• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal AKUMABIS Volume I, Edisi 2 ISSN: ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal AKUMABIS Volume I, Edisi 2 ISSN: ABSTRAK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK DAN RETRIBUSI

DAERAH SERTA PERANANYA DALAM PENERIMAAN DAERAH

KOTA JAMBI PERIODE 1998-2008

(The Analyse Governmental Invesment In Improving Growth of Economic of

Batang Hari Regency of Period 1998-2008. )

Ir. H. ABDUL RASYID,M.E NOVIARDI FERZI, S.E, M.M

STAFF KHUSUS MENTERI KOORDINATOR PEREKONOMIAN DAN PENGAJAR STIE JAMBI

Email : [email protected], [email protected] ABSTRAK

Analisis Investasi Pemerintah Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomii Kabupaten Batang Hari Periode 1998-2008, Penelitian ini bertujuan 1) Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi investasi pemerintah Kabupaten Batang Hari Periode 1998-2008. 2) Untuk mengetahui dampak investasi pemerintah terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Batang Hari periode 1998-2008. 3) Untuk mengetahui pengaruh investasi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Batang Hari periode 1998-2008. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data sekunder berdasarkan waktu (time series), dengan teknik analisis deskriftif dan kuantitatif, yaitu regression berganda dan regression sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus, Bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak serta PAD secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap investasi pemerintah di Kabupaten Batang Hari. DAU/DAK dan BHP/BHBP secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap investasi pemerintah, sementara PAD meskipun berpengaruh positif namun memiliki pengaruh yang tidak signifikan 2) Investasi pemerintah secara parsial berpengaruh positif dan nyata terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Batang Hari. 3) Investasi pemerintah secara parsial berpengaruh positif dan nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Batang Hari.

(2)

ABSTRACT

This research aim to 1) To know factor any kind of influencing governmental invesment of Batang Hari Regency of Period 1998-2008 2) To know impact of governmental invesment to absorbtion of labour ini Batang Hari Regency of period 1998-2008 3) To know influence of governmental invesment to economic growth in Batang Hari Regency of period 1998-2008. Method of Research used in analysis of data sekunder pursuant to time ( time series), with technique analyse deskriftif and quantitative, that is multiple regression and simple regression .

Result was conducted 1) Fund of publik Allocation and Fund of Special Allocation, Sharing holder of Iease and sharing holder of non Iease and also PAD together own influence which are positive and signifikan to governmental invesment in Batang Hari Regency . DAU/DAK And BHP/BHBP by parsial have an effect on by significant to governmental invesment, whereas PAD though have an effect on positive but own influence which not significant 2) Governmental invesment by parsial have an effect on real and positive to absorbtion of labour in Batang Hari Regency 3) Governmental Invesment by parsial have an effect on real and positive to economic growth [in] Batang Hari Regency.

Key Word : Investasi, Deskritif dan Kuantitatif I. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Penelitian

Kemampuan pendanaan dari suatu daerah untuk membiayai kegiatannya dalam melaksanakan pembangunan daerah dan pelayanan kepada masyarakat merupakan hal yang sangat vital, oleh karena itu otonomi daerah tanpa ditunjang oleh kemampuan dalam bidang pendanaan adalah sangat tidak mungkin untuk dapat berjalan dengan baik. Dana yang sangat besar diperlukan untuk membayar belanja pegawai, dan juga segala bentuk pembiayaan lainnya yang biasanya diwujudkan dalam bentuk proyek.

Pemerintah Kota Jambi sangat menyadari bahwa ketergantungan pemerintah Kota terhadap pemerintah pusat pada gilirannya akan menghilangkan kemandirian daerah. Oleh karena itu tidak ada jalan lain terus berupaya meningkatkan PAD dan melihat secara jeli peluang-peluang yang dapat dijadikan sumber penerimaan daerah.

Selama periode 2000-2008 PAD Kota Jambi menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat. Untuk lebih jelasnya gambaran perkembangan PAD Kota Jambi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.1. Realisasi Penerimaan PAD kota Jambi Tahun 2000-2008 (Dalam Jutaan Rupiah) Jenis Penerimaan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Pajak 4,280 5.257 6,420 83712 11,600 17.221 19.254 20.581 20581 Retribusi 5,029 7.760 9,582 11.657 9,473 15.040 16.608 17.309 17309 Laba BUMD 350 886 750 634 800 758 832 1.146 1,.46 Pendapatan Lainnya yang sah 850 1.186 1,494 2.409 1,687 2.926 6.628 6.380 6485 Jumlah 10,509 15.091 18,796 23.414 23,560 35.947 43.323 45.418 45524 Sumber : DPKAD Kota Jambi Tahun 2008

(3)

Berdasarkan tabel di atas tergambar bahwa selama periode 2000-2008 PAD di Kota Jambi menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Peningkatan yang sangat pesat PAD Kota Jambi diantaranya disebabkan oleh komponen pajak daerah. Sebagai gambaran pada tahun 2000 pajak daerah menyumbang sebesar Rp. 5,280 Milyar terhadap PAD, sementara pada tahun 2008 sudah mencapai Rp. 24,441 Milyar. Begitu juga dengan retribusi daerah, pada tahun 2000 menyumbang sebesar Rp. 2,211 Milyar, kemudian mengalami peningkatan menjadi Rp. 12.332 Milyar. Melihat perkembangan yang cenderung meningkat selama 9 tahun terakhir menunjukkan bahwa kedua komponen penerimaan daerah memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan lebih lanjut.

Adanya keinginan yang kuat dari pemerintah pusat agar daerah lebih mandiri dalam membiayai pembangunannya dituangkan dalam kebijakan pemerintah pusat, seperti Undang-undang No. 34 Tahun 2000 Tentang pajak dan retribusi daerah, dan Undang-undang yang terbaru adalah Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, yang baru saja ditetapkan pada tanggal 19 Agutus 2009 yang lalu.

Berdasarkan uraian di atas, maka dipandang perlu untuk mengadakan penelitian yang lebih mendalam tentang penerimaan pajak di Kota Jambi, yang dituangkan dalam sebuah penelitian dengan judul “Analisis Potensi Penerimaan Pajak Dan Retribusi Daerah Serta Perannya Dalam Pembiayaan Pembangunan Kota Jambi Periode 1998-2008”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana perkembangan dan kontribusi komponen penerimaan pajak dan retribusi daerah terhadap total pajak dan retribusi daerah Kota Jambi?

2. Komponen Pajak dan retribusi daerah apa saja yang sangat berpotensi dikembangkan di Kota Jambi ?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi total penerimaan pajak dan retribusi daerah di Kota Jambi ?

1.3. Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis :

1. Untuk mengetahui perkembangan dan kontribusi komponen penerimaan pajak dan retribusi daerah terhadap total pajak dan retribusi daerah Kota Jambi.

2. Untuk mengetahui Komponen Pajak dan retribusi daerah apa saja yang sangat berpotensi dikembangkan di Kota Jambi.

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi toal penerimaan pajak dan retribusi daerah di Kota Jambi.

1.4. Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan dan dinamikan ilmu ekonomi, khususnya ekonomi publik dan sebagai bahan kajian bagi penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan pajak di Kota Jambi.

2. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah Kota Jambi dalam merumuskan kebijakan-kebijakan pengelolaan dan peningkatan penerimaan keuangan daerah dari penerimaan pajak dan retribusi daerah yang optimal

(4)

II. Tinjauan Teoritis

2.1 Keuangan Negara dan Daerah

Nisjar dalam Basri dan Subri (2003) keuangan negara adalah semua hak yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan hak-hak tersebut. Di sisi lain Syamsi (1986) mendefinisikan keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu (baik uang maupun barang) yang menjadi kekayaan negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

Menurut Soeparmoko (1989) yang dimaksud dengan anggaran (budget) atau keuangan negara ialah suatu daftar atau pernyataan yang terperinci tentang penerimaan dan pengeluaran negara yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu, yang biasa adalah satu tahun. Ada budget yang disusun berdasarkan atas tahun kalender yaitu mulai tanggal 1 Januari dan ditutup pada tanggal 31 Desember dari tahun yang bersangkutan, tetapi ada pula yang tidak dimulai pada tanggal 1 Januari dan diakhiri bukan tanggal 31 Desember. Sejak tahun 1969 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia dimulai pada tanggal 1 April dan berakhir pada tanggal 31 Maret tahun berikutnya. Namun pada tahun 2000 anggaran disusun berdasarkan tahun kelender.

Mengingat tugas dan fungsi pemerintah daerah yang secara kualitatif dan kuantitatif terus meningkat, konsekwensinya menuntut dana yang lebih besar untuk menjalankan tugas dan fungsinya. Sehingga perlu diupayakan agar daerah memiliki sumber penerimaan yang ideal yaitu sumber penerimaan yang mempunyai sifat tetap dan selalu mengalami kenaikan. Dalam arti selalu dapat diharapkan masuk ke kas negara dan mengalami kenaikan yang paralel dengan kebutuhan masyarakat (Soetrisno, 1984).

2.2 Sumber-sumber Penerimaan Daerah

Secara umum usaha-usaha penerimaan daerah tersebut dapat dicapai dengan jalan, " mendorong peningkatan ekonomi dan sosial budaya masyarakat terutama yang berkaitan dengan objek pajak dan retribusi ". (Kamaluddin, 1986 ). Sejalan dengan pendapat di atas Tjokroamijoyo (1995) menyatakan penerimaan keuangan daerah adalah sebagai berikut: 1. Dari pendapatan melalui pajak yang sepenuhnya diserahkan kepada daerah dan bukan

merupakan kewenangan pemerintah pusat.

2. Penerimaan dari jasa-jasa pelayanan daerah seperti retribusi, tarif perizinan tertentu, dan lain-lain

3. Pendapatan-pendapatan daerah yang diperoleh dari keuntungan-keuntungan perusahaan daerah.

4. Penerimaan daerah dari perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

5. Pendapatan daerah karena pemberian subsidi secara langsung atau penggunaannya ditentukan untuk daerah.

6. Bantuan pemerintah pusat yang bersifat khusus karena keadaan tertentu.

7. Penerimaan daerah yang didapat dari pinjaman-pinjaman yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

Konsep pajak dan Retribusi Daerah 2.3.1. Konsep Pajak

Pengertian atau defenisi tentang pajak telah banyak dikemukakan oleh para ahli perpajakan antara lain: Mangkoesoebroto, (2001), memberikan pengertian bahwa pajak adalah sebagai suatu pungutan yang merupakan hak prerogatif pemerintah, pungutan tersebut didasarkan pada Undang-undang, pungutannya dapat dipaksakan kepada subyek pajak yang mana tidak ada balas jasa yang langsung dapat ditunjukkan penggunaannya. Selanjutnya

(5)

Suparmoko ( 2002), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan Pajak ialah pembayaran iuran oleh rakyat kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dengan tanpa balas jasa yang secara langsung dapat ditunjuk.

2.3.2. Konsep Retribusi

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan Oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Setiap pungutan daerah harus didasarkan kepada Peraturan Daerah dan diberlakukan setelah memperoleh pengesahan pejabat berwenang. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997, retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atau karena memperoleh jasa pekerjaan / pelayanan, atau jasa usaha milik daerah, yang dipungut sesuai ketentuan yang berlaku.

Slater (1999), mencoba melihat sumber-sumber penghasilan Pemerintahan Daerah di negara Sri lanka. Lebih jauh dijelaskan sumber penerimaan terbesar dari Pemerintahan Daerah adalah dana pengembalian gaji dan penerimaan berbagai jenis jasa. Penerimaan dari Pajak, lisensi perdagangan dan denda pengadilan mencapai separuh dari total penerimaan. Di samping itu Pemerintahan Daerah menerima bantuan modal untuk beberapa proyek. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan keadaan Pemerintahan Daerah di Indonesia yang menerima dana dari Subsidi gaji, bagi hasil pajak dan bukan pajak, sumbangan dan bantuan dari pemerintahan yang lebih tinggi atau mempunyai kesamaan dengan undang-undang otonomi daerah.

2.3 Penelitian Sebelumnya

Fitriadi (1999) dari hasil penelitiannya tentang kapasitas penerimaan pajak dan kemampuan perpajakan di Provinsi dengan menggunakan alat analisis kapasitas pajak dan kemampuan perpajakan dalam hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa pendapatan perkapita, kontribusi sektor pertambangan, kontribusi sektor industri dan kontribusi sektor perdagangan berpengaruh nyata terhadap kapasitas pajak, sedangkan kontribusi sektor lainnya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kapasitas pajak.

Di sisi lain Rahmadi (1999) dalam penelitiannya yang berkaitan dengan derajat sentralisasi fiskal di Provinsi Jambi dengan menggunakan pendekatan koesifisen DS menyimpulkan bahwa pajak daerah bersifat elastis terhadap PAD Provinsi Jambi. Dimana selama periode pengamatan nilai koefisien elastisitasnya adalah sebesar 2,51

Lains (1985) meneliti keuangan dan pembangunan daerah dengan memilih Provinsi Sumatera Barat sebagai kasus dengan menggunakan analisis regresi. Dalam pelaksanaan pembangunan daerah tampak bahwa kemampuan pembiayaan dengan dana asli daerah sangat kecil. Dengan kata lain sebagian besar pembangunan daerah dibiayai oleh pemerintah pusat. Kurangnya penerimaan asli daerah antara lain karena jenis-jenis pajak daerah yang menjadi hak daerah kurang potensial. Ia menyarankan perlu adanya desentralisasi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta sistem perpajakan, yaitu dengan pemberian wewenang yang lebih besar kepada pemerintah daerah.

Hasibuan (1991) membahas masalah yang berkaitan dengan keuangan daerah dengan menggunakan pendekatan angka perbandingan, antara lain melihat peranan PAD dengan penerimaan rutin. Sekitar 159 Kabupaten/Kota peranan PAD-nya adalah 25% dari penerimaan rutin, sebanyak 47 Kabupaten/Kota peranan PAD-nya kurang dari 10%. Lebih lanjut Devas et.al (1989) yang meneliti tentang keuangan pemerintah daerah di Indonesia, mengemukakan bahwa dalam garis besarnya penerimaan daerah (termasuk pajak yang diserahkan) hanya mampu menutup 1/5 dari pengeluaran daerah. Dries (1958) dalam bahasannya tentang keseimbangan distribusi sumber-sumber pendapatan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

(6)

Daerah, menyarankan dalam penetapan bantuan kepada pemerintah daerah, pemerintah pusat perlu memperhatikan ; a) tiap daerah menerima bantuan berdasarkan kepada bantuan rutin yang harus dibiayai dikurangi dengan penrimaan asli daerah dan, b) tiap daerah menerima bantuan berdasarkan sejumlah yang tidak dapat dipenuhi oleh penerimaan asli daerah terhadap pembiayaan yang penting dan mendesak, seperti pembiayaan kesehatan, irigasi, komunikasi dan lain-lain.

Studi empiris Nanga (1991), dengan menggunakan analisa regresi dan korelasi tingkat perkembangan ekonomi daerah dan bantuan pemerintah pusat terhadap derajat ekonomi fiskal daerah di Kabupaten Malang, Probolinggo dan Trenggalek, disimpulkan bahwa kedua faktor tersebut secara serempak berpengaruh positif terhadap derajat otonomi daerah. Pernyataan ini juga diperkuat oleh Radianto (1997) bahwa hasil penelitian yang dilakukan terhadap Kabupaten/Kota di Maluku, menyimpulkan bahwa tingkat perkembangan ekonomi dan bantuan pemerintah pusat baik jangka pendek maupun jangka panjang masing-masing variabel tersebut mempunyai pengaruh positif terhadap derajat otonomi daerah.

2.5 Kerangka Pemikiran

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah sebagai revisi dari Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 telah memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya bagi daerah untuk mengatur dan mengelola sendiri daerahnya sesuai dengan potensi dan sumberdaya yang mereka miliki.

Kemampuan merealisasikan target dan efisien dalam pengelolaan pajak dan retribusi daerah akan dapat dilakukan dengan optimal apabila diketahui potensi pajak dan retribusi daerah. Potensi pajak dan retribusi daerah pada prinsipnya adalah kemampuan pajak dan retribusi daerah yang seharusnya diterima namun belum dapat dioptimalkan pemungutannya. Potensi pajak dan retribusi daerah akan dapat dioptimalkan penerimaannya apabila pemerintah dengan bersungguh-sungguh untuk mengoptimalkan pemungutannya, kemampuan tersebut diistilahkan degan tax effort . Tax effort mencerminkan usaha pemerintah dalam mendorong peningkatan penerimaan pajak dan retribusi daerah dengan memperhatikan potensi ekonomi masyarakat.

Secara skematis kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan sebagai berikut :

PAD

Retribusi

Sumber Penerimaan Daerah

Pinjaman Daerah

Pajak BUMD Penerimaan Lainnya

- Elastisitas Pajak dan

- Retribusi daerah Perkembangan dan

Kontribusi komponen Dana

Perimbangan Lain-lain penerimaanyang sah

Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan total pajak dan retribusi

(7)

2.6 Hipotesis

Seperti telah dikemukakan pada landasan teori, studi sebelumnya dan kerangka pemikiran maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Di duga pajak dan retribusi daerah bersifat elastis terhadap PDRB dan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber penerimaan daaerah.

2. Di duga PDRB berdasarkan harga konstan, jumlah hotel, jumlah restoran, jumlah bioskop, jumlah papan billboard, jumlah travo lampu penerangan jalan dan jumlah perusahaan penambang galian C berpengaruh positif terhadap penerimaan total pajak daerah Kota Jambi

3. Di duga PDRB berdasarkan harga konstan, jumlah luas areal parkir, jumlah wajib retribusi kebersihan berpengaruh positif terhadap penerimaan total retribusi daerah Kota Jambi

III. Metodologi Penelitian 3.1.Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kepustakaan (library research) yaitu mempelajari berbagai literatur yang terkait erat dengan penelitian ini seperti : Buku-buku, majalah, brosur dan laporan yang diterbitkan oleh berbagai instansi.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa rangkaian masa (time series) selama kurun waktu tahun anggaran 1998 – 2008, yang terdiri dari data : 1. Total Pendapatan Daerah

2. PAD Kota Jambi

3. Pajak dan retribusi daerah Kota Jambi Data-data tersebut bersumber dari: 1. Badan pusat Statistik (BPS) Kota Jambi 2. Dinas Pendapatan Daerah Kota Jambi 3. Bagian Keuangan Setda Kota Jambi 3.3. Metode Analisis

3.3.1. Analisis Deskriftif

Teknik analisis deskriftif digunakan untuk melihat fenomena dan berbagai kebijakan dibidang pajak daerah selama periode penelitian. Untuk mengetahui perkembangan/ pertumbuhan pertahun maka digunakan rumus sebagai berikut (Kakisina dan Rumansara, 2000)

(Pn - P0)

rn = X 100%

P0

Dimana:

rn = Pertumbuhan penerimaan pajak daerah tahun ke-n

Pn = Data Tahun ke –n

P0 = Data tahun awal

3.3.2. Analisis Kuantitatif

Untuk menjawab tujuan penelitian kedua, yaitu menganalisis pajak dan retribusi daerah yang berpotensi, dengan formulasi : (Kakisina dan Rumansara, 2000)

% tI

ETi =

(8)

Dimana ;

ETi = Elastisitas penerimaan pajak daerah kei (kualifikasi potensi)

I = Persentase Perubahan jenis pajak ke i

i= Persentase perubahan Pendapatan daerah (PDRB Perkapita harga konstan)

Keputusan : Bila ETi > 1 berarti memiliki potensi untuk dikembangkan.

Untuk menjawab tujuan penelitian ke tiga atau untuk mengukur dan menghitung faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak dan retribusi daerah, digunakan model regresi berganda. Adapun model faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak Kota Jambi , yaitu sebagai berikut

Yt= b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X6+ b6X6+ b7X7+ e ... (1)

Dimana :

Yt = Penerimaan Total Pajak Daerah

X1 = PDRB berdasarkan harga konstan 2000

X2 = Jumlah Hotel

X3 = Jumlah Restoran

X4 = Jumlah Bioskop

X5 = Jumlah Papan Bilboard

X6 = Jumlah Trafo PLN

X7 = Jumlah Perusahaan penambang Galian C

e = Faktor Kesalahan (error term)

Sementara untuk menghitung faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan retribusi daerah, digunakan model regresi berganda, dengan persamaan sebagai berikut YR= b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e ... ... (2)

Dimana :

Yt = Penerimaan Total Pajak Daerah

X1 = PDRB berdasarkan harga konstan 2000

X2 = Luas Areal Parkir

X3 = Jumlah Wajib Retribusi Kebersihan

e = Faktor Kesalahan (error term) 3.4. Pengujian Hipotesis

1. Uji Simulthan (F)

Untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis kedua yang mampu menerangkan hubungan seluruh variabel sekaligus, digunakan uji F, bila F hitung lebih besar dari F tabel berarti Ho di tolak, ini menunjukkan bahwa variabel Xi mampu digunakan untuk memprediksi nilai Y, nilai F dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

(n-k) / R2 F = (k-1) / (1-r2) dimana : R2 = Koefisien determinasi k = Jumlah Parameter n = Jumlah sampel k –1 = Derajat kebebasan n –k = Derajat kebebasan 2. Uji Parsial (t)

Untuk menguji apakah secara individu masing-masing variabel independent berpengaruh secara digunakan uji t. Nilai “ t ” hitung ( t test) diperoleh dengan rumus:

(9)

i t ( hitung )

Se ( i ) Dimana

i Koefisien regresi hasil estimasi Se ( i ) Simpangan baku i

Kriteria pengujian, bila nilai t hitung yang diperoleh lebih besar atau sama dengan t tabel maka hipotesa nol ditolak. Berarti variabel independent mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependent, bila nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel berarti hipotesa nol diterima dan hipotesa alternatif ditolak, ini berarti tidak ada pengaruh variabel independent secara parsial terhadap variabel depedent pada tingkat keyakinan tertentu.

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1 Perkembangan dan Kontribusi Pajak dan Retribusi Daerah terhadap PAD di Kota Jambi

Undang-Undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah, menyebutkan bahwa sumber-sumber penerimaan daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah adalah dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan penerimaan yang berasal dari daerah sendiri yang terdiri dari ; (1) hasil pajak daerah; (2) hasil retribusi daerah; (3) hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; (4) lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, diharapkan dapat menjadi Penyangga dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintah daerah. Dengan makin banyak kebutuhan daerah dapat dibiayai oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) maka makin tinggi pula tingkat kualitas otonomi daerah, juga makin mandiri dalam bidang keuangan daerahnya.

a. Pengujian Hipotesis Secara bersama-sama (Uji F) dan Secara parsial (Uji T) 1) Pengujian Secara bersama-sama (Uji F)

Berdasarkan hasil pengujian sebagaimana terlampir pada lampiran 3 diperoleh nilai F hitung untuk model penerimaan total retribusi daerah Kota Jambi sebesar 29,206, sementara nilai F tabel dengan tingkat keyakinan sebesar 95% DF = n-k diperoleh sebesar 4,07, dengan demikian maka nilai Fhitung lebih besar dari nilai F tabel. Artinya secara bersama-sama PDRB, luas areal parkir, dan jumlah wajib retribusi kebersihan berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan total retribusi daerah di Kota Jambi.

2) Pengujian Secara Parsial (Uji T)

Berdasarkan hasil pengujian sebagaimana dilampirkan pada lampiran 3 diperoleh nilai-nilai t hitung untuk model persamaan pnerimaan total retribusi daerah kota Jambi sebagai berikut

(10)

Tabel 4.46. Nilai T Hitung Pada Model Penerimaan Total Pajak Daerah di Kota Jambi

Variabel Nili T hitung

Nilai T tabel DF= n-k-1

= 95 % X1 = PDRB berdasarkan harga

konstan 2000 X2 = Luas Areal Parkir

X3 = Jumlah Wajib Retribusi

Kebersihan 1,602 2,192 0,292 1,89 Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan tabel 4.46 tergambar bahwa nilai t hitung yang positif dan memiliki nilai di atas t tabel hanya variabel luas areal parkir, sementara nilai t hitung untuk variabel PDRB (1,602) dan variabel Jumlah wajib retribusi (0,292) berada di bawah nilai t hitung. Hal ini berarti secara parsial variabel yang memiliki pengaruh nyata terhadap peningkatan penerimaan total retribusi daerah adalah luas areal parkir. Hal ini disebabkan karena retribusi daerah merupakan komponen penyumbang terbesar terhadap penerimaan total retribusi daerah di Kota Jambi.

b. Koefisien Determinasi (R2) dan Korelasi (R)

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,894. Hal ini berarti besar kecilnya variasi penerimaan total retribusi daerah mampu dijelaskan oleh PDRB, luas areal parkir dan jumlah wajib retribusi daerah sebesar 89,4 persen, sementara sisanya sebesar 10,6 persen dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam model penelitian penerimaan total retribusi daerah.

Nilai koefisien korelasi diperoleh sebesar 0,962. Hal ini berarti nilai koefisien korelasi mendekati hubungan yang sempurna, dengan kata lain terdapat hubungan yang sangat kuat antara PDRB, jumlah luas areal parkir dan jumlah wajib retribusi terhadap penerimaan total retribusi daerah di Kota Jambi.

V. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Secara rata-rata selama periode 1998-2008 laju peningkatan penerimaan pajak daerah Kota Jambi adalah sebesar 41,36 persen. Selama periode 1998-2008 PAD Kota Jambi mengalami peningkatan sebesar 25,98 persen . Secara rata-rata selama periode 1998-2008 kontribusi pajak daerah terhadap PAD Kota Jambi adalah sebesar 16,20 persen . selama periode 1998-2008 laju pertumbuhan rata-rata jenis penerimaan pajak daerah di Kota Jambi tertinggi diduduki oleh pajak penerangan jalan, yaitu sebesar 46,14 persen , kemudian disusul oleh pajak bahan tambang galian C sebesar 30,51 persen dan pajak reklame sebesar 27,15 persen. Kontribusi terhadap penerimaan total pajak daerah di Kota Jambi menempatkan pajak penerangan jalan berada pada posisi teratas, yaitu sebesar 44,33 persen , kemudian disusul oleh pajak restoran sebesar 15,25 persen dan peringkat ke tiga adalah pajak reklame rata-rata sebesar 13,64 persen. Selama periode 1998-2008 penerimaan retribusi di Kota Jambi menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat. Secara rata-rata laju pertumbuhan penerimaan tertinggi adalah jenis retribusi IMB, yaitu

(11)

sebesar 54,16 persen , kemudian disusul oleh jenis penerimaan Retribusi parkir sebesar 12,64 per`sen dan retribusi kebersihan sebesar 12,56 persen. kontribusi rata-rata tertinggi jenis penerimaan retribusi daerah menempatkan Retribusi Kebersihan sebagai penyumbang tertinggi, yaitu sebesar 22,97 persen , kemudian disusul retribusi parkir sebesar 15,41 persen dan retribusi pasar sebesar 12,17 persen

2. Secara keseluruhan selama tahun 1998-2008 elastistas penerimaan pajak daerah Kota Jambi bersifat elastis. Secara rata-rata selama periode 1998-2008 koefisien elastisitas Koefisien elastisitas tertinggi adalah pajak penerangan jalan, yaitu sebesar 22,217 persen , kemudian disusul oleh pajak hiburan sebesar 21,507. Secara rata-rata Seluruh jenis retribusi daerah tergolong elastis .

3. Faktor-faktor yang dominan dalam mempengaruhi penerimaan total pajak daerah adalah PDRB berdasarkan harga konstan, jumlah tempat hiburan yang ada di Kota Jambi dan jumlah papan reklame, sementara faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan total retribusi daerah di Kota Jambi adalah PDRB berdasarkan harga konstan, jumlah luas areal parkir dan jumlah wajib retribusi kebersihan.

VI. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas dapat diberikan rekomendasi sebagai berikut :

1. Mengingat pajak dan retribusi cenderung mengalami pertumbuhan yang positif dan meningkat serta semakin besar proporsinya dalam memberikan kontribusi terhadap PAD Kota Jambi sebaiknya pemerintah berupaya mengintensifkan penerimaan pajak dan retribusi daerah melalui berbagai kebijakan dan sosialisasi mengenai berbagai pungutan pajak dan retribusi daerah.

2. Mengingat respon perubahan jenis penerimaan pajak dan retribusi daerah yang cenderung elastis di Kota Jambi , maka pemerintah daerah Kota Jambi secara berkesinambungan mengupayakan peningkatan pendapatan masyarakat melalui program pembangunan yang terarah dan terencana agar terjadi peningkatan pendapatan masyarakat dari waktu ke waktu.

3. Mengingat dalam pengelolaan jenis pajak dan retribusi daerah sudah dilakukan dengan seefisien dan seefektif mungkin maka diharapkan dapat dipertahankan bahkan harus ditingkatkan sampai pada taraf yang sangat optimal

Daftar Pustaka :

Anonim Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah ________, 1998, Perhitungan PDRB Provinsi Jambi Periode 1993-1998

Basri, Moh dan Subri, S, 2003, Keuangan Negara dan Desentralisasi Fiskal, LPEM, FE-UI, Jakarta

Davey, KJ, 1988, Pembiayaan Pemerintah Daerah, UI Press, Jakarta

Devas, et all, 1987, Keuangan Pemerintah Daerah Di Indonesia, Terjemahan, Maris, UI Press, Jakarta

Fitriadi, 1999, Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kapasitas Pajak (Tax Capacity dan Usaha Pajak (Tax Effort) Daerah Tingkat II di Provinsi Kalimantan Timur, Tesis Unpad ( Tidak Dipublikasikan).

(12)

Hasibuan, N, 1991, Otonomi dan Desentralisasi Keuangan Daerah, Prisma No. 8 LP3ES, Jakarta

Lains, 1985, Pendapatan Daerah dalam Ekonomi Orde Baru, Prisma No.04, LP3ES, Jakarta Mangkusoebroto, Guritno, 2001, Ekonomi Publik, Badan penerbit FE-UGM, Yokyakarta Nanga, S, 1991, Struktur Penerimaan Daerah Tingkat Propinsi di Indonesia, Prisma Edisi Maret, LP3ES, Jakarta

Radianto, E, 1997, Otonomi Keuangan Dati II (Suatu Studi di Maluku), Prisma Edisi Maret, LP3ES, Jakarta

Rahmadi, Selamet, 1999, Pengaruh Perbedaan Elastisitas Penerimaan dan Elastisitas Pengeluaran Pembangunan Terhadap Ketergantungan Bantuan Pusat (Studi Kasus Daerah Dati I Propinsi Jambi 1980-1985), PPs-Unpad (Tesis, Tidak dipublikasikan)

Slater, W, 1999, Pengelolaan Pajak di negara-negara berkembang, Terjemahan. Erlangga, Jakarta

Soetrisno, PH, 1984, Dasar-dasar Ilmu Keuangan Negara, BPFE-UGM, Yogyakarta Suparmoko, 1989, Ekonomi Publik, BP FE-UGM, Yokyakarta

Gambar

Tabel 1.1. Realisasi Penerimaan PAD kota Jambi Tahun 2000-2008 (Dalam Jutaan Rupiah)
Tabel 4.46. Nilai T Hitung Pada Model Penerimaan Total Pajak Daerah di Kota Jambi

Referensi

Dokumen terkait

Siklus I Siklus II.. ditunjukan dengan rata-rata sikap siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan pembelajaran metode problem solving sehingga

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Jurusan Akuntansi, Universitas Katolik Soegijapranata

Untuk mengatasi factor-faktor penyebab tidak tercapainya target adalah dengan melakukan upaya meminta kembali perhatian perusahaan untuk mengirmkam form AK-3 (job

- Audit internal dilakukan dengan cara mini lokakarya, pertemuan, dan media lain yang tepat untuk melakukan komunikasi. 3) Pemantauan dan pengukuran proses kinerja..

Manfaat Praktis, yaitu dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan yang akan menjadi bahan masukan kepada Rumah Sakit Islam Surakarta dalam meningkatkan

global. Handal karena sistem dapat berfungsi dengan baik selama 24 jam nonstop setiap hari dan dapat menampung ratusan promosi produk berupa text, gambar, maupun animasi flash

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara konsep diri dan penyesuaian diri dengan