• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENJENJANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN IDENTIFKASI TAHAP BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN DAN MENGAJUKAN MASALAH MATEMATIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENJENJANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN IDENTIFKASI TAHAP BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN DAN MENGAJUKAN MASALAH MATEMATIKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

57

PENJENJANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN IDENTIFKASI TAHAP BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN DAN

MENGAJUKAN MASALAH MATEMATIKA

Idrus Alhaddad

Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Khairun Ternate e-mail: Idrus_ekal@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk merumuskan penjenjangan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam memecahkan dan mengajukan masalah matematika yang valid dan reliabel, serta menemukenali ciri-ciri tahap berpikir kreatif siswa untuk tiap tingkat tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara berbasis tugas. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII yang terdiri dari sembilan orang dari SMP Negeri 2 dan satu orang dari SMP Negeri 3 Ternate. Proses penelitiannya mengikuti tahap-tahap: (a) merumuskan teori hipotetik awal berdasar kajian teori dan didukung dengan data empiris awal, (b) memvalidasikan draf tingkat berpikir kreatif pada ahli untuk mengetahui validitas isi dan konstruk teori yang dikembangkan, (c) melakukan pra-penelitian untuk membuktikan keberadaan tingkat kemampuan berpikir kreatif, (d) merevisi draf tingkat berpikir kreatif dengan mengajukan teori hipotetik baru, (e) melakukan pengambilan data untuk mengetahui eksistensi tingkat kemampuan berpikir kreatif dalam memecahkan dan mengajukan masalah matematika dan menemukenali ciri-ciri tahap berpikir kreatif untuk tiap tingkat, (f) melakukan analisis dengan metode perbandingan tetap untuk mengetahui reliabilitas penjenjangan kemampuan berpikir kreatif yang dibuat, dan (g) menuliskan penjenjangan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam memecahkan dan mengajukan masalah matematika. Penelitian ini akhirnya menghasilkan penjenjangan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam matematika yang valid dan reliabel sebagai berikut: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif 4 (Sangat Kreatif); Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif 3 (Kreatif); Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif 2 (Cukup Kreatif); Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif 1 (Kurang Kreatif); Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif 0 (Tidak Kreatif); Tahap berpikir kreatif siswa meliputi tahap mensintesis ide, membangun ide, merencanakan penerapan ide, dan menerapkan ide. Berdasar hasil penelitian itu, maka penjenjangan kemampuan berpikir kreatif siswa dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dan dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut yang bersifat verifikasi dan modifikasi.

Kata kunci: Penjenjangan dan tahap kemampuan berpikir kreatif , Pemecahan masalah,

dan Pengajuan masalah

A. Pendahuluan

Kebanyakan orang diasumsikan kreatif, tetapi derajat kreativitasnya berbeda (Solso, 1995). Hal ini dapat ditunjukkan dengan bukti-bukti adanya hasil kreasi beberapa orang

(2)

58

tertentu dalam teknologi maupun pengetahuan yang luar biasa, sebut saja misalnya Thomas Alfa Edisson, Newton atau Einstein. Di lain pihak terdapat orang yang hanya memakai saja. Keadaan ini menunjukkan adanya tingkat kemampuan berpikir kreatif seseorang yang berbeda. Tingkat berpikir kreatif seseorang dapat dipandang sebagai suatu kontinum yang dimulai dari derajat terendah sampai tertinggi. Apabila diambil seorang individu sebarang, maka individu tersebut dapat ditempatkan pada kontinum tingkat berpikir kreatif itu. Tetapi untuk penyederhanaan penjenjangan, maka pendekatan untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kreatif itu berupa klasifikasi yang hirarkhis. Artinya tingkat kemampuan itu dikelompokkan secara berjenjang, menjadi seperti kelompok 0, 1, 2, 3 atau 4, atau lainnya. Ide tentang tingkat kemampuan berpikir kreatif telah diungkapkan oleh beberapa ahli. De Bono (dalam Barak & Doppelt, 2000) mendefinisikan 4 tingkat perkembangan keterampilan berpikir kreatif, yaitu kesadaran, observasi, strategi, dan refleksi berpikir. Tingkat 1: siswa hanya mengekspresikan kesadarannya terhadap keperluan

menyelesaikan tugasnya.

Tingkat 2: siswa harus menunjukkan bagaimana mereka mengamati sebuah implikasi pilihannya, seperti penggunaan komponen khusus atau algoritma pemrograman.

Tingkat 3: siswa harus memilih suatu strategi dan mengkoordinasikan antara bermacam- macam penjelasan dalam tugasnya. Mereka harus memutuskan bagaimana tingkat detail yang diinginkan dan menyajikan urutan tindakan atau kondisi-kondisi logis dari sistem tindakan.

Tingkat 4: siswa harus menguji sifat-sifat produk final dan membandingkan dengan sekumpulan tujuan. Menjelaskan simpulan terhadap keberhasilan atau kesulitan selama proses pengembangan, dan memberi saran untuk meningkatkan perencanaan dan proses konstruksi.

Tingkat yang dikembangkan ini memberikan bukti adanya tingkat yang hierarkhis (berurutan) dalam berpikir kreatif.

Berpikir kreatif dalam matematika merupakan kombinasi berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan intuisi tetapi dalam kesadaran yang memperhatikan fleksibilitas, kefasihan dan kebaruan (Pehkonen, 1999).

(3)

59

Proses berpikir kreatif yang telah dijelaskan oleh beberapa ahli di atas sebenarnya mempunyai tahapan yang sama, hanya salah satu lebih rinci daripada yang lain. Dalam penelitian ini, tahap berpikir kreatif terdiri atas mensintesis ide (fakta-fakta yang diketahui), membangkitkan ide-ide, merencanakan penerapan dan menerapkan ide. Dalam mensintesis ide, individu sudah memahami masalah yang diberikan dan mempunyai perangkat pengetahuan (pengetahuan prasyarat) untuk menyelesaikannya yang dapat bersumber dari pembelajaran di kelas maupun pengalamannya sehari-hari.

Membangun ide-ide artinya memunculkan ide-ide yang berkaitan dengan masalah yang diberikan sebagai hasil dari proses sintesis ide sebelumnya. Merencanakan penerapan ide artinya memilih suatu ide tertentu untuk digunakan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan atau yang ingin diselesaikan. Menerapkan ide artinya mengimplementasikan atau menggunakan ide yang direncanakan untuk menyelesaikan masalah. Dalam tahap membangun ide akan terlihat kebaruan, kefasihan maupun fleksibilitas individu dalam menyelesaikan tugas. Individu atau siswa yang mempunyai tingkat kemampuan, latar belakang ekonomi maupun sosial budaya yang berbeda, tentu akan mempunyai kualitas proses kreatif yang berbeda pula. Karena perbedaan itu umumnya berjenjang/bertingkat, maka dapat dikatakan bahwa terdapat jenjang atau tingkat kemampuan dalam berpikir kreatif itu.

Ciri-ciri tahap berpikir kreatif untuk siswa yang menempati tingkat tertinggi (TKBK 4) berbeda dengan siswa yang berada pada tingkat dibawahnya. Misalkan siswa pada TKBK 0 cenderung sintesis ide-idenya berdasar rumus yang diketahui saja dengan jenis/macam-macam bangun datar yang sudah diajarkan di kelas, tetapi seringkali salah atau mengalami kesulitan.

Informasi awal tentang tahapan dari proses berpikir kreatif yang meliputi tahap mensintesis ide, membangun ide, merencanakan penerapan ide dan menerapkan ide masih untuk TKBK 4, 1 dan 0, sedang TKBK lain belum diketahui. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut agar didapat penjenjangan kemampuan berpikir kreatif yang valid dan reliabel, dan diketahui ciri-ciri tahap berpikir kreatif untuk tiap tingkatan yang dikembangkan.

B. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berusaha mencari makna atau hakikat dibalik gejala-gejala yang terjadi.

Penelitian ini berusaha mengungkap hakikat dari gejala-gejala yang muncul dari subjek penelitian. Hakekat tersebut digunakan untuk merumuskan secara empirik

(4)

60

penjenjangan kemampuan berpikir kreatif siswa dan tahap berpikir kreatifnya untuk setiap tingkat. Hakekat tersebut ditelusuri melalui suatu wawancara berbasis tugas kepada setiap subjek. Dalam wawancara peneliti bertindak sebagai pengamat (observer) netral, yang bertujuan agar subjek dapat mengungkapkan karakteristik maupun tahap kemampuan berpikir kreatif secara alami dengan jelas dan tidak diragukan lagi. Hal ini juga untuk meminimalkan adanya kontaminasi atau pengaruh dari pikiran pewawancara.

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas VIII SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 4 Ternate, sedang ujicoba dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 2 dan 3 Ternate.

Teknik pemilihan subjek dengan metode bola salju (snow ball method). Caranya subjek dicari yang sesuai dengan kriteria dapat mengkomunikasikan idenya dengan jelas dan memungkinkan (potensial) memenuhi tingkat kemampuan berpikir kreatif yang dikonstruksi. Pencarian subjek dimulai dari tingkat yang tertinggi dan kemudian tingkat di bawahnya. Subjek penelitian dipilih didasarkan pada kemampuan matematika sehari-hari di kelas menurut keterangan (informasi/data) guru matematika yang bersangkutan dan guru bimbingan konseling (BK) yang mengamati kemampuan umum siswa tersebut. Kriteria kelompok tinggi, sedang, dan rendah didasarkan pada kemampuan rata-rata sehari-hari dalam belajar matematika menurut informasi guru matematika kelas VIII masing-masing kelas dan guru BK. Jadi tidak didasarkan pada nilai rapor semester sebelumnya.

Banyak subjek yang dipilih untuk setiap tingkat minimal 2 orang. Ditentukan minimal 2 subjek, dengan pertimbangan bahwa metode analisis data yang digunakan metode perbandingan tetap (the constant comparative method). Karena pemilihan subjek ini bersifat “snowball”, artinya pemilihan subjek berikutnya dilakukan setelah didapat hasil analisis dari subjek sebelumnya, kemudian jika tidak ada subjek yang menempati suatu tingkat, maka dilakukan berulang-ulang sampai didapat subjek tersebut.

(5)

61 3. Prosedur Penelitian.

Prosedur penjenjangan tingkat berpikir kreatif ini mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.

a. Merumuskan teori awal (draf tingkat berpikir kreatif) berdasar kajian teori. Draf tersebut kemudian diimplementasikan pada siswa dengan menggunakan masalah divergen (jawaban maupun cara penyelesaian). Pada survei ini tidak dilakukan wawancara kepada siswa. Hasil ini cukup membuktikan adanya tingkat dalam TBK. b. Memvalidasi draf tingkat berpikir kreatif pada ahli untuk mengetahui validitas isi dan

konstruk teori yang dikembangkan.

c. Melakukan pra-penelitian untuk membuktikan keberadaan tingkat berpikir kreatif sekaligus melakukan ujicoba instrumen dalam rangka pengembangan instrumen pendamping penelitian yang berupa tugas tertulis (pemecahan masalah dan pengajuan masalah) dan pedoman wawancara. Subjek penelitian dipilih adalah siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan sedang menurut pengamatan guru masing-masing kelas, dan mampu mengkomunikasikan pikirannya secara lisan dan tulisan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara berbasis tugas, yaitu siswa diberikan tugas yang memuat pemecahan masalah dan pengajuan masalah dan diberikan waktu untuk menyelesaikannya. Setelah itu, subjek diwawancarai berdasar pekerjaan yang dilakukan dengan jawaban sebelumnya tidak diperlihatkan. Triangulasi diberikan dengan cara memberi tugas lain yang serupa dan juga melakukan wawancara.

d. Merevisi draf tingkat berpikir kreatif berdasar hasil pra penelitian, pengamatan ketika penelitian, pendapat ahli-ahli, dan penelitian yang pernah dilakukan. Rumusan teori yang baru ini dinamakan perbaikan tingkat berpikir kreatif. Teori tersebut merupakan

teori hipotetik yang dikembangkan pada penelitian ini.

e. Melakukan pengambilan data untuk mengetahui keberadaan (eksistensi) tingkat kemampuan berpikir kreatif dalam matematika sesuai dengan teori hipotetik yang dibuat dan mengetahui proses berpikir kreatif untuk tiap tingkat. Jika terdapat siswa pada tiap tingkat berpikir kreatif itu, maka validitas empirik terpenuhi.

f. Melakukan analisis dengan metode perbandingan tetap untuk mengetahui reliabilitas penjenjangan kemampuan berpikir kreatif yang dirumuskan.

(6)

62 Tingkat

Kemampuan Berpikir Kreatif

Karakteristik Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif TKBK 4

(Sangat Kreatif)

Siswa mampu menyelesaikan suatu masalah dengan lebih dari satu alternatif jawaban maupun cara penyelesaian dan membuat masalah yang berbeda-beda (”baru”) dengan lancar (fasih) dan fleksibel. Dapat juga siswa hanya mampu mendapat satu jawaban yang ”baru” (tidak biasa dibuat siswa pada tingkat berpikir umumnya) tetapi dapat menyelesaikan dengan berbagai cara (fleksibel). Siswa cenderung mengatakan bahwa membuat soal lebih sulit daripada menjawab soal, karena harus mempunyai cara untuk penyelesaiannya. Siswa cenderung mengatakan bahwa mencari cara yang lain lebih sulit daripada mencari jawaban yang lain.

TKBK 3 (Kreatif)

Siswa mampu membuat suatu jawaban yang ”baru” dengan fasih, tetapi tidak dapat menyusun cara berbeda (fleksibel) untuk mendapatkannya atau siswa dapat menyusun cara yang berbeda (fleksibel) untuk mendapatkan jawaban yang beragam, meskipun jawaban tersebut tidak ”baru”. Selain itu, siswa dapat membuat masalah yang berbeda (”baru”) dengan lancar (fasih) meskipun cara penyelesaian masalah itu tunggal atau dapat membuat masalah yang beragam dengan cara penyelesaian yang berbeda-beda, meskipun masalah tersebut tidak ”baru”. Siswa cenderung mengatakan bahwa membuat soal lebih sulit daripada menjawab soal, karena harus mempunyai cara penyelesaiannya. Siswa cenderung mengatakan bahwa mencari cara yang lain lebih sulit daripada mencari jawaban yang lain.

TKBK 2 (Cukup Kreatif)

Siswa mampu membuat satu jawaban atau membuat masalah yang berbeda dari kebiasaan umum (”baru”) meskipun tidak dengan fleksibel ataupun fasih, atau siswa mampu menyusun berbagai cara penyelesaian yang berbeda meskipun tidak fasih dalam menjawab maupun membuat masalah dan jawaban yang dihasilkan tidak ”baru”. Siswa cenderung mengatakan bahwa membuat soal lebih sulit daripada menjawab soal, karena belum biasa dan perlu memperkirakan bilangannya, rumus maupun penyelesaiannya. Cara yang lain dipahami siswa sebagai bentuk rumus lain

TKBK 1

(Kurang reatif)

Siswa mampu menjawab atau membuat masalah yang beragam (fasih), tetapi tidak mampu membuat jawaban atau membuat masalah yang berbeda (baru), dan tidak dapat menyelesaikan masalah dengan cara berbeda-beda (fleksibel). Siswa cenderung mengatakan bahwa membuat soal tidak sulit (tetapi tidak berarti mudah) daripada menjawab soal, karena tergantung pada kerumitan soalnya. Cara yang lain dipahami siswa sebagai bentuk rumus lain yang ditulis “berbeda”. Soal yang dibuat cenderung bersifat matematis dan tidak mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

TKBK 0 (Tidak Kreatif)

Siswa tidak mampu membuat alternatif jawaban maupun cara penyelesaian atau membuat masalah yang berbeda dengan lancar (fasih) dan fleksibel. Kesalahan penyelesaian suatu masalah disebabkan karena konsep yang terkait dengan masalah tersebut (dalam hal ini rumus luas atau keliling) tidak dipahami atau diingat dengan benar. Siswa cenderung mengatakan bahwa membuat soal lebih mudah daripada menjawab soal, karena penyelesaiannya sudah diketahui. Cara yang lain dipahami siswa sebagai bentuk rumus lain yang ditulis “berbeda”.

C. Hasil Penelitian

1. Perbandingan Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif

Hasil penelitian ini akhirnya menghasilkan penjenjangan kemampuan berpikir kreatif dalam memecahkan dan mengajukan masalah matematika yang valid dan reliabel, seperti ditunjukkan pada Tabel berikut.

(7)

63 Tahap

TKBK Mensintesis ide Membangun ide Merencanakan Penerapan Menerapkan ide

TKB K4

Ide berdasar rumus, bilangan- bilangan sebagai ukuran, gambar, dan macam-macam bangun datar yang diketahui. Pernah melakukan kesalahan, karena kurang hati- hati. Sumber ide berdasar pengalaman belajar di kelas (termasuk pelajaran lain) dan pengalaman dilingkungannya sehari-hari.

Mencari rumus dan bilangan yang mudah. Pertim- bangannya bersifat konseptual dan intuitif (perasaan). Produktif dan lancar memunculkan idenya. Mengalami kesulitan tetapi dapat mengatasinya.

Pernah melakukan kesalahan, tetapi dapat menjawab soal maupun membuat soal yang bebeda (”baru“), dengan fasih dan fleksibel. Siswa cenderung yakin dan tertantang mengerjakan tugas yang diberikan, serta cepat dan segera memperbaiki jawabnnya dengan tepat.

TKB K3

Ide berdasar rumus bangun datar, bilangan-bilangan sebagai ukurannya, gambar, dan macam-macamnya. Siswa tidak melakukan kesalahan dalam menyelesaikan masalah. Sudah memperhatikan konteks soal yang dibuat. Sumber ide dari pengalaman belajar di kelas, tetapi dapat membuat soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Mencari rumus dan bilangan- bilangan yang mudah Pertimbangann ya bersifat konseptual. Kurang produktif dalam memunculkan idenya. Karena merasa belum pernah diajarkan a kesulitan rumus luas atau keliling bangun datar.

Tidak banyak melakukan kesalahan. Terdapat kesalahan pada mencari cara yang berbeda dari sebelumnya. Siswa cenderung kurang yakin tetapi dapat memperbaiki jawaban dengan cukup cepat dan tepat.

TKB K2

Ide berdasar rumus bangun datar, bilangan-bilangan sebagai ukuran- ukurannya dan gambarnya Menghasilkan jawaban atau membuat soal yang kadang salah. Sudah ada siswa yang

memperhatikan konteks soal yang dibuat.

Sumber ide dari pengalaman belajar di kelas. Mencari rumus dan bilangan- bilangan yang mudah. Pertimbangan bersifat konseptual dan intuitif (perasaan).. Kurang produktif dalam memunculkan idenya. Karena kesulitan mencari cara lain dalam memecahkan maupun membuat soal.

Melakukan kesalahan dalam menjawab soal maupun membuat soal yang divergen. Siswa cenderung kurang yakin dan tidak dengan cepat dan tepat memperbaiki jawaban atau soal yang dibuat.

TKB K1

Ide berdasar rumus bangun datar, bilangan-bilangan sebagai ukuran- ukuran, dan gambarnya yang diketahui.

Menghasilkan jawaban atau membuat soal yang kadang salah. Sumber ide dari pengalaman belajar di kelas. Mencari rumus yang mudah. Pertimbangann ya bersifat konseptual dan intuitif (perasaan). Tidak produktif dalam memunculkan idenya. Karena kesulitan mencari cara lain dalam memecahkan maupun membuat soal.

Melakukan kesalahan dalam menjawab soal maupun membuat soal yang divergen. Siswa cenderung kurang

yakin dan tidak dengan cepat dan tepat

memperbaiki jawaban atau soal yang dibuat.

TKB K0

Ide berdasar rumus bangun datar dan jenisnya. Menghasilkan jawaban benar yang mudah atau melakukan kesalahan karena kemampuan kurang. Soal yang dibuat benar tetapi mudah atau salah satu dari soal atau

penyelesaiannya salah. Sumber ide dari pengalaman belajar di kelas, tetapi terbatas yang mudah diingat.

Mencari rumus dan bilangan yang mudah. Cenderung mudah secara praktis dan kurang secara konseptual.

Tidak lancar dan tidak produktif dalam memunculkan idenya. Karena kesulitan mengingat rumus bangun datar lain.

Hasil jawaban atau soal yang dibuat sering salah atau benar tetapi terlalu sedeerhana. Siswa cenderung kurang yakin terhadap hasil yang dibuat dan tidak cepat dan tepat memperbaiki jawaban atau soal yang dibuat. 2. Tahap Berpikir Kreatif Siswa pada Tiap Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif

Tahap berpikir kreatif dalam penelitian ini mengikuti tahapan berpikir yang terdiri dari tahap mensintesis ide-ide, membangun suatu ide, kemudian merencanakan dan menerapkan ide tersebut. Dalam proses ini subjek berusaha untuk menghasilkan sesuatu (produk) yang “baru” secara fasih (fluency) dan fleksibel. Tetapi karena kemampuan dan latar belakang pengetahuannya tidak semua siswa dapat menghasilkan produk itu.

Tabel berikut menunjukkan hasil identifikasi tahap berpikir kreatif siswa untuk tiap tingkat kemampuan berpikir kreatif.

(8)

64

D. Simpulan

Berdasar hasil analisis data yang mengacu pada pertanyaan penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Perumusan penjenjangan kemampuan berpikir kreatif yang mengikuti tahap-tahap: (a) merumuskan draf tingkat berpikir kreatif, (b) memvalidasi draf tersebut, (c) pra-penelitian, (d) merevisi draf tingkat berpikir kreatif dengan mengajukan teori hipotetik yang baru (perbaikan tingkat berpikir kreatif), (e) melakukan pengambilan data, (f) melakukan analisis dengan metode perbandingan tetap, dan (g) menuliskan teori, menghasilkan penjenjangan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam memecahkan dan mengajukan masalah matematika yang valid dan reliabel, sebagai berikut.

2. Tahap berpikir kreatif siswa mengikuti tahapan berpikir yang terdiri dari tahap mensintesis ide-ide, membangun suatu ide, kemudian merencanakan penerapan ide dan menerapkan ide tersebut.

Pada tahap mensintesis ide, ide dari siswa pada TKBK 0 masih sederhana, yaitu dari rumus dan jenis (gambar) bangun datar, sedang pada TKBK berikutnya semakin kompleks berdasar ide bilangan-bilangan sebagai ukuran, gambar dan macam-macam bangun datar untuk disusun atau digabung menjadi bangun lain. Sumber ide mulai dari TKBK 0 sampai TKBK 3 masih tidak melibatkan pengalaman sehari-hari, sedang pada TKBK 4 sudah menggunakan pengalaman sehari-hari.

Pada tahap membangun ide, siswa pada semua tingkat cenderung mencari rumus maupun bilangan yang mudah dan diketahui. Pada TKBK 0, siswa cenderung mencari yang “mudah” secara praktis daripada secara konseptual. Pada TKBK 1 sampai TKBK 4, pertimbangannya selain konseptual juga intuitif (berdasar perasaan). Pertimbangan intuitif itu, misalkan siswa mengharuskan tinggi atau alas yang dibuat lebih panjang atau lebih pendek daripada yang lainnya. Kemudian, kalimat suatu soal yang dibuatnya tidak terlalu panjang.

Pada tahap merencanakan penerapan ide, siswa pada TKBK 0 tidak lancar dan tidak produktif memunculkan ide, sedang pada TKBK 1 sudah cukup lancar yang dibuktikan dengan kefasihan dalam memecahkan maupun mengajukan masalah, tetapi tidak produktif memunculkan ide. Siswa pada TKBK 2 dan TKBK 3 kurang produktif karena masih mengalami kesulitan-kesulitan yang ditunjukkan dari kesalahan yang

(9)

65

dibuat. Siswa pada TKBK 4 sudah produktif memunculkan ide untuk memecahkan maupun mengajukan masalah.

Pada tahap penerapan ide, siswa pada semua tingkat pernah mengalami kesalahan. Siswa pada TKBK 0 sampai TKBK 2 cenderung kurang yakin dan tidak dengan cepat dan tepat memperbaiki ide yang salah. Siswa pada TKBK 3 sudah cukup cepat dan tepat memperbaiki idenya, meskipun masih kurang yakin terhadap jawaban yang dibuat. Sedang siswa pada TKBK 4 sudah cepat dan tepat memperbaiki idenya dan yakin dengan jawaban tugasnya sendiri.

Daftar Pustaka

Barak, Moses. & Doppelt, Yaron. (2000). Using Portfolio to Enhance Creative Thinking. The Journal of Technology Studies Summer-Fall 2000, Volume XXVI, Number 2. . http://scholar.lib.vt.edu/ejournals. Download 27 April 2012

Pehkonen, Erkki (1997). The State-of-Art in Mathematical Creativity.

http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm ZDM Volum 29 (June 1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X. Download 6 April 2012

Gambar

Tabel : Penjenjangan Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif
Tabel berikut menunjukkan hasil identifikasi tahap berpikir kreatif siswa untuk tiap tingkat  kemampuan berpikir kreatif

Referensi

Dokumen terkait

Partisipan dalam penelitian ini baik yang tinggal di rumah maupun di panti, ada yang mengatakan bahwa kematian adalah sesuatu yang tidak bisa ditolak, ada yang

terhadap hasil belajar siswa laki-laki dan perempuan. H 0 : Penerapan pembelajaran berdasarkan tahap berfikir Van Hiele tidak efektif. terhadap hasil belajar siswa laki-laki

masyarakat desa yang kurang mampu, hal tersebut mengurangi penduduk kumuh di kabupaten bandung, kemudian air dan kakus, merupakan suatu program yang akan menyelesaikan

Berdasarkan berbagai kerangka landasan hukum, pemikiran dan tantangan, fenomena yang akan dihadapi di masa mendatang, serta visi LPPM Unisri untuk menjadi lembaga

K arakteristik utama yang kelima dari persekutuan adalah participation in partnership profit maka laba rugi persekutuan harus dibagi kepada para sekutu secara adil, artinya adil

The good m anager is aggressive, com petitive, firm and ju st... The lower the score the more androgynous

RAPAT – RAPAT PARIPURNA APBD TAHUN 2013 PADA KANTOR DPRD KABUPATEN MUSI BANYUASIN.. PENYEDIAAN BELANJA MAKAN MINUM

[r]