• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN OBESITAS SENTRAL DI POLIKLINIK PABRIK GULA CAMMING PTP NUSANTARA X (PERSERO) KAB.BONE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN OBESITAS SENTRAL DI POLIKLINIK PABRIK GULA CAMMING PTP NUSANTARA X (PERSERO) KAB.BONE"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN OBESITAS SENTRAL DI

POLIKLINIK PABRIK GULA CAMMING PTP NUSANTARA

X (PERSERO) KAB.BONE

Hasriana

1

, Sukriyadi

2

, H.Muhammad Yusuf

3

1STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2STIKES Nani Hasanuddin Makassar

3Poltekkes Kemenkes Makassar

ABSTRAK

Obesitas sentral adalah timbunan lemak di dalam rongga perut yang meliputi dinding luar usus dan bukan berupa timbunan lemak di bawah kulit perut menjadi factor resiko penyakit jantung coroner karena menyebabkan kerentangan seseorang terhadap diabetes mellitus sekaligus juga hipertensi, dyslipidemia, dan pembengkakan jantung (Suharjo, 2008). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara umur, status gizi dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas sentral di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab. Bone. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan desain cross sectional, populasi dalam penelitian ini adalah seluruhkaryawan pabrik gula camming PT nusantara X (persero) yang berjumlah 834 orang. Pengambilan sampel menggunakan metode Nonprobability Sampling dengan teknik purposive sampling, didapatkan 90 responden sesuai dengan Kriteria Inklusi dan Eksklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan program statistic (SPSS) Versi 16.0. Uji statistik dilakukan dengan menggunakan chi square dengan ά = 0,05 Pada SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur dengan kejadian obesitas sentral (p=0.000), terdapat hubungan antara Status Gizi dengan kejadian obesitas sentral (p=0.000), dan tidak terdapat hubungan antara Aktifitas Fisik dengan kejadian obesitas sentral (p=0,525). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara umur dan Status Gizi Terhadap kejadian Obesitas sentral di Poliklinik Pabrik Gula Camming PT Nusantara X (Persero) Kab.Bone

Kata Kunci : Obesitas Sentral, Umur, Status Gizi, Aktivitas Fisik

PENDAHULUAN

Dewasa ini obesitas telah menjadi masalah kesehatan dan gizi masyarakat dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Review atas epidemic obesitas yang dilakukan Low, Chin dan Deurenberg-Yap (2009) memperlihatkan bahwa prevalensi kelebihan berat (overweight) di negara maju berkisar dari 23.2% di Jepang hingga 66.3% di Amerika Serikat, sedangkan di Negara berkembang berkisar dari 13.4% di Indonesia sampai 72.5% di Saudi Arabia. Adapun prevalensi kegemukan (obesity) di negara maju berkisar dari 2.4% di Korea Selatan hingga 32.2% di Amerika Serikat, sedangkan di Negara berkembang berkisar dari 2.4% di Indonesia sampai 35.6% di Saudi Arabia (Low, Chin & Deurenberg-Yap 2009).

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2011, tingkat obesitas di dunia telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 1980. Bahkan, hampir 43 juta anak-anak balita mengalami kelebihan berat badan (overweight) pada 2010. Sungguh sebuah fakta yang amat mengkhawatirkan. Penelitian yang dilakukan oleh Himpunan Studi Obesitas

Indonesia (HISOBI) pada 6000 orang membuktikan bahwa prevalensi obesitas di Indonesia semakin meningkat. Apabila dibandingkan dengan data pada tahun 1998, angka kejadian obesitas pada pria meningkat hingga mencapai 9,16% (1998 : 2,5%) dan 11,02% pada wanita (1998 : 5,9%) (HISOBI, 2004). Prevalensi nasional obesitas umum (usia >15 tahun) di Indonesia diperkirakan sebesar 19,1% (8,8% overweight dan 10,3% obes) dan prevalensi obesitas sentral sebesar 18,8% (KemenKes, 2010). Prevalensi obesitas nasional di Indonesia lebih besar pada wanita (23,8%) dibanding pria (13,9%).

Menurut WHO (2000), obesitas sentral adalah kondisi kelebihan lemak perut atau lemak pusat. Obesitas sentral lebih berhubungan dengan risiko kesehatan dibandingkan dengan obesitas umum, Prevalensi obesitas sentral pada penduduk barat dan timur tinggi. Prevalensi obesitas sentral pada laki-laki AS meningkat dari 37% (periode 1999 - 2000) menjadi 42.2% (periode 2003-2004), sedangkan prevalensi obesitas sentral pada perempuan AS meningkat dari 55.3% menjadi 61.3% pada periode yang

(2)

sama (Li et al. 2007). Pada laki-laki dan perempuan Eropa, obesitas sentral yang didefinisikan menurut kriteria lingkar perut definisi lokal (menggunakan nilai cut-off 90-102 cm untuk laki-laki dan 80-92 cm untuk perempuan) secara berturut-turut adalah 21% dan 24% di Belgia, 8% dan 13% di Perancis, 23% dan 65% di Spanyol, dan 18% dan 39% di Turki (Wittchen et al 2006). Di Indonesia, prevalensi obesitas sentral di Kota Padang didapatkan sebesar 12.1% pada laki-laki dan 46.3% pada perempuan (Kamso 2007), sedangkan di Denpasar diperoleh sebesar 51.1% (Gotera et al. 2006). Riskesdas 2007 menemukan prevalensi obesitas sentral sebesar 18.8% (Balitbangkes Depkes 2008).

Data Riskedas 2007 juga menyebutkan bahwa 55% masyarakat kota menderita obesitas sentral, sedangkan di pedesaan hanya 1.5%. Angka yang terpaut jauh. Prevalensi Obesitas Sentral pada penduduk umur 15 tahun ke atas menurut karakteristik subjek provinsi Sulawesi Selatan, menunjukkan bahwa, prevalensi obesitas sentral pada laki-laki 8,3 %, pada perempuan 26,8% dan prevalensi obesitas sentral tertinggi berdasarkan karakteristik pekerjaan pada ibu rumah tangga sebesar 33,4% (Riskesdas 2007). Prevalensi obesitas sentral untuk Sulawesi Selatan tahun 2007 adalah 18,3% sedikit lebih rendah dari angka nasional (18,8%). Obesitas sentral dapat terjadi karena adanya perubahan gaya-hidup, seperti tingginya konsumsi minuman beralkohol, kebiasaan merokok, tingginya konsumsi makanan berlemak, rendahnya konsumsi sayuran dan buah, dan rendahnya aktivitas fisik. Selain itu, peningkatan umur , perbedaan jenis kelamin , dan status sosial ekonomi diduga juga berhubungan dengan kejadian obesitas sentral. Peningkatan prevalensi obesitas sentral berdampak pada munculnya berbagai penyakit degeneratif. Obesitas sentral berhubungan dengan peningkatan sindrom metabolik , aterosklerosis, penyakit kardiovaskuler , diabetes tipe 2, batu empedu, gangguan fungsi pulmonal, hipertensi dan dyslipidemia .

PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) (Persero) Pabrik Gula Camming merupakan salah satu perusahaan BUMN atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidan Perkebunan terletak di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan merupakan perusahaan yang didirikan pada tahun 1981. Menurut bagian Administratur yang bertindak Sebagai pemimpin, mengendalikan dan mengkordinisir secara fisik pelaksanaan tugas bagian tata usaha dan keuangan Pabrik Gula Camming Pada tahun 2012 mengungkapkan bahawa Pabrik Gula Camming sekarang hanya memiliki 4.500 hektare lahan pertanaman tebu

dan menghasilkan 10.763 ton gula. Tercatat Pada tahun 2012 Pabrik gula camming memiliki jumlah karyawan sebanyak 834 pada Luar masa giling. Menurut data poliklink Pabrik Gula Camming pada bulan februari 2013, jumlah pekerja yang sakit dan mendaptakan pelayanan yaitu, sebanyak 384.

Berdasarkan hasil uraian di atas yang membahas tentang terjadinya peningkatan kejadian Obesitas sentral pada setiap tahun dan melihat berbagai resiko yang dapat ditimbulkan oleh Obesitas Sentral, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Obesitas Sentral Di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone.

BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel

Penelitian ini dilaksanakan di Pabrik gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kabupaten Bone dari tanggal 27 Juni sampai dengan 5 Juli 2013. Sedangkan pengumpulan datanya dilakukan dari tanggal 28 juni sampai dengan 31 juni 2013. Unit sampel (unit observasi) adalah karyawan yang bekerja di PTP Nusantara X (Persero) Kabupaten Bone, telah bekerja minimal 1 tahun, berumur 25 tahun ke atas, dan mengalami obesitas sentral (Kasus), serta yang tidak mengalami obesitas sentral (Kontrol).

Jumlah sampel yang diobservasi 90 karyawan. Unit analisis adalah obesitas sentral dengan Variabel independen (umur, status gizi dan aktivitas fisik). Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional untuk melihat adanya untuk mengetahui hubungan antara Umur, status nutrisi dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas sentral.

Pengumpulan data dan pengolahan data Dalam penelitian data dikumpulkan dengan menggunakan teknik koesioner disusun dengan mengacu pada uraian pada definisi operasional variabel penelitian.

Pengolahan data dilakukan secara manual (dengan mengisi koesioner yang disediakan), selanjutnya menggunakan bantuan program SPSS for Windows dengan urutan sebagai berikut :

1. Selecting.

Seleksi merupakan pemilihan untuk mengklarifikasi data menurut kategori. 2. Editing.

Editing dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang sudah diisi, editing meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban.

(3)

3. Koding

Koding merupakan tahap selanjutnya dengan member kode pada jawaban dari responden tersebut.

4. Tabulasi Data

Setelah dilakukan kegiatan editing dan koding dilanjutkan dengan mengelompokan data ke dalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.

Analisis Data

Setelah memperoleh nilai skor dari tabel, selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan:

a. Analisis Univariat

Dilakukan untuk variable yang dianggap terkait dengan penelitian. b. Analisis Bivariat

Analisis data ditujukan untuk menjawab tujuan penelitian dan menguji hipotesis penelitian untuk mengetahui adanya hubungan variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan ujin statistik dengan tingkat kemaknaan (α) : 0,05, uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square, dengan menggunakan jasa komputer program SPSS

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Obesitas Sentral dengan kejadian Obesitas Sentral di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone

Obesitas Sentral n %

Tidak Obesitas Sentral 45 50.0 Obesitas Sentral 45 50.0

Total 90 100.0

Dari tabel 1 menunjukkan bahwa responden yang tidak obesitas sentral adalah 45 (50 %), Sedangkan responden yang mengalami obesitas sentral adalah 45 (50 %) orang.

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur dengan Kejadian Obesitas Sentral di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone

Umur Obesitas n % 25 - 35 Tahun 30 33.3 36 - 45 Tahun 28 31.1 46 - 55 Tahun 1 1.1 Tidak Obesitas 31 34.4 Total 90 100.0

Dari tabel 2 menunjukkan bahwa responden yang pernah obesitas di umur 25 – 35 tahun adalah 30 (33,3 %), responden yang pernah obesitas di umur 36 - 45 tahun adalah 28 (31,1 %), responden yang pernah obesitas di umur 45 - 55 tahun adalah 1 (1,1 %) Sedangkan responden yang tidang pernah obesitas adalah 31 (34,4 %)orang.

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi dengan Kejadian Obesitas Sentral di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone

Status Gizi n %

Normal – Kurus 41 45.6

Gemuk 49 54.4

Total 90 100.0

Dari tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang berstatus gizi normal - kurus adalah 41 (45,6 %), Sedangkan responden yang berstatus gizi Gemuk adalah 49 (54,4 %) orang.

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas Sentral di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone

Aktivitas Fisik n %

Sedang – Ringan 49 54.4

Berat 41 45.6

Total 90 100.0

Dari tabel 4 menunjukkan bahwa responden yang memiliki aktivitas fisik berstatus sedang - ringan adalah 49 (54,4 %), Sedangkan jumlah responden yang memiliki aktivitas fisik berstatus Berat adalah 41 (45,6 %) orang.

Tabel 5. Distribusi Hubungan Umur dengan Kejadian Obesitas Sentral di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone Umur Obesitas Sentral Total Tidak Obesitas Sentral Obesitas Sentral n % n % n % 25 - 35 11 12,2 19 21,1 30 33.3 36 - 45 3 3.3 25 27.8 28 31.1 46 - 55 1 1,1 0 0.0 1 1,1 Tidak Obesitas 30 33.3 1 1,1 31 34.4 Total 45 50.0 45 50.0 90 100.0 p =0,000

(4)

Dari hasil uji Chi-square diperoleh niai p =0,000 dengan tingkat kemaknaan α =0,05. Hal ini menunjukkan nilai p< α, ini berarti Ha diterima atau ada hubungan antara umur dengan kejadian obesitas sentral di Pabrik Gula camming PTP Nusantara X (Persero) Kab. Bone.

Tabel 6. Distribusi Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Obesitas Sentral di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone Status Gizi Obesitas Sentral Total Tidak Obesitas Sentral Obesitas Sentral N % n % N % Normal - Kurus 37 41.1 4 4.4 41 45.6 Gemuk 8 8.9 41 45.6 49 54.4 Total 45 50.0 45 50.0 90 100.0 p =0,000

Dari hasil uji Chi-square diperoleh niai p =0,000 dengan tingkat kemaknaan α =0,05. Hal ini menunjukkan nilai p< α, ini berarti Ha diterima atau ada hubungan antara Status Gizi dengan kejadian obesitas sentral di Pabrik Gula camming PTP Nusantara X (Persero) Kab. Bone.

Tabel 7. Distribusi Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas Sentral di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone Aktifitas Fisik Obesitas sentral Total Tidak Obesitas Sentral Obesitas Sentral n % n % n % Sedang – Ringan 23 25.6 26 28.9 49 54.4 Berat 22 24.4 19 21.1 41 45.6 Total 45 50.0 45 50.0 90 100.0 p =0,525

Dari hasil uji Chi-square diperoleh niai p =0,525 dengan tingkat kemaknaan α =0,05. Hal ini menunjukkan nilai p> α, ini berarti Ha ditolak atau tidak ada hubungan antara Aktivitas Fisik dengan kejadian obesitas sentral di Pabrik Gula camming PTP Nusantara X (Persero) Kab. Bone.

PEMBAHASAN

1. Hubungan antara umur dengan kejadian obesitas sentral

Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu

benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa Madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut >60 tahun, umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Harlock, 2004).

Berdasarkan uji Chi Square dengan Pearson Chi Square diperoleh nilai hitung p = 0,000 lebih kecil dari nilai α = 0,05. Dari analisis tersebut dapat diartikan bahwa Ha diterima atau ada hubungan antara umur dengan dengan kejadian obesitas sentral di Pabrik Gula camming PTP Nusantara X (Persero) Kab. Bone.

Hal ini didukung oleh penelitian yang didapat sebelunya, menjelaskan bahwa Umur merupakan faktor risiko obesitas sentral yang tidak dapat diubah. Seiring dengan bertambahnya umur, prevalensi obesitas sentral mengalami peningkatan (Martins&Marinho 2003; Erem et al 2004). Peningkatan umur akan meningkatkan kandungan lemak tubuh total, terutama distribusi lemak pusat (Chang et al. 2000; Demerath et al. 2007). Aekplakorn et al. (2007) menemukan bahwa prevalensi obesitas sentral meningkat sampai dengan umur 44 tahun dan menurun kembali pada umur 45-54 tahun. Prevalensi obesitas sentral ditemukan lebih tinggi pada sampel dengan umur lebih tua (Janghorbani et al. 2007). Pada umur lebih tua terjadi penurunan massa otot dan perubahan beberapa jenis hormon yang memicu penumpukan lemak perut. Kantachuvessiri et al. (2005) menyatakan bahwa pada umur 40-59 tahun seseorang cenderung obesitas dibandingkan dengan umur yang lebih muda. Hal ini diduga karena lambatnya metabolisme, kurangnya aktivitas fisik, dan frekuensi konsumsi pangan yang lebih sering.

Melihat hasil di atas, menurut peneliti bahwa ada kaitan erat antara umur dengan kejadian obesitas sentral di pabrik gula camming terutama pada umur antara 25 – 45 tahun yang mana pada hasil penelitian ini menunjukkan anggka yang cukup tinggi yaitu 66,6 % persen dari 90 sampel. Hal ini dapat di dukung dengan sebuah hasil penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa factor risiko obesitas yang pertama adalah umur, hal ini di duga karena terjadinya penumpukan lemak perut dengan bertambahya umur seseorang. (Kantachuvessiri et al. (2005) menyatakan bahwa tingginya risiko obesitas pada umur yang lebih tua diduga

(5)

karena pada seseorang yang lebih tua terjadi penurungan metabolisme, rendahya aktivitas fisik dan peningkatan frekuensi konsumsi pangan, disamping itu, umur yang lebih tua biasanya kurang begitu memperhatikan ukuran tubuhnya. Padahal, pada umur lebih tua terjadi penurunan massa otot dan perubahan beberapa jenis hormon yang memicu penumpukan lemak perut.

2. Hubungan antara Status gizi dengan kejadian obesitas sentral

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier, 2005)

Berdasarkan uji Chi Square dengan Pearson Chi Square diperoleh nilai hitung p = 0,000 lebih kecil dari nilai α = 0,05. Dari analisis tersebut dapat diartikan bahwa Ha diterima atau ada hubungan antara Status Gizi dengan dengan kejadian obesitas sentral di Pabrik Gula camming PTP Nusantara X (Persero) Kab. Bone.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2010, angka overweight dan obesitas pada penduduk usia di atas 18 tahun tercatat sebanyak 27,1%. prevalensi obesitas pun lebih tinggi di daerah perkotaan dibanding dengan pedesaan, dan lebih tinggi pada kelompok masyarakat bependidikan lebih tinggi serta bekerja sebagai PNS/TNI/Polri/Karyawan. Sedang berdasarkan jenis kelamin, prevalensi obesitas pada perempuan lebih tinggi (26,9%) dibanding laki-laki (16,3%). Kelebihan berat badan dan obesitas menjadi masalah global yang serius. Jika masyarakat tidak segera menyadari dengan mulai mengubah pola hidup menjadi lebih sehat, maka resiko menderita penyakit degeneratif pun akan semakin meningkat.

Kegemukan atau obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak dalam jaringan adiposa. Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), obesitas dibagi menjadi tiga kategori, yakni: Obesitas I, Obesitas II dan Obesitas III. Adapun berdasarkan distribusi lemak, obesitas dibagi menjadi dua kategori, yaitu: obesitas sentral dan obesitas umum. Untuk penduduk barat, seseorang dikatakan obesitas apabila IMT-nya ≥30 kg/ m2 atau lingkar perut

≥102 cm pada pria dan ≥88 cm pada

wanita, sedangkan untuk penduduk Asia, IMTnya >25 kg/m2 atau lingkar perut ≥90

cm pada pria dan ≥80 cm pada wanita (WHO 2000)

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2011, tingkat obesitas di dunia telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 1980. Bahkan, hampir 43 juta anak-anak balita mengalami kelebihan berat badan (overweight) pada 2010. Sungguh sebuah fakta yang amat mengkhawatirkan. Penelitian yang dilakukan oleh Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) pada 6000 orang membuktikan bahwa prevalensi obesitas di Indonesia semakin meningkat, Prevalensi nasional obesitas umum (usia >15 tahun) di Indonesia diperkirakan sebesar 19,1% (8,8% overweight dan 10,3% obes) dan prevalensi obesitas sentral sebesar 18,8% (KemenKes, 2010). Prevalensi obesitas nasional di Indonesia lebih besar pada wanita (23,8%) dibanding pria (13,9%).

Menurut peneliti, sesuai denga hasil penelitian yang menunjukkan bahwa adanya hubungan antara status gizi dengan kejadian obesitas sentral pada karyawan pabrik gula camming. Itu dapat dihubungkan dengan dua factor yaitu adanya peningkatan asupan makanan dan penurunan pengeluaran energy. Untuk menjaga berat badan yang stabil diperlukan keseimbangan antara energy yang masuk dan energy yang keluar, dan inilah salah satu hal yang menjadi masalah, dikarenakan sulitnya bagi seseorang untuk mengatur asupan dan pengeluaran energinya. Asupan makanan semakin meningkat karena ketersediaan beragam makanan siap saji yang makin bervariasi, mudah di dapat, nikmat dan murah.

3. Hubungan Aktivitas fisik dengan kejadian obesitas sentral

Aktivitas fisik merupakan upaya pencegahan peningkatan berat badan dan secara signifikan berkontribusi untuk menurunkan berat badan dalam jangka panjang dan mengurangi risiko kesehatan yang berhubungan dengan penyakit kronis (Jakicic&Otto 2005). Beberapa penelitian sebelumnya menemukan bahwa penurunan aktivitas fisik berhubungan dengan peningkatan lingkar perut (Erem et al. 2004; Slentz et al. 2004; Zhang et al. 2008; Besson et al. 2009).

Berdasarkan uji Chi Square dengan Pearson Chi Square diperoleh nilai hitung p = 0,525 lebih kecil dari nilai α = 0,05. Dari analisis tersebut dapat diartikan bahwa Ha ditolak Ho diterimaatau tidak

(6)

ada hubungan antara Aktivitas Fisik dengan kejadian obesitas sentral di Pabrik Gula camming PTP Nusantara X (Persero) Kab. Bone.

Berdasarkan hasil penelitian dari 90 orang, 41 (45,6%) orang yang memiliki aktivitas fisik tingkat berat dengan kondisi tidak obesitas sentral22 (24,4%) orang dan kondisi obesitas sentral19(21,1%) orang, sedangkan 49 (54,4%) orang yang memiliki aktivitas fisik tingkatsedang – ringan dengan kondisi tidak obesitas sentral23(25,6%) orang dan kondisi obesitas sentral26 (28,9%) orang. Hubungan Aktifitas fisik dengan kejadian obesitas sentral dalam penelitian ini tidak konsisten dengan beberapa hasil penelitian sebelumnya. Melihat hasil di atas peneliti menarik kesimpulan bahwa hal ini bisa saja terjadi dikarenakan, penelitian dilaksanakan diluar masa giling, sehingga kebanyakan responden datang hanya sekedar ngobrol atau bercengkrama dengan sesama karyawan dengan disertai Kebiasan mereka merokok. Melihat hal tersebut, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa sanya dari kebiasaan merokok itulah yang bisa saja menjadi factor dominan pencetus tinbulnya kejadian obesitas Sentral pada beberapa karyawan. Hal ini dapat didukung dari hasil sebuah penelitian yang menyatakan bahwa merokok dapat meningkatkan resisten insulin dan berhubungan dengan akumulasi lemak pusat Chiolero et al. (2008). Xu et al. (2007) menyatakan bahwa merokok berhubungan negatif dengan peningkatan berat badan (IMT) tetapi positif berhubungan dengan lingkar perut pada laki-laki. Merokok dalam jangka waktu lama berpengaruh pada obesitas sentral daripada obesitas umum. Chiolero et al. (2008) mengenai hubungan merokok pada berat tubuh, distribusi lemak tubuh dan resistensi insulin memperlihatkan bahwa di satu sisi, nikotin meningkatkan pengeluaran energy dan menurunkan nafsu makan pada perokok, sedangkan di sisi yang lain, perokok berat memiliki berat badan lebih tinggi daripada perokok ringan atau tidak merokok, jika merokok diimbangi dengan gaya hidup yang tidak baik misalnya diet yang tidak sehat.

Selanjutnya sesuai hasil yang di dapat pada penelitian ini, dapat dihubungkan pula dengan sebuah pendapat pada penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa Rendahnya aktivitas fisik berhubungan positif dengan obesitas pada perempuan tetapi tidak pada laki-laki (Janghorbani et al. 2007).

Pada penelitian ini responden rata – rata berjenis kelamin laki – laki. Obesitas sentral dikatakan bahwa tidak saja dipengaruhi oleh Faktor aktifitas saja, namun dapat pula dipengaruhi oleh kebiasaan merokok, perubahan gaya hidup seperti mengkonsumsi minuman beralkohol

(Dornetal.2003;Riserus&Ingelsson2007), tingginya konsumsi makanan berlemak (Garaulet et al. 2001), rendahnya

konsumsi sayuran dan

buah (Drapeau et al.2004; Newby et al.2003).

Faktor lain yang diduga dapat menjadi faktor terjadinya obesitas Sentral yaitu status Kawin, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 90 responden, jumlah responden yang berstatus Kawin adalah 83 (92,2 %), Sedangkan jumlah responden yang berstatus belum kawin adalah 7 (7,8 %) orang. Janghorbani et el (2007) menjatakan bahwa prevalensi obesitas lebih tinggi pada sampel yang telah menikah, hal ini dikarenakan seseorang

yang sudah menikah akan

menyesuaikandiri dengan pasanganya. Penyesuaian ini dapat mempengaruhi pola pikir dan perubahan gaya hidup seseorang seperti perubahan perilaku makan.

Melihat terdapatnya hasil penelitian yang bertentangan dengan teori yang ada, maka penelitian lanjutan sangat dibutuhkan. Pada penelitian ini Aktivitas fisik berhubungan negativ dengan kejadian obesitas sentral. Penelitian yang dapat dilakukan adalah penelitian mengenai pengaruh kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol, dan konsumsi makanan, berlemak, konsumsi makan/minum manis, factor genetic dan etnis dengan kejadian obesitas sentral.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian Obesitas Sentral di Poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone maka dapat diambil kesimpulan bahwa Faktor Umur berhubungan dengan Kejadian Obesitas Sentral di poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone, Faktor Status Gizi berhubungan dengan Kejadian Obesitas Sentral di poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone, dan Faktor Aktivitas Fisik tidak berhubungan dengan Kejadian Obesitas Sentral di poliklinik Pabrik Gula Camming PTP Nusantara X (Persero) Kab.Bone.

(7)

SARAN

Adapun saran yang dapat disampaikan pada penelitian ini demi penyempurnaan penelitian yaitu, Bagi Para karyawan pabrik gula camming, hendaknya untuk senangtiasa menjaga pola hidup menjadi lebih sehat dengan kondisi status gizi normal dan memiliki berat badan yang ideal.Disarankan pula untuk senangtiasa memperhatikan asupan makanan yang dikonsumsi sehari – hari untuk menjaga keberlansungan kehidupan kita, dengan berbagai jenis makanan sebagai suplai nutrisi

yang kita butuhkan demi memiliki tubuh yang sehat.Bagi para pemberi pelayanan kesehatan (poliklinik)di pabrik gula Camming agar tetap memberikan informasi bagi para karyawan, untuk membantu memilih pola diet sehat terutama pada umur 30 tahun ke atas serta menjelaskan tata cara dan manfaat dari diet sehat tersebut. Bagi peneliti perlu melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor lain yang berhubungan dengan penyebab terjadinya obesitas sentral.

DAFTAR PUSTAKA

Agatston.A. 2007. South Beach Diet. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Indonesia.

Elya sugianti. 2009. Faktor risiko obesitas sentral pada orang dewasa di sulawesi utara, gorontalo dan dki Jakarta. Bogor : Fakultas Ekologi Manusia - Institut Pertanian Bogor

Gotera W, Aryana S, Suastika K, Santoso A, Kurwardhani T. 2006. Hubungan antara obesitas sentral dengan adiponektin pada pasien geriatri dengan penyakit jantung koroner. J Peny Dalam. 7:102-107.

Hidayat A,A,A. 2006. Keterampilan Dasar praktik klinik kebidanan.Jilid I,. Salemba Medika. Jakarta.

IGPS Aryana, RA Tuty Kuswardhan1, K Suastika, A Santoso. 2011. Korelasi Antara Obesitas Sentral Dengan Adiponektin Pada Lansia Dengan Penyakit Jantung Koroner.Dempasar

Kamso S. 2007. Dislipidemia dan obesitas sentral pada lanjut usia di Kota Padang. J Kes Mas Nas. 2:73-77. Low S, Chin MC, Deurenberg-Yap M. 2009. Review on epidemic of obesity. Ann Acad Med Singapore. 38:57-65 Li C, Ford ES, McGuire LC, Mokdad AH. 2007. Increasing trends in waist circumference and abdominal obesity

among U.S. adults. Obesity.15:216-224.

Suharjo.J.B.2008. Gaya Hidup dan Penyakit Moderen.Kanisius. Yogyakarta. Indonesia

Saraswati. N. P. 2013. 100% Diet Sehat dan Hebat. Cetakan Pertama. Syura Media Utama. Yogyakarta. Wati. E.K, Proverawati.A, 2011. Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi kesehatan. Cetakan Kedua. Nuha

Medika. Yogyakarta.

Wittchen HU et al. 2006. International day for the evaluation of abdominal obesity: rationale and design of a primary care study on the prevalence of abdominal obesity and associated factors in 63 countries. Eur Heart J. 8(suppl B): B26-B33.

Gambar

Tabel  2.  Distribusi  Responden  Berdasarkan   Umur  dengan  Kejadian    Obesitas  Sentral  di  Poliklinik  Pabrik  Gula  Camming  PTP  Nusantara X (Persero) Kab.Bone

Referensi

Dokumen terkait

fasilitas yang dibutuhkan pemain selama masih dalam kontrak tersebut, memahami hukum yang mengatur tentang aturan sepak bola sesuai standar PSSI di sini dijelaskan bilamana

Sebagai seorang karyawan dalam upayamencapai kinerjanya menurut Wirawan (2009: 103), mempunyai tanggung jawab sebagai berikut. 1) Berkomitmen dalam hal pencapain

Karya ilmiah yang telah dihasilkan pada tahun 2020 di Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Program Studi Akuntansi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas

Kegiatan ujian yang masih menggunakan metode konvensional biasanya memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang cukup banyak.SMK Ma’arif Sukoharjo dalam hal ini masih

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa gejala yang ditimbulkan akibat adanya kekurangan unsur hara makro pada tanaman stroberi.. BAHAN DAN METODE

Solok Selatan 9 village Spot Checking for Regular 6 Phase Cluster Village Inland Transport OSA Spot Checking for Sustainability 1 Phase Cluster Village Inland Transport OSA Tanah

Nilai koefisien korelasi rata-rata (R) antara data dengan model periodik curah hujan adalah sebesar 0,97305, antara seri data stokastik dan model stokastik adalah sebesar 0,99150,

Algoritma runut-balik untuk kembali pada penjelasan materi sesuai indikator yang sudah ditentukan dilihat dari soal evaluasi yang masih belum dijawab dengan benar