• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 5. 1 Eksisting Luas Penggunaan Lahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tabel 5. 1 Eksisting Luas Penggunaan Lahan"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana pola ruang bagi Kabupaten Pacitan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budidaya. Adapun klasifikasi peruntukan lahan di Kabupaten Pacitan berdasarkan rencana pengembangan kawasan lindung dan budidaya terdiri atas:

A. Kawasan Lindung, terbagi atas beberapa kawasan berikut: A.1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan

dibawahnya, terdiri atas: A.1.1 Kawasan Hutan Lindung A.1.2 Kawasan Karst

A.2. Kawasan perlindungan setempat, terdiri atas: A.2.1 Kawasan sempadan pantai

A.2.2 Kawasan sempadan sungai A.2.3 Kawasan sekitar mata air A.2.4 Kawasan sekitar SUTT

A.3. Kawasan suaka alam dan cagar budaya, terdiri atas: A.3.1. Kawasan cagar alam

A.3.2. Kawasan cagar budaya

A.4. Kawasan Rawan Bencana Alam, terdiri atas: A.4.1. Kawasan rawan gempa bumi

A.4.2. Kawasan rawan tanah longsor/gerakan tanah A.4.3. Kawasan gelombang pasang tsunami

A.4.4. Kawasan rawan banjir

A.5. Kawasan Lindung lainnya, terdiri atas: A.5.1. Kawasan ruang terbuka hijau A.5.2. Kawasan terumbu karang

B. Kawasan Budidaya, terbagi atas beberapa kawasan berikut: B.1. Kawasan peruntukan hutan produksi

B.2. Kawasan peruntukan hutan rakyat B.3. Kawasan peruntukan pertanian B.4. Kawasan peruntukan perikanan B.5. Kawasan peruntukan pertambangan B.6. Kawasan peruntukan industri

B.7. Kawasan peruntukan pariwisata

B.8. Kawasan peruntukan permukiman, terdiri atas: B.7.1 Permukiman Perkotaan

B.7.2 Permukiman Pedesaan

B.9. Kawasan peruntukan lainnya, terdiri atas: B.8.1 Kawasan andalan

B.8.2 Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Pangkalan Udara TNI AU Iswahyudi Rencana Penggunaan lahan di Kabupaten Pacitan hingga tahun 2028 sebagian besar diperuntukan sebagai hutan rakyat, hal ini disebabkan Kabupaten Pacitan memiliki kawasan hutan rakyat yang beragam seperti yang telah disebutkan pada pembahasan

terdahulu. Penggunaan lahan terbesar selanjutnya adalah fungsi budidaya, yaitu sebagai kawasan ruang terbuka hijau, pertanian dan permukiman, baik permukiman perkotaan maupun pedesaan. Adapun Rencana luasan penggunaan lahan di Kabupaten Pacitan berdasarkan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut.

Tabel 5. 1

Eksisting Luas Penggunaan Lahan

No Penggunaan Lahan Luas (ha) Prosentase (%)

1 Hutan Lebat 573,37 0,41 2 Hutan Belukar 4.583,26 3,30 3 Hutan Buatan 3.377,29 2,43 4 Kebun Rakyat 282,5 0,20 5 Kebun Campuran 34.819,72 25,05 6 Tegalan 70.884,36 51,00 7 Sawah 2x Tanam 9.295,37 6,69 8 Sawah 1x Tanam 378,81 0,27 9 Permukiman 12.979,09 9,34 10 Tanah Rusak 341,43 0,25 11 Sungai 1.375,75 0,99 12 Danau 96,25 0,07 Jumlah 138.987,20 100,00

Sumber: Kompilasi Data (Peta Dasar: Bakosurtanal)

Tabel 5. 2

Rencana Luas Penggunaan Lahan

No Penggunaan Lahan Luas (ha) Prosentase (%)

1 Kawasan Hutan Rakyat 65.951,00 47,45 2 Cagar Alam/Cagar Budaya 1.254,13 0,9 3 Hutan Produksi 1.484,39 1,07

4 Pertanian 13.033 9,38

5 Permukiman 16.253,31 11,69 6 Ruang Terbuka Hijau/Lahan

Cadangan 26.720,37 19,23

7 Lain-lain 14.291,00 10,28

Jumlah 138.987,20 100,00

Sumber: Hasil Analsis, 2008

5

5

.

.

1

1

R

R

E

E

N

N

C

C

A

A

N

N

A

A

P

P

E

E

L

L

E

E

S

S

T

T

A

A

R

R

I

I

A

A

N

N

K

K

A

A

W

W

A

A

S

S

A

A

N

N

L

L

I

I

N

N

D

D

U

U

N

N

G

G

Dengan mengacu pada Keppres No. 32 tahun 1990 tentang Pengolahan Kawasan Lindung dan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka kawasan lindung yang akan dimantapkan di wilayah Kabupaten Pacitan yang dinyatakan sebagai kawasan non-budidaya adalah kawasan hutan lindung dan kawasan karst 1 yang berfungsi sebagai kawasan konservasi dan resapan; kawasan perlindungan setempat yang terdiri atas sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar mata air, kawasan sekitar SUTT; kawasan suaka alam laut serta kawasan rawan bencana alam, yang terdiri atas kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor/gerakan tanah,

(2)

Peta 5. 1 Eksisting Pola Ruang kawasan rawan banjir, kawasan rawan gelombang pasang dan

tsunami.

Kriteria kawasan lindung di Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut:

1. Kawasan Hutan lindung, ditetapkan dengan kriteria:

™ kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang jumlah hasil perkalian bobotnya sama dengan 175 (seratus tujuh puluh lima) atau lebih;

™ kawasan hutan yang mempunyai ketinggian paling sedikit 2.000 (dua ribu) meter di atas permukaan laut.

™ kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik.

2. Kawasan karst (khususnya karst kelas 1), ditetapkan dengan kriteria:

™ Berfungsi sebagai penyimpan air bawah tanah secara tetap(permanen) dalam bentuk akuifer, sungai bawah tanah, telaga atau danau bawah tanah yang keberadaannya mencukupi fungsi umum hidrologi;

™ Mempunyai sungai-sungai bawah tanah yang aktif yang kumpulannya membentuk jaringan baik mendatar

(3)

maupun tegak yang sistemnya mencukupi fungsi hidrologi dan ilmu pengetahuan;

™ Gua-guanya mempunyai speleotum aktif atau peninggalan-peninggalan sejarah sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi obyek wisata dan budaya; ™ Mempunyai kandungan flora dan fauna khas yang

memenuhi arti dan fungsi sosial , ekonomi, budaya serta pengembangan ilmu pengetahuan.

3. Kawasan sempadan pantai, ditetapkan dengan kriteria:

™ daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau

™ daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.

4. Kawasan sempadan sungai, ditetapkan dengan kriteria:

™ daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar 3 (tiga) sampai 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul;

™ daratan sepanjang tepian sungai tidak bertanggul dengan lebar 10 (sepuluh) sampai 100 (seratus) meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan; dan

™ daratan sepanjang tepian sungai yang terpengaruh pasang surut air laut dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai.

5. Kawasan sekitar mata air, ditetapkan dengan kriteria:

™ daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk mempertahankan fungsi mata air; dan

™ wilayah dengan jarak paling sedikit 200 (dua ratus) meter dari mata air.

6. Kawasan sekitar SUTT, ditetapkan dengan kriteria:

™ daratan di sepanjang SUTT dengan lebar 10 (sepuluh) sampai 50 (lima puluh) meter sebagai ruang terbuka hijau; 7. Kawasan cagar alam, ditetapkan dengan kriteria:

™ memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan tipe ekosistemnya;

™ memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunnya;

™ memiliki kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli atau belum diganggu manusia;

™ memiliki luas dan bentuk tertentu; atau

™ memiliki ciri khas yang merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah serta keberadaannya memerlukan konservasi.

8. Kawasan cagar budaya, ditetapkan dengan kriteria:

™ hasil budaya manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. ™ benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak

yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagian atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan;

™ benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.

9. Kawasan rawan gempa bumi, ditetapkan dengan kriteria: ™ berpotensi dan/atau pernah mengalami gempa bumi

dengan skala VII sampai dengan XII Modified Mercally Intensity (MMI

10. Kawasan rawan tanah longsor/gerakan tanah, ditetapkan dengan kriteria:

™ memiliki tingkat kerentanan gerakan tanah tinggi.

11. Kawasan gelombang pasang tsunami, ditetapkan dengan kriteria:

™ pantai yang rawan terhadap gelombang pasang dengan kecepatan antara 10 (sepuluh) sampai dengan 100 (Seratus) kilometer per jam yang timbul akibat angin kencang atau gravitasi bulan atau matahari.

™ pantai dengan elevasi rendah dan/atau berpotensi atau pernah mengalami tsunami.

12. Kawasan rawan banjir, ditetapkan dengan kriteria:

™ diidentifikasikan sering dan/atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir.

(4)

Peta 5. 2 Rencana Pola Ruang 13. Kawasan peruntukan ruang terbuka hijau, ditetapkan dengan

kriteria:

™ berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu hamparan dan jalur; dan

™ didominasi komunitas tumbuhan.

14. Kawasan terumbu karang, ditetapkan dengan kriteria:

™ berupa kawasan yang terbentuk dari koloni masif dari hewan kecil yang secara bertahap membentuk terumbu karang;

™ terdapat di sepanjang pantai dengan kedalaman paling dalam 40 (empat puluh) meter; dan

™ dipisahkan oleh laguna dengan kedalaman antara 40 (empat puluh) sampai dengan 75 (tujuh puluh lima) meter.

5

5

.

.

1

1

.

.

1

1

K

K

A

A

W

W

A

A

S

S

A

A

N

N

Y

Y

A

A

N

N

G

G

M

M

E

E

M

M

B

B

E

E

R

R

I

I

K

K

A

A

N

N

P

P

E

E

R

R

L

L

I

I

N

N

D

D

U

U

N

N

G

G

A

A

N

N

K

K

A

A

W

W

A

A

S

S

A

A

N

N

B

B

A

A

W

W

A

A

H

H

A

A

N

N

N

N

Y

Y

A

A

Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya merupakan daerah-daerah yang memiliki kendala fisik tertentu seperti lereng curam, tekstur agak kasar sehingga mudah lepas, rawan longsor dan erosi, batuan permukaan banyak, dan kedalaman efektif agak dangkal hingga dangkal.

(5)

5.1.1.1 Kawasan Hutan Lindung

Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Sebagian besar hutan di Kabupaten Pacitan merupakan hutan rakyat, kawasan hutan rakyat yang termasuk hutan lindung adalah: a. kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng,

jenis tanah, dan intensitas hujan yang jumlah hasil perkalian bobotnya sama dengan 175 (seratus tujuh puluh lima) atau lebih;

b. kawasan hutan yang mempunyai ketinggian paling sedikit 2.000 (dua ribu) meter di atas permukaan laut. c. kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan

oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik. Tabel 5. 3

Luas Kawasan dengan Kemiringan > 40%

KECAMATAN

KEMIRINGAN LUAS TOTAL KAW. DG KEMIRINGAN > 40% % LUAS KECAMATAN E (41-60) F (>60) ARJOSARI 2.948 6.223 9.171 78,34 11.706,3 BANDAR 2.996 2.217 5.213 44,42 11.734,1 DONOROJO 1.543 2.342 3.885 35,61 10.909,2 KEBONAGUNG 3.602 1.331 4.933 39,51 12.484,7 NAWANGAN 4.150 3.360 7.510 60,54 12.405,6 NGADIROJO 2.471 3.555 6.026 62,83 9.590,5 PACITAN 1.318 1.264 2.582 33,49 7.710,8 PRINGKUKU 2.166 1.168 3.334 25,08 13.292,5 PUNUNG 1.114 2.786 3.900 35,84 10.880,7 SUDIMORO 2.384 1.576 3.960 55,11 7.185,6 TEGALOMBO 3.971 6.597 10.568 70,80 14.925,7 TULAKAN 4.965 2.486 7.451 46,10 16.161,5 TOTAL 33.628 34.905 68.533 49,31 138.987,2 Keterangan:

E(41-60) = Daerah agak bergunung dengan kemiringan 41-60% F (>60) = Daerah bergunung dengan kemiringan lebih dari 60%

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa wilayah yang termasuk kedalam kriteria kawasan hutan lindung dilihat dari kemiringan lahan lebih dari 40%, terdapat di seluruh kecamatan di Kabupaten Pacitan, dengan luas total kawasan 68.533 Ha atau 49,31% dari luas total Kabupaten Pacitan (138.987,2 Ha). Kecamatan yang sebagian besar wilayahnya memiliki klerengan lebih dari

40% adalah Kecamatan Arjosari dan Kecamatan Tegalombo, dengan persentase penggunaan lahan di masing-masing kecamatan adalah sebesar 78,34% dan 70,80%.

Untuk melindungi kawasan hutan lindung, maka perlu adanya buffer zone hutan lindung, dengan lebar 500 m (untuk hutan lindung yang telah ditata batasnya) atau 1.000 m (untuk hutan lindung yang belum ditata batasnya).

Sebaran lokasi dengan peruntukan lahan sebagai kawasan hutan lindung dan hutan rakyat dapat dilihat pada peta rencana kawasan hutan lindung dan hutan rakyat.

5.1.1.2 Kawasan Karst

Wilayah karst Pacitan ini terbagi menjadi karst barat dan karst timur. Wilayah karst barat merupakan wilayah yang termasuk dalam ekokarst I. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral No. 1456 K/20/MEM 2000 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Karst, kriteria Kawasan Karst Kelas I yaitu :

a. Berfungsi sebagai penyimpan air bawah tanah secara tetap(permanen) dalam bentuk akuifer, sungai bawah tanah, telaga atau danau bawah tanah yang keberadaannya mencukupi fungsi umum hidrologi;

b. Mempunyai sungai-sungai bawah tanah yang aktif yang kumpulannya membentuk jaringan baik mendatar maupun tegak yang sistemnya mencukupi fungsi hidrologi dan ilmu pengetahuan; c. Gua-guanya mempunyai speleotum aktif atau

peninggalan-peninggalan sejarah sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi obyek wisata dan budaya;

d. Mempunyai kandungan flora dan fauna khas yang memenuhi arti dan fungsi sosial , ekonomi, budaya serta pengembangan ilmu pengetahuan.

(6)

Peta 5. 3 Rencana Kawasan Lindung dan Hutan Rakyat Wilayah Karst Pacitan Barat yang terletak di wilayah

Selatan – Barat merupakan kawasan Karst kelas 1 dengan luas 21.867,80 ha (15,73% dari luas wilayah Kabupaten Pacitan), sehingga di wilayah ini tidak boleh dilakukan kegiatan pertambangan Kawasan Karst diartikan sebagai wilayah singkapan batuan karbonat (batu gamping dan dolomit) yang telah dan sedang mengalami gejala karstifikasi akibat pelarutan oleh air. Satuan karst menyebar di sepanjang pantai selatan, terutama disusun oleh batugamping, yang setempat

bersifat tufan. Bukit-bukit kecil berjulang antara 20-50 meter di atas muka air laut merupakan bentukan hasil erosi, yang umumnya disusun oleh batugamping terumbu. Sungai besar yang memotong satuan ini adalah S. Baksoko, yang kelurusannya dipengaruhi oleh sistem retakan.

Adapun desa dan kecamatan yang termasuk kawasan karst 1 seperti terlihat pada peta 5.4.

(7)

Peta 5. 4 Rencana Kawasan Karst

5

5

.

.

1

1

.

.

2

2

K

K

A

A

W

W

A

A

S

S

A

A

N

N

P

P

E

E

R

R

L

L

I

I

N

N

D

D

U

U

N

N

G

G

A

A

N

N

S

S

E

E

T

T

E

E

M

M

P

P

A

A

T

T

Kawasan perlindungan setempat merupakan suatu upaya dalam melindungi dan melestarikan ruang terbuka hijau di sepanjang atau disekitar kawasan sumberdaya air yang dapat bermanfaat bagi kelesatarian lingkungan. Adapun rencana pola ruang wilayah Kabupaten Pacitan yang termasuk kedalam kawasan perlindungan setempat, terdiri atas sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar mata air, dan kawasan sekitar SUTT.

5.1.2.1 Kawasan Sempadan Pantai

Kawasan sempadan pantai diadakan dengan tujuan untuk melindungi kawasan pantai dari gangguan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Ketentuan kawasan lindung sempadan pantai adalah 100 m dari titik pasang tertinggi. Namun sesuai dengan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Timur 2005-2020, pantai di Kabupaten Pacitan dimasukan kedalam daerah bahaya I (satu) terhadap bencana tsunami sehingga harus memperhatikan pencegahan bahaya tsunami.

(8)

Peta 5. 5 Rencana Kawasan Sempadan Pantai

5.1.2.2 Kawasan Sempadan Sungai

Kawasan sempadan sungai diarahkan bagi 5 daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Pacitan, yaitu DAS Grindulu, DAS Baksoko, DAS Lorog, DAS Pagotan dan DAS Bawur. Rencana sempadan sungai yang terletak di lingkungan yang belum terbangun diterapkan secara konsisten, yaitu:

™ Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. Garis sempadan

sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

™ Garis sempadan sungai tak bertanggul di luar kawasan perkotaan pada sungai besar (DAS ≥ 500 km2) ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter, sedangkan pada sungai kecil (DAS<500 km2) ditetapkan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter, dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

(9)

Peta 5. 6 Rencana Kawasan Sempadan Sungai ™ Garis sempadan sungai tak bertanggul di

dalam kawasan perkotaan yang mempunyai kedalaman <3 (tiga) meter, ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter, dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

™ Garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan yang mempunyai kedalaman 3-20 (tiga sampai duapuluh) meter, ditetapkan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) meter, dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

™ Garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan dengan kedalaman maksimum >20 (duapuluh) meter, ditetapkan sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter, dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

™ Garis sempadan sungai yang terpengaruh pasang surut air laut ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai. Daerah Aliran Sungai Grindulu mempunyai wilayah paling besar yaitu meliputi sebagian wilayah 9

(10)

kecamatan yaitu Kecamatan Pacitan, Kebonagung, Arjosari, Tulakan, Punung, Pringkuku, Tegalombo, Nawangan dan Bandar. Luas DAS kurang lebih 1.500 km2 dengan panjang kurang lebih 52 km. Saat ini terjadi penurunan kualitas (degradasi) fisik DAS akibat tekanan penduduk setempat berdampak terhadap perubahan tata guna lahan dengan luas lahan tegalan mencapai 80,90%.

Untuk memperbaiki konsidi DAS Grindulu, maka perlu diberlakukan kawasan perlindungan setempat bagi DAS Grindulu selebar 100 m di sepanjang Kecamatan Pacitan, Kebonagung, Arjosari, Tulakan, Punung, Pringkuku, Tegalombo, Nawangan dan Bandar dengan diberlakukannya arahan kegiatan yang dibatasi.

Untuk DAS Baksoko yang terletak di wilayah Kecamatan Donorojo, Kecamatan Punung dan Kecamatan Pringkuku, DAS Bawur yang terletak di wilayahKecamatan Sudimoro, DAS Pagotan yang terletak di wilayah Kecamatan Tulakan dan Kecamatan Ngadirojo, kemudian DAS Lorog yang terletak di wilayah Kecamatan Ngadirojo dan Kecamatan Sudimoro, mendapatkan perlakuan yang sama dengan DAS Grindulu. Dengan maksud disepanjang wilayah yang dilalui oleh DAS-DAS tersebut penggunaan lahannya harus diatur sesuai dengan jenis kegiatan yang diperbolehkan dikembangkan di sepanjang sempadan sungai.

5.1.2.3 Kawasan Sekitar Mata Air

Kawasan lindung di sekitar mata air dan air pada sumber air lainnya memiliki maksud untuk melindungi mata air dan air pada sumber air lainnya dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu dan/atau merusak kualitas air serta kelestarian fungsi mata air dan air pada sumber air lainnya. Adapun ketentuan perlindungan kawasan sekitar mata air adalah jari-jari 200 m dari titik mata air. Kabupaten Pacitan memiliki potensi mata air yang cukup banyak, yaitu sebanyak 36 buah mata air seperti pada tabel berikut.

Tabel 5. 4

Rencana Lokasi Kawasan Sekitar Mata Air

NO NAMA MATA AIR DESA KECAMATAN DEBIT (lt/dt) HUJAN KEMARAU

1 Telaga Hadi Luwih Ngadirejo 4.0 2.0 2 Surupan Plumbungan Kebonagung 20.0 7.0 3 Kali Sobo Ketepung Kebonagung 6.0 1.0 4 Sumber Maron Sugihwaras Nawangan 158.0 70.0 5 Sumber Dung Wil Sugihwaras Nawangan 50.0 23.3 6 Kali Putih I Jati Gunung Tulakan 0.0 0.0 7 Kali Putih II Jati Gunung Tulakan 0.0 0.0 8 Salak Jati Gunung Tulakan 0.0 0.0 9 Jlubang Jlubang Pringkuku 5.0 1.0 10 Kali Bule Candi Pringkuku 250.0 150.0 11 Kali Barong Candi Pringkuku 600.0 400.0 12 Watu lawang Wonodadi Pringkuku 4.0 1.0 13 Kali Cokel Watu Karung Pringkuku 250.0 200.0 14 Kali Sumber Dersono Pringkuku 100.0 70.0 15 Kali Kiman Dersono Pringkuku 0.0 0.0 16 Kali Sirah Dersono Pringkuku 0.0 0.0 17 Dung Wil Sugihwaras Pringkuku 50.0 23.0 18 P2AT Belah Donorojo 18.0 18.0 19 Jenggung Kalak Donorojo 2.0 1.0 20 Ngasem Sendang Donorojo 4.0 2.0 21 Waru Gendaran Donorojo 4.0 2.0 22 Dung Timo I Widoro Donorojo 75.0 70.0 23 Dung Timo II Widoro Donorojo 0.0 0.0 24 Ngoro Dowo Gedompol Donorojo 8.0 2.0 25 Dung Banteng Dolo,Sekar Donorojo 50.0 21.0 26 Gendaran Gendaran Donorojo 0.0 0.0 27 Jumbleng Pager Kidul Sudimoro 10.0 5.0 28 Papringan Pager Kidul Sudimoro 7.0 3.0 29 Joho Pager Kidul Sudimoro 4.0 1.0 30 Ngalian Pager Kidul Sudimoro 20.0 10.0 31 Tlogo Cilik Pager Kidul Sudimoro 6.0 3.0 32 Pakel Pager Kidul Sudimoro 4.0 2.0 33 Pideh Sukorejo Sudimoro 4.0 2.0 34 Dawung Sukorejo Sudimoro 5.0 2.0 35 Ngumbul Sukerejo Sudimoro 20.0 10.0 36 Ngreneng Sukorejo Sudimoro 4.0 2.0

(11)

Peta 5. 7 Rencana Kawasan Sekitar Mata Air

5.1.2.4 Kawasan Sekitar SUTT

Dalam penetapan sempadan jaringan listrik, terutama SUTT mengacu pada Permentamben No.01.P/47/MPE/ 1992 tentang Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) untuk Penyaluran Tegangan Listrik untuk sempadan ini ditetapkan 10-50 meter dari titik tengah gawang menara.

Berdasarkan keberadaan atau lokasi Saluran Udara Tegangan Tinggi di Kabupaten Pacitan pada saat

ini, maka ditetapkan bahwa lokasi sepanjang jalur transmisi SUTT 70 KV merupakan kawasan ruang terbuka hijau. Adapun persebaran lokasi yang dinyatakan sebagai ruang terbuka hijau tersebut berlokasi di sebagian wilayah kecamatan berikut ini: 1. Kecamatan Tegalombo, yaitu sepanjang jalur

SUTT di Desa Tahunan, Desa Ploso, Desa Kemuning, Desa Kebondalem Kecamatan Bandar, yaitu sepanjang jalur SUTT di Desa Kledung dan Desa Petungsinarang

(12)

Peta 5. 8 Rencana SUTT 2. Kecamatan Arjosari, yaitu sepanjang jalur SUTT di

Desa Kedunbendo, Desa Mangunharjo, Desa Gegeran, Desa Borang, Desa Gembong, Desa Pagutan, Desa Gunungsari

3. Kecamatan Kebonagung, yaitu sepanjang jalur SUTT di Desa Ketepung

4. Kecamatan Pacitan, yaitu sepanjang jalur SUTT di Desa Purworejo dan Desa Nanggungan.

Dengan adanya rencana pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap di Desa Sukorejo Kecamatan Sudimoro maka akan ada lokasi yang akan dilalui oleh jalur transmisi SUTT 150 KV sepanjang 45 km mulai dari

PLTU Pacitan tersebut hingga Gardu Induk (GI) di Kecamatan Pacitan. Sepanjang jalur transmisi ini juga ditetapkan sebagai ruang terbuka hijau yang direncanakan akan melewati sebagian wilayah 5 (lima) Kecamatan dan 14 (14) desa, antara lain:

1. Kecamatan Sudimoro (Desa Sukorejo, Desa Pager kidul dan Desa Pager Lor)

2. Kecamatan Ngadirojo (Desa Bogoharjo, Desa Cangkring dan Desa Tanjung Lor)

3. Kecamatan Tulakan (Desa Ngumbul, Desa Bungur, Desa Tulakan dan Desa Jatigunung)

(13)

4. Kecamatan Kebonagung (Desa Ketro dan Desa Ketepung)

5. Kecamatan Pacitan (Desa Purworejo dan Desa Widoro)

Sebagian besar lahan yang dilalui oleh jalur transmisi tersebut adalah lahan hutan milik negara. Fungsi lahan di sempadan jalur SUTT adalah sebagai ruang terbuka hijau.

Pada masa mendatang, perlu diantisipasi bahwa SUTT selain dibangun dari PLTU di Sudimoro hingga ke Gardu Induk Pacitan, juga akan dibangin SUTT dari gardu induk Pacitan ke Ponorogo dan Wonogiri. Lokasi RTH sepanjang jalur SUTT dapat dilihat pada peta rencana kawasan Ruang Terbuka Hijau di sepanjang jalur SUTT.

5

5

.

.

1

1

.

.

3

3

K

K

A

A

W

W

A

A

S

S

A

A

N

N

S

S

U

U

A

A

K

K

A

A

A

A

L

L

A

A

M

M

D

D

A

A

N

N

C

C

A

A

G

G

A

A

R

R

B

B

U

U

D

D

A

A

Y

Y

A

A

Di Kabupaten Pacitan, kawasan suaka alam dan cagar budaya terdiri dari:

1. Kawasan Cagar Alam 2. Kawasan Cagar Budaya

Kawasan cagar alam merupakan kawasan memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan tipe ekosistemnya; memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunnya; memiliki kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli atau belum diganggu manusia; memiliki luas dan bentuk tertentu; atau memiliki ciri khas yang merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah serta keberadaannya memerlukan konservasi.

Adapun kawasan cagar budaya adalah kawasan dan ruang disekitar bangunan bernilai budaya tinggi serta mempunyai nilai situs purbakala yang khas.

Pada kawasan Cagar Alam dan Cagar budaya dapat dimanfaatkan untuk keperluan:

1. penelitian dan pengembangan; 2. ilmu pengetahuan;

3. pendidikan, pelatihan, penerangan, penyuluhan;

4. kegiatan penunjang budidaya dan budaya Berdasarkan tingkat perkembangan kawasan Cagar Alam yang ada di wilayah Kabupaten Pacitan pada tahun 2028 direncanakan mencapai 1.254,13 Ha atau sekitar 0,90% dari luas keseluruhan Kabupaten Pacitan.

5.1.3.1 Kawasan Cagar Alam

Kawasan cagar alam dapat pula diartikan sebagai kawasan dengan ciri khas tertentu baik darat maupun pengairan yang memiliki fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistem didalanya, kawasan ini juga berfungsi sebagai wilayah penyangga kehidupan. Beberapa kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan cagar alam diantaranya :

a. Kawasan cagar alam Hutan Wisata Pacitan Indah (Kecamatan Pringkuku),

b. Kawasan cagar alam Hutan bakau (Kecamatan Ngadirojo),

c. Gua Kalak dan Gua Luweng Ombo (Kecamatan Donorojo),

d. Gua Putri, Gua Gong dan Gua Tabuhan (Kecamatan Punung),

e. Gua Kendil dan Gua Luweng Jaran (Kecamatan Pringkuku),

f. Gua Clangap (Kecamatan Kebonagung), g. Gua Pentung dan Gua Sumopuro (Kecamatan

Tulakan) dan,

h. Gua Papringan, Gua Kambil, Sukorejo (Kecamatan Sudimoro).

Disamping itu terdapat pula goa yang merupakan habitat hewan seperti burung walet dan kelelawar. Goa tersebut diantaranya Gua Butun, Gua Kayuaking, Gua Dampar, Gua Bandung, Gua Karangbolong, Gua Grinjing, Gua Ngasinan, Gua Branjang, Gua Bayutarung, Gua Srinten, Gua Guprak, Gua Seropan, Gua Ganjuran, Gua Watukurung, Gua Pandanduwur, Gua Watugudang, Gua Watulumbung, Gua Klamun, Gua Klopan, Gua Wedi Putih, Gua Curi, Gua Klopo, Gua Plantar, Gua Sawo, Gua Temon dan Gua Grebes sedangkan gua dibagian barat yang dihuni burung walet adalah GuaSirondo, Gua Singkil, Gua Princen, Gua Klatakan, Gua Ngandan dan Gua Watusingar.

5.1.3.2 Kawasan Cagar Budaya

Kawasan Cagar Budaya adalah kawasan dan ruang disekitar bangunan bernilai budaya tinggi serta mempunyai nilai situs purbakala yang khas, memiliki nilai ekonomis sehingga harus dipelihara kelestariannya serta mendapatkan perlindungan.

(14)

Peta 5. 9 Rencana Kawasan Cagar Alam Kawasan yang direncanakan menjadi kawasan

cagar budaya di Kabupaten Pacitan dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu kelompok kawasan cagar budaya berdasarkan kegiatan budaya (acara adat) kelompok kawasan cagar budaya berdasarkan lokasi yang memiliki nilai bersejarah.

Kegiatan budaya yang berupa acara adat dan seni tradisional terdiri atas:

1. Upacara Ceprotan di Kecamatan Donorojo, 2. Upacara Serumbung Mojo,

3. Upacara Baritan di Kecamatan Kebonagung, 4. Upacara Badut Sinampurno,

5. Upacara Jangkrik Genggong di Kecamatan Ngadirojo,

6. Upacara adat Jrubungmojo di Kecamatan Punung,

7. Seni Tradisional Jaranan Nem/ Geduk di Kecamatan Sudimoro,

8. Seni Tradisional Tari Eklek di Kecamatan Pringkuku,

9. Seni Tradisional Kethek Ogleng di Kecamatan Nawangan,

10. Seni Tradisional Rondo Tetek, 11. Seni Tradisional Kucingan,

(15)

12. Seni Tradisional Sentewere,

13. Wayang Beber di Kecamatan Donorojo, 14. Badut Simparno di Kecamatan Tegalombo,

dan

15. Pondok Termas di Kecamatan Arjosari

Kawasan yang direncanakan menjadi kawasan cagar budaya berdasarkan nilai sejarahnya dan berhak mendapatkan perlindungan adalah sebagai berikut:

a) Monumen Palagan Tumpak Rinjing (dilokasi tersebut terjadi perang fisik antara tentara pelajar dan patroli tentara Belanda) yang terdapat di Dusun Palem, Desa Dadapan Kecamatan Pringkuku.

b) Situs Purbakala (Peninggalan yang ditemukan berupa kapak batu, anak panah dan kerangka manusia purba) yang terdapat di Song Keplek, Song Terus, Song Gupuh, Desa Wareng Kecamatan Punung.

c) Monumen, Markas, dan rute Panglima Besar Jenderal Sudirman (digunakan pada saat agresi militer II) yang terdapat di Dusun Sobo Desa Pakis Baru Kecamatan Nawangan.

d) Peninggalan prasejarah Kerajaan Wirati dan Makam Kyai Santri di Desa Punung Kecamatan Punung.

e) Tugu wathu pathok (berupa tugu yang merupakan prasasti dan dipercayai sebagai pathoknya Pulau Jawa) di Desa Watu Pathok Kecamatan Bandar

f) Batu tulis dan Makam Sutononggo di Desa Ngreco Kecamatan Tegalombo

g) Situs Bak Soka di Desa Soka Kecamatan Punung h) Makam-makam kuno: di Kecamatan Pacitan,

terdiri atas Makam Kuno Ki Ageng petung dan Notopuro di Desa Kembang, Makam Kanjeng Jimat di Kelurahan Pacitan; Makam Kuno Buwono Keling di Desa Purwoasri Kecamatan Kebonagung; Makam Kono Astono Genthong di Desa Dadapan Kecamatan Pringkuku; Makam Eyang Putri dan Iro Kombor di desa Bandar serta Makam Mbah Wager di Desa Watupatok Kecamatan Bandar; dan Makam Kanjeng Bayat di Desa Hadiwarno Kecamatan Ngadirojo.

5

5

.

.

1

1

.

.

4

4

K

K

A

A

W

W

A

A

S

S

A

A

N

N

R

R

A

A

W

W

A

A

N

N

B

B

E

E

N

N

C

C

A

A

N

N

A

A

A

A

L

L

A

A

M

M

Kawasan lindung di Kabupaten Pacitan yang tergolong sebagai kawasan rawan bencana terbagi atas empat jenis kawasan, yaitu kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor/gerakan tanah, kawasan rawan gelombang pasang dan tsunami, kawasan rawan banjir.

5.1.4.1 Kawasan Rawan Gempa Bumi

Daerah Kabupaten Pacitan yang berada di atas lempeng India-Australia kondisinya saat ini sangat rapat karena mendapat tekanan dari lempeng Eropa-Asia. Berdasarkan hal tersebut maka seluruh wilayah Kabupaten Pacitan termasuk kedalam kawasan rawan gempa bumi.

5.1.4.2 Kawasan Rawan Tanah Longsor/Gerakan

Tanah

Adapun kawasan rawan tanah longsor/gerakan tanah di Kabupaten Pacitan merupakan daerah yang memiliki kemiringan lahan lebih dari 40% dan kawasan yang memiliki jenis tanah Redzina dan litosol. Pada kawasan yang memiliki kriteria tersebut penggunaan lahan sedapat mungkin berupa hutan lindung/hutan rakyat.

5.1.4.3 Kawasan Rawan Gelombang Pasang

Tsunami

Adapun kecamatan yang merupakan kawasan rawan bencana tsunami dan perlu diatur penggunaan lahannya adalah seluruh wilayah pantai di bagian selatan Kabupaten Pacitan yang memiliki kemiringan landai dan juga wilayah-wilayah yang dilalui oleh sungai-sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

5.1.4.4 Kawasan Rawan Banjir

Titik-titik rawan kejadian banjir di wilayah Kabupaten Pacitan sangat erat kaitannya dengan keberadaan sungai - sungai utama yang ada yaitu Sungai Baksoko, Sungai Lorog, Sungai Pagotan, Sungai Bawur dan terutama Sungai Grindulu. Daerah yang masuk kedalam kawasan rawan banjir adalah sebagian wilayah Kecamatan Arjosari, Pacitan dan Kebonagung.

(16)

5

5

.

.

1

1

.

.

5

5

K

K

A

A

W

W

A

A

S

S

A

A

N

N

L

L

I

I

N

N

D

D

U

U

N

N

G

G

L

L

A

A

I

I

N

N

N

N

Y

Y

A

A

5.1.5.1 KAWASAN RUANG TERBUKA HIJAU

Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan ruang pasal 29, disebutkan bahwa yang termasuk ruang terbuka hijau adalah taman kota, taman pemakaman umum, jalur hijau sepanjang jalan, sungai dan pantai. Selain itu, yang termasuk kedalam kawasan terbuka hijau yang ada di Kabupaten Pacitan dengan melihat standar Permendagri No.1 tahun 2007 pasal 6, adalah taman kota, taman wisata alam, taman rekreasi, taman lingkungan perumahan dan permukiman, taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial, hutan kota, hutan lindung, bentang alam seperti gunung bukit lembah, cagar alam, pemakaman umum, lapangan olah raga, lapangan upacara, parkir terbuka, lahan pertanian perkotaan, jalur dibawah SUTT, sempadan sungai dan pantai, jalur pengaman jalan, median jalan, pipa gas, pedestrian, kawasan dan jalur hijau dan daerah penyangga lapangan udara.

Hutan kota diselenggarakan dengan tujuan untuk kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya. Hutan kota berfungsi untuk memperbaiki dan menjaga iklim mikro, nilai estetika dan meresapkan air, serta menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota, serta mendukung pelestarian keanekaragaman hayati. Ruang Terbuka Hijau pada wilayah Kota minimal seluas 30% dari luas kota, dan 20% diantaranya adalah RTH Publik dan sisanya (10%) adalah RTH privat.

Luas Kecamatan Pacitan adalah 7.848 Ha, namun yang memungkinkan untuk berkembang menjadi daerah perkotaan adalah wilayah dengan kemiringan dibawah 40%, yaitu seluas 3717 Ha. Hal ini berarti setidaknya luas ruang terbuka hijau yang seharusnya ada di Kota Pacitan minimal seluas 1115 Ha. Ruang terbuka hijau di wilayah kota, yaitu di Kecamatan Pacitan, diarahkan akan dikembangkan di alun-alun Kota Pacitan, selain itu kawasan terbuka hijau dilakukan dengan bentuk memanjang, antara lain berupa jalur peneduh jalan raya, jalur hijau di sempadan sungai, sempadan pantai dengan memperhatikan zona pengaman fasilitas/instalasi yang sudah ada, antara lain ruang bebas SUTT.

Selain itu berdasarkan Keputusan Bupati Pacitan Tanggal 22 Februari 2007 Nomor 188.45/52/408.11/2007, lokasi hutan kota Kabupaten Pacitan terdiri atas Hutan Kota Teleng Ria

yang berlokasi di pantai Teleng Ria Kabupaten Pacitan dan Hutan Kota Stadion yang berlokasi di sekitar stadion olah raga Kabupaten Pacitan. Adapun luasan yang ditetapkan untuk masing-masing lokasi secara berurutan adalah seluas 0.5 Ha dan 2 Ha.

Pada masa mendatang perlu ada perencanaan kawasan hijau (green area) baik berupa taman kota, taman toga maupun kawasan hayati lainnya yang berfungsi sebagai kawasan pendukung iklim mikro yang disesuaikan antara jumlah “supplier oksigen” dan jumlah penduduk yang mendiami suatu kawasan.

5.1.5.2 KAWASAN TERUMBU KARANG

Terumbu karang adalah ekosistem khas daerah tropis dengan produktivitas dan keanekaragaman yang tinggi. Terumbu karang tersusun atas beberapa jenis karang batu yang di dalamnya hidup beraneka ragam biota perairan. Ekosistem terumbu karang di Kabupaten Pacitan mencakup areal seluas 37 hektar. Adapun lokasi kawasan terumbu karang yang tersebar di pesisir Kabupaten Pacitan dikelompokan menjadi:

1. Persebaran Kawasan terumbu karang, berada di dalam lautan yang termasuk pada wilayah Kecamatan Donorojo dan Kecamatan Pringkuku dalam bentuk luasan-luasan kecil, dengan jenis karang yang terdapat di daerah ini adalah Acropora dan Porites.

2. Persebaran Kawasan terumbu karang, berada di dalam lautan yang termasuk pada wilayah Kecamatan Sudimoro, Kecamatan Ngadirojo dan Kecamatan Tulakan berupa fringgingreef dengan jenis karang

Acropora dan Porites. Di sekitar Lorok, Teluk Siwil Desa

Sidomulyo Kecamatan Ngadirejo dan di sekitar Tanjung Tiangcentakan merupakan kawasan lindung terumbu karang masing-masing seluas 2.12 Ha dan 3.93 Ha.

Untuk menghindari terjadinya kerusakan ekosistem terumbu karang tersebut, maka lokasi-lokasi perairan yang memiliki ekosistem terumbu karang diarahkan sebagai kawasan lindung lainnya yang berhak mendapatkan perlindungan secara hukum didalam pengelolaanya.

(17)

Peta 5. 10 Rencana Kawasan Ruang Terbuka Hijau

5

5

.

.

2

2

R

R

E

E

N

N

C

C

A

A

N

N

A

A

P

P

E

E

N

N

G

G

E

E

L

L

O

O

L

L

A

A

A

A

N

N

K

K

A

A

W

W

A

A

S

S

A

A

N

N

L

L

I

I

N

N

D

D

U

U

N

N

G

G

Kawasan lindung berfungsi memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, untuk itu menjaga kelestarian fungsi ekologis kawasan lindung merupakan kewajiban yang harus diemban oleh setiap anggota masyarakat.

Pengelolaan kawasan lindung dilakukan dengan adanya pembatasan/pelarangan terhadap aktivitas manusia yang dapat mengganggu kelestarian fungsi ekologis kawasan lindung. Berbagai kawasan lindung, baik dalam bentuk kawasan suaka

alam dan kawasan pelestarian alam maupun bentuk lindung lainnya yang telah ditetapkan, diharapkan akan mendapatkan perlindungan dan perlakuan khusus, sehingga tujuan pembangunan yang berkelanjutan dapat tercapai.

5

5

.

.

2

2

.

.

1

1

P

P

E

E

N

N

G

G

E

E

L

L

O

O

L

L

A

A

A

A

N

N

K

K

A

A

W

W

A

A

S

S

A

A

N

N

Y

Y

A

A

N

N

G

G

M

M

E

E

M

M

B

B

E

E

R

R

I

I

K

K

A

A

N

N

P

P

E

E

R

R

L

L

I

I

N

N

D

D

U

U

N

N

G

G

A

A

N

N

K

K

A

A

W

W

A

A

S

S

A

A

N

N

D

D

I

I

B

B

A

A

W

W

A

A

H

H

N

N

Y

Y

A

A

5.2.1.1 Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung

Saat ini sebagian besar hutan di Kabupaten Pacitan merupakan hutan rakyat, yaitu seluas 65.951 Ha dan

(18)

terletak pada kelerengan > 40%. Dalam UU No. 41/1999, hutan rakyat dimaksudkan sebagai hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik. Definisi diberikan untuk membedakannya dari hutan negara, yaitu hutan yang tumbuh di atas tanah yang tidak dibebani hak milik atau tanah negara. Dalam pengertian ini, tanah negara mencakup tanah-tanah yang dikuasai oleh masyarakat berdasarkan ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan adat atau aturan-aturan masyarakat lokal (biasa disebut masyarakat hukum adat).

Hutan rakyat pada saat ini memiliki fungsi sebagai hutan produksi dengan jumlah produksi sebesar 222.462,50 m3 pada tahun 2008. Hutan rakyat ini terletak di kawasan yang seharusnya memiliki fungsi lindung, dilihat dari kemiringan lahan yang lebih dari 40% bahkan lebih dari 60%, kemudian dilihat pula dari struktur tanahnya yang berupa litosol dan redzina yang merupakan lapisan yang rentan dan memiliki tingkat erosi yang tinggi. Hutan lindung mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Perubahan fungsi ini memberikan salah satu dampak yang dirasakan pada musim hujan yaitu banjir, untuk itu seharusnya perlu adanya pengembalian fungsi menjadi fungsi lindung.

Arahan pengelolaan kawasan hutan lindung agar dapat dikembalikan fungsinya sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, tetapi dengan tidak mengorbankan keberadaan kebun/hutan rakyat yang sudah ada antara lain:

a. Hutan rakyat yang berada pada kelerengan > 40% jika memungkinkan dialihkan menjadi milik negara (masyarakat menjual hutan rakyat tersebut ke pemerintah, atau dengan cara lain yang sah). Selanjutnya pemerintah menetapkan lahan tersebut menjadi hutan lindung (mutlak). Selanjutnya diarahkan sebagai berikut:

1) Kawasan hutan lindung yang ada saat ini dipertahankan sebagai kawasan hutan lindung.

2) Kawasan hutan lindung yang pada saat ini masih banyak memiliki lahan terbuka atau sudah tidak berhutan lagi, direkomendasikan untuk segera ditanami kembali dengan sistem

pelibatan masyarakat sekitar di dalam prosesnya sehingga dapat menjaga keutuhan hutan tersebut nantinya.

3) Pelaksanaan rehabilitasi hutan lindung dengan jenis pohon asli setempat. Penanaman dilakukan di sela-sela tanaman yang ada. Jenis pohon yang ditanam merupakan tanaman yang mempunyai tajuk rimbun dan perakaran dalam serta sebagai penghasil produk non kayu. Penggunaan jenis pohon yang diambil kayunya, dikhawatirkan apabila pada saat panen, akan ditebang sehingga menyebabkan fungsi hutan lindung yang diharapkan tidak tercapai. Kegiatan rehabilitasi ini diharapkan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan sampai kondisi vegetasi pohon dominan jumlahnya. Disamping itu pemerintah kabupaten harus berupaya keras untuk menumbuhkan sektor-sektor andalan lainnya, yang secara perlahan-lahan dapat menggeser ketergantungan masyarakat terhadap hasil hutan;

4) Pelarangan penebangan pohon dalam kawasan hutan lindung dengan radius atau jarak sampai dengan 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Pengelolaan Hutan Di Propinsi Jawa Timur.

5) Pengendalian terhadap meluasnya perkebunan rakyat di kawasan hutan lindung dengan penegakan hukum, dan dengan melakukan kegiatan pemancangan batas, pemeliharaan batas dan mempertahankan luas dan fungsi.

6) Pemanfaatan hutan lindung dikembangkan produk bukan kayu seperti rotan dan madu yang pengelolaannya dilakukan bersama masyarakat.

7) Untuk mempertahankan fungsi lindung, hendaknya pengembangan infrastruktur di kawasan hutan lindung dibatasi. Sehingga permukiman yang telah ada ataupun

kegiatan budidaya lainnya perkembangannya dapat dibatasi.

(19)

8) Pada beberapa kawasan hutan yang memungkinkan, diusulkan kegiatan wisata alam, seperti jogging track, hiking, wisata ilmu pengetahuan dan lain-lain.

9) Agar hutan mendapat perlindungan, maka perlu adanya kegiatan sosialisasi/penyuluhan fungsi perlindungan hutan, pembuatan ilaran api, pemeliharaan sekat bakar, pengadaan sarana pemadam kebakaran, pengaturan penggembalaan ternak dalam hutan, pengambilan rumput dan makanan ternak lainnya serta serasah dari dalam kawasan hutan.

10) Sosialisasi kawasan lindung kepada masyarakat sekitar, termasuk pemancangan papan nama dan papan larangan serta sosialisasi tentang resiko bencana.

b. Jika kawasan dengan kriteria hutan lindung telah terpenuhi namun statusnya dimiliki masyarakat, maka diarahkan sebagai berikut:

1) Kegiatan budidaya yang telah ada sebelumnya, baik berupa bangunan, budidaya pertanian, hutan rakyat, dsb, pada prinsipnya harus dikeluarkan dari kawasan dengan kriteria hutan lindung secara bertahap. Bila terpaksa harus dipertahankan keberadaannya, maka harus diupayakan agar kegiatan tersebut tidak mengganggu atau diminimalkan gangguannya terhadap fungsi lindung.

2) Penebangan hasil hutan dilakukan secara terbatas.

3) Pada lahan yang saat ini sudah digunakan sebagai kegiatan pertanian dan perkebunan, Sistem Parak dapat menjadi alternatif. Sistem Parak merupakan sistem pengelolaan hutan dengan menanami kebun pepohonan campuran yang terletak di lereng-lereng di antara desa dan kawasan dengan kriteria hutan lindung. Parak memiliki keanekaragaman spesies dan kerapatan pohon yang tinggi serta dapat menghasilkan hasil hutan yang beragam untuk dijual maupun untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

4) Teknik penanaman harus mengikuti kaidah konservasi tanah, yaitu penanaman dilakukan

sejajar kontur agar tidak menyebabkan tingkat erosi yang tinggi.

Gambar 5. 1

Rencana Kawasan Hutan Lindung

Sesuai dengan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Pengelolaan Hutan Di Propinsi Jawa Timur, kegiatan yang dilakukan untuk menjaga keberadaan hutan lindung adalah sebagai berikut: A. Kegiatan yang terkait dengan usaha mencegah dan menanggulangi gangguan bencana alam terhadap hutan-hutan yang ada di Kabupaten

Pacitan meliputi: a. pemantauan

biofisik

lingkungan yang berpotensi menimbulkan bencana alam ;

b. pembuatan bangunan yang bersifat sipil teknis ; c. pembinaan kesadaran dan penyuluhan kepada

masyarakat;

GOA DI KAWASAN KARST KAWASAN KARST

(20)

d. penjagaan kelestarian nilai, dan fungsi hutan serta lingkungannya ;

e. penjagaan mutu, nilai, dan kegunaan hutan ;

B. Kegiatan yang terkait dengan usaha mencegah dan menanggulangi gangguan manusia terhadap hutan dilakukan meliputi kegiatan:

a. perencanaan pengamanan hutan;

b. penyusunan organisasi pengamanan hutan; c. penyediaan sarana dan prasarana;

d. pengamanan secara preventif dan atau represif; e. sosialisasi peraturan perundang-undangan di bidang

kehutanan;

f. meningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan hutan;

g. melakukan pengawasan dan pengendalian;

C. Kegiatan yang terkait dengan usaha mencegah dan menanggulangi gangguan ternak terhadap hutan dilakukan :

a. penunjukan lokasi penggembalaan ;

b. pencarian lokasi penggembalaan ternak yang lebih menguntungkan masyarakat ;

c. pencarian alternatif mata pencaharian masyarakat

5.2.1.2 Pengelolaan Kawasan Karst

Kawasan Karst diartikan sebagai wilayah singkapan batuan karbonat (batu gamping dan dolomit) yang telah dan sedang mengalami gejala karstifikasi akibat pelarutan oleh air. Wilayah Karst Pacitan Barat yang terletak di wilayah Selatan – Barat merupakan kawasan Karst kelas 1, sehingga di wilayah ini tidak boleh dilakukan kegiatan pertambangan dan ditetapkan sebagai area konservasi. Karena sifat yang dimilikinya, maka kawasan yang memiliki perbukitan kars mutlak tidak bisa dilakukan eksploitasi dan diperlakukan sebagai kawasan konservasi.

Kawasan lindung karst di wilayah Kabupaten Pacitan saat ini sudah banyak yang dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya pertanian dan hutan rakyat. Agar kawasan lindung karst tidak menjadi lebih terganggu ekosistemnya, maka arahan pola pengelolaan kawasan karst di Kabupaten Pacitan adalah:

a. Mengembalikan fungsi kawasan karst sebagai kawasan penyimpan cadangan air tanah dengan melakukan reboisasi dan mengembangkan

penggunaan utama lahan di kawasan ini adalah ekosistem hutan lindung;

b. Untuk merubah fungsi dari pertanian menjadi kawasan lindung, maka perlu dilakukan pembinaan terhadap petani untuk menerapkan sistem pertanian konservasi

c. Potensi ekonomi kawasan karst masih dapat diberdayakan secara terbatas tanpa merusak fungsinya secara keseluruhan;

d. Untuk mempertahankan fungsi lindung, hendaknya pengembangan infrastruktur di kawasan karst dibatasi.

e. Mengembangkan kawasan karst sebagai obyek wisata budaya, serta flora dan fauna khas bernilai ekologi

f. Permukiman pedesaan yang saat ini berada di kawasan ini diupayakan untuk tidak melakukan perkembangan. Disinsentif perlu diberikan dengan meminimalkan pelayanan infrastuktur permukiman.

5

5

.

.

2

2

.

.

2

2

P

P

E

E

N

N

G

G

E

E

L

L

O

O

L

L

A

A

A

A

N

N

K

K

A

A

W

W

A

A

S

S

A

A

N

N

P

P

E

E

R

R

L

L

I

I

N

N

D

D

U

U

N

N

G

G

A

A

N

N

S

S

E

E

T

T

E

E

M

M

P

P

A

A

T

T

5.2.2.1 Pengelolaan Kawasan Sempadan Pantai

Berdasarkan ketentuan yang berlaku, yang dimaksud dengan kawasan lindung sempadan pantai adalah 100 m diukur dari garis pantai pada saat titik pasang tertinggi ke arah darat. Untuk kawasan pesisir bukan pantai yaitu pesisir berupa tebing dengan ketinggian tebing minimal 10 m, sempadan pantai yang berlaku juga 100 m untuk menjaga kemungkinan terjadinya longsor.

Namun pantai di Kabupaten Pacitan dimasukan ke dalam daerah bahaya I (satu) terhadap bencana tsunami. Agar kawasan pantai terlindung dari gelombang tsunami dan juga dari gangguan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai, maka penggunaan lahan di kawasan sempadan pantai di Kabupaten Pacitan dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona kawasan mangrove dan vegetasi pantai di sisi terluar, disusul dengan zona perikanan/tambak, dan zona perkebunan. Pengembangan ekosistem mangrove dan tanaman lain memiliki fungsi lain yaitu menjaga kelestarian fungsi pantai dan mengembangkan kegiatan ekonomi wilayah pesisir. Perkecualian untuk daerah pantai yang sudah digunakan untuk

(21)

pertahanan dan keamanan serta fasilitas umum penangkapan perikanan masih dapat dipertahankan namun tetap ada pembatasan didalam pengembangannya.

Untuk wilayah pantai barat Pacitan, yang sepanjang pantai sudah ditumbuhi tanaman sebagai Green Belt, sehingga ditetapkan sebagai daerah kawasan lindung dengan batasan lebar 50 m dari tepi hutan menghadap ke arah pantai atau lebar 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan yang diukur dari garis surut terendah dan titik pasang tertinggi, tidak boleh ada perubahan guna lahan di kawasan ini.

Adapun pengelolaan sempadan pantai di sepanjang wilayah selatan Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut:

a. Diusulkan pengembangan kegiatan pariwisata pantai dan laut, namun dengan perencanaan yang mempertimbangkan faktor keselamatan dari kemungkinan terjadinya bencana tsunami.

b. Pembatasan pengembangan infrastruktur disepanjang kawasan ini guna mengendalikan perkembangan wilayah di sepanjang pantai.

c. Kegiatan yang mengakibatkan pengurangan

(impound) areal mangrove harus dihentikan atau

dialihkan dengan kegiatan lain yang tidak mengakibatkan pengrusakan.

d. Kegiatan yang dapat dikembangkan di pantai yang memiliki hutan bakau adalah tempat pemijahan ikan/udang, filter pencemar, dan penahan ombak/arus laut

e. Kawasan hutan mangrove yang terdegradasi perlu dilakukan rehabilitasi dengan memperhatikan zonasi vegetasi mangrove.

f. Penggunaan lahan terbatas dapat dilakukan di kawasan lindung sempadan pantai dalam bentuk pembangunan pelantar atau dermaga, TPI, fasilitas pelayanan umum lainnya yang mendukung kegiatan pariwisata dan kegiatan penangkapan ikan.

g. Penanaman vegetasi pantai (seperti keben, ketapang, cemara laut, waru laut, dll) disepanjang pantai sebagai upaya perlindungan dari bencana tsunami.

5.2.2.2 Pengelolaan Kawasan Sempadan Sungai

Sungai, termasuk anak-anak sungai dan sungai buatan, adalah alur atau tempat atau wadah air berupa jaringan pengaliran air, sedimen, dan ekosistem yang terkait mulai dari hulu dan/atau mata air sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri di sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.

Rencana sempadan sungai yang melintasi wilayah Kabupaten Pacitan harus diterapkan secara konsisten seperti pada pembahasan terdahulu, yaitu terbagi atas tujuh kelompok, diantaranya Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan (sempadan ≥5m), garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan (sempadan ≥3m), garis sempadan sungai tak bertanggul di luar kawasan perkotaan pada sungai besar (sempadan ≥100m) dan pada sungai kecil (sempadan ≥50m), garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan yang mempunyai kedalaman <3 (tiga) meter (sempadan ≥10m), garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan yang mempunyai kedalaman 3-20 (tiga sampai duapuluh) meter (sempadan ≥15m), sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan dengan kedalaman maksimum >20 (duapuluh) meter (sempadan ≥30m) serta garis sempadan untuk sungai yang terpengaruh pasang surut air laut (sempadan ≥100m).

Gambar 5. 2

Rencana Penetapan Penggunaan Lahan di Sempadan Sungai Besar Tidak Bertanggul

(22)

Gambar 5. 3

Rencana Penetapan Penggunaan Lahan Di Sempadan Sungai Kecil/ Kali Tidak Bertanggul

Dan Sungai Di Wilayah Terbangun

Kemudian ditetapkan Bantaran sungai harus bebas dari bangunan kecuali untuk pengembangan jalan inspeksi untuk mengendalikan pemanfaatan lahan/ruang di sekitar tepi sungai, pada sempadan sungai ini diupayakan pula penanaman vegetasi dengan perakaran yang kuat.

Terhadap sempadan sungai yang terletak di tengah kawasan terbangun, yang kurang atau tidak memungkinkan segera diterapkan lebar sempadan sungai 10 meter dan jalan inspeksi, perlu dilakukan upaya untuk mencapai tujuan perlindungannya, yaitu melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai, serta mengamankan aliran sungai, untuk itu langkah prioritas yang diterapkan adalah pembangunan dinding penahan (retaining

wall), pelarangan pembuangan sampah dan limbah ke

badan sungai.

Pengendalian sungai perlu dilakukan sebagai upaya untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh banjir, pencemaran, kekeringan, erosi, dan sedimentasi. Langkah-langkah kebijakan lainnya guna memberikan perlindungan bagi sungai, diantaranya:

a. Pemulihan fungsi sungai dengan melestarikan fungsi daerah tangkapan air, daerah resapan air, mata air, daerah manfaat sungai, aliran air, muara serta daerah pantai yang terpengaruh oleh aliran sungai/aktivitas daratan, pelestarian keanekaragaman hayati, dengan mempertimbangkan interaksi hulu-hilir, pengendalian

erosi, gerusan dan longsoran tebing serta sedimentasi,

b. Pencegahan berkembangnya kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang dapat mengganggu atau merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar sungai serta alirannya

c. Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai. Pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan berlokasi di sempadan sungai, diantaranya jalan inspeksi dan bangunan pengolah air

d. Pengamanan daerah aliran sungai dari kegiatan terbangun dan memfungsikannya sebagai hutan lindung.

e. peningkatan kesadaran, kepedulian, partisipasi dan pemberdayaan para pemilik kepentingan dan masyarakat dalam melestarikan sungai dan lingkungannya.

f. Rehabilitasi hutan dan lahan, terutama yang memberikan dampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap perubahan fungsi dan kualitas sungai,

g. pengaturan prasarana dan sarana sanitasi di seluruh wilayah Kabupaten Pacitan, terutama di kawasan yang memiliki fungsi budidaya, hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas air sungai.

Pengendalian kegiatan yang ada disekitar sungai dengan memanfaatkan lahan di daerah manfaat sungai dapat diperuntukan bagi kegiatan tertentu sebagai berikut:

a. Kegiatan budidaya pertanian dengan jenis tanaman yang diizinkan; namun lebih diutamakan dilakukan penanaman tumbuhan/ pepohonan berakar dalam guna mencegah terjadinya longsor;

b. Untuk pemasangan papan reklame, papan penyuluhan dan peringatan, rambu-rambu pekerjaan/pengamanan, serta sarana bantu navigasi pelayaran;

c. Untuk pemasangan rentang kabel listrik, kabel telepon, dan pipa air minum;

d. Untuk pemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan/jembatan umum; dan

e. Untuk pembangunan prasarana lalu lintas air dan bangunan pengambilan dan pembuangan air.

(23)

f. Untuk menyelenggarakan kegiatan bagi masyarakat yang tidak menimbulkan dampak merugikan bagi kelestarian dan fungsi sungai (dapat digunakan untuk olah raga, rekreasi, parkir dan lain-lain).

g. Untuk pemanfaatan lain yang diatur melalui peraturan daerah sesuai dengan kondisi sungai dan kondisi daerah, serta tetap mempertimbangkan kelestarian dan fungsi sungai.

Sedangkan pemanfaatan badan air sungai dapat diperuntukan bagi kegiatan tertentu sebagai berikut: a. prasarana angkutan air

b. sarana kegiatan pariwisata c. olah raga air

d. perikanan

e. pembangkit listrik tenaga air (jika memungkinkan) f. penambangan bahan galian (dengan batasan

tertentu, dalam arti kegiatan yang dilakukan tidak mengganggu ekosistem sungai, kelestarian sungai dan kualitas air sungai)

g. kegiatan budaya dan keagamaan

5.2.2.3 Pengelolaan Kawasan Sekitar Mata Air

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63 Tahun 1993 Tentang : Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai Dan Bekas Sungai, untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu dan/atau merusak kualitas air serta kelestarian fungsi mata air, maka ditetapkan perlindungan bagi kawasan sekitar mata air adalah jari-jari 200 m dari titik mata air. Kawasan dengan radius 15 m dari mata air harus bebas dari bangunan kecuali bangunan untuk penyaluran air. Dalam radius kawasan sekitar mata air ini tidak boleh ada alih fungsi lahan.

Sesuai dengan kondisi tanah setempat, mata air yang ada di Kabupaten Pacitan terdapat di 36 (tiga puluh enam) lokasi yang tersebar di 8 Kecamatan di Kabupaten Pacitan, yaitu di Kecamatan Pringkuku, Kecamatan Nawangan, Kecamatan Kebonagung, Kecamatan Donorojo, Kecamatan Punung, Kecamatan Ngadirejo, Kecamatan Tulakan dan Kecamatan Sudimoro.

Keberadaan mata air ini sangat bermanfaat bagi penduduk setempat sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan hidup akan air bersih dan sebagai potensi pariwisata. Untuk itu sumber air yang ada perlu tetap dilindungi dengan menjaga sempadan mata air agar tidak berubah fungsi menjadi daerah terbangun yang dapat mengancam sumber air yang ada. Langkah-langkah perlindungan kawasan sempadan mata air, diantaranya adalah:

a. Pencegahan berkembangnya kegiatan budidaya di kawasan sekitar mata air, agar tidak mengganggu fungsi mata air (terutama sebagai sumber air bersih)

b. Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada di sekitar mata air (penggunaan lahan yang telah berlangsung lama), agar tidak mengganggu fungsi mata air

c. Pengembalian kawasan hutan di sempadan mata air yang telah mengalami kerusakan melalui program rehabilitasi, reboisasi dan konservasi

d. Melindungi kawasan atasnya sebagai kawasan resapan air untuk mengisi air tanah dan membatasi berkembangnya kegiatan terbangun di kawasan resapan air tanah

5.2.2.4 Pengelolaan Kawasan Sekitar SUTT

Rencana penanganan terhadap jaringan SUTT yang melalui Kabupaten Pacitan, baik yang saat ini telah ada maupun untuk yang sedang direncanakan (PLTU Sudimoro) ini meliputi: a. Pengamanan terhadap tegakan bangunan sebidang

tower tegangan tinggi dan kiri kanan bidang sejajar maksimal 10 meter – 50 meter, yaitu sebagai zona penghalang.

b. Penerapan sempadan tersebut hanya bisa diterapkan pada lahan yang masih relatif kosong, sedangkan untuk lahan yang sudah padat perlu sosialisasi dan kearifan daerah didalam penanganannya

c. Penetapan jarak bebas minimum antara penghantar SUTT dengan tanah dan benda lain, dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut ini.

(24)

Tabel 5. 5

Jarak Bebas Minimum Antara Penghantar SUTT Dengan Tanah Dan Benda Lain

Lokasi 66 KV (m) SUTT 150 KV (m) SUTT

1. Lapangan terbuka atau daerah terbuka 2. Daerah dengan keadaan tertentu:

- Bangunan tidak tahan api - Bangunan tahan api - Lalu lintas jalan/ jalan raya

- Pohon-pohon pada umumnya, hutan, perkebunan

- Lapangan Olah Raga

- SUTT lainnya, penghantar udara tegangan tengah, jaringan telekomunikasi, antena radio, antena televisi dan kereta gantung - Rel kereta biasa

- Jembatan besi, rangka besi penahan penghantar, kereta listrik terdekat dsb

6.5 12.5 3.5 8 3.5 12.5 3 8 3 7.5 13.5 4.5 9 4.5 13.5 4 9 4

Sumber: Lampiran Permentamben, No:01.P/47/MPE/1992, tanggal 7 Februari 1992

Gambar 5. 4

Rencana Ruang Bebas SUTT 66/150 KVA

Penggunaan lahan di sempadan SUTT adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang juga berfungsi sebagai ruang terbuka hijau. Antara jaringan SUTT dengan permukiman dibatasi oleh zona penghalang, yaitu berupa pepohonan akar keras dan jalan inspeksi.

Tinggi menara jaringan transmisi listrik di Kabupaten Pacitan dibatasi oleh peraturan mengenai kawasan latihan militer TNI AU Iswahyudi.

5

5

.

.

2

2

.

.

3

3

P

P

E

E

N

N

G

G

E

E

L

L

O

O

L

L

A

A

A

A

N

N

K

K

A

A

W

W

A

A

S

S

A

A

N

N

S

S

U

U

A

A

K

K

A

A

A

A

L

L

A

A

M

M

D

D

A

A

N

N

C

C

A

A

G

G

A

A

R

R

B

B

U

U

D

D

A

A

Y

Y

A

A

5.2.3.1 Pengelolaan Kawasan Cagar Alam

Kawasan cagar alam merupakan suatu kawasan karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem

tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.

Di Kabupaten Pacitan ada beberapa kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan cagar alam, seperti yang telah diuraikan pada bagian terdahulu. Untuk melindungi kawasan-kawasan cagar alam tersebut harus dilakukan penataan batas kawasan dan penetapan kawasan, oleh karena itu diperlukan rencana-rencana peruntukan ruang bagi kawasan tersebut.

Adapun arahan pengelolaan ruang untuk kawasan cagar alam yang terdapat di Kabupaten Pacitan antara lain:

1. Kawasan ini dapat diperuntukan sebagai objek wisata alam dengan tingkat intensitas rendah (quota

tourism) dan jenis wisata minat khusus, terutama

untuk penelitan dan wisata pendidikan.

2. Kawasan ini perlu dipertahankan dengan membatasi skala pengembangan infrastruktur permukiman, kecuali infrastruktur yang mendukung perkembangan pariwisata.

Adapun pemanfaatan kawasan cagar alam yang diperbolehkan adalah sebagai berikut:

1. penelitian dan pengembangan; 2. ilmu pengetahuan;

3. pendidikan, pelatihan, penerangan, penyuluhan; 4. kegiatan penunjang budidaya dan budaya 5. wisata alam

5.2.3.2 Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya

Setelah menginventarisasi dan menetapkan kawasan cagar budaya, langkah selanjutnya untuk memberikan perlindungan terhadap lokasi-lokasi yang memiliki nilai budaya dan sejarah di Kabupaten Pacitan yang menyebar di berbagai macam lokasi, dengan jenis cagar budaya berupa acara adat dan seni tradisional serta kawasan yang memiliki nilai sejarah, adalah dengan menetapkan luasan dan batas kawasan. Kemudian kawasan dilindungi dengan melakukan penataan lingkungan setempat agar lebih mempunyai nilai estetika. Kawasan cagar budaya dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan ekonomi lokal dengan melibatkan penduduk pada masing-masing daerah, yang ketentuan pelaksanaannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Referensi

Dokumen terkait

ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI PEMBANGUNAN BANDAR UDARA NGURAH RAI - BALI ALTERNATIF IVd. Jenis

Disebabkan murid-murid menduduki kertas penilaian holistik yang lebih mudah di peringkat sebelumnya, penelitian awal guru mendapati bahawa mereka menghadapi kesukaran dalam

Untuk mengurangi banyaknya sampah plastik tersebut, maka brand Conseva yang bergerak di bidang printed product memiliki inisiatif untuk menciptakan produk dengan motif desain

Skenario kedua adalah timbulan sampah terlayani dikurangi dengan timbulan sampah yang masuk dalam upaya reduksi bank sampah dan komposter.. Pada skenario ketiga, timbulan

HP menyarankan agar Anda membuat cakram pemulihan untuk memastikan bahwa Anda dapat mengembalikan komputer ke kondisi standar pabrik apabila terjadi kegagalan fungsi kandar keras,

Selain langkah-langkah untuk penguatan dan langkah agar kinerja partai atau calon kandidat sesuai dengan citra yang telah dibangun, maka langkah lain yang

Pekerjaan Penyelesaian Properti “Nirwana Residence” diharapkan dapat terlaksana sesuai time schedule yang direncanakan, sehingga aspek legalitas menjadi sangat penting &amp; perlu

Transformasi Aktivitas Ekonomi pada Sistem Subak yang Berbasis Sosial Budaya untuk Keberlanjutan Sistem Subak di Bali... Anak Agung Putri Sri, M.Si