8 | Volume 11 Nomor 1 2020
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PAK MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
Oleh
Anitha Viktoria Manafe
Sekolah Tinggi Teologi Bethel Indonesia [email protected]
diterima 16 April 2020, direvisi 20 Mei 2020, diterbitkan 30 Juni 2020
Abstract
The purpose of this study was to get an overview, to increase PAK learning activities through problem solving learning models in PAK learning for class IX-B students of SMP K Bethel Jakarta-Pusat. This research was conducted at SMP K Bethel Jakarta-Pusat, with the subjects studied were students of class IX-B. The method used is classroom action research which consists of two cycles. In the first cycle, learning was carried out by applying a problem solving learning model accompanied by observation sheets of student learning activities. Whereas in cycle II learning was also carried out by applying a problem solving learning model accompanied by observation sheets of student learning activities and a list of questions. Each cycle consists of four stages of research, namely planning, implementing actions, observing and reflecting. The research data were analyzed using comparative descriptive followed by reflection. Comparative descriptive is done by comparing data on initial conditions, cycle 1 and cycle 2, for student learning activities. The results of this study indicate that the application of the problem solving learning model can improve the learning activities of class IX-B students of SMP K Bethel Jakarta-Pusat. It is proven that the percentage of students in PAK learning activities increases from the initial condition 0.58% to 70.5% in the first cycle and to 100% in the second cycle or in the final condition, an increase of 99.42% from the initial condition.
Keywords: Learning Activity, Teacher, Problem Solving Learning Model, Student
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mendapat gambaran, peningkatan aktivitas belajar PAK melalui model pembelajaran problem solving dalam pembelajaran PAK pada siswa kelas IX-B SMP K Bethel Jakarta-Pusat. Penelitian ini dilaksanakan di SMP K Bethel Jakarta-Pusat, dengan subyek yang diteliti adalah siswa kelas IX-B. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Pada siklus I pembelajaran dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran problem solving disertai lembar pengamatan aktivitas belajar siswa. Sedangkan pada siklus II pembelajaran juga dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran problem solving disertai lembar pengamatan aktivitas belajar siswa dan daftar pertanyaan. Pada masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan penelitian yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan deskriptif komparatif yang dilanjutkan dengan refleksi. Deskriptif komparatif dilakukan dengan membandingkan data kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2, untuk aktivitas belajar siswa. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, penerapan model
9 | Volume 11 Nomor 1 2020
pembelajaran problem solving dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IX-B SMP K Bethel Jakarta-Pusat. Terbukti presentase jumlah siswa aktivitas belajar PAK meningkat dari kondisi awal 0,58% menjadi 70,5% pada siklus I dan menjadi 100% pada siklus II atau pada kondisi akhir mengalami peningkatan sebesar 99,42% dari kondisi awal.
Kata Kunci: Aktivitas Belajar, Guru, Model Pembelajaran Problem Solving, Siswa
PENDAHULUAN
Pendidikan agama merupakan pendidikan yang perlu diajarkan kepada setiap orang sesuai dengan jenjang usia, yaitu dimulai dari anak-anak, remaja, pemuda sampai pada usia dewasa. UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bagian sembilan pasal 30 ayat 2 mengamanatkan bahwa pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama dan atau menjadi ahli ilmu agama (Sairin, 2010: 35).
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 mengenai Standar Nasional Pendidikan pada pasal 19 mengamanatkan bahwa: “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”. (Sanjaya, 2009: 4) Sejalan dengan hal tersebut maka diharapkan guru menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang meliputi pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran secara spesifik. Ciri model pembelajaran yang baik salah satunya melibatkan intelektual - emosional peserta didik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap; adanya keikutsertaan peserta didik secara aktif dan kreatif selama pelaksanaan model pembelajaran; guru bertindak sebagai fasilitator, koordinator, mediator dan motivator kegiatan belajar peserta didik; serta penggunaan berbagai metode, alat dan media pembelajaran. (Nainggolan, 2007: 26) Oleh sebab itu maka guru perlu memperhatikan hal ini dan melaksanakannya dalam setiap aktivitas belajar di kelas.
Dalam aktivitas belajar, peserta didik dan guru adalah subjek yang sama-sama penting karena proses belajar tidak akan pernah terjadi tanpa adanya peserta didik dan pendidik. Dalam penelitian ini aktivitas belajar PAK mengalami penurunan. Hal ini
10 | Volume 11 Nomor 1 2020
disebabkan oleh beberapa faktor yang berasal dari guru dan siswa. Faktor dari guru (guru cenderung mengajar dengan model pembelajaran yang membosankan dan monoton) sedangkan faktor dari siswa (siswa cenderung memiliki pandangan yang salah tentang belajar PAK, dan merasa bosan dengan gaya mengajar guru).
Model pembelajaran adalah usaha dan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar sehingga memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan model pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektifitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. (Majid, 2013: 6) Salah satu model pembelajaran yang kontekstual untuk diterapkan dalam pembelajaran di kelas adalah model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran PAK untuk meningkatkan aktivitas belajar adalah model pembelajaran problem solving (pemecahan masalah). Model pembelajaran ini perlu diterapkan dalam pendidikan agama karena peserta didik akan secara langsung belajar nilai-nilai agama apa saja yang harus diterapkan dalam kehidupan mereka.
Hal ini menunjukan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan peserta didik) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan disini penekanannya adalah pada peserta didik, sebab dengan adanya aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. (Sardiman, 2011: 95- 96)
Untuk menciptakan situasi belajar aktif atau meningkatkan kembali aktivitas belajar PAK maka guru perlu menggunakan atau mengubah gaya atau model pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar karena salah satu faktor menurunnya aktivitas belajar adalah guru belum menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Dalam hal ini peneliti menyimpulkan bahwa guru perlu, menciptakan suasana kelas yang tidak membosankan dan kelas yang tidak pasif tetapi sebaliknya guru dapat menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, aktif, terjadi interaksi yang baik antara dua pihak dan menciptakan pembelajaran PAK yang bermakna bagi siswa dan pastinya semua itu dapat tercapai dengan cara guru menggunakan metode pembelajaran yang tepat, yang sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga kebutuhan siswa dapat terjawab dalam proses pembelajaran yang dilakukan, salah satunya seperti yang akan dianalisis
11 | Volume 11 Nomor 1 2020
dalam penelitian ini adalah model pembelajaran problem solving. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapat gambaran, peningkatan aktivitas belajar PAK melalui model pembelajaran problem solving pada siswa kelas IX-B SMPK Bethel Jakarta-Pusat.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Variabel yang diteliti adalah penggunaan model pembelajaran problem solving sebagai penyebab serta aktivitas belajar sebagai akibat. Setting penelitian dimulai dengan menyusun rencana kegiatan, menyusun instrumen penelitian, pengumpulan data dengan melakukan siklus I dan II, analisis data, pembahasan dan menyusun laporan hasil penelitian.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX-B SMP K Bethel Jakarta dengan jumlah siswa 19 orang dan objek penelitiannya adalah aktivitas belajar dan pemanfaatan model pembelajaran problem solving. Teknik penelitian: dokumentasi, wawancara dan pengamatan. Sedangkan alat pengumpulan data: lembar observasi atau pengamatan aktivitas belajar siswa pada kondisi awal, siklus I & II dan lembar pengamatan aktivitas guru pada siklus I & II.
Analisa data penelitian menggunakan deskriptif komparatif yang dilanjutkan refleksi. Deskriptif komparatif dilakukan dengan membandingkan data kondisi awal, siklus I dan siklus II, untuk aktivitas belajar dan refleksi merupakan tindakan lanjutan. Indikator kinerja dalam penelitian ini dilihat dari peningkatan aktivitas belajar melalui model pembelajaran problem solving. Indikator keberhasilan direfleksikan dengan: 60% siswa mencapai rerata skor aktivitas belajar lebih besar dari 3,00 (kualifikasi baik) pada siklus I dan 70% siswa mencapai rerata skor aktivitas belajar lebih besar dari 3,00 (kualifikasi baik) pada siklus II. Skor lebih besar dari 3,00 (kualifikasi baik) merupakan skor aktivitas belajar dalam skala maksimum 5.
Prosedur penelitiannya dilakukan dengan langkah-langkah: membuat perencanaan tindakan, melaksanakan tindakan sesuai yang direncanakan, melakukan pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan, dan merefleksi deskriptif komparatif.
12 | Volume 11 Nomor 1 2020
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat 1 siswa (0,58%) mencapai rerata skor lebih besar dari 3,00 (kualifikasi baik) pada kondisi awal. Rerata skor 2,76. Pada siklus I, terdapat 12 siswa (70,5%) mencapai rerata skor aktivitas belajar lebih besar dari 3,00 (kualifikasi baik). Rerata skor aktivitas adalah 3.75. Pada siklus II, terdapat 17 siswa (100%) mencapai rerata skor aktivitas belajar lebih besar dari 3,00 (kualifikasi baik). Rerata skor aktivitas adalah 4,47.
Sebagian permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas belajar PAK. Hal tersebut karena guru belum menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk membantu siswa mempelajari materi Gereja sehingga siswa menganggap bahwa pelajaran PAK sulit, membosankan dan tidak menarik. Perlu pemilihan model pembelajaran yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran problem solving.
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus, penggunaan model pembelajaran problem solving pada siklus I dan II berbeda. Pada siklus I model pembelajaran digunakan secara kelompok tanpa daftar pertanyaan sedangkan pada siklus II model pembelajaran problem solving digunakan secara kelompok dengan daftar pertanyaan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran problem solving ternyata berdampak pada aktivitas belajar PAK.
Aktivitas belajar PAK diamati pada aspek keaktifan (memperhatikan apa yang disampaikan guru), kerjasama (bekerjasama dengan teman sebangku atau satu kelompok), dan diskusi (mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam kegiatan belajar mengajar), menunjukkan peningkatan dari Kondisi awal, Siklus I dan Siklus II. Peningkatan rerata aktivitas belajar PAK dapat dilihat pada grafik berikut:
13 | Volume 11 Nomor 1 2020
Gambar 1. Rerata Aktivitas Belajar PAK
Grafik di atas menunjukan bahwa rerata aktivitas belajar dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rerata naik 0,99 yaitu dari 2,76 menjadi 3,75. Pada siklus II rerata naik 0,72 yaitu dari 3,75 menjadi 4,47. Rerata aktivitas belajar meningkat dari kondisi awal 2,76 menjadi 4,47 pada kondisi akhir.
Jumlah siswa dengan skor aktivitas belajar lebih besar dari 3,00 (kualifikasi baik) juga meningkat. Peningkatan persentase jumlah siswa dapat dilihat pada grafik berikut:
14 | Volume 11 Nomor 1 2020
Gambar. 2. Presentase Aktivitas Belajar
Grafik di atas menunjukkan peningkatan, pada kondisi awal 0,58%, pada siklus I meningkat menjadi 70,5% dan pada siklus II meningkat menjadi 100%. Pada indikator kinerja penelitian, indikator keberhasilan direfleksikan dengan 60% siswa mencapai rerata skor aktivitas belajar lebih besar dari 3,00 (kualifikasi baik) pada siklus I dan 70% siswa mencapai rerata skor aktivitas belajar lebih besar dari 3,00 (kualifikasi baik) pada siklus II. Dengan melihat aktivitas belajar maka pada siklus I dan II telah tercapai indikator tersebut. Melalui penggunaan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan aktivitas belajar PAK bagi siswa kelas IX-B dari kondisi awal 0,58% menjadi kondisi akhir 100%. Dengan demikian hipotesis penelitian menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan aktivitas belajar PAK pada materi Gereja (Perkembangan Gereja di Indonesia dan Gereja di Tengah Masyarakat) bagi siswa kelas IX-B SMPK BETHEL JAKARTA pada semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 dapat terbukti.
SIMPULAN
Hipotesis menyebutkan bahwa melalui penggunaan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan aktivitas belajar PAK. Dari data yang diperoleh melalui penggunaan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan aktivitas belajar
15 | Volume 11 Nomor 1 2020
PAK, dari rendah menjadi tinggi yaitu dari 0,58% pada kondisi awal menjadi 70,5% pada siklus I dan menjadi tinggi 100%, pada kondisi akhir.
Disimpulkan penggunaan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan aktivitas belajar PAK bagi siswa kelas IX-B SMP K BETHEL Jakarta, pada semester 2 tahun pelajaran 2015/2016.
DAFTAR PUSTAKA
Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nainggolan, Jhon M. 2007. Menjadi Guru Agama Kristen. Jabar: Generasi Info Media. Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 mengenai Standar Nasional Pendidikan
pada pasal 19
Sairin, Weinata. 2010. Himpunan Peraturan di Bidang Pendidikan. Jakarta: Jala Permata Aksara.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Pranada Media Group.
Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali. UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bagian sembilan pasal 30