan.
2. Upaya implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Jetis melalui pengintegrasian nilai-nilai utama pada PPK basis kelas, basis budaya sekolah, dan basis masyarakat.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan menggunakan metode survei. Menurut Burhan (2005: 48-49) penelitian kuantitatif deskriptif digunakan untuk menggambarkan, menjelaskan, atau meringkaskan berbagai kondisi, situasi, fenomena, atau berbagai variabel penelitian menurut kejadian sebagaimana adanya yang dapat dipotret, diwawancara, diobservasi, serta yang dapat diungkapkan melalui bahan-bahan dokumenter. Sedangkan Sudjana (1997: 53) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif digunakan apabila bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa atau satu kejadian yang terjadi pada saat sekarang dalam bentuk angka-angka yang bermakna. Putra (2015: 73) menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif deskriptif adalah cara untuk melihat, meninjau dan menggambarkan dengan angka tentang objek yang diteliti seperti apa adanya dan menarik kesimpulan tentang hal tersebut sesuai dengan fenomena yang tampak pada sebuah penelitian. Menurut penjelasan dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian kuantitatif deskriptif yaitu menjelaskan dan menggambarkan suatu fenomena yang diungkapkan dalam angka dan berdasarkan apa yang terjadi.
Singarimbun (dalam Rahayu dan Lingga, 2009: 126) menjelaskan bahwa survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok.