i
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
Oleh
AMANAH FITRIYAH NIM: 122310025
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2016
iii Oleh
AMANAH FITRIYAH NIM: 122310025
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Purworejo Pada tanggal 18 Agustus 2016
TIM PENGUJI
Istiko Agus Wicaksono, S.P, M.Sc ... NIDN. 0604077701
(Penguji Utama)
Dyah Panuntun Utami.,S.P., M.Sc. ... NIDN. 0603017501
(Penguji I/ Pembimbing I)
Uswatun Hasanah S.P., M.Sc. ... NIDN. 0601127101
(Penguji II/ Pembimbing II)
Purworejo, 25 Agustus 2016 Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian,
Ir. Zulfanita, M.P NIDN. 0629036401
v
Kedua orangtua tercinta (Bapak S. Iskandar dan Ibu
Towiyah) yang tak pernah lelah dan bosan untuk mendo’akan,
memberikan semangat, dukungan serta nasehat dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan untuk terus maju dan menjadi
pribadi yang lebih baik lagi.
Adikku (Bagus Saputro), yang selalu memberikan doa,
motivasi.
Kakakku (Yuda Supriyadi), yang selalu memberikan doa,
motivasi, dan dukungan moral.
Keluargaku yang selalu memberikan semangat dan dukungan
untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
Seluruh lembaga-lembaga yang membantu dan memberikan
bantuan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
All my best friend: Wiwit, Tri, Vika, Wulan, Maunatul, Kiki,
Anisa, Novi, Siti, Ratna, Usi, Johan, Ungguh, Eko, Slamet,
Yuda, Teguh, Miftahudin, Hamim, Yuli, Agus, Priswanto,
Sapto, dan Adi atas kebersamaan kalian semua yang telah
memberi dukungan, semangat dan senantiasa membantu dalam
penyelesaian penelitian ini. Semoga kita semua menjadi orang
yang sukses. Amin ya Allah……
vi Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama mahasiswa : Amanah Fitriyah
NIM : 122310025
Program Studi : Agribisnis
Menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan plagiat karya orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Apabila terbukti/ dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat, saya bersediaa bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Purworejo, Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,
vii
Alhamdulillah, puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Studi Komparatif Usahatani Jagung dengan Olah Tanah dan Tanpa Olah Tanah di Desa Kaibon Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen” ini dapat diselesaikan.
Keberhasilan penyusun skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo Drs. H. Supriyono, M.Pd. 2. Dekan FAPERTA Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah
memberikan izin dan rekomendasi kepada penyusun mengadakan penelitian untuk menyusun skripsi ini.
3. Ketua Program Studi Agribisnis Dyah Panuntun Utami, S.P., M.Sc. yang telah memberikan perhatian dan dorongan sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Dyah Panuntun Utami, S.P., M.Sc selaku pembimbing I dan Uswatun Hasanah, S.P., M.Sc. selaku pembimbing II yang telah banyak membimbing, mengarahkan, memotivasi dengan penuh kesabaran dan tidak mengenal lelah, serta mengoreksi skripsi ini dengan penuh ketelitian sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Kepala BAPEDA Kabupaten Kebumen, seluruh pegawai BPS Kabupaten Kebumen dan Kepala Desa Kaibon serta Kelompok Tani Desa Kaibon yang telah memberikan izin dan kemudahan dalam penelitian.
6. Berbagai pihak yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada penyusun dalam menyelesaikan studi di Program Studi Agribisnis ini.
Penyusun hanya dapat berdoa semoga Allah Swt. memberikan balasan yang berlipat ganda atas budi baik yang telah diberikan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penyusun khususnya dan para pembaca umumnya.
Purworejo, 25 Agustus 2016 Penyusun,
viii
Agriculture. Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2016.
This study aims to: (1) Know the difference in costs and production, (2) Knowing the differences in income, (3) Know the difference advantage, (4) Knowing what factors alone that affect farm production of corn tillage, (5) Knowing Factor what Factors that affect the production of corn no-tillage farming.
The research design used in this study is a survey method. Methods of data analysis using descriptive analysis. Investigations were conducted to obtain the facts of phenomena that exist and seek factual information both about social institutions, economics or politics of a group or area, then analyzed in order to obtain an effective remedy.
The difference in the average cost of corn tillage farming Rp 1.437.161,727 and the average cost of corn no-tillage farming Rp 1.697.389,6 showed larger-tillage corn farming costs compared with no larger-tillage. Differences in average production at the farm tillage corn amounted to 1,202 kg and an average production of corn no-tillage farming 1,147 kg showed a larger-tillage corn farm production compared with no tillage. Differences in average income in corn tillage farming Rp 2.742.159,87 and the average farm income no-tillage corn Rp 2.456.600,6 showed larger-tillage corn farm income compared with no tillage. Differences in average profit on tillage farming corn and Rp 2.409.238,274, and the average profit of corn no-tillage farming Rp 1.973.010,4 showed larger gains than farming corn tillage with no tillage.
Based on the analysis of the production function is known that factors that significantly influence adalahbenih tillage corn production, land use, compost, pesticides furadan and farming experience. Variables that are not significant is, labor in the family, non-family labor, urea fertilizer, and fertilizer Phonska. Based on the analysis of the production function is known that factors that significantly influence the no-tillage corn production is the seed, the land area, furadan pesticides, and farming experience. Variables that are not significant are family workers, labor outside the family, urea, Phonska fertilizers, and herbicides gromoxon.
ix
Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2016. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui perbedaan biaya dan produksi, (2) Mengetahui perbedaan pendapatan, (3) Mengetahui perbedaan keuntungan, (4) Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahatani jagung olah tanah, (5) Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahatani jagung tanpa olah tanah.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survey. Metode analisis data menggunakan deskriptif analisis. Penyelidikan yang
diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual baik tantang institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok atau daerah, kemudian dianalisis sehingga diperoleh penyelesaian yang efektif. Perbedaan biaya rata-rata pada usahatani jagung olah tanah sebesar Rp 1.437.161,727 dan rata-rata biaya usahatani jagung tanpa olah tanah sebesar Rp 1.697.389,6 menunjukan lebih besar biaya usahatani jagung olah tanah dibanding dengan tanpa olah tanah. Perbedaan produksi rata-rata pada usahatani jagung olah tanah sebesar 1.202 kg dan rata-rata produksi usahatani jagung tanpa olah tanah 1.147 kg menunjukan lebih besar produksi usahatani jagung olah tanah dibanding dengan tanpa olah tanah. Perbedaan pendapatan rata-rata pada usahatani jagung olah tanah sebesar Rp 2.742.159,87 dan rata-rata pendapatan usahatani jagung tanpa olah tanah Rp 2.456.600,6 menunjukan lebih besar pendapatan usahatani jagung olah tanah dibanding dengan tanpa olah tanah. Perbedaan keuntungan rata-rata pada usahatani jagung olah tanah dan sebesar Rp 2.409.238,274, dan rata-rata keuntungan usahatani jagung tanpa olah tanah Rp 1.973.010,4 menunjukan lebih besar keuntungan usahatani jagung olah tanah dibanding dengan tanpa olah tanah.
Berdasarkan analisis fungsi produksidiketahui bahwa faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap produksi jagung olah tanah adalah benih, luas lahan, pupuk kompos, pestisida furadan, dan pengalaman bertani. Variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan adalah, enaga kerja dalam keluarga, tenaga kerja luar keluarga, pupuk urea, dan pupuk phonska. Berdasarkan analisis fungsi produksi diketahui bahwa faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap produksi jagung tanpa olah tanah adalah benih, luas lahan, pestisida furadan, dan pengalaman bertani. Variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan adalah tenaga kerja dalam keluarga, tenaga kerja luar keluarga, pupuk urea, pupuk phonska, dan herbisida gromoxon.
x
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv PERSEMBAHAN ... v PERNYATAAN ... vi PRAKATA ... vii ABSTRACT ... viii ABSTRAK ... ix DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 7 C. Batasan Masalah ... 8 D. Rumusan Masalah ... 9 E. Tujuan Penelitian ... 10 F. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 12
A. Kajian Teori ... 12
B. Tinjauan Pustaka ... 39
C. Kerangka Pemikiran ... 49
D. Hipotesis Penelitian ... 51
BAB III METODE PENELITIAN ... 52
A. Desain Penelitian ... 52
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 52
C. Populasi dan Sampel ... 53
D. Variabel penelitian ... 56
E. Definisi Operasional ... 57
F. Pengumpulan Data ... 61
G. Instrumen Penelitian ... 63
xi
3. Teknik Budidaya Jagung Tanpa Olah Tanah ... 87
B. Analasis Data ... 94
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 101
BAB V PENUTUP ... 135
A. Simpulan ... 135
B. Saran ... 137
DAFTAR PUSTAKA ... 138
xii
Halaman Tabel 1. Luas Lahan dan Produksi Jagung Menurut
Kabupaten KebumenTahun 2013 ... 3 Tabel 2. Luas Panen dan Produksi Jagung di Kecamatan Ambal
KabupatenKebumen Tahun 2013 ... 4 Tabel 3. Data Anggota Kelompok Tani Desa Kaibon Kecamatan Ambal
Kabupaten Kebumen ... 5 Tabel 4. Data Anggota Kelompok Tani yang menggunakan Olah Tanah
dan Tanpa Olah Tanah (TOT) Desa Kaibon Kecamatan Ambal
Kabupaten Kebumen ... 5 Tabel 5. Data Luas Lahan dan Produksi Jagung di Desa Kaibon
Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen ... 6 Tabel 6. Deskripsi Varietas Unggul Jagung,
Dirilis Tahun 1978-1993 ... 29 Tabel 7. Kebutuhan Benih Jagung Berdasarkan Jenis dan
Jarak Tanam ... 32 Tabel 8. Perbandingan Penelitian ini dengan Penelitian Sebelumnya .... 47 Tabel 9. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 53 Tabel 10. Data Anggota Kelompok Tani yang menggunakan Olah Tanah
dan Tanpa Olah Tanah (TOT) Desa Kaibon Kecamatan Ambal
Kabupaten Kebumen ... 54 Tabel 11. Jumlah Sampel Petani Jagung Olah Tanah di Desa Kaibon
Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen ... 55 Tabel 12. Jumlah Sampel Petani Jagung Tanpa Olah Tanah di
xiii
Tabel 15. Jumlah Sarana Pendidikan di Kecamatan Ambal
Tahun 2014 ... 79 Tabel 16. Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Ambal
Tahun 2014 ... 79 Tabel 17. Jumlah Sarana Ibadah di Kecamatan Ambal
Tahun 2014 ... 80 Tabel 18. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kecamatan Ambal
Tahun 2014 ... 80 Tabel 19. Luas Tanaman di Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen
Tahun 2014 ... 81 Tabel 20. Jumlah Ternak di Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen
Tahun 2014 ... 82 Tabel 21. Umur Responden Usahatani Jagung Olah Tanah dan
Tanpa Olah Tanah di Desa Kaibon Kecamatan Ambal
Kabupaten Kebumen ... 95 Tabel 22. Tingkat Pendidikan Responden Usahatani Jagung Olah Tanah
dan Tanpa Olah Tanah di Desa Kaibon Kecamatan Ambal
Kabupaten Kebumen ... 96 Tabel 23. Jumlah Anggota Keluarga Responden Usahatani Jagung
Olah Tanah dan Tanpa Olah Tanah di Desa Kaibon
Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen ... 97 Tabel 24. Luas Lahan Responden Usahatani Jagung Olah Tanah
dan Tanpa Olah Tanah di Desa Kaibon Kecamatan Ambal
xiv
Tabel 26. Rata-rata Biaya Sarana Produksi per Satu Musim Tanam pada Usahatani Jagung Olah Tanah di Desa Kaibon Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen ... 102 Tabel 27. Rata-rata Biaya Sarana Produksi per Satu Musim Tanam pada
Usahatani Jagung Tanpa Olah Tanah di Desa Kaibon
Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen ... 103 Tabel 28. Rata-rata Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Jagung
Olah Tanah dan Tanpa Olah Tanah per Satu Musim Tanam
di Desa Kaibon Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen ... 105 Tabel 29. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga
pada Usahatani Jagung Olah Tanah di Desa Kaibon
Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen ... 105 Tabel 30. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga
pada Usahatani Jagung Olah Tanah di Desa Kaibon
Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen ... 105 Tabel 31. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga
pada Usahatani Jagung Tanpa Olah Tanah di Desa Kaibon
xv
Tabel 33. Rata-rata Penggunaan Biaya Lain-lain pada Usahatani Jagung Olah Tanah dan Tanpa Olah Tanah di Desa Kaibon
Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen ... 108 Tabel 34. Rata-rata Penggunaan Biaya Eksplisit dan Implisit pada Usahatani
Jagung Olah Tanah di Desa Kaibon Kecamatan Ambal
Kabupaten Kebumen ... 109 Tabel 35. Rata-rata Penggunaan Biaya Eksplisit dan Implisit pada Usahatani
Jagung Tanpa Olah Tanah di Desa Kaibon Kecamatan Ambal
Kabupaten Kebumen ... 110 Tabel 36. Rata-rata Produksi, Harga, dan Penerimaan pada Usahatani
Jagung Olah Tanah di Desa Kaibon Kecamatan Ambal
Kabupaten Kebumen ... 111 Tabel 37. Rata-rata Produksi, Harga, dan Penerimaan pada Usahatani
Jagung Tanpa Olah Tanah di Desa Kaibon Kecamatan Ambal
Kabupaten Kebumen ... 111 Tabel 38. Rata-rata Pendapatan Usahatani Jagung Olah Tanah
dan Tanpa Olah Tanah di Desa Kaibon Kecamatan Ambal
Kabupaten Kebumen ... 112 Tabel 39. Rata-rata Keuntungan Usahatani Jagung Olah Tanah
dan Tanpa Olah Tanah di Desa Kaibon Kecamatan Ambal
Kabupaten Kebumen ... 113 Tabel 40. Hasil Uji Beda Biaya Usahatani Jagung Olah Tanah
dan Tanpa Olah Tanah di Desa Kaibon Kecamatan Ambal
Kabupaten Kebumen ... 114 Tabel 41. Hasil Uji Beda Produksi Usahatani Jagung Olah Tanah
dan Tanpa Olah Tanah di Desa Kaibon Kecamatan Ambal
Kabupaten Kebumen ... 115 Tabel 42. Hasil Uji Beda Pendapatan Usahatani Jagung Olah Tanah
dan Tanpa Olah Tanah di Desa Kaibon Kecamatan Ambal
xvi
Tabel 44. Hasil Regresi Fungsi Produksi Usahatani Jagung Olah Tanah
di Desa Kaibon Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen ... 120 Tabel 45. Hasil Regresi Fungsi Produksi Usahatani Jagung
Tanpa Olah Tanah di Desa Kaibon Kecamatan Ambal
xvii
Gambar 1. Kurva Produksi ... 17 Gambar 2. Kerangka Pikir... 49
xviii
Lampiran 1. Kuisioner Daftar Pertanyaan Petani Jagung Olah Tanah
dan Tanpa Olah Tanah ... 141 Lampiran 2. Identitas Responden Petani Jagung Olah Tanah... 145 Lampiran 3. Penggunaan Pupuk Kandang pada Usahatani Jagung
Olah Tanah ... 147 Lampiran 4. Penggunaan Luas Lahan pada Usahatani Jagung
Olah Tanah ... 148 Lampiran 5. Penggunaan Pupuk Kimia pada Usahatani Jagung
Olah Tanah ... 149 Lampiran 6. Penggunaan Pestisida pada Usahatani Jagung
Olah Tanah ... 150 Lampiran 7. Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Usahatani Jagung
Olah Tanah ... 151 Lampiran 8. Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Usahatani Jagung
Olah Tanah ... 157 Lampiran 9. Penggunaan Benih pada Usahatani Jagung Olah Tanah .... 164 Lampiran 10. Penyusutan Alat Usahatani Jagung Olah Tanah ... 165 Lampiran 11. Biaya Lain-lain Usahatani Jagung Olah Tanah ... 185 Lampiran 12. Penerimaan Usahatani Jagung Olah Tanah ... 188 Lampiran 13. Pendapatan dan Keuntungan Usahatani Jagung
Olah Tanah ... 189 Lampiran 14. Identitas Responden Usahatani Jagung
Tanpa Olah Tanah ... 190 Lampiran 15. Penggunaan Luas Lahan pada Usahatani Jagung
Tanpa Olah Tanah ... 192 Lampiran 16. Penggunaan Herbisida pada Usahatani Jagung
xix
Tanpa Olah Tanah ... 195 Lampiran 19. Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga pada Usahatani
Jagung Tanpa Olah Tanah ... 196 Lampiran 20. Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga pada Usahatani
Jagung Tanpa Olah Tanah ... 202 Lampiran 21. Penggunaan Benih Usahatani Jagung
Tanpa Olah Tanah ... 208 Lampiran 22. Penyusutan Peralatan Usahatani Jagung
Tanpa Olah Tanah ... 210 Lampiran 23. Penggunaan Biaya Lain-lain Usahatani Jagung
Tanpa Olah Tanah ... 225 Lampiran 24. Penerimaan Usahatani Jagung Tanpa Olah Tanah ... 228 Lampiran 25. Pendapatan dan Keuntungan Usahatani Jagung
Tanpa Olah Tanah ... 229 Lampiran 26. Dokumentasi Usahatani Jagung Olah Tanah ... 230 Lampiran 27. Dokumentasi Usahatani Jagung
Tanpa Olah Tanah ... 232 Lampiran 28. Surat Perijinan Penelitian ... 233 Lampiran 29. Kartu Bimbingan Tugas Akhir ... 234
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Revolusi hijau merupakan pengembangan teknologi pertanian yang dilakukan untuk meningkatkan produksi pangan. Berkembangnya zaman dan makin pesatnya teknologi ternyata sistem pertanian modern memberikan dampak positif maupun negatif. Perkembangan dunia pertanian dalam sistem pertanian modern, menghasilkan dampak negatif yang besar terhadap ekosistem alam sehingga akan memberikan nilai positif terhadap pembangunan pertanian.
Pembangunan pertanian pada dasarnya merupakan salah satu sistem pembangunan yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung keberhasilan pembangunan nasional. Pembangunan sektor pertanian bertujuan untuk menumbuh kembangkan usaha pertanian dipedesaan yang akan memacu aktifitas ekonomi dipedesaan, menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menumbuhkan industri hilir, penunjang dalam meningkatkan daya saing dan nilai tambah suatu produk pertanian diantaranya palawija (jagung, padi dan kacang-kacangan). Pemanfaatan sumber daya pertanian secara optimal melalui pemanfaatan teknologi yang tepat sehingga kapasitas sumber daya pertanian dapat dilestarikan dan ditingkatkan serta membangun kelembagaan pertanian yang kokoh dan mandiri (Saptana, 2010:158).
Jagung adalah komoditi andalan sektor pertanian, karena jagung salah satu bahan pokok makanan di Indonesia yang memiliki kedudukan penting setelah beras. Bahan pokok selain makanan setelah beras, jagung banyak digunakan untuk pakan ternak dan bahan baku industri. Kebutuhan jagung untuk pakan ternak kurang lebih 200.000 ton jagung pipilan kering tiap bulan (Cristoporus dan Sulaiman, 2009:141), hal ini menjadikan peluang untuk budidaya jagung di dalam negeri.
Jagung merupakan tanaman pangan penting kedua setelah padi mengingat fungsinya yang multiguna. Jagung dapat dimanfaatkan untuk pangan, pakan, dan bahan baku industri. Jagung merupakan pangan penyumbang terbesar kedua terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) setelah padi (Zubachtirodin et al, 2007:118). Produksi jagung di Indonesia masih relatif rendah karena belum memenuhi kebutuhan konsumen yang cenderung terus meningkat. Produksi jagung nasional belum mengimbangi permintaan yang sebagian dipacu oleh pengembangan industri pakan dan pangan (Budiman, 2012:119).
Rendahnya produksi jagung ini disebabkan berbagai faktor antara lain, seperti teknologi bercocok tanam yang masih kurang, penyediaan sarana produksi yang masih belum tepat serta kurangnya permodalan petani jagung untuk melaksanakan proses sampai kepemasaran hasil.
Tabel 1
Luas Panen dan Produksi Jagung Menurut Kabupaten Kebumen Tahun 2013
No Kecamatan Luas Panen
(Ha) Produksi (Ton) 1 Ayah - - 2 Buayan 2,00 14,35 3 Puring 433,00 3.106,91 4 Petanahan 284,00 2.037,79 5 Klirong 895,00 6.421,90 6 Buluspesantren 577,00 4.140,15 7 Ambal 1.196,00 8.581,66 8 Mirit 278,00 1.994,73 9 Bonorowo 2,00 14,35 10 Prembun 14,00 100,45 11 Padureso 41,00 294,19 12 Kutowinangun 9,00 64,58 13 Alian 15,00 107,63 14 Poncowarno 10,00 71,75 15 Kebumen - - 16 Pejagoan 24,00 172,21 17 Sruweng 70,00 502,27 18 Adimulyo - - 19 Kuwarasan - - 20 Rowokele - - 21 Sempor 12,00 86,10 22 Gombong - - 23 Karanganyar - - 24 Karanggayam 58,00 416,17 25 Sadang 46,00 330,06 26 Karangsambung 102,00 731,88
Sumber Data: Badan Pusat Statistik (BPS), (2013).
Berdasarkan Tabel 1 kecamatan Ambal merupakan kecamatan di kabupaten Kebumen yang memproduksi jagung terbanyak dengan luas panen 1.196,00/ha, produksi sebesar 8.581,00/ton. Kecamatan Ambal merupakan dataran rendah yang mempunyai ketinggian tempat kurang lebih 8,5 m di atas permukaan laut. Berdasarkan deskripsi data tersebut kecamatan Ambal dipilih sebagai lokasi penelitian.
Tabel 2
Luas Panen dan Produksi Jagung
di Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen Tahun 2013 No Desa/ Kelurahan Luas Panen
(Ha) Produksi (Ton) 1 Entak 13,80 106,85 2 PI. Kembaran 5,31 41,10 3 Kenoyojayan 45,66 352,42 4 Ambalresmi 48,49 375,35 5 K. Petangkuran 55,57 430,13 6 Kaibon 64,42 498,62 7 Sumberjati 53,45 413,69 8 Blengor Wetan 8,14 63,01 9 Blengor Kulon 13,10 101,37 10 Bener Wetan 25,13 194,52 11 Bener Kulon 15,93 123,29 12 Ambal Kliwonan 10,62 82,19 13 Pasar Senen 5,66 43,83 14 Pucangaan 12,39 95,89 15 Ambalkebrek 24,42 189,04 16 Gondanglegi 45,66 352,42 17 Banjarsari - - 18 Lajer 4,25 32,88 19 Singosari - - 20 Sidoluhur - - 21 Sinungrejo - - 22 Ambarwinangun - - 23 Peneket - - 24 Sidorejo - - 25 Sidomulyo - - 26 Sidomukti - - 27 Prasutan - - 28 Kradenan - - 29 Pagedangan - - 30 Surobayan - - 31 Dukuh Rejosari - - 32 Kembangsawit - -
Sumber Data: Badan Pusat Statistik (BPS), (2013).
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa di kecamatan Ambal usahatani jagung tertinggi adalah desa Kaibon dengan luas panen 64,42/ha dan produksi 498,62/ton. Teknologi olah tanah belum diterapkan oleh semua petani dalam
proses pembudidayaan jagung yang memiliki banyak manfaatnya terhadap hasil produksi. Petani masih kurang memahami tentang pentingnya penggunaan teknologi olah tanah.
Tabel 3
Data Anggota Kelompok Tani
Desa Kaibon Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen
No Nama Kelompok Tani Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Sinar Harapan 26 3 29 2 Cendrawasih 37 0 37 3 Garuda 30 2 32 4 Rajawali 22 0 22 5 Tani Dadi 41 0 41 6 Sidomakmur 30 0 30 Jumlah 186 5 191
Sumber Data: Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen, (2015).
Tabel 4
Data Anggota Kelompok Tani
yang menggunakan Olah Tanah dan Tanpa Olah Tanah (TOT) Desa Kaibon Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen No Nama Kelompok Tani Populasi
(Orang)
Olah Tanah Tanpa Olah Tanah (TOT) 1 Sinar Harapan 29 17 12 2 Cendrawasih 37 24 13 3 Garuda 32 17 15 4 Rajawali 22 11 11 5 Tani Dadi 41 31 10 6 Sidomakmur 30 12 18 Jumlah 191 112 79
Sumber Data: Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen (2015).
Desa Kaibon merupakan desa berlahan kering karena berada di daerah pesisir lahannya berpasir cocok untuk budidaya jagung. Petani belum memaksimalkan teknologi olah dalam pembudidayaannya. Data dapat dilihat pada Tabel 4 teknologi tanpa olah tanah masih dijalankan dengan perbandingan
jumlah populasi 191 orang, 112 menggunakan olah tanah dan 79 menggunakan tanpa olah tanah (TOT).
Tabel 5
Data Luas Lahan dan Produksi Jagung
di Desa Kaibon Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen No Nama Kelompok Tani Luas Lahan (m2) Produksi (Kg)
Olah Tanah Tanpa Olah Tanah Olah Tanah Tanpa Olah Tanah 1 Sinar Harapan 12.750 9.000 7.914 425 2 Cendrawasih 12.000 6.500 7.000 3.874 3 Garuda 13.000 12.000 7.480 7.620 4 Rajawali 8.250 8.250 5.721 5.700 5 Tani Dadi 21.700 7.000 8.864 279 6 Sidomakmur 9.600 14.400 4.220 7.541 Jumlah 77.300 57.150 41.199 25.439
Sumber Data: Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen, (2015).
Berdasarkan Tabel 5 di desa Kaibon terdapat 6 kelompok tani yang menanam jagung dengan metode olah tanah dan tanpa olah tanah. Desa Kaibon merupakan desa yang cukup lama menggunakan olah tanah namun masih ada petani yang tetap menjalankan tanpa olah tanah yaitu dengan perbedaan antara luas lahan dengan produksi luas lahan olah tanah 77.300 m2, tanpa olah tanah
B. Identifikasi Masalah
Kendala yang biasa dihadapi petani pada saat menggunakan olah tanah yaitu pada saat proses penanaman membutuhkan waktu yang lama, membutuhkan modal yang banyak, dan membutuhkan tenaga kerja yang lebih dibandingkan dengan tanpa olah tanah. Kendala lain banyak petani yang takut apabila menggunakan olah tanah dikarenakan para petani takut mengalami kerugian pada faktor modal.
Usahatani jagung olah tanah dan tanpa olah tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor produksi yang penggunaannya harus efisien. Efisiensi penggunaan faktor produksi akan berdampak pada produksi dan biaya produksi yang secara tidak langsung akan berpengaruh pada pendapatan petani. In efisiensi dalam penggunaan faktor produksi dapat menyebabkan tingkat produksi rendah dan pendapatan juga rendah.
Petani dalam mengelola budidaya jagung selalu berupaya untuk mencapai kondisi yang efisien, yaitu efisiensi secara alokatif (efisiensi harga). Efisiensi alokatif mengukur tingkat keberhasilan petani dalam budidayanya untuk mencapai keuntungan maksimal. Efisiensi harga dicapai pada saat nilai produk dari masing-masing input sama dengan biaya marginalnya. Tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi merupakan masalah yang dihadapi petani dalam memperoleh hasil produksi yang optimal. Penggunaan faktor produksi secara efisien dapat menghasilkan produksi yang optimal sehingga keuntungannya yang diperoleh menjadi maksimal.
Teknologi tanpa olah tanah ditinjau dari segi ekonomi lebih menguntungkan karena menghemat biaya dan waktu. Teknologi olah tanah ditinjau dari segi manfaat lebih menguntungkan karena mendapatkan hasil produksi yang lebih maksimal. Olah tanah memiliki perlakuan-perlakuan diantaranya pemberian pupuk kompos, perbaikan tekstur dan struktur tanah, memperbaiki aerasi dan draenase, mendorong aktifitas mikroorganisme tanah serta membuang gas-gas beracun dalam tanah. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk menganalisis kelayakan usahatani jagung dengan olah tanah dan tanpa olah tanah, faktor produksi apa saja yang mempengaruhi produksi jagung dan efisiensi penggunaan faktor produksinya.
C. Batasan Masalah dan Asumsi Penelitian
1. Batasan Masalah
a. Usahatani jagung yang diteliti adalah budidaya jagung dengan olah tanah dan tanpa olah tanah.
b. Responden yang diteliti adalah responden yang melakukan usahatani jagung di kecamatan Ambal kabupaten Kebumen.
c. Data yang diambil adalah data usahatani jagung satu kali musim tanam pada bulan Juni-September tahun 2015.
d. Varietas jagung yang diteliti adalah jagung varietas Hibrida Pioner 3, dan Hibrida Pioner 5.
2. Asumsi Penelitian
a. Harga faktor-faktor produksi merupakan harga yang berlaku di daerah penelitian.
b. Jagung yang dipanen diasumsikan dijual semua.
c. Harga jual jagung merupakan harga jual yang berlaku di daerah penelitian dan dianggap tidak berubah selama penelitian.
d. Pendapatan yang diterima petani yang dihitung adalah pendapatan dari penjualan jagung pada musim tanam Juni-September tahun 2015.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah penelitian yaitu:
1. Apakah terdapat perbedaan biaya dan produksi usahatani jagung dengan olah tanah dan tanpa olah tanah yang dilakukan oleh petani di desa Kaibon kecamatan Ambal kabupaten Kebumen?
2. Apakah ada perbedaan pendapatan usahatani jagung dengan olah tanah dan tanpa olah tanah yang dilakukan oleh petani di desa Kaibon kecamatan Ambal kabupaten Kebumen?
3. Apakah ada perbedaan keuntungan usahatani jagung olah tanah dan tanpa olah tanah yang dilakukan oleh petani di desa Kaibon kecamatan Ambal kabupaten Kebumen?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahatani jagung olah tanah yang dilakukan oleh petani di desa Kaibon kecamatan Ambal kabupaten Kebumen?
5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahatani jagung tanpa olah tanah yang dilakukan oleh petani di desa Kaibon kecamatan Ambal kabupaten Kebumen?
E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui perbedaan biaya dan produksi usahatani jagung dengan olah tanah dan tanpa olah tanah yang dilakukan oleh petani di desa Kaibon kecamatan Ambal kabupaten Kebumen.
2. Mengetahui perbedaan pendapatan usahatani jagung dengan olah tanah dan tanpa olah tanah yang dilakukan oleh petani di desa Kaibon kecamatan Ambal kabupaten Kebumen.
3. Mengetahui perbedaan keuntungan usahatani jagung olah tanah dan tanpa olah tanah yang dilakukan oleh petani di desa Kaibon kecamatan Ambal kabupaten Kebumen.
4. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahatani jagung olah tanah yang dilakukan oleh petani di desa Kaibon kecamatan Ambal kabupaten Kebumen.
5. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahatani jagung tanpa olah tanah yang dilakukan oleh petani di desa Kaibon kecamatan Ambal kabupaten Kebumen.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi mahasiswa, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purworejo.
2. Bagi petani, dapat digunakan sebagai salah satu bahan masukan dalam meningkatkan budidaya jagung.
3. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan dalam menentukan kebijakan yang terkait dengan budidaya jagung.
4. Bagi pihak lain, dapat digunakan sebagai informasi dan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
BAB II. KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS
A. KajianTeori
1. Usahatani
Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien, dan kontinu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat (Rahim, 2008:158).
Faktor-faktor yang bekerja dalam usahatani adalah faktor alam, tenaga, dan modal. Alam merupakan faktor yang sangat menentukan usahatani. Manusia telah berhasil mempengaruhi faktor alam pada tingkat tertentu. Faktor alam adalah penentu dan merupakan sesuatu yang harus diterima apa adanya. Faktor alam dapat dibedakan menjadi dua yakni faktor tanah dan lingkungan alam sekitarnya. Faktor tanah misalnya jenis tanah dan kesuburan. Faktor alam sekitar yakni iklim yang berkaitan dengan ketersediaan air, suhu, dan lain sebagainya. Alam mempunyai berbagai sifat yang harus diketahui karena usaha pertanian adalah usaha yang sangat peka terhadap pengaruh alam (Suratiyah, 2015:16).
2. Biaya Usahatani
Biaya produksi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu biaya
eksplisit dan biaya implisit. Biaya ekplisit adalah biaya yang benar-benar
dikeluarkan dalam proses produksi. Biaya implisit adalah biaya yang tidak benar-benar dikeluarkan tetapi diikutsertakan dalam proses produksi (Soekartawi, 1986:56).
Total biaya produksi adalah penjumlahan dari biaya tetap (fixed
cost) dengan biaya tidak tetap (variabel cost), dan dapat diuraikan dengan
rumus berikut: TC = FC + VC Keterangan: TC = Total Biaya (Rp) FC = Biaya Tetap (Rp) CV = Biaya Variabel (Rp) (Soekartawi, 1995:115) 3. Pendapatan Usahatani
Prasetya, (1996:13) mendefinisikan pendapatan merupakan selisih penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan mempunyai fungsi untuk digunakan memenuhi kebutuhan sehari-hari dan melanjutkan kegiatan usaha petani. Sisa dari pendapatan usahatani akan merupakan tabungan dan juga sebagai sumber dana untuk memungkinkan petani mengusahakan kegiatan sektor lain. Besarnya pendapatan usahatani dapat digunakan untuk menilai keberhasilan petani dalam mengelola usahataninya.
Pendapatan usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut. NR = Py.Y - TEC
Keterangan:
NR = Pendapatan Usahatani Jagung Py = Harga Produksi (Price) Y = Jumlah Produksi (Output)
TEC = Total Biaya Eksplisit (Total Exsplisit Cost)
4. Keuntungan Usahatani
Soekartawi (2001) dalam Mustofa, (2014:38) pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan biaya usahatani yang dikeluarkan dalam satuan rupiah.
Budiyono (1999:46), keuntungan usahatani adalah selisih antara penerimaan total yang diterima petani dengan biaya total yang dikeluarkan oleh petani. Keuntungan dapat dirumuskan sebagai berikut:
π = NR − TIC Keterangan:
π = Keuntungan
NR = Total Pendapatan (Net Revenue)
TIC = Total Biaya Implisit (Total Implicit Cost)
5. Produksi
Produksi dapat diartikan sebagai seperangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam menciptakan komoditas berupa kegiatan usahatani maupun usaha lainnya. Proses pengadaan saprodi (sarana produksi) pertanian berupa industri agro-kimia (pupuk dan pestisida), industri agro-otomotif (mesin dan peralatan pertanian), dan industri pembenihan dan pembibitan dilakukan sebelum melakukan proses produksi di lahan. Proses produksi di lahan, dapat digunakan faktor-faktor
produksi seperti lahan, tenaga kerja, modal, pupuk, pestisida, teknologi serta manajemen. Produksi komoditas pertanian merupakan hasil proses dari lahan pertanian dalam arti luas berupa komoditas pertanian (pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan) dengan berbagai pengaruh faktor-faktor produksi dan faktor-faktor hasil tangkapan (Rahim, 2008:30).
6. Fungsi Produksi
Sukirno (2003) dalam Mustofa (2014:32), mendefinisikan fungsi produksi adalah kaitan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan. Faktor produksi dikenal sebagai input dan jumlah produksi sebagai output. Mubyarto (1989:68), menjelaskan bahwa fungsi produksi adalah fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Fungsi produksi dituliskan sebagai berikut:
Y = f(X1,X2,…,…,Xn)
Keterangan:
Y = Hasil produksi fisik
X1,X2,…,…,Xn = Faktor-faktor produksi
Fungsi produksi menunjukkan sifat perkaitan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan faktor-faktor-faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan jumlah produk selalu juga disebut output.
Sukino (1994:94), fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus yaitu:
Q = F (K, L) Keterangan: Q = Output K = Input Kapital L = Input Tenaga Kerja
Rahim (2008:42-50), hubungan satu input (X) dengan satu output (Y) atau Y=F(X) sering dihadapkan dengan tiga situasi, yaitu produk marginal konstan, produk marginal menurun, atau produk marginal menaik. Jika terjadi produk marginal (PM) konstan maka diartikan bahwa setiap tambahan satu input (X) dapat menyebabkan tambahan satu unit
output (Y). Penjelasan terhadap produk marginal (PM) akan lebih berguna
bila dikaitkan dengan produk rata-rata (PT atau AP/average product) dan produk total (PR atau TP/total product). PM, PR dan PT akan terkait dengan hubungan antara input dan output akan lebih informatif, artinya dapat diketahui elastisitas produksinya (Ep). Tahapan proses produksi
Y Hasil Produksi A B C PT 0 X Faktor Produksi 0 A B PR PM X Faktor Produksi Kenaikan hasil bertambah Kenaikan hasil berkurang Kenaikan hasil negatif
Gambar1. Hubungan Antara Average Product, Product Marginal, dan
Total Product (Sumber: Rahim, 2008:45)
a. Tingkatan antara titik 0 dan A. Penambahan pemakaian input, PT bertambah atau naik dengan mengikuti increasing return titik balik, yaitu A. Nilai PM juga naik dan akan mencapai nilai maksimal di titik A, PR semakan tinggi/naik dengan adanya penambahan pemakaian input. Besarnya elastisitas produksi pada titik produksi ini > 1 karena PM > PR.
b. Tingkat produksi di titik A. Titik ini mengungkapkan titik balik kurva PM dari bentuk increasing. Besarnya elastisitas produksi > 1 karena PM > PR.
c. Tingkat produksi antara A dan B. Penggunaan input diteruskan, PT cenderung increasing setelah melewati titik balik A. PM terus
menurun setelah mencapai maksimal di titik B. Besarnya elastisitas produksi > 1 karena besarnya PM > PR.
d. Tingkat produksi di titik B. PR mencapai maksimum dan nilai PR sama dengan nilai PM. Besarnya elastisitas produksi = 1.
e. Tingkat produksi antara titik B dan C. Penggunaan input yang terus ditambah, maka PT akan terus meningkat sampai mencapai maksimal di titik C. Kurva produksi mengikuti decreasing return. PM terus menurun nilainya dan mencapai nol di titik C. Nilai PR terus menurun setelah mencapai maksimal di titik B. Besarnya elastisitas produksi adalah 0 < Ep < 1, PR < PM.
f. Tingkat produksi di titik C. Kurva PT mencapai tiitk maksimal, nilai produksi ini adalah PT = 0, EP = 0.
g. Tingkat produksi setelah di titik C. Kurva PT menurun setelah mencapai maksimum di titik C. Besarnya PM terus menurun dan mempunyai nilai negatif karena tambahan komoditasnya negatif. Besarnya PR terus menurun dan bila diteruskan maka nilai PR akan semakin kecil. Nilai PR tidak mungkin mencapai negatif, tetapi secara teoritis bisa mencapai nol.
Berdasarkan elastisitas produksi, daerah tidak rasional dapat dibagi menjadi tiga daerah, yaitu sebagai berikut:
a. Daerah produksi I dengan EP > 1. Daerah ini merupakan produksi
yang tidak rasional karena daerah ini penambahan input sebesar 1% akan menyebabkan penambahan produk yang selalu lebih besar dari
1%. Daerah produksi ini belum tercapai pendapatan yang maksimum karena pendapatan masih dapat diperbesar apabila pemakaian input variabel dinaikkan.
b. Daerah produksi II dengan 0 < EP < 1. Penambahan input sebesar 1%
akan menyebabkan penambahan komoditas paling tinggi sama dengan 1% dan paling rendah. 0%, tergantung harga input dan output. Daerah ini akan mencapai pendapatan maksimum. Daerah produksi ini disebut daerah produksi yang rasional.
c. Daerah produksi III dengan EP < 0. Penambahan pemakaian input
akan menyebabkan penurunan produksi total. Daerah produksi ini disebut daerah produksi yang tidak rasional.
7. Faktor Produksi
Rahim (2008:36-39), faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pertanian luas lahan, tenaga kerja, benih, modal, pestisida, herbisida, pupuk, teknologi, dan kondisi alam.
8. Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Soekartawi (1990:153), mendefinisikan bahwa fungsi produksi
Cobb- Douglas merupakan persamaan yang melibatkan dua atau lebih
variabel, dimana variabel yang satu disebut variabel dependent yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut dengan variabel independent yang menjelaskan (X), yang secara matematis persamaan Cobb-Douglas dapat ditulis sebagai berikut:
Keterangan:
Q = Hasil Produksi K = Capital (Modal) L = Labour (Tenaga Kerja) A,b1,b2 = Parameter yang dicari u = Kesalahan Pengganggu e = Logaritma natural = 2,718
Penggunaan rumus tersebut agar dapat dipakai dan memudahkan pendugaan, maka persaman diubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut, menjadi sebagai berikut:
log Y = log a + b1 log X1 + b2 log X2 ....+bn log Xn + u
Keterangan:
Y : Variabel yang dijelaskan X : Variabel yang menjelaskan a,b : Besaran yang akan diduga u : Kesalahan pengganggu
Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah menjadi fungsi linier maka ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, (Soekartawi, 1990:155) antara lain:
a. Tidak ada nilai nol dalam pengamatan, karena logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).
b. Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan (non-neutral difference in the
respective technologies). Artinya, kalau fungsi Cobb-Douglas yang
dipakai sebagai model dalam suatu pengamatan, dan bila diperlukan analisis yang memerlukan lebih dari satu model maka perbedaan
model tersebut terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis (slope) model tersebut.
c. Tiap variabel X mempunyai nilai bervariasi diantara sampelnya. d. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) sudah tercakup pada faktor
kesalahan u.
Pentingnya mengunakan fungsi produksi Cobb-Douglas hal yang menjadi alasan mengapa lebih banyak digunakan ketika penelitian, (Soekartawi,1990:165) sebagai berikut:
a. Penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglas relatif mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain, seperti fungsi kuadratik. b. Hasil pendugaan garis melalui fungsi produksi Cobb-Douglas akan
menghasilkan koefisien regresi sekaligus menunjukkan besaran elastisitas.
c. Besarnya elastisitas sekaligus menunjukan tingkat besaran return to
scale.
9. Fungsi Biaya Cobb-Douglass
Biaya harus diminimumkan terlebih dahulu untuk mendapatkan sejumlah input dan output. Fungsi biaya (cost function) banyak digunakan dalam mengukur apakah dengan varietas baru yang terbukti mampu meningkatkan produksi, juga disebabkan oleh biaya produksi yang tinggi atau tidak. Permasalahannya terletak pada bagaimana biaya yang kecil, produksi yang tetap diperoleh dalam jumlah yang tinggi (Rahim, 2008:63-64). Soekartawi (2003:232), menjelaskan bahwa walaupun cara itu telah
dikembangkan, tetapi peneliti belum banyak yang mengembangkannya. Kondisi ini disebabkan karena adanya kelemahan bahwa variabel yang dinyatakan dalam bentuk biaya sangat ditentukan oleh variabel harga. Harga sering berfluktuasi sehingga lebih banyak bersifat stikastik atau determinisik.
Persamaan fungsi biaya Cobb-Douglass adalah sebagai berikut: 𝐿𝑛 𝐶 = 𝐿𝑛 𝑎 + 𝑏1𝐿𝑛𝑌 + 𝑏2𝐿𝑛𝑃𝑁+ 𝑏3𝐿𝑛𝑃1+ 𝑑𝐷 + 𝑒
Keterangan:
C = total biaya
Y = produksi
Pn = upah tenaga kerja
P1 = rata-rata sewa tanah usahatani
Di = variabel dummy
a,b dan d = koefisien yang diduga
10. Uji t untuk membedakan Dua Buah Mean
Nazir (2013:347-349), mengatakan bahwa salah satu penggunaan statistik adalah untuk memutuskan apakah sebuah pengujian hipotesis diterima atau ditolak. Penelitian dalam metode percobaan, hipotesis yang sering dirumuskan adalah hipotesis nul.
a. Mean dari Dua Buah Sampel Independen
Perbedaan dua buah mean belum tentu berbeda secara statistik. Kedua buah mean tersebut berbeda karena kebetulan saja, karena itu beda dari kedua buah mean tersebut harus diuji lebih dahulu untuk melihat apakan dua buah mean tersebut benar-benar signifikan.
Pengujian beda dua buah mean dilakukan dengan menggunakan uji-t. Asumsi dasar dalam menggunakan uji-t adalah:
1) Distribusi dari dua buah variabel adalah normal.
2) Kedua populasi dimana sampel tersebut ditarik mempunyai
variance yang sama.
Uji-t dua buah mean perlu dihitung standat error dari beda. Rumus untuk mencari standar error dari beda adalah:
SSx1-x2 = √𝑛𝑆𝑆𝑖+𝑆𝑆2 1+ 𝑛2−2+ 1 𝑛1+ 1 𝑛1 Keterangan:
SS1 = sumsquare dari sampel 1
SS2 = sumsquare dari sampel 2
n1 = besar sampel 1
n2 = besar sampel 2
Sx1-x2 = standar error dari beda
Sumsquare tidak lain dari:
SS = ∑𝑋12− (∑ 𝑋𝐼) 2 𝑛
Keterangan:
X1 = pengamatan variabel ke satu
n = besar sampel SS = sumsquare
Pengujaian uji-t perlu diperhatikan bentuk hipotesis tentang kedua buah mean yang ingin dibandingkan. Cara merumuskan hipotesis yaitu:
Ho : u1 = u2 dengan hipotesis alternatif HA : u1 ≠ u2
Ho : u1 = u2 dengan HA : u1 ≤ u2
Jenis hipotesis yang dirumuskan menentukan apakah uji-t menggunakan two-tail (2 ekor) ataukah 1 ekor. Hipotesis yang sering digunakan adalah hipotesis pertama, dinyatakan bahwa
mean dari populasi 1 tidak sama dengan mean populasi 2, dengan
hipotesis alternalif bahwa populasi 1 tidak sama dengan populasi dua. Prosedur uji-t adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis u1 = u2
1) Tentukan hipotesis tentang kedua mean Ho : u1 = u2 ; HA :
u1 ≠ u2
2) Nyatakan besar masing-masing sampel yang independen tersebut: n1, n2
3) Hitung statistik t yang akan digunakan 4) t1/2a
t = 𝑋1+ 𝑋2
𝑆𝑥1−𝑥2
5) Tentukan level signivicance
6) Cari harga t pada tabel dengan degree of freedom n1 + n2 –
2
7) Tentukan daerah penolakan hipotesis b. Hipotesis u1 ≤ u2
1) Tentukan hipotesis tentang kedua mean populasi Ho : u1 ≤ u2; HA : u1 > 2
2) Nyatakan besar masing sampel, yaitu n1, n2
t = 𝑋1+ 𝑋2
𝑆𝑥1−𝑥2
4) Tentukan level significance
5) Tentukan daerah penolakan hipotesis
6) Cari harga t tabel pada tabel distribusi t dengan level
significance a dan degree of freedom n1 + n2 – 2
7) Tarik kesimpulan dengan membandingkan harga t tabel dengan harga t yang dihitung
c. Hipotesis u1 ≥ u2
1) Tentukan hipotesis, yaitu Ho : u1 u2; HA : u1 u2
2) Nyatakan besar sampel, yaitu n1, n2
3) Tentukan level significance
4) Hitung statistik t yang akan digunakan t = 𝑋𝑆1+ 𝑋2
𝑥1−𝑥2
didistribusikan dengan n1 + n2 – 2 degree of freedom
5) Tentukan daerah penolakan
6) Cari harga t tabel pada tabel distribusi dengan level
significance a dan degree of freedom n1 + n2 – 2
7) Bandingkan harga t dicari dengan t tabel dan tarik kesimpulan
b. Dua Sampel yang Berhubungan
Percobaan dua sampel yang berhubungan dibuat berpasangan dan dilakukan pengamatan. Pengujian beda mean dari sampel yang berhubungan perlu diketahui apa yang dimaksud dengan standar error dari beda mean antara dua sampel yang berhubungan yaitu:
SB = √ ∑𝑑 2 𝑛(𝑛−1)
Keterangan:
SB = standar error dari dua mean yang berhubungan ∑𝑑2= ∑(𝐵 − 𝐵)2= ∑𝐵2− (∑ 𝐵)2
𝑛
B = beda antara pengamatan tiap pasang B = mean dari beda pengamatan
Hipotesis yang dirumuskan adalah: beda dari mean populasi sama dengan nol, atau Ub=0. B adalah mean dari beda pasangan dalam sampel, maka criteria uji-t adalah:
T = (𝐵−𝐵)𝑆
𝑏 =
𝐵 𝑆𝐵
Prosedur pelaksanaan uji-t adalah sebagai berikut: 1) Rumuskan hipotesis
HO : uB = 0; HA : uB ≠ 0
2) Tentukan jumlah pasangan dalam sampel, yaitu n 3) Tentukan level significance
4) Cari statistik t t = 𝐵
𝑆𝐵
11. Taksonomi dan Morfologi Tanaman Jagung
Rukmana, (2007:16) menyatakan sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)
Division : Spermatophyte (Tumbuhan berbiji) Sub division : Angiospermae (Berbiji tertutrup) Kelas : Monocotyledone (Berkeping satu) Ordo : Graminae (Rumput-rumputan)
Famili : Gramineae
Genus : Zea
Species : Zea mays Linn.
Tanaman jagung termasuk jenis tumbuhan semusim (annual). Morfologi tanaman jagung terdiri atas, batang, daun, bunga, buah, dan biji. a. Akar
Akar jagung tergolong akar serabut dapat tumbuh pada kisaran 2 m. Tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif.
b. Batang
Batang jagung berbentuk tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. c. Daun
Daun jagung berbentuknya memanjang. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stomata pada daun jagung berbentuk halter. Setiap stomata dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas.
d. Bunga
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah, dalam satu tanaman. Kuntum bunga memiliki struktur khas bunga yang disebut floret. Tanaman jagung dua floret dibatasi oleh sepasang
glumae. Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman berupa
karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas, sedangkan bunga betina tersusun dalam tongkol.
e. Buah dan Biji
Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun, meskipun memiliki sejumlah bunga betina, pada umumnya satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif. Buah Jagung yang siap panen beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung memerlukan waktu 2-5 hari untuk penyerbukan lebih cepat daripada bunga betinanya.
12. Varietas Jagung Unggul
Jagung yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah jenis jagung tepung, dan jagung manis, setiap jenis jagung manis memiliki varietas unggul. Tahun 1978-1993 di Indonesia telah dilepas (dirilis) 24 varietas unggul dengan potensi hasil antara 4-6 ton jagung pipilan kering/ha, seperti dapat dilihat dalam Tabel 6.
Tabel 6
Deskripsi Varietas Unggul Jagung, Dirilis Tahun 1978-1993.
No Varietas Tahun Umur Hasil Redaksi Terhadap
Dilepas (Hari) (T/Ha) Bulai Karet
1 Harapan baru 1978 110 4-6 Tahan Tahan
2 Arjuna 1980 90 4-6 Tahan Tahan
3 Bromo 1980 90 4-6 Tahan Tahan
4 Parikesit 1981 105 4-6 Tahan Agak
Tahan
5 Nakula 1983 85 4-5 Tahan Tahan
6 Sadewa 1983 86 4-5 Agak Tahan - 7 Hibrida C-1 1983 100 5-7 Agak Tahan -
8 Hibrida Pioner-1 1985 100 5-7 Agak
Tahan
-
9 Hibrida CPI-1 1985 100 5-7 Agak
Tahan
-
10 Hibrida IPB-4 1986 100 5-6 Tahan -
11 Hibrida Pioner-2 1986 100 5-7 Agak
Tahan
-
12 Kalingga 1986 96 5-6 Tahan -
13 Wiyasa 1986 96 5-6 Tahan -
14 Hibrida C-2 1989 92 5-7 Tahan -
15 Rama 1989 100 5-7 Tahan Tahan
16 Antasena 1989 95-100 5-6 Akag
Toleran
-
17 Hibrida C-3 1992 95 6,4 - -
18 Hibrida Semar-1 1992 95-100 6,4 Tahan -
19 Hibrida Semar-2 1992 90 6,1 Tahan -
20 Hibrida CPI-2 1992 97 6,2 Tahan -
21 Hibrida Pioner-3 1992 98 6,4 Toleran Toleran
22 Hibrida Pioner-4 1993 98 6,9 - Toleran
23 Hibrida Pioner-5 1993 95 6,8 Toleran Toleran
24 DK 2004 98 9,25 Toleran Tahan
25 NK 2004 100 9,89 Tahan Agak
Tahan
13. Budidaya Jagung Olah Tanah
Rukmana (2007:51) mendentifikasikan budidaya tanaman jagung secara olah tanah adalah sebagai berikut:
a. Lingkungan Tumbuh
Faktor lingkungan tumbuh yang penting diperhatikan dalam budidaya tanaman jagung sebagai berikut:
1) Keadaan Iklim
Tanaman jagung mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap lingkungan tumbuh. Indonesia merupakan daerah tropis, jagung tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah samapai daerah yang mempunyai ketinggian 1.300 meter dari permukaan laut (dpl). Tanaman jagung akan tumbuh dan berproduksi secara optimal pada daerah dataran rendah sampai ketinggian 750 m dpl. Varietas unggul jagung yang baru dirilis dapat berproduksi optimal didaerah yang mempunyai ketinggian 500 m dpl.
Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi jagung, antara lain penyinaran matahari, suhu udara, dan curah hujan. Intensitas sinar matahari yang baik mencapai 100% (tempat terbuka), curah hujan antara 250C-300C, dengan tipe iklim A-E
(Oldeman). Suhu udara yang ideal untuk perkecambahan benih jagung antara 300C-320C dengan kapasitas air tanah antara
optimum antara 230C-270C dengan curah hujan optimum antara
100-125 mm/bulan dan merata sepanjang musim tanam. 2) Keadaan Tanah
Keadaan tanah yang paling baik untuk tanamn jagung adalah tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus (bahan organik), bertekstur lempung atau lempung berdebu sampai lempung berpasir, struktur gembur. Tanah yang baik mempunyai derajat keasaman tanah (pH) 5-7,5 serta kemiringan tanah kurang 8%. 3) Penyiapan Lahan Olah Tanah
Penyiapan lahan untuk tanaman jagung dengan cara diolah secara sempurna yaitu pengolahan tanah sempurna bertujuan untuk memperbaiki tekstur tanah, struktur tanah, memberantar gulma, dan memberantas hama dalam tanah. Memperbaiki aerasi, memperbaiki draenase tanah, mendorong aktifitas mikroorganisme tanah serta membuang gas-gas beracun dari dalam tanah. Pengolahan tanah yang baik, minimal seminggu sebelum tanam.
Langkah kerja pengolahan tanah sempurna meliputi aktivitas-aktivitas sebagi berikut:
1) Bersihkan rumput-rumput liar dari areal lahan.
2) Olah tanah dengan cara dicangkul atau dibajak dua kali sedalam 15-20 cm hingga tanah menjadi gembur.
4) Buat petakan-petakan yang dilengkapi dengan parit keliling, misalnya petakan berukuran lebar 2-3 m, tinggi 20 cm, panjangnya tergantung pada keadaan lahan dan diantara petakan dibuat saluran (parit) selebar 30 cm dan dalam 20 cm.
b. Penyiapan Benih
Kebutuhan benih jagung per satuan luas lahan bergantung pada jenis atau varietas dan jarak tanam. Biji jagung yang digunakan sebaiknya yang terletak dibagian tengah (sekitar 60%).
Kriteria benih jagung bermutu adalah mempunyai daya tumbuh tinggi (lebih 70%), murni secara fisik dan tidak tercampur dengan kotoran, murni secara genetik atau tidak tercampur dengan varietas lain, sehat, bernas, tidak keriput, mengkilat, serta tumbuh serentak dan cepat. Pedoman umum kebutuhan benih jagung per satuan luas lahan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7
Kebutuhan Benih Jagung Berdasarkan Jenis dan Jarak Tanam No Jarak Tanam (cm) Non Hibrida (kg/ha) Hibrida (kg/ha)
1 100x40 22,5 -
2 75x25 32 20
3 75x40 - 30-40
4 75x20 40 -
5 50x20 60 -
Sumber Data: Departemen Pertanian (2001). c. Penanaman
Penanaman paling baik adalah pada awal musim kemarau, cara menanam adalah dibuat lubang tanam dengan tugal sedalam 3-5 cm. masukan benih jagung sebanyak 1-3 butir/lubang dan segera ditutup
dengan tanah. Tanah yang lembab kedalaman lubang tugal cukup 3 cm, sedangkan pada tanah kering sedalam 5 cm. jumlah benih jagung varietas nonhibrida 2-3 butir/lubang, sedangkan untuk varietas hibrida 1-2 butir benih/lubang.
d. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman jagung meliputi kegiatan penyulaman, pengairan, penyiangan, penjarangan tanaman, pemupukan, serta perlindungan tanaman terhadap hama dan penyakit.
1) Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada waktu tanaman jagung berumur 7 harin setelah tanam. Cara penyulaman adalah mula-mula membuat lubang dengan tugal pada tempat yang benihnya busuk atau tumbuhnya abnormal. Benih yang baru dimasukkan sebanyak 2-3 butir sambil ditutup tanah. Sesuai penyulaman sebaiknya segera disiram hingga tanahnya cukup basah (lembab).
2) Pengairan (Penyiraman)
Fase awal pertumbuhan tanaman jagung membutuhkan cukup air. Penyiraman dilakukan pagi dan sore hari sebanyak 1-2 kali sehari, terutama jika tidak hujan. Tanam jagung yang sudah dewasa pengairan dapat dikurangi, hal penting yang harus diperhatikan adalah mempertahankan keadaan air tanah pada tingkat kapasitas lapang. Cara mengairi atau menyiram adalah dengan cara dileb atau
tanah dekat dengan bidang perakaran tanaman disiram hingga cukup basah.
3) Penjarangan Tanaman
Penjarangan tanaman dilakukan pada waktu tanaman jagung berumur antara 2-3 minggu setelah tanam. Jumlah tanaman jagung nonhibrida (komposit) sewaktu tanam sebanyak 3 tanaman, sedngkan jagung hibrida 2 tanaman.
Memperoleh pertumbuhan dan produksi jagung yang optimal, jumlah tanamn perlu dikurangi atau diperjarang. Cara penjarangan tanaman dengan mencabut tanaman yang tumbuhnya kurang baik untuk disisakan dua tanaman/lubang tanam pada jagung nonhibrida, dan 1 tanaman pada jagung hibrida.
4) Penyiangan (Pendangiran) dan Pembumbunan
Tanaman jagung pada umur 3-4 minggu setelah tanam, kebun tanaman jagung sudah ditumbuhi rumput liar (gulma). Keberadaan gulma dapat menjadi pesain tanaman jagung dalam hal kebutuhan unsur hara, air, dan sinar matahari bahkan gulma sering dijadikan sarang hama. Gulma harus disiangi, penyiangan gulma dilakukan 2-3 kali, yaitu sebelum atau bersamaan dengan kegiatan pemupukan susulan.
Cara menyiangi yaitu mula-mula tanah dicangkul atau dikored dangkal, kemudian gulma diangkat dan dikumpulkan pada lubang untuk ditimbun agar menjadi kompos. Tanah yang gembur
dibumbun atau ditimbunkan pada bidang dekat dengan pangkal batang tanaman jagung hungga membentuk guludan kecil.
5) Pemupukan
Pemupukan sangat penting diperhatikan untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman jagung. Waktu pemupukan yang paling baik adalah 1/3 bagian Nitrogen (N) + seluruh P2 05 (P) + seluruh
K20 (K) diberikan saat tanam, sedangkan 2/3 bagian Nitrogen (N)
diberikan 1 bulan setelah tanam. Tanaman jagung tampak kurang subur dapat ditambah dengan pupuk pelengkap cair (PPC) dan zat pengatur tumbuh (ZPT).
6) Perlindungan Tanaman
Perlindungan tanaman yang dianjurkan untuk mengantisipasi serangan hama dan penyakit adalah menerapkan pengendalian secara terpadu sebagai berikut.
a) Menanam benih yang sehat
b) Melakukan penanaman secara serempak a) Memperbaiki draenase tanah
b) Memanfaatkan musuh-musuh alami hama atau parasite penyakit c) Mengatur pergiliran (rotasi) tanaman.
d) Mencabut tanaman yang terserang berat e) Menyemprot dengan pestisida selektif
e. Pemanenan Tanaman Jagung
Tanaman jagung dapat dipanen apabila sudah mencapai matang fisologis (tergantung dari varietas dan tinggi tempat). Jagung yang sudah siap dipanen, berikut adalah beberapa faktor dan ciri-ciri yang dapat mempengaruhi masa panen yaitu:
a) Jagung yang akan siap panen terlihat dari terbentuknya lapisan hitam di ujung biji dan kulit tongkol (klobot) yang sudah mengering atau berwarna coklat muda.
b) Panen jagung dilakukan pada saat tongkol berumur 7-8 minggu setelah keluar bunga, adanya penampakan biji jagung yang mengkilap pada saaat tongkol dikupas, dan biji pada saat ditekan dengan tangan tidak meninggalkan bekas melekuk, serta kadar air dalam biji sudah mencapai 35-40%.
c) Kadar air biji jagung saat panen mempengaruhi volume dan mutu hasil, jika pemanenan dilakukan pada kadar air rendah (17-20%), akan menyebabkan terjadinya susut hasil akibat tercecer sebesar 1,2-4,7% dan susut mutu 5-9%.
d) Panen dilakukan pada kadar air tinggi (35-40%), susut hasil akibat tercecer mencapai 1,7-5,2% dan susut mutu 6-10%.
e) Pemanenan dilakukan dalam waktu awal atau tongkol masih belum mencapai matang fisilogis, karena akan menyebabkan penurunan kualitas produksi seperti menghasilkan banyak butir muda, sehingga daya simpan jagung menjadi rendah.
f) Pemanenan dilakukan terlambaat, maka akan menyebabkan rusaknya biji akibat deraan lingkungan dan serangan hama.
g) Panen dilakukan pada musim hujan menyebabkan biji jagung mudah berjamur sehingga biji akan terkontaminasi aflatoksin, yaitu metabolit beracun yang dihasilkan oleh cendawan Aspergillus
flavus yang dapat meracuni manusia dan hewan.
h) Penentuan saat panen jagung yang paling tepat selain memperhatikan ciri-ciri matang fisiologis pada tongkol, juga menentukan umur tanaman mencapai paling optimum.
i) Perhatikan keadaan cuaca pada saat akan melakukan panen, sebaiknya pilihlah cuaca yang cerah pada saat pemanenan jagung dilakukan.
j) Cara pemanenan tanaman jagung dilakukan secara manual dengan tangan, dengan menentukan tanaman (pohon) yang bertongkol matang fisiologis kemudian tongkol dipetik dengan tangan hingga terlepas dari batangnya.
k) Jagung tidak segera dikonsumsi atau dijual, jagung sebaiknya dipanen bersama klobotnya agar biji tidak mudah rusak dan dapat disimpan selama 3-4 bulan.
l) Proses pengeringan atau penyimpanan jagung berupa para-para dalam jumlah yang cukup.
14. Budidaya Jagung Tanpa Olah Tanah
Penyiapan lahan tanpa olah tanah (TOT) dilakukan dengan cara memberantas gulma yang ada misalnya alang-alang dengan herbisida sistemik. Herbisida yang bersifat kontak tidak layak digunakan (Roundap, Polaris, Eagle dll yang bersifat sistemik berbahan aktif glifosat). Penanaman dilakukan dengan cara tanah dicangkul lubang tanam, dipanja, dan mendongkel sisa-sisa pangkal batang jagung. Tujuan TOT adalah untuk mempercepat waktu tanam sebelum musim kemarau tiba dan menekan biaya pengolahan tanah, serta memperpendek waktu tanam.
Penyiapan lahan dengan sistem tanpa olah tanah lahan sama sekali tidak diolah berbeda dengan lahan konvensional yang tanahnya diolah sempurna. Ciri-ciri tanah yang cocok untuk penerapan tanpa olah tanah yaitu:
a. Berdraenase baik sampai sedang. b. Bertekstur sedang sampai berpasir. c. Mudah kering.
d. Bagian atas bertekstur pasir berdebu. a. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman jagung meliputi kegiatan penyulaman, pengairan, penyiangan, penjarangan tanaman, pemupukan, serta perlindungan tanaman terhadap hama dan penyakit
b. Perlindungan Tanaman
Perlindungan tanaman yang dianjurkan untuk mengantisipasi serangan hama dan penyakit adalah menerapkan pengendalian secara terpadu sebagai berikut: menanam benih yang sehat, melakukan penanaman secara serempak, memperbaiki draenase tanah, memanfaatkan musuh-musuh alami hama atau parasite penyakit, mengatur pergiliran (rotasi) tanaman, mencabut tanaman yang terserang berat, dan menyemprot dengan pestisida selektif.
c. Pemanenan Tanaman Jagung
Perlakuan pemanenen tanaman jagung memiliki ciri-ciri dan langkah-langkah sama seperti pemanenan jagung menggunakan teknologi olah tanah.
B. Tinjauan Pustaka
1. Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Kusumah (2004) tentang Analisis Perbandingan Usahatani Dan Pemasaran Antara Padi Organik dan Padi Anorganik di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat menunjukkan bahwa pendapatan atas biaya tunai petani padi organik lebih rendah dari pendapatan atas biaya tunai petani padi anorganik. Hasil uji z menyimpulkan bahwa perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani padi ternyata tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani. Pendapatan atas biaya totalnya diketahui ternyata padi organik lebih besar jika dibandingkan dengan padi anorganik.
Hasil dari analisis pendapatan usahatani pada luasan yang sama yaitu 250 m2 untuk 24 kali penanaman dalam satu tahun. Total luas lahan
yang dianalisis yaitu seluas 500 m2 dari 2,1 hektar total luas lahan yang
dimiliki perusahaan. Analisis tersebut memperlihatkan bahwa usaha sayuran organik dilahan milik pribadi memperoleh pendapatan perusahaan yang lebih tinggi yaitu sebesar Rp 27.000.616 jika dibandingkan dengan
pendapatan yang diterima pada lahan bermitra yaitu sebesar Rp 11.892.551. Pendapatan kerja perusahaan untuk lahan pribadi yaitu
sebesar Rp 21.600.616 lebih besar dari pendapatan kerja perusahaan dilahan bermitra yaitu sebesar Rp 9.192.551. Nilai 𝑅⁄𝐶 pada usahatani dengan lahan pribadi lebih besar o,5 jika dibandingkan dengan nilai 𝑅⁄𝐶
pada usahatani dengan lahan bermitra. Nilai 𝑅⁄𝐶 menunjukkan bahwa nilai tersebut lebih dari satu, maka hal ini mengindikasikan bahwa usahatani tersebut pada lahan pribadi maupun bermitra layak dan menguntungkan.
Hasil penelitian Mustofa (2014) tentang Studi Komparatif Usahatani Padi Metode System Of Rice Intensification (SRI) Dan Konvensional di Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo (Studi Kasus di Desa Ringgit dan Desa Tunjungan Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo). Tujuan penelitiannya adalah membandingkan jumlah produksi dan pendapatan usahatani padi metode SRI dan Konvensional, mengetahui pendapatan, penerimaan, dan keuntungan yang diterima petani padi SRI dan Konvensional, mengetahui faktor produksi yang berpengaruh pada usahatani padi metode SRI dan Konvensional, mengetahui faktor produksi