• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2013"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KESEHATAN

KABUPATEN GROBOGAN

TAHUN 2013

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan sesuai

dengan Visi Kementrian Kesehatan “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan

Berkeadilan” dan dengan Misinya “1) Meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan

masyarakat madani; 2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin

tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan

berkeadilan; 3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya

kesehatan; 4) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik”

diperlukan suatu indikator.

Indikator ini meliputi data indikator kesehatan dan indikator yang

terkait dengan kesehatan yaitu :

1.

Indikator Derajat Kesehatan yang terdiri atas indikator mortalitas,

morbiditas dan status gizi;

2.

Indikator Upaya Kesehatan yang terdiri atas pelayanan kesehatan,

perilaku hidup sehat dan keadaan lingkungan;

3. Indikator Sumber Daya Kesehatan terdiri atas sarana kesehatan,

tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan;

4. Indikator lain yang berkaitan dengan kesehatan.

Sejak terbitnya Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang

Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, perjalanan

sosialisasi dan advokasi yang mendorong pelaksanaan pengarusutamaan

gender dalam pembangunan yang diterjemahkan dalam kebijakan, program

dan kegiatan pembangunan sangat dinamis. Mulai dari upaya

(3)

pengintegrasian pengarusutamaan gender dalam dokumen perencanaan

sampai gender budget statement (Pernyataan Anggaran Responsif Gender).

Upaya-upaya tersebut utamanya dalam rangka mewujudkan keadilan dan

kesetaraan gender.

Pengarusutamaan Gender (PG) adalah salah satu strategi

pembangunan yang dilakukan untuk mencapai kesetaraan gender melalui

pengintegrasian permasalahan, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan

perempuan dan laki-laki harus dimasukkan ke dalam perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program,

proyek dan kegiatan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan.

Dalam profil kesehatan ini dibuat format baru modifikasi dari profil

kesehatan sebelumnya yakni dalam bentuk data terpilah menurut jenis

kelamin. Data terpilah bermanfaat untuk memberikan gambaran kondisi,

kebutuhan dan persoalan yang dihadapi laki-laki dan perempuan terkait

dengan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam pembangunan bidang

kesehatan melalui analisis gender.

B.

Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten

Grobogan tahun 2012 ini adalah untuk memberikan gambaran

situasi kesehatan di Kabupaten Grobogan Tahun 2012 maka perlu

diterbitkan Buku Profil Kesehatan Kabupaten Grobogan Tahun

2012.

2. Tujuan Khusus

Sedang tujuan khusus yang ingin dicapai adalah :

1.

Dapat digunakan sebagai bahan untuk mengevaluasi hasil

penyelenggaran pembangunan kesehatan;

(4)

2.

Dapat menjadi acuan data dan informasi kesehatan yang

dapat dipertanggungjawabkan;

3.

Dapat digunakan sebagai bahan pendukung untuk

menentukan arah kebijakan dan program kesehatan di tahun

mendatang.

C.

Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian Profil Kesehatan Kabupaten Grobogan Tahun

2012 adalah sebagai berikut :

1. BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, tujuan profil kesehatan dan

sistematika dari penyajiannya.

2. BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN GROBOGAN

Bab ini menyajikan gambaran umum Kabupaten Grobogan.

Uraian di dalamnya meliputi keadaan geografis administratif dan

informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas tentang

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan yang meliputi faktor-faktor

kependudukan, ekonomi dan pendidikan, sosial budaya dan

lingkungan.

3. BAB III DERAJAT KESEHATAN

Bab ini berisi tentang derajat kesehatan di Kabupaten Grobogan

pada tahun 2013 yang dapat dilihat dari 3 (tiga) indikator yakni

angka kematian, angka kesakitan dan angka status gizi

masyarakat.

4. BAB IV UPAYA KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar,

pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan

penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi

(5)

dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat

kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya

pelayanan kesehatan yang dibahas dalam bab ini juga

mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal

(SPM) Bidang Kesehatan.

5. BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN

Bab ini berisi tentang uraian sumber daya kesehatan yang ada di

Kabupaten Grobogan yaitu sarana kesehatan, tenaga kesehatan,

pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.

6. LAMPIRAN

Pada lampiran ini berisi angka pencapaian berupa 86 tabel data

kesehatan dan yang terkait dengan kesehatan yang responsif

gender. Profil Kesehatan disajikan dalam bentuk buku cetakan.

(6)

BAB II

GAMBARAN UMUM KABUPATEN GROBOGAN

A. Keadaan Geografis

Wilayah Kabupaten Grobogan dibatasi oleh pegunungan

Kendeng Utara dan pegunungan Kendeng Selatan yang keduanya

membujur dari barat ke timur, terletak diantara 7

- 7

30

LS dan

110

15

- 111

25

BT yang berbatasan dengan :

Sebelah Utara

: Kab. Kudus , Kab. Pati dan Kab. Blora

Sebelah Timur

: Kabupaten Blora

Sebelah Selatan

: Kab. Ngawi (Jawa Timur), Kab. Sragen ,

Kab. Boyolali dan Kab. Semarang

Sebelah Barat

: Kabupaten Semarang dan Kabupaten

Demak

Secara administratif, Kabupaten Grobogan yang berada pada

ketinggian 41 meter di atas permukaan laut (DPL) terbagi dalam 19

kecamatan, 280 desa/kelurahan dengan ibukota Kabupaten berada di

Purwodadi. Berdasarkan hasil Evaluasi Penggunaan Tanah (EPT)

tahun 1983, luas wilayah Kabupaten Grobogan adalah nomor 2 terluas

di Propinsi Jawa Tengah yaitu seluas 197.586,420 Ha (1.975,86 Km

2

).

Jarak dari utara ke selatan + 37 km dan jarak dari barat ke timur + 83

km.

Dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan diperoleh data

bahwa pada tahun 2013 luas tanah seluruhnya seluas 197.589,511 Ha

yang terdiri dari :

Tanah sawah

:

63.435,526 Ha

Tanah bukan sawah :

134.153,985 Ha

Secara rinci, tanah bukan sawah terdiri dari :

(7)

Pekarangan/bangunan

: 29.111,020 Ha

Tegalan/kebun

: 25.168,319 Ha

Tambak/kolam

: 18,000 Ha

Padang gembala

: 2,000 Ha

Rawa

: 15,000 Ha

Hutan Negara

: 68.633,030 Ha

Hutan rakyat

: 3.619,000 Ha

Lain-lain

: 7.587,616 Ha

Jarak tempuh dari ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan

dari yang terdekat sampai yang terjauh dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 2.1

Jarak Tempuh Kota Kabupaten ke Kota Kecamatan

di wilayah Kabupaten Grobogan

No.

Kabupaten ke Kecamatan

Jarak(km)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

Purwodadi

Toroh

Geyer

Grobogan

Tawangharjo

Wirosari

Ngaringan

Pulokulon

Kradenan

Gabus

Brati

Klambu

Penawangan

Karangrayung

Godong

Gubug

Kedungjati

Tegowanu

Tanggungharjo

0

9

16

6

11

20

33

18

27

40

12

20

9

29

18

30

43

37

42

(8)

B. Keadaan Kependudukan

1. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk

Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Grobogan jumlah penduduk Kabupaten

Grobogan tahun 2013 mencapai jumlah 1.402.760 jiwa terdiri dari

705.352 laki-laki (50,28%) dan 697.408 perempuan (49,72%),

jumlah penduduk tahun 2013 tertinggi di Kecamatan Purwodadi

sebanyak 129.800 jiwa dan terendah di Kecamatan Klambu

sebanyak 38.674 jiwa.

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk Kabupaten Grobogan Dirinci Menurut Jenis

Kelamin, Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk

Tahun 2009 – 2013

Tahun

Jumlah Penduduk

Kepadatan

Penduduk

(Jiwa / Km

2

)

Laki - laki Perempuan

Jumlah

2009

2010

2011

2012

2013

695.690

700.374

706.303

711.627

705.352

709.080

708.560

716.958

721.734

697.408

1.404.770

1.413.328

1.423.261

1.433.361

1.402.760

711

715

720

725

710

Sumber : BPS Kabupaten Grobogan

Angka kepadatan penduduk di Kabupaten Grobogan di

tahun 2013 menurun, hal ini dikarenakan data dari tahun

2009-2012 menggunakan data kependudukan dari BPS sedang di tahun

2013 ini data kependudukan didapat dari Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil. Pada tahun 2009 rata-rata adalah 711 jiwa/km

2

,

sedangkan pada tahun 2013 menjadi 710 jiwa/km

2

. Adapun angka

kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Purwodadi yaitu

(9)

1.671 jiwa/km

2

dan kepadatan penduduk terendah adalah

Kecamatan Geyer sebesar 333 jiwa/km

2

. Dari data tersebut dapat

dilihat bahwa penyebaran penduduk di Kabupaten Grobogan tidak

merata

.

Grafik 2.1

Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan

Di Kabupaten Grobogan Tahun 2013

Sumber : BPS Kabupaten Grobogan

2. Sex Ratio Penduduk

Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat

dilihat dari perkembangan ratio jenis kelamin, yaitu perbandingan

penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan. Sex ratio pada

tahun 2013 menunjukkan angka di atas 1 (1,01), hal ini

menunjukkan bahwa pada sebagian besar wilayah Kabupaten

(10)

Grobogan jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada

penduduk perempuan, kecuali di Kecamatan Tanggungharjo,

Toroh, Wirosari, Purwodadi dan Godong. Sedang pada rtahun

tahun 2012 menunjukkan angka di bawah 1 (0,98).

3. Struktur Penduduk Menurut Golongan Umur

Struktur penduduk Kabupaten Grobogan menurut

golongan umur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.3

Struktur Penduduk Kabupaten Grobogan

Menurut Golongan Umur Tahun 2009 – 2013

Golongan

Umur

(Tahun)

Th. 2009

Th. 2010

Th. 2011

Th. 2012

Th. 2013

< 1

1 – 4

5 – 14

15 – 44

45 – 64

> 65

21.146

81.784

244.510

688.174

135.236

101.529

23.278

93.675

257.949

648.636

287.201

102.259

22.801

95.078

259.464

654.775

288.498

102.645

22.648

95.962

261.265

658.379

291.265

103.842

21.570

63.020

211.677

689.530

312.424

104.539

TOTAL

1.404.770 1.413.328 1.423.261

1.433.361

1.402.760

Sumber : BPS Kabupaten Grobogan

Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir tidak terjadi

perubahan yang berarti pada komposisi golongan umur di

Kabupaten Grobogan, kecuali pada golongan umur >65 tahun

yang mulai tahun 2009 hingga tahun 2013 menunjukkan tren

kenaikan. Hal ini menunjukkan derajat kesehatan untuk golongan

umur >65 tahun di Kabupaten Grobogan mengalami kemajuan

berarti.

Adapun perbandingan komposisi proporsional penduduk

Kabupaten Grobogan menurut usia produktif pada tahun 2009

sampai 2013 dapat dilihat pada grafik berikut :

(11)

Grafik 2.2

Komposisi Penduduk Menurut Usia Produktif (dalam persen)

Kabupaten Grobogan Tahun 2009– 2013

Sumber : BPS Kabupaten Grobogan

Dari grafik tersebut terlihat bahwa persentase penduduk menurut

kelompok umur di bawah 15 - 64 tahun cenderung naik dan

kelompok umur 0 - 14 tahun cenderung turun dalam 5 tahun terakhir,

demikian juga untuk kelompok umur 65 tahun lebih.

C. Keadaan Ekonomi

1. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB )

Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan bidang

ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari pertumbuhan angka

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik atas dasar harga

berlaku maupun berdasarkan atas harga konstan. Berdasarkan

data dari BPS Kabupaten Grobogan, PDRB Kabupaten Grobogan

tahun 2012 atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp.

7,141

(12)

trilyun sedangkan atas dasar harga konstan (tahun 2000 sebagai

tahun dasar) tercatat sebesar Rp. 3,370 trilyun.

Berdasarkan harga konstan maupun harga berlaku,

pertumbuhan PDRB dalam lima tahun terakhir selalu

menunjukkan kenaikan. Diharapkan peningkatan pertumbuhan

ekonomi tersebut dapat meningkatkan derajat kesehatan dan

kesejahteraan masyarakat.

2. Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio/DR)

Angka beban tanggungan (Dependency Ratio) penduduk

Kabupaten Grobogan tahun 2013 menunjukkan angka 40 yang

artinya tiap 100 penduduk usia produktif harus menanggung

sekitar 40 orang penduduk usia non produktif. Sedang pada

tahun 2012 angka beban tanggungan yaitu sebesar 50,9.

D. Keadaan Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk yang berusia 10 tahun ke atas di

Kabupaten Grobogan berdasarkan data dari Disdukcapil pada tahun

2013, yaitu tidak/belum sekolah : 228.646 orang ; tidak/belum tamat

SD : 133.197 orang ; SD/MI : 639.539 orang ; SLTP/MTs : 226.956

orang ; SLTA/MA : 129.965 orang; Akademi/Diploma : 11.824 orang

dan Universitas : 19.050 orang.

(13)

Grafik 2.3

Persentase Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Grobogan

Usia > 10 tahun Tahun 2013

Sumber : Disdukcapil Kab. Grobogan

Persentase penduduk melek huruf (usia > 10 tahun) berdasar

jenis kelamin di Kabupaten Grobogan pada tahun 2013 naik secara

signifikan yakni laki-laki sebanyak 73.85% dan perempuan sebesar

72,33% dibandingkan data tahun 2012 yakni 49,26% laki-laki dan

50,74% perempuan.

Demikian gambaran umum Kabupaten Grobogan tahun 2013

meliputi kependudukan, perekonomian, dan pendidikan yang disajikan

secara ringkas.

(14)

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Untuk mencapai Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Grobogan

maka Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan tahun 2013 adalah

“Menjadi Institusi Terdepan dan Profesional dalam Mewujudkan Grobogan

Sehat”. Adapun indikator untuk melihat keberhasilan pencapaian

Pembangunan Kesehatan ini terdiri atas indikator derajat kesehatan sebagai

hasil akhir yang terdiri atas indikator-indikator untuk mortalitas, morbiditas,

dan status gizi; indikator hasil antara yang terdiri atas indikator-indikator

untuk keadaan lingkungan, perilaku hidup, akses mutu pelayanan

kesehatan, serta indikator proses dan masukan yang terdiri atas

indikator-indikator untuk pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, manejemen

kesehatan dan kontribusi sektor terkait.

A. Mortalitas/Angka Kematian

1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka kematian bayi merupakan banyaknya kematian bayi

umur < 1 tahun per 1.000 kelahiran hidup pada kurun waktu satu

tahun. Berdasarkan laporan program, angka kematian bayi di

Kabupaten Grobogan pada tahun 2013 mengalami kenaikan

sebesar 10,6 per 1.000 KH, dibandingkan pada tahun 2013 sebesar

14,1 per 1.000 KH.

Angka kematian bayi di Kabupaten Grobogan selama 5

tahun terakhir sebagai berikut :

(15)

Tabel 3.1

Angka Kematian Bayi di Kabupaten Grobogan

Tahun 2009 – 2013

Tahun

Angka Kematian Bayi

2009

10,74 per 1.000 KH

2010

11,86 per 1.000 KH

2011

8,78 per 1.000 KH

2012

10,6 per 1.000 KH

2013

14,1 per 1.000 KH

Sumber : Bidang Kesga

2. Angka Kematian Balita (AKABA)

Angka

kematian

balita

merupakan

gambaran

permasalahan kesehatan balita antara lain status gizi, sanitasi,

penyakit menular, pendidikan perilaku. Bila dibandingkan Angka

kematian balita di Kabupaten Grobogan tahun 2013 mengalami

kenaikan cukup tinggi yakni 15,7 per 1.000 balita sedang tahun

2012 AKABA hanya sebesar 11,6 per 1.000 balita.

Tabel 3.2

Angka Kematian Balita di Kabupaten Grobogan

Tahun 2009 – 2013

Tahun

Angka Kematian Balita

2009

11,70

per 1.000 balita

2010

12,22

per 1.000 balita

2011

9,12

per 1.000 balita

2012

11,6

per 1.000 balita

2013

15,7 per 1.000 balita

Sumber : Bidang Kesga

3. Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka kematian ibu melahirkan menggambarkan status

gizi dan kesehatan ibu, dan tingkat pelayanan kesehatan.

Berdasarkan laporan program, angka kematian ibu melahirkan di

(16)

Kabupaten Grobogan tahun 2013 mengalami penurunan yakni

101,99 per 100.000 kelahiran hidup bila dibandingkan dengan AKI

tahun 2012 yang mencapai 150,1 per 100.000 kelahiran hidup.

Jumlah kematian ibu tahun 2013 adalah 22 kasus dari

21.570 lahir hidup, tidak ditemukan kasus AKI pada saat ibu

bersalin. Sedangkan persentase penyebab kematian maternal

dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik 3.1

Persentase Penyebab Kematian Maternal

Di Kabupaten Grobogan Tahun 2013

Sumber : Bidang Kesga

Kejadian kematian ibu maternal pada tahun 2013 paling

banyak adalah waktu nifas yang mencapai 68%, kemudian disusul

ibu hamil sebesar 32% dan pada waktu bersalin sebesar 0%.

Apabila dibandingkan tahun 2012 terdapat persamaan urutan

penyebab kematian, yang mana paling banyak adalah ibu nifas

sebesar 73%, kemudian disusul waktu hamil sebesar 21% dan

(17)

pada waktu bersalin sebesar 6%. Berikut adalah kecenderungan

Angka Kematian Ibu selama 5 tahun terakhir per 100.000

Kelahiran Hidup :

Grafik 3.2

Kecenderungan AKI Di Kabupaten Grobogan

Tahun 2009-2013

Sumber : Bidang Kesga

B. Morbiditas/Angka Kesakitan

1. AFP Non Polio

( Acute Flaccid Paralysis ) atau AFP adalah kelumpuhan pada

anak berusia < 15 tahun yang bersifat layuh (flaccid) yang terjadi

secara akut, mendadak dan bukan disebabkan oleh ruda paksa.

Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit

AFP per 100.000 penduduk dengan usia <15 tahun pada tahun

2013 mengalami peningkatan yakni terdapat 5 kasus dibanding

tahun 2012 yakni sebanyak 3 kasus.

Berikut adalah jumlah kasus AFP (Non Polio) yang disajikan

dalam bentuk grafik:

(18)

Grafik 3.3

Jumlah Kasus AFP (Non Polio) Di Kabupaten Grobogan

Tahun 2010-2013

Sumber : Bidang P2P & PL

2. Tuberkulosis (TBC)

Tuberkulosis merupakan salah satu jenis penyakit menular

yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosa. Gejala

klinis pada penderita TBC adalah demam tidak terlalu tinggi yang

biasanya dirasakan pada malam hari disertai keringat dingin,

penurunan nafsu makan dan berat badan, dan batuk lebih dari 3

minggu (kadang disertai darah).

Prevalensi penderita TB Paru per 100.000 penduduk di

Kabupaten Grobogan tahun 2013 naik hingga 54 kasus, dibanding

tahun 2012 sebesar 51 kasus. Sehingga jumlah penderita TB Paru

Baru tahun 2013 juga mengalami kenaikan menjadi 1.221 kasus,

sedang pada tahun 2012 sebanyak 1.126 kasus. Dengan jumlah

kematian akibat penyakit TB Paru tahun 2013 sebanyak 28 orang.

(19)

Jumlah Penemuan Kasus BTA (+) pada tahun 2013 sebanyak

667 penderita. Sedang Angka Penemuan Kasus TB (+) selama 5

tahun terakhir dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik 3.4

Jumlah CDR TB BTA (+) Di Kabupaten Grobogan

Tahun 2009-2013

Sumber : Bidang P2P&PL

Penderita TB Paru BTA (+) tahun 2013 yang mendapat

pengobatan sebanyak 618 penderita. Setelah mendapatkan

pengobatan yang dinyatakan sembuh sebanyak 498 orang,

sehingga Angka Kesuksesan (SR) Penderita TB Paru BTA (+) pada

tahun 2012 sebesar 85,92%. Sedang Angka Penemuan Kasus

(CDR) pada tahun 2012 mencapai 40,52.

Angka kematian akibat TB Paru pada tahun 2013 naik secara

signifikan yakni 2,0 per 100.000 penduduk dibanding pada tahun

2012 hanya 1,3 per 100.000 penduduk. Sedang jumlah kematian

akibat penyakit TBC dari tahun 2011 hingga tahun 2012

(20)

mengalami kenaikan, pada tahun 2011 hanya ada 9 kasus namun

pada tahun 2012 terdapat 18 kasus kematian akibat penyakit TBC.

Jumlah kasus TB dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013

dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Grafik 3.5

Jumlah Kasus TB Paru di Kabupaten Grobogan

Tahun 2009-2013

396

382

253

352

707

316

618

421

397

613

618

498

667

355

559

0

200

400

600

800

2009 2010 2011 2012 2013

Kasus Baru BTA (+)

Diobati

Sembuh

Sumber : Bidang P2PL

3. Pneumonia pada Balita

Pneumonia adalah suatu infeksi yang terjadi pada paru yang

biasanya disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur. Pada balita

seringkali tidak ada tanda-tanda spesifik yang mengindikasikan

sudah terkena pneumonia, sehingga perlu ada pemeriksaan

kesehatan lebih lanjut.

Prosentase pneumonia pada balita di tahun 2013 mengalami

penurunan yakni 11,3% dari jumlah total balita pada tahun 2013

dibanding pada tahun 2012 mencapai 14,6% dari total jumlah

(21)

balita pada tahun 2012, atau sebesar 1573 kasus. Berikut adalah

tabel Penemuan Kasus Pneumonia Balita:

Tabel 3.3

Prosentase Penemuan dan Penanganan Pneumonia Balita

di Kabupaten Grobogan

Tahun 2011 – 2013

Tahun

Jumlah Penemuan

&Penanganan pada

Pneumonia Balita

Prosentase

Jml

Kematian

2011

823

5,8%

0

2012

1.573

14,6%

0

2013

1.222

11,3%

0

Sumber: Bidang P2P&PL

Kasus pneumonia di tahun 2013 mengalami penurunan dan

semua kasus yang ditemukan telah mendapat penanganan dan

diobati dengan baik, karenanya tidak ada kematian balita akibat

kasus pneumonia.

4. HIV/AIDS dan IMS

Dari tahun ke tahun, jumlah kasus HIV/AIDS terus

mengalami kenaikan, tahun 2013 ini jumlah kasus baru HIV

mencapai 88 kasus dan untuk AIDS sebanyak 65 kasus. Kasus

terbanyak ada di wilayah kerja Puskesmas Purwodadi I dengan

jumlah kasus HIV/AIDS sebanyak 31 orang, dan 3 orang

diantaranya meninggal dunia. Dapat dilihat pada Lampiran tabel

14, bahwa Kasus Baru HIV/AIDS hampir tersebar di 19

kecamatan di Kabupaten Grobogan. Hanya di Kecamatan

Tanggungharjo, Kradenan, Tawangharjo dan Klambu pada tahun

(22)

2013 tidak ditemukan kasus baru HIV/AIDS. Berikut adalah tabel

jumlah kasus HIV/AIDS per gender :

Tabel 3.4

Jumlah Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Grobogan

Tahun 2011 – 2013

Tahun

HIV

AIDS

Meninggal

L

P

L

P

L

P

2011

7

16

15

4

6

0

2012

15

23

32

17

6

6

2013

26

62

41

24

9

3

Sebagai langkah pencegahan penularan penyakit HIV/AIDS

salah satunya adalah dengan pelaksanaan Skrining Donor Darah,

pada tahun 2013 dari jumlah pendonor 12.859 orang, sebanyak

12.857 sampel darah diperiksa dan 56 orang terindikasi positif

HIV. Sedangkan kasus baru untuk IMS (Infeksi Menular Seksual)

pada tahun 2013 sebanyak 689 kasus.

Grafik 3.6

Kecenderungan Jumlah Kasus HIV/AIDS

Di Kabupaten Grobogan Tahun 2009-2013

30

47

42

87

153

0

50

100

150

200

2009

2010

2011

2012

2013

HIV/AIDS

(23)

5. Diare pada Balita

Perkiraan penderita diare di Kabupaten Grobogan tahun

2013 sebanyak 59.333 kasus, ternyata jumlah kasus yang

ditemukan dan diobati sebanyak 20.691 kasus atau sekitar 34,9%

serta tidak ada kematian akibat diare karena telah tertangani dan

diobati dengan baik.

Berikut adalah jumlah kasus diare pada balita yang telah

tertangani dan diobati dari tahun 2009-2013 yang disajikan dalam

bentuk grafik.

Grafik 3.7

Jumlah Kasus Diare pada Balita

Di Kabupaten Grobogan Tahun 2009-2013

0

4,000

8,000

12,000

16,000

20,000

24,000

Kasus Diare

5,766

4,958

12,152

14,444

20,691

Ditangani

5,766

4,958

12,152

14,444

20,691

Kematian

0

0

0

0

0

2009

2010

2011

2012

2013

Sumber: Bidang P2P & PL

6. Kusta

Penyakit Kusta atau Lepra merupakan penyakit infeksi

menular kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium Leprae.

Indonesia dikenal sebagai salah satu dari tiga negara yang paling

banyak memiliki penderita kusta. Di Kabupaten Grobogan

pemberantasan penyakit kusta termasuk agenda utama Dinas

(24)

Kesehatan, pada tahun 2013 jumlah penderita kusta baru semakin

menurun yakni ada 51 kasus. Bila dibandingkan dengan tahun

2012 sebanyak 77 kasus. Angka penemuan kasus baru penderita

kusta per 100.000 penduduk pada tahun 2013 sebesar 3,64.

Berikut adalah jumlah kasus kusta baru yang disajikan

dalam bentuk grafik dari tahun 2013:

Grafik 3.8

Penemuan Kusta Baru Pilah Gender

Kabupaten Grobogan

Tahun 2013

L

P

PB

MB

37

13

1

0

0

10

20

30

40

PB

MB

Sumber : Bidang P2P&PL

Jumlah Penderita Kusta Baru dengan cacat tingkat 2 pada

tahun 2013 sebanyak 10 orang, dengan rincian laki-laki sebanyak 8

orang dan 2 orang yang lainnya perempuan.

Angka prevalensi kusta per 10.000 penduduk pada tahun

2013 mencapai 0,6. Hal ini dikarenakan jumlah penderita kusta

malah makin meningkat tiap tahunnya. Berikut adalah jumlah

(25)

penderita kusta dari tahun 2008-2013 yang disajikan dalam bentuk

tabel:

Tabel 3.5

Jumlah Penderita PB/MB Kusta di Kabupaten Grobogan

Tahun 2009 – 2013

Tahun

Jumlah Penderita

2009

83

2010

67

2011

81

2012

102

2013

84

Sumber : Bidang P2P&PL

Tahun 2013 jumlah penderita Kusta PB sebanyak 4 orang,

kemudian yang selesai berobat (RFT) sebesar 100 % atau 4 orang.

Sedang RFT penderita kusta MB 44 % atau sebanyak 43 orang dari

kasus Kusta MB sebanyak 98 orang.

7. PD3I

Di Kabupaten Grobogan jumlah kasus PD3I (Penyakit

Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi) tahun 2013

untuk penyakit Difteri ada 8 kasus, terjadi di wilayah puskesmas

Karangrayung I, Wirosari II, Tawangharjo, Grobogan, Purwodadi

I dan Puskesmas Klambu. Sedang untuk penyakit campak di

tahun 2013 ada 13 kasus, terjadi di wilayah kerja Puskesmas

Klambu.

Untuk Hepatitis B terdapat 18 kasus. Sedang penyakit

menular lain seperti Pertusis, Tetanus dan Tetanus Neonaturum,

Polio pada tahun 2013 tidak ditemukan kasus.

Berikut adalah Kecenderungan Jumlah Kasus PD3I di

Kabupaten Grobogan yang disajikan dalam bentuk grafik:

(26)

Grafik 3.9

Kecenderungan Kasus PD3I di Kabupaten Grobogan

Tahun 2011-2013

Sumber: Bidang P2P&PL

8. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Kasus DBD di tahun 2013 meningkat sebanyak 742

penderita, yang dilaporkan meninggal 8 orang meliputi 4 laki-laki

dan 4 perempuan. Sedang Incidence Rate DBD adalah 57,9 per

100.000 penduduk.

Bila dibandingkan dengan tahun 2012 terdapat 742 kasus

yang dilaporkan dengan kematian akibat DBD sebesar 7 kasus.

Incidence Rate DBD di Kabupaten Grobogan pada tahun 2013

sebesar 13,3 per 10.000 penduduk.

Pada tingkat Puskesmas, kejadian DBD tahun 2013 merata di

semua puskesmas wilayah Kabupaten Grobogan, dengan jumlah

penderita terbanyak di Puskesmas Purwodadi I dengan jumlah

(27)

126 kasus dan terendah ada di Puskesmas Tanggungharjo hanya 2

kasus DBD.

Berikut adalah persebaran penyakit DBD di wilayah kerja

tiap puskesmas Kabupaten Grobogan yang disajikan dalam

bentuk grafik :

Grafik 3.10

Jumlah Kasus DBD di Kabupaten Grobogan

Tahun 2013

Sumber : Bidang P2PL

9. Malaria

Penyakit Malaria adalah suatu penyakit menular yang terjadi

di daerah tropis dan sub tropis, penyakit yang disebarkan oleh

nyamuk Anopheles ini disebabkan oleh bakteri Plasmodium

Protista Eukariotik. Di dalam tubuh manusia, parasit ini

bersembunyi dan berkembang biak di hatiyang kemudian

(28)

menginfeksi sel darah merah sehingga menyebabkan gejala

seperti demam dan sakit kepala.

Jumlah penderita malaria positif di Kabupaten Grobogan

pada tahun 2013 sebanyak 164 orang, jumlah penderita malaria

terbanyak terdapat di wilayah kerja Puskesmas Wirosari I

sebanyak 91 kasus terjadi dan semua kejadian sudah tertangani

dan diobati dengan baik, sehingga tidak ada kematian akibat

malaria.

Jumlah penderita Positif Malaria di Kabupaten Grobogan

dari tahun 2009 hingga 2013 dapat dilihat grafik 3.8 dibawah ini:

Grafik 3.11

Jumlah Penderita Malaria di Kabupaten Grobogan

Tahun 2009-2013

angka kesakitan

jumlah penderita

2009

2010

2011

2012

2013

0

50

100

150

200

250

300

2009

0.2

298

2010

0.08

119

2011

0.1

123

2012

0.2

220

2013

0,1

164

angka kesakitan

jumlah penderita

(29)

Angka kesakitan malaria per 1.000 penduduk di Kabupaten

Grobogan pada tahun 2013 adalah 0,1 mengalami penurunan bila

dibandingkan pada tahun 2012 sebesar 0,2.

10. Filariasis

Penyakit Filariarsis atau sering disebut dengan Penyakit

Kaki Gajah adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh

cacing Filaria yang penularannya melalui gigitan nyamuk.

Penyakit ini bila tidak segera ditangani dapat menimbulkan cacat

menetap seperti pembesaran kaki, lengan bahkan alat kelamin.

Selama lima tahun terakhir dari tahun 2008 hingga tahun 2013

tidak dijumpai kasus Filariasis di Kabupaten Grobogan.

C. Status Gizi

1. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

Suatu keadaan bayi dengan berat lahir kurang dari 2500

gram yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam

pertama setelah lahir disebut dengan BBLR.

Jumlah kejadian BBLR di Kabupaten Grobogan tahun 2013

mengalami 867 kasus atau sekitar 4% dari jumlah bayi lahir hidup

sebanyak 21.570 bayi. Jumlah kasus BBLR tertinggi terdapat di

wilayah kerja Puskesmas Toroh I sebanyak 81 kasus, dan terendah

di wilayah kerja Puskesmas Geyer II sebanyak 0 kasus.

Jumlah kasus BBLR di tiap puskesmas di Kabupaten

Grobogan pada tahun 2013 dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

(30)

31

37

14

22

25

20

81

13

37

0

40

26 28

44

32

3

44

27

36

37

54

21

18

23

35

32

17

2119

30

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

K

e

d

u

n

g

ja

ti

T

a

n

g

g

u

n

g

h

a

rj

o

K

a

ra

n

g

ra

y

u

n

g

I

K

a

ra

n

g

ra

y

u

n

g

P

e

n

a

w

a

n

g

a

n

I

P

e

n

a

w

a

n

g

a

n

I

I

T

o

ro

h

I

T

o

ro

h

I

I

G

e

y

e

r

I

G

e

y

e

r

II

P

u

lo

k

u

lo

n

I

P

u

lo

k

u

lo

n

I

I

K

ra

d

e

n

a

n

I

K

ra

d

e

n

a

n

I

I

G

a

b

u

s

I

G

a

b

u

s

I

I

N

g

a

ri

n

g

a

n

Wi

ro

s

a

ri

I

Wi

ro

s

a

ri

I

I

T

a

w

a

n

g

h

a

rj

o

G

ro

b

o

g

a

n

P

u

rw

o

d

a

d

i

I

P

u

rw

o

d

a

d

i

II

B

ra

ti

K

la

mb

u

G

o

d

o

n

g

I

G

o

d

o

n

g

I

I

G

u

b

u

g

I

G

u

b

u

g

I

I

T

e

g

o

w

a

n

u

Grafik 3.12

Jumlah Kasus BBLR di Kabupaten Grobogan

Tahun 2013

Sumber : Bidang Kesga

2. Kasus Gizi Kurang

Pendataan gizi kurang dan gizi buruk didasarkan pada 2

kategori, kategori pertama membandingkan berat badan dengan

umurnya (BB/U) dan kategori kedua adalah membandingkan

berat badan dengan tinggi badannya (BB/TB).

Skrining pertama dilakukan di posyandu dengan kategori

pertama yaitu membandingkan berat badan dengan umurnya

melalui kegiatan penimbangan, jika ditemukan kasus gizi

kurang/buruk dilakukan perawatan gizi kurang/buruk sesuai

pedoman di posyandu dan Puskesmas, dilanjutkan dengan

skrining berikutnya yaitu dengan membandingkan berat badan

dengan tinggi badannya, jika ternyata menderita gizi buruk maka

dilakukan perawatan sesuai standar sampai di Rumah Sakit.

Dari status gizi didapat hasil yakni jumlah balita ditimbang

pada tahun 2013 sebanyak 85.358 balita dari jumlah total balita

(31)

sebanyak 107.841, yang mana jumlah balita dengan gizi baik

sebanyak 84.294 balita dan balita gizi lebih sebanyak 153 balita.

Sedang jumlah balita dengan gizi kurang di Kabupaten Grobogan

tahun 2013 sebanyak 801 balita.

3. Kasus Gizi Buruk

Gizi Buruk kini menjadi ancaman terhadap bayi/ balita,

karena status gizi bayi/ balita biasanya menimbulkan komplikasi

dan dapat berakibat kelainan pertumbuhan dan perkembangan

bayi/balita bahkan hingga kematian. Jumlah balita dengan gizi

buruk di tahun 2013 sebanyak 44 balita. Kecenderungan kasus gizi

Buruk di kabupaten Grobogan dari tahun ke tahun dapat dilihat

pada grafik dibawah ini :

Grafik 3.13

Kecenderungan Gizi Buruk di Kabupaten Grobogan

Tahun 2008-2013

7

7

25

19

82

44

0

20

40

60

80

100

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Gizi Buruk

(32)

BAB V

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.

Pembangunan kesehatan harus didukung oleh sumber daya kesehatan yang

memadai.

Sumber Daya Kesehatan adalah segala bentuk sarana kesehatan

berikut sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan; sumber

daya manusia; pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya,

yang dapat dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.

Tujuan umum Sumber daya Kesehatan adalah tersediannya tenaga,

pembiayaan dan perbekalan kesehatan dalam jenis yang lengkap, jumlah

yang cukup, spesifikasi yang sesuai dengan kebutuhan, berkesinambungan,

terjangkau dan tepat waktu

Sedang Tujuan khusus Sumber Daya Kesehatan adalah sebagai

berikut :

1. Meningkatkan jumlah, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan

sesuai dengan kebutuhan

2. Meningkatkan jumlah, efektifitas, dan efisiensi penggunaan

biaya kesehatan

3. Meningkatkan ketersediaan sarana, prasarana dan dukungan

logistik pada sarana pelayanan kesehatan yang semakin merata,

terjangkau dan dimanfaatkan oleh masyarakat.

A. Sarana Kesehatan

(33)

Perbekalan kesehatan merupakan unsur penting dalam upaya

kesehatan khususnya ketersediaan obat di sarana pelayanan

kesehatan.

Sebagian besar obat tersedia, kecuali untuk Kotrimoksasol Sirup,

Kloroquin Tablet, Garam Oralit, OAT KAT 1,2,3 Amoksisilin

kapsul 500mg, kotrimoksasol tablet 120mg, retinol 200.000 IU,

Tablet Tambah Darah dan OAT Kat 2, 3 dan sisipan, Pyrantel

Pamoat 125mg tablet tidak masuk dalam pengadaan obat tahun

2031. Hal ini dikarenakan di tingkat puskesmas masih tersedia 7

macam obat tersebut sisa dari stok tahun 2012. Sedang tingkat

kecukupan stok obat per bulan tahun 2013 (dengan catatan tabel

diatas belum termasuk) dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik 5.1.

Tingkat Kecukupan Stok Obat per Bulan

Di Kabupaten Grobogan Tahun 2013

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 Amoksisil in sirup keri ng 125 mg/ml Amoksisil in kapsul 500 mg

Antasida DOEN tablet Antalgin tablet 500 mg

Deksameta son inj 5 mg/ml – 2ml Dekstromet orfan S irup 10 mg/5ml Dekstromet orfan Ta b 15 mg Difenhid ramin HCl inj 10

mg/ml-Gliserin Guaiakolat tab 100 mg Glukosa Larutan Infus 5 % steril

Ibuprofen tablet 200 mg Kloramfenikol kapsul 250 mg Kotrimoksazol tablet 480 mg Kotrimoksazol Sirup Klorfenirami ni Maleat tab 4 mg Natrium Klo rida Inf us 0,9 % steril Parasetamol Tablet 500 m g Ringer L aktat I nfus st eril Vitamin B Komplek s Kapsul Retinol 2 00.00 0 IU Tablet Tamb ah darah Multivita min Sirup Garam Oralit

OAT Kat 1 OAT Kat 2

OAT Kat Sisipan

OAT Kat Anak

Pyrantel Pamoat 125mg tab

Salep 2-4

Infus set dewasa

Infus set anak

Tk Kecukupan (Bln)

(34)

2. Sarana Pelayanan Kesehatan

Sarana pelayanan kesehatan adalah sarana yang menyediakan

bentuk pelayanan dalam bidang kesehatan yang sifatnya luas

meliputi kegiatan baik promotif, preventif, kuratif hingga

rehabilitatif. Sarana pelayanan kesehatan ini terdiri atas sarana

pelayanan kesehatan dasar dan sarana pelayanan kesehatan

rujukan serta penunjang yang kepemilikan dan pengelolaannya

dari pemerintah maupun swasta.

Pada tahun 2013 ini di Kabupaten Grobogan terdapat 7 rumah

sakit (RS), 1 diantaranya adalah RS umum daerah dan 6 lainnya

adalah RS umum swasta. Jumlah puskesmas perawatan sebanyak

13 puskesmas dan 17 puskesmas non perawatan. Selain itu

terdapat pula jaringan puskesmas berupa puskesmas keliling

sejumlah 37 buah, puskesmas pembantu sebanyak 73 buah,

poskesdes sejumlah 203 buah dan posyandu sebanyak 1631 buah.

Dan untuk menunjang ketersediaan obat bagi Puskesmas terdapat

1 buah Gudang Farmasi Kabupaten.

Sedang jumlah sarana pelayanan kesehatan lain yang dimiliki dan

dikelola oleh swasta adalah sebagai berikut : jumlah Rumah

Bersalin adalah 12 buah, Balai Pengobatan sebanyak 44 buah,

praktik dokter perseorangan sejumlah 24 buah, praktik

pengobatan tradisional ada 16 buah, jumlah apotek sebanyak 90

buah, toko obat sejumlah 1.

3. Sarana Pelayanan Kesehatan dengan Kemampuan Labkes dan

memiliki 4 spesialis dasar

Jumlah sarana pelayanan kesehatan dengan kemampuan

laboratorium kesehatan sebanyak 37 buah. Sedang jumlah sarana

pelayanan kesehatan yang memiliki 4 spesialis dasar sebanyak 6

(35)

buah yakni RSU Dr Soejati, RS Panti Rahayu, RS Permata Bunda,

RS PKU Muhammadiyah dan RS Islam dan RS Habbibullah.

4. Posyandu

Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah suatu benyuk

keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu

wilayah kerja puskesmas. Untuk meningkatkan kualitas dan

kemandirian posyandu, maka perlu ada suatu penilaian

berdasarkan tingkatan/strata.

Bila dibandingkan dengan jumlah posyandu di tahun 2012 yaitu

1.620 buah, maka jumlah posyandu di tahun 2013 ini mengalami

peningkatan yakni 1.631 buah, dengan perincian Posyandu

pratama 351 buah, madya 511 buah, purnama 527 buah dan

mandiri 242 buah.

Grafik 5.2.

Persentase Posyandu menurut Strata

Di Kabupaten Grobogan Tahun 2013

17.63

33.54

33.23

15.6

18.83

27.35

38.89

14.94

21.52

31.33

32.31

14.84

Pratama

Madya

Purnama

Mandiri

2013

2012

2011

(36)

5. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)

Masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam

penyelenggaraan upaya kesehatan, karena penyelenggaraan

upaya kesehatan merupakan tanggung jawab bersama pemerintah

dan masyarakat. Salah satu bentuk UKBM adalah dengan

keberadaan desa siaga di desa-desa. Yang dimaksud dengan desa

siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber

daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan

mengatasi

masalah-masalah

kesehatan,

bencana

dan

kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.

Jumlah desa siaga di tahun 2013 ini adalah 280 buah dari total 280

desa yang ada di Kabupaten Grobogan, ini berarti capaian desa

siaga sebesar 100%, dan kesemuanya merupakan desa siaga aktif.

Selain desa siaga, bentuk UKBM lain adalah melalui Posyandu

dan Poskesdes yang telah dibahas sebelumnya.

6. Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan sarana

pelayanan kesehatan dasar yang menyelenggarakan kegiatan

promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan

ibu dan anak (KIA) termasuk keluarga berencana (KB), perbaikan

gizi, pemberantasan penyakit menular dan pengobatan. Apabila

Puskesmas Perawatan disamping menyelenggarakan pelayanan

kesehatan seperti Puskesmas pada umumnya juga menyediakan

fasilitas pelayanan rawat inap. Dengan demikian Puskesmas

Perawatan juga berfungsi sebagai ”Pusat rujukan Antara” yang

melayani penderita gawat darurat sebelum dirujuk ke rumah

sakit.

(37)

Jumlah Puskesmas di Kabupaten Grobogan sebanyak 30 buah.

Dengan demikian rasio Puskesmas terhadap penduduk tahun

2013 adalah 2,1 per 100.000 penduduk atau rata-rata tiap

Puskesmas melayani 46.758 penduduk, bila dibandingkan dengan

konsep wilayah kerja Puskesmas, dimana sasaran penduduk yang

dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk per

Puskesmas, maka jumlah Puskesmas di Kabupaten Grobogan

masih kurang. Akan tetapi keadaan ini dapat teratasi dengan

adannya Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan Poliklinik

Kesehatan Desa yang ada di Kabupaten Grobogan.

B. Tenaga Kesehatan

Keberhasilan pembangunan di daerah khususnya di kabupaten

sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dan peran serta

aktif masyarakat sebagai pelaku pembangunan tersebut. Dalam

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 81/MENKES/SK/I/2004

tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di

Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit, Sumber Daya

Manusia (SDM) Kesehatan adalah seseorang yang bekerja secara aktif

di bidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan

maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan

dalam melakukan upaya kesehatan.

SDM Kesehatan dikelompokkan menjadi tenaga kesehatan dan tenaga

non kesehatan. Adapun tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki

pengetahuan dan/ketrampilan melalui pendidikan formal di bidang

kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam

melakukan upaya kesehatan.

(38)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32

Tahun 1996 tentang Tenaga kesehatan, jenis tenaga kesehatan terdiri

dari tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga

kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik dan tenaga

keteknisan medis.

1. Tenaga Medis di Pelayanan Kesehatan

Yang dimaksud dengan tenaga medis berdasarkan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan meliputi dokter dan dokter gigi. Pelayanan medis menurut

peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 512 Tahun 2007

tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran adalah

pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi

sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya yang dapat berupa

pelayanan promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif.

Jumlah tenaga medis di Kabupaten Grobogan pada tahun 2013

sebanyak 196 orang, meliputi 57 dokter spesialis, 87 dokter umum dan

18 dokter gigi. Sehingga rasio tenaga medis terhadap jumlah

penduduk dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.1

Rasio Tenaga Medis di Kabupaten Grobogan

Tahun 2013

Jenis Tenaga

Medis

Rasio terhadap 100.000 Penduduk

Dokter Spesialis

3,97 per 100.000 Penduduk

Dokter Umum

96,9 per 100.000 Penduduk

Dokter gigi

1,25 per 100.000 Penduduk

Sumber : Bagian Kepegawaian

(39)

Untuk persebaran tenaga medis di tingkat Puskesmas dapat

dilihat pada grafik 5.3, persebaran tersebut diluar rumah sakit negeri

dan swasta serta Dinas Kesehatan.

Grafik 5.3

Penyebaran Tenaga Medis di Pukesmas Menurut Kecamatan

Di Kabupaten Grobogan Tahun 2013

1

5

2

7

4

2

4

3

3

5

3

3

5

2

3

4

6

1

1

0

1

2

3

4

5

6

7

8

K

ed

un

gj

at

i

K

arang

ray

un

g

Pen

aw

an

ga

n

To

roh

G

ey

er

Pulo

ku

lo

n

K

rad

en

an

G

abu

s

Ng

ari

ng

an

W

irosa

ri

Ta

w

an

gh

arj

o

G

robo

ga

n

Pur

w

od

ad

i

Bra

ti

K

la

mbu

G

od

on

g

G

ubu

g

Teg

ow

an

u

Ta

ng

gu

ng

ha

rj

o

Penyebaran Tenaga Medis

Sumber : Bagian Kepegawaian

2. Tenaga Keperawatan di Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 32

Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, yang dimaksud dengan

keperawatan adalah perawat dan bidan. Perawat adalah tenaga

profesional di bidang perawatan kesehatan yang terlibat dalam

kegiatan perawatan. Perawat bertanggung jawab untuk perawatan,

(40)

perlindungan, dan pemulihan orang yang luka atau pasien penderita

penyakit akut atau kronis, pemeliharaan kesehatan orang sehat, dan

penanganan keadaan darurat yang mengancam nyawa dalam

berbagai jenis perawatan kesehatan. Perawat juga dapat terlibat dalam

riset medis dan perawatan serta menjalankan beragam fungsi

non-klinis yang diperlukan untuk perawatan kesehatan.

a. Perawat

Definisi perawat seperti yang tercantum dalam Keputusan

Menteri Kesehatan RI No 1239 tahun 2001tentang Registrasi dan

Praktek Perawat, perawat adalah orang yang telah lulus

pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perawat mendapatkan wewenang untuk menjalankan tugas

profesinya di bidang keperawatan melalui Surat Ijin Kerja (SIK)

yang merupakan bukti tertulis pemberian kewenangan untuk

menjalankan pekerjaan keperawatan di seluruh Indonesia. Setiap

perawat

yang

akan

bekerja

di

sarana

pelayanan

kesehatan/praktek kelompok maupun perorangan harus

mempunyai Surat Ijin Kerja (SIK).

Jumlah tenaga perawat di tahun 2013 mencapai 1.128 orang,

jumlah ini sudah termasuk untuk tenaga perawat dan perawat

gigi baik di lingkungan Puskesmas, RS negeri maupun swasta,

Dinas Kesehatan, institusi serta sarana pelayanan kesehatan lain.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini :

(41)

Tabel 5.2

Jumlah Tenaga Perawat dan Perawat Gigi di Kabupaten Grobogan

Tahun 2013

Jenis Sarana Kesehatan

Jumlah Tenaga Perawat

Puskesmas

469

RS Dr Soedjati

229

RS swasta

390

Saryankes lain

20

TOTAL

1.128

Sumber : Bagian Kepegawaian

Sedang Rasio ketenagaan perawat adalah 80 per 100.000

penduduk. Di Kabupaten Grobogan untuk penyebaran tenaga

perawat dapat dilihat pada grafik 5.4, penyebaran tersebut diluar

rumah sakit negeri dan swasta serta dinas kesehatan.

Grafik 5.4

Penyebaran Tenaga Perawat dan Perawat Gigi di Puskesmas Menurut

Kecamatan Di Kabupaten Grobogan Tahun 2013

13

39

22

36

24

18

36

25

22

40

10

23

30

8

14

47

34

14

14

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

K

ed

un

gj

at

i

K

arang

ray

un

g

Pen

aw

an

ga

n

To

roh

G

ey

er

Pulo

ku

lo

n

K

rad

en

an

G

abu

s

Ng

ari

ng

an

W

irosa

ri

Ta

w

an

gh

arj

o

G

robo

ga

n

Pur

w

od

ad

i

Bra

ti

K

la

mbu

G

od

on

g

G

ubu

g

Teg

ow

an

u

Ta

ng

gu

ng

ha

rj

o

Penyebaran Perawat

(42)

Berdasarkan grafik 4.2 diketahui bahwa jumlah tenaga perawat

terbanyak di Kecamatan Godong (47 orang) dan Kecamatan Wirosari

(40 orang). Jumlah tenaga terkecil di Kecamatan Brati (88 orang) dan

Kecamatan Tawangharjo (10 orang).

b. Bidan

Pengertian bidan seperti yang tercantum dalam Keputusan

Menteri Kesehatan RI No. 900 Tahun 2002 tentang Registrasi dan

Praktek Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti

program pendidikan bidan dan yang telah lulus ujian sesuai

dengan persyaratan yang berlaku.

Dalam hal menjalankan pelayanan asuhan kebidanan, seorang

bidan harus terlebih dulu mengurus Surat Ijin Bidan (SIB). SIB

adalah surat bukti tertulis pemberian kewenangan untuk

menjalankan pelayanan asuhan kebidanan di seluruh wilayah

Republik Indonesia. Dalam hal pelaksanaan praktik bidan, bidan

harus mempunyai Surat Ijin Praktik Bidan (SIPB) yang

merupakan bukti tertulis yang diberikan kepada bidan untuk

menjalankan praktik bidan. Pelayanan yang menjadi wewenang

bidan adalah pelayanan kebidanan, pelayanan keluarga berencana

dan pelayanan kesehatan masyarakat.

Rasio ketenagaan untuk bidan pada tahun 2013 adalah 52,5 per

100.000 penduduk. Sedang jumlah keseluruhan tenaga bidan di

Kabupaten Grobogan adalah 737 bidan, mengalami kenaikan bila

dibandingkan jumlah tenaga bidan di Kabupaten Grobogan pada

tahun 2012 yang hanya 687 bidan.

Untuk penyebaran tenaga bidan dapat dilihat pada grafik 3.3,

penyebaran tersebut di wilayah puskesmas diluar rumah sakit

negeri dan swasta serta dinas kesehatan.

(43)

Grafik 5.5

Penyebaran Tenaga Bidan di Puskesmas Menurut Kecamatan

Di Kabupaten Grobogan Tahun 2013

27

34

34

37

31

35

29

29

27

33

18

31

48

26

25

47

39

29

19

0

10

20

30

40

50

60

K

ed

un

gj

at

i

K

arang

ray

un

g

Pen

aw

an

ga

n

To

roh

G

ey

er

Pulo

ku

lo

n

K

rad

en

an

G

abu

s

Ng

ari

ng

an

W

irosa

ri

Ta

w

an

gh

arj

o

G

robo

ga

n

Pur

w

od

ad

i

Bra

ti

K

la

mbu

G

od

on

g

G

ubu

g

Teg

ow

an

u

Ta

ng

gu

ng

ha

rj

o

Penyebaran Bidan

Sumber : Bidang Kepegawaian

Berdasarkan grafik 5.5 paling banyak terdapat tenaga bidan

Kecamatan Godong (48 orang) dan Kecamatan Purwodadi (49 orang).

Jumlah tenaga terkecil di Kecamatan Tawangharjo (18 orang).

3. Tenaga Kefarmasian

a. Apoteker

Tenaga apoteker berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang

(44)

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek adalah sarjana farmasi

yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan

sumpah berdasarkan peraturan yang berlaku dan berhak

melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.

b. Asisten Apoteker

Asisten apoteker berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1332/MENKES/SK/X/2001 tentang

perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang ketentuan dan tata

cara pemberian ijin apotek adalah mereka yang berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan

pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker.

Sedangkan berdasarkan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 679/MENKES/SK/V/2003 tentang Registrasi dan Izin

Kerja Asisten Apoteker, yang dimaksud Asisten Apoteker adalah

tenaga

kesehatan

yang

berijasah

Sekolah

Asisten

Apoteker/Sekolah Menengah Farmasi, Akademi Farmasi, Jurusan

Farmasi dan Makanan Politeknik Kesehatan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Jumlah tenaga kefarmasian di Kabupaten Grobogan tahun 2013

adalah 215 orang, yang mana tenaga apoteker dan sarjana farmasinya

sebanyak 183 orang dan 148 orang sebagai asisten apoteker. Sedang

rasio tenaga kefarmasiannya adalah 15 per 100.000 penduduk.

Untuk penyebaran tenaga kefarmasian baik Apoteker maupun

Asisten apoteker dapat dilihat pada grafik 5.6., penyebaran tersebut

hanya di Puskesmas, diluar rumah sakit negeri dan swasta serta dinas

kesehatan.

(45)

Grafik 5.6

Penyebaran Tenaga Kefarmasian Menurut Kecamatan

Di Kabupaten Grobogan Tahun 2013

1

2

2

5

4

3

3

3

2

5

0

2

4

2

1

3

4

1

1

0 1 2 3 4 5 6

K

ed

un

gj

at

i

K

arang

ray

un

g

Pen

aw

an

ga

n

To

roh

G

ey

er

Pulo

ku

lo

n

K

rad

en

an

G

abu

s

Ng

ari

ng

an

W

irosa

ri

Ta

w

an

gh

arj

o

G

robo

ga

n

Pur

w

od

ad

i

Bra

ti

K

la

mbu

G

od

on

g

G

ubu

g

Teg

ow

an

u

Ta

ng

gu

ng

ha

rj

o

Penyebaran Tenaga Kefarmasian

Sumber : Bidang Kepegawaian

4. Tenaga Gizi

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32

Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, yang dimaksud dengan tenaga

gizi meliputi nutrisionis dan dietisien, dengan pendidikan dasar

minimal D III gizi. Jumlah tenaga gizi pada tahun 2013, baik dari

SPAG, D I, DIII maupun D IV adalah 42 orang yang tersebar baik di

Puskesmas, Dinas Kesehatan dan RS. Rasio ketenagaan gizi tahun

2012 adalah 3 per 100.000 penduduk.

Gambar

Tabel 1 Tabel 1 Tabel 2 Tabel 1 Tabel 1 Tabel 2 Tabel 2 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 7 Tabel 7 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10
Tabel 14 Tabel 14 Tabel 14 Tabel 14 Tabel 15 Tabel 16 Tabel 17 Tabel 17 Tabel 17 Tabel 18 Tabel 18 Tabel 19 Tabel 20 Tabel 20 Tabel 21 Tabel 21 Tabel 21 Tabel 21 Tabel 21 Tabel 21 Tabel 21 Tabel 22 Tabel 22 Tabel 22 Tabel 22 Tabel 23
Tabel 26 Tabel 26 Tabel 27 Tabel 27 Tabel 27 Tabel 28 Tabel 28 Tabel 28 Tabel 28 Tabel 29 Tabel 30 Tabel 31 Tabel 31 Tabel 32 Tabel 32 Tabel 32 Tabel 35 Tabel 35 Tabel 36 Tabel 36 Tabel 37 Tabel 38
Tabel 44 Tabel 44 Tabel 44 Tabel 45 Tabel 46 Tabel 47 Tabel 48 Tabel 49 Tabel 51 Tabel 52 Tabel 49 Tabel 49 Tabel 53 Tabel 53 Tabel 53 Tabel 55 Tabel 56 Tabel 56
+3

Referensi

Dokumen terkait

 Untuk dapat menentukan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan (aspek who dalam pekerjaan) perlu dilaksanakan proses analisis jabatan, sedangkan untuk dapat menentukan jumlah tenaga

Tabung hampa umumnya merupakan suatu komponen aktif yang bekerja pada aras tegangan tinggi (ratusan volt), namun pada aras tegangan tinggi penguat tabung

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ketentuan hukum obstruction of justice yang terdapat dalam Pasal 21 Undang-Undang No.31 Tahun 1999 jo Undang-Undang No.20 Tahun 2001

Dalam upaya Badan Jaminan Mutu untuk bisa mengemban misi dan perannya untuk mencapai tujuan peningkatan kapasitas dalam perencanaan dan pelaksanaan, maka BJM

Pada program ini, praktikan menuliskan input (lagi)=ok bertujuan agar saat program berjalan dan praktikan menulis ‘ok’ setelah muncul tulisan “Ingin menghitung lagi.. Tulis

Energi yang berasal dari tumbuhan atau lemak binatang ini dapat digunakan, baik secara murni atau dicampur dengan bahan bakar lain.. Sifatnya yang ramah lingkungan,

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa knsumsi sayuran responden dan anggota keluarga sudah sesuai anjuran FDA dalam piramida makanan untuk konsumsi sayuran yaitu 3-5

Pada tahap perencanaan ini, peneliti melakukan beberapa kegiatan yaitu menyusun RPP penelitian dengan guru kolaborator, menyiapkan media boneka tangan yang akan digunakan