• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. MATRIKS RENCANA TINDAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "C. MATRIKS RENCANA TINDAK"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

REPETA 2004 No. Program Pembangunan Nasional (PROPENAS)

Rencana Tindak Indikator Kinerja Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

1 Pengembangan dan Peningkatan Akses Informasi SDA dan LH

1. Meningkatkan ketersediaan dan akses terhadap informasi dan database SDA dan LH secara terpadu;

2. Melanjutkan upaya pemetaan dan pengukuhan kawasan konservasi; 3. Mengembangkan database dan sistem

informasi geografi (SIG) potensi industri berbasis SDA;

4. Melakukan upaya pemetaan potensi dan teknologi batu bara, energi baru dan terbarukan;

5. Memetakan potensi sumber daya mineral, dan pemetaan geologi dan geofisika; 6. Meningkatkan upaya penemuan cadangan

baru minyak dan gas bumi;

7. Menyusun neraca energi dan sumber daya mineral;

8. Mengembangkan sarana air bawah tanah di daerah sulit air;

9. Memperluas kampanye penataan ruang berbasis geologi;

10. Melanjutkan inventarisasi pengetahuan dan praktik tradisional terkait dengan

1.a. Meningkatnya akses informasi SDA dan LH dengan para pihak terkait, baik dari institusi pemerintah, akademisi maupun LSM dan masyarakat, termasuk penyusunan yang secara terintegrasi terhadap perubahan ekstrim cuaca/iklim melalui media cetak dan elektronik;

1.b. Tersusunnya pedoman sistem, kriteria dan standar pengembangan data base secara sistematik maupun tematik;

1.c. Meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai LH secara mudah dan murah; 1.d. Tersusunnya pedoman sistem, kriteria dan

standar database SDA darat dan laut secara terpadu;

1.e. Tersedianya informasi mengenai potensi, kualitas dan sebaran SDA pada tingkat propinsi;

2. Tersedianya peta kawasan konservasi; 3.a. Tersedianya database dan SIG potensi

industri berbasis SDA;

3.b. Tersedianya peta potensi pengembangan batu bara, energi baru dan terbarukan, termasuk surya, angin, hydropower, panas bumi dan nuklir;

4. Meningkatnya survei geodesi dan geodinamika sebagai data dasar pemetaan; 5. Tersedianya peta potensi sumber daya

mineral, dan pemetaan geologi dan geofisika;

6. Meningkatnya cadangan baru minyak dan gas bumi;

7. Tersusunnya neraca energi dan mineral; 8. Tersedianya peta air bawah tanah didaerah

sulit air;

9. Tersedianya informasi geologi untuk penataan ruang dan pengelolaan smber daya mineral;

10. Terinventarisasinya pengetahuan dan praktik tradisional terkait dengan

Dept. Kelautan & Perikanan, Deptan, Dephut, Dept. Energi dan SD Mineral, BAKOSURTANAL, Kantor Meneg LH, LAPAN, BPPT, Dephub, Depkes, Kantor Meneg Budpar, Depperindag,

Depkimpraswil, BPS, BMG, BPN, BATAN, LIPI

Pengembangan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

(2)

Nasional (PROPENAS) Rencana Tindak Indikator Kinerja pengelolaan sumber daya genetik;

11. Meneruskan upaya penyelesaian data dasar dan peta rupabumi nasional;

12. Melanjutkan upaya untuk mendorong industri/jasa untuk menyusun pelaporan lingkungan secara transparan;

13. Melaksanakan penyusunan neraca SDA; 14. Menyelesaikan penyusunan Produk

Domestik Bruto yang berwawasan lingkungan (PDB Hijau);

15. Menyebarluaskan informasi kelayakan peruntukan lahan untuk keperluan relokasi dan rehabilitasi kawasan yang rusak akibat bencana alam;

16. Meningkatkan penyuluhan dan sosialisasi tentang konservasi SDA dan pelestarian fungsi lingkungan;

17. Melaksanakan diseminasi dan sosialisasi perjanjian internasional tentang SDA dan LH;

18. Melaksanakan pengelolaan dan pemantauan pelaksanaan program perlindungan atmosfer;

19. Melaksanakan sosialisasi tentang strategi, rencana aksi dan rencana perlindungan untuk mendukung kebijaksanaan pengelolaan keanekaragaman hayati; 20. Memasyarakatkan peraturan

perundang-undangan konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya;

21. Melakukan sosialisasi konsepsi reduce,

reuse, dan recycle (3R).

pengelolaan sumber daya genetik; 11. Terselesaikannya data dasar dan peta

rupabumi nasional;

12. Meningkatnya sektor industri/jasa dalam pelaporan lingkungan secara transparan; 13. Tersusunnya konsepsi penerapan neraca

SDA;

14. Tersusunnya panduan aplikasi, uji coba serta penyebarluasan informasi PDB hijau; 15. Meningkatnya akses informasi kelayakan

peruntukan lahan untuk keperluan relokasi dan rehabilitasi kawasan rusak akibat bencana alam;

16. Meningkatnya pengetahuan dan partisipasi masyarakat terhadap upaya konservasi SDA dan pelestarian LH;

17. Meningkatnya pengetahuan aparat pemerintah dan masyarakat tentang perjanjian internasional SDA dan LH; 18. Terlaksananya pengelolaan dan pemantauan

pelaksanaan program perlindungan atmosfir; 19. Tersosialisasinya strategi, rencana aksi dan

rencana perlindungan pengelolaan keanekaragaman hayati

20. Meningkatnya pengetahuan masyarakat terhadap aspek legal tentang konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya; 21. Meningkatnya pengetahuan dan partisipasi

masyarakat tentang konsepsi 3R. 2 Peningkatan Efektivitas

Pengelolaan, Konservasi dan Rehabilitasi SDA

1. Menetapkan kebijakan dan strategi pemanfaatan energi baru dan terbarukan; 2. Menyusun peraturan tentang penggunaan teknologi pengelolaan SDA yang ramah lingkungan;

3. Menyelesaikan pedoman dasar dalam penerbitan ijin usaha yang berpotensi merusak fungsi lingkungan;

4. Menyusun kebijakan insentif bagi investasi pertambangan dan migas;

5. Menyelesaikan penyusunan panduan bagi

1. Terlaksananya kebijakan dan strategi induk sebagai acuan dalam pelaksanaan pemanfaatan energi baru dan terbarukan; 2. Tersedianya peraturan tentang penggunaan

teknologi pengelolaan SDA yang ramah lingkungan;

3. Terselesaikannya pedoman dasar dalam penerbitan ijin usaha yang berpotensi merusak fungsi lingkungan;

4. Meningkatnya kegiatan investasi di bidang pertambangan dan migas;

5. Tersusunnya panduan bagi pelestarian

Dept. Kelautan & Perikanan, Deptan, Dephut, Dept. Energi dan SD Mineral, Kantor Meneg LH, LIPI, Kantor Meneg Budpar, Depperindag, Depkes, Depnakertrans

Peningkatan Efektivitas Pengelolaan, Konservasi, dan Rehabilitasi Sumber Daya Alam

(3)

Nasional (PROPENAS) Rencana Tindak Indikator Kinerja pelestarian ekosistem lahan basah, danau

dan situ serta kebijakan pengelolaan LH; 6. Merencanakan dan mengevaluasi

pengelolaan DAS terpadu; 7. Melaksanakan valuasi ekonomi atas

dampak pengembangan usaha yang berpotensi mencemari sungai; 8. Melaksanakan penghijauan, reboisasi,

pembangunan hutan kota dan konservasi tanah;

9. Melanjutkan rehabilitasi kawasan konservasi dan kawasan lindung; 10. Melanjutkan upaya pemulihan fungsi

lingkungan yang kritis akibat kerusakan ekosistem;

11. Melakukan pencegahan dan pengendalian alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian;

12. Merehabilitasi ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil yang rusak terutama ekosistem terumbu karang dan mangrove di 12 lokasi; 13. Mengembangkan Taman Nasional Laut di

6 lokasi;

14. Melakukan inventarisasi pengembangan kawasan konservasi laut;

15. Memperluas usaha produktivitas budidaya perikanan berwawasan lingkungan; 16. Melakukan pengkayaan populasi dan jenis

biota di kawasan perairan umum dan laut, serta pengendalian penangkapan induk ikan dan benih alam;

17. Menata ruang pesisir, laut dan pulau-pulau kecil guna mendukung pengembangan kegiatan ekonomi, industri dan pariwisata bahari;

18. Meningkatkan prasarana dan sarana dasar serta menguatkan kapasitas lokal guna pengembangan pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil berbasis masyarakat; 19. Melanjutkan inventarisasi kawasan

ekosistem lahan basah, danau dan situ, serta pedoman pengelolaan LH kawasan transmigrasi;

6. Tersedianya konsepsi dasar pengelolaan DAS terpadu;

7. Tersedianya data dasar metoda penghitungan dampak pengembangan usaha yang berpotensi mencemari sungai; 8.a. Terlaksananya kegiatan penghijauan,

reboisasi, pembangunan hutan kota dan konservasi tanah;

8.b. Tersedianya data dan informasi pengelolaan DAS, serta rancangan model pengembangan rehabilitasi hutan mangrove;

9. Berkurangnya kawasan konservasi dan kawasan lindung yang rusak; 10. Berkurangnya kegiatan-kegiatan yang

merusak dan mencemari lingkungan; 11. Berkurangnya alih fungsi lahan pertanian ke

non pertanian;

12. Terehabilitasinya ekosistem pesisir, termasuk terumbu karang dan mangrove di 12 lokasi;

13. Berkembangnya Taman Nasional Laut (TNL) di 6 lokasi;

14. Terinventarisasinya potensi calon Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) terutama di daerah perbatasan;

15. Terciptanya percontohan budidaya perikanan yang ramah lingkungan; 16. Meningkatnya populasi dan jenis biota di

kawasan perairan umum dan laut; 17. Tersusunnya tata ruang pesisir, laut, dan

pulau-pulau kecil secara terpadu dan mantap;

18. Meningkatnya ketersediaan prasarana dan sarana dasar serta peranserta masyarakat dalam pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil;

(4)

Nasional (PROPENAS) Rencana Tindak Indikator Kinerja konservasi laut berdasarkan pertimbangan

kesatuan ekosistem kelautan (marine

eco-region);

20. Menyelesaikan penelitian kriteria geologi lingkungan untuk kawasan industri dan rawan bencana serta penelitian dan pengembangan pemulihan lingkungan paska tambang;

21. Melakukan penelitian eksplorasi, konservasi dan pendayagunaan plasma nutfah dalam pengembangan pertanian; 22. Mengkaji penerapan pajak dan retribusi

SDA;

23. Menyelesaikan penyusunan standar operasi dan prosedur tentang penerapan skema konversi hutang Debt-for-Nature Swap

(DNS) serta skema lainnya antara lain conservation concession dan carbon trading termasuk tatanan kelembagaannya;

24. Mengembangkan dan mensosialisasikan industri pariwisata berwawasan lingkungan (ekowisata);

25. Menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan SDA yang mendukung pengolahan lebih lanjut dalam rangka peningkatan nilai tambah SDA nasional.

konservasi laut berdasarkan pertimbangan kesatuan ekosistem kelautan;

20. Tersusunnya konsep kriteria geologi lngkungan dan pemulihan lahan paska tambang;

21. Tersedianya hasil penelitian, eksplorasi, identifikasi, konservasi dan pendayagunaan plasma nutfah dalam pengembangan agribisnis dan peningkatan ketahanan pangan;

22.a. Tersedianya pedoman dan kebijakan penetapan nilai pajak dan sewa dalam pengelolaan SDA, termasuk mekanisme retribusi dan pajak lingkungan bagi usaha kecil yang berpotensi mencemari lingkungan;

22.b. Tersedianya mekanisme penghitungan pajak lingkungan (green tax) untuk kegiatan-kegiatan yang berpotensi merusak dan mencemari lingkungan;

23. Tersedianya acuan penerapan skema DNS serta skema lainnya termasuk tatanan kelembagaannya;

24. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekowisata;

25. Tersusunnya kebijakan nasional yang mendukung pelaku usaha dalam negeri untuk mengembangkan usaha yang menghasilkan produk akhir/hilir. 3 Pencegahan dan

Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran LH

1. Menyusun strategi dan program mitigasi LH serta adaptasi terhadap perubahan iklim global;

2. Memperbanyak hasil SNI untuk pengujian kualitas lingkungan;

3. Mengembangkan teknologi dan usaha zero

waste farming system;

4. Melaksanakan penelitian tentang pemilihan teknologi yang ramah lingkungan;

1. Tersusunnya strategi dan program mitigasi serta adaptasi perubahan iklim;

2. Tersedianya SNI pengujian kualitas lingkungan;

3. Berkembangnya teknologi dan usaha zero

waste farming system;

4.a. Terwujudnya pengembangan usaha tani organik yang berbasis teknologi lokal/ tradisional serta terjangkau harganya;

Depperindag, Kantor Meneg Budpar, Deptan, Dephut, Dept Energi dan SD Mineral, Dep. Kelautan dan

Perikanan, Dephub, Kantor Meneg LH, BAPETEN, BATAN, Kantor Meneg Ristek, Depdagri, Depkimpraswil, Depkes, BPPT, LIPI, Depnakertrans

Pencegahan Kerusakan dan Pencemaran LH

(5)

Nasional (PROPENAS) Rencana Tindak Indikator Kinerja

5. Meningkatkan pengawasan dan pengelolaan keselamatan radiasi dan limbah nuklir;

6. Mengembangkan baku mutu lingkungan;

7. Mengembangkan kajian perubahan iklim dan pemanasan global;

8. Menyusun pedoman dan evaluasi pengelolaan/produk pertambangan dan migas;

9. Mengendalikan pencemaran tanah, air, laut, dan udara;

10. Meningkatkan pengawasan terhadap perdagangan bahan perusak lapisan ozon; 11. Menyusun pedoman teknis dan

melaksanakan pengolahan limbah B3;

12. Melanjutkan pemantauan hujan asam, pencemaran Persistent Organic Pollutant (POP) dan logam berat (Pb), ketinggian air laut, dan kawasan pertambangan; 13. Melanjutkan pemantauan kualitas

lingkungan udara secara kontinyu atau Air

Quality Monitoring System (AQMS) di 10

kota;

14. Menyusun dan mengembangkan pedoman teknis pengelolaan Tempat Pembuangan

4.b. Tersedianya perangkat hukum yang mampu meningkatkan kesadaran bagi kegiatan industri untuk menggunakan teknologi ramah lingkungan, dan tersedianya pedoman pemilihan teknologi tepat guna untuk pengelolaan lingkungan;

5. Meningkatnya pengawasan dan pengelolaan keselamatan radiasi dan limbah nuklir; 6. Tersusunnya mekanisme penetapan baku

mutu air limbah dan emisi udara untuk industri, pertanian, kehutanan, pertambangan, energi dan migas; 7.a. Berkembangnya kajian perubahan iklim dan

pemanasan global;

7.b. Meningkatnya informasi peringatan dini akan dampak perubahan iklim dan pemanasan global;

8. Tersusunnya standar kerja baku di bidang pertambangan dan migas;

9.a. Berkurangnya pencemaran tanah, air, laut, dan udara, seperti konsumsi Chloro fluoro

carbons (CFC);

9.b. Tersedianya sistem insentif pasar dalam pengendalian pencemaran air;

10.a. Terwujudnya teknologi pengurangan emisi di lingkungan pembangkit listrik; 10.b. Meningkatnya penerapan konsep produksi

bersih di komunitas permukimam; 11.a. Tersusunnya pedoman teknis kriteria

pengelolaan limbah B3, termasuk prosedur kerja untuk perizinan dan pengelolaannya; 11.b. Tersosialisasinya penanganan B3 dan

limbah B3;

12. Tersedianya data pemantauan hujan asam, pencemaran POP dan logam berat (Pb), ketinggian air laut, dan kawasan pertambangan;

13. Terpantaunya kualitas udara di 10 kota;

14.a. Tersusunnya pedoman teknis TPA/TPS sampah yang berwawasan lingkungan di

(6)

Nasional (PROPENAS) Rencana Tindak Indikator Kinerja Akhir (TPA)/ Tempat Pembuangan

Sementara (TPS);

15. Meningkatkan pemakaian bahan bakar yang ramah lingkungan secara bertahap; 16. Meningkatkan upaya perlindungan dan

pengendalian kebakaran hutan dan kerusakan lingkungan lainnya; 17. Merintis penerapan skema Clean

Development Mechanism (CDM) dalam

rangka memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan Konvensi Perubahan Iklim Global (United Nations Framework

Convention on Climate

Change--UNFCCC);

18. Melanjutkan pengembangan database Program Peringkat Kinerja Industri (PROPER);

19. Melakukan inventarisasi dan evaluasi lahan kritis kawasan pertambangan;

20. Mengembangkan prasarana untuk konservasi pantai akibat sedimentasi dan abrasi;

21. Menyelesaikan kasus-kasus lingkungan di kawasan pertambangan.

beberapa kota;

14.b. Menurunnya beban TPA sampah perkotaan; 14.c. Berkurangnya konflik yang timbul akibat

penanganan TPA/TPS untuk limbah domestik di kawasan perkotaan

15.a. Tercapainya target penyampaian informasi mengenai dampak penggunaan bensin bertimbal;

15.b. Menurunnya konsumsi bahan bakar timbal; 16. Berkurangnya luasan hutan yang terbakar

akibat aktivitas manusia;

17.a. Terbentuknya CDM Designated National

Authoriry (DNA);

17.b. Tersusunnya mekanisme pembiayaan CDM, serta pengaturan posisi Indonesia dalam menghadapi isu carbon

sequestration;

17.c. Tersedianya mekanisme sistem pendanaan bagi pengendalian kualitas lingkungan hidup secara terpadu;

18. Meningkatnya pengawasan penataan kegiatan bidang pertanian dan kehutanan dengan menggunakan instrumen PROPER; 19.a. Terinventarisasinya lahan kritis di kawasan

pertambangan;

19.b. Tersusunnya metode bioteknologi dalam penanggulangan limbah cair dari kegiatan pertambangan

20. Berkembangnya prasarana konservasi pantai akibat sedimentasi dan abrasi; 21. Terselesaikannya kasus-kasus lingkungan di

kawasan pertambangan. 4 Penataan Kelembagaan dan

Penegakan Hukum Pengelolaan SDA dan Pelestarian LH

1. Melanjutkan penyelesaian RUU Pengelolaan SDA berikut peraturan pelaksanaannya;

2. Menyempurnakan UU No. 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

3. Melanjutkan penyusunan RUU tentang pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetika;

4. Melanjutkan penyelesaian RPP tentang keamanan hayati dan keamanan pangan

1. Diundangkannya UU tentang Pengelolaan SDA;

2. Ditetapkannya UU tentang penyempurnaan UU No. 5/1990

3. Tersusunnya draft awal RUU pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetika; 4. Tersusunnya RPP keamanan hayati dan

keamanan pangan produk rekaya genetika;

Depdagri, Dept. Kehakiman dan HAM, Dept. Kelautan dan Perikanan, BPN, LIPI, Kantor Meneg LH, Dephut, Deptan, Depkimpraswil

Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum dalam Pelestarian Alam dan Lingkungan Hidup

(7)

Nasional (PROPENAS) Rencana Tindak Indikator Kinerja produk rekayasa genetika;

5. Menyempurnakan RUU Pokok-pokok Pertambangan, Penyusunan RUU Panas Bumi, RUU Energi;

6. Menyusun RUU tentang perubahan UU No. 23/1997 tentang Pengelolaan LH; 7. Menyusun peraturan mengenai ambang

penggunaan pupuk dan pestisida yang aman bagi kelestarian fungsi lingkungan; 8. Menyelesaikan naskah akademik serta draft

peraturan perundang-undangan mengenai persampahan;

9. Mengembangkan pedoman pengkajian resiko lingkungan pada penggunaan produk-produk bioteknologi; 10. Meningkatkan kapasitas aparat penegak

hukum dalam penyelesaian kasus-kasus lingkungan hidup;

11. Mengembangkan kapasitas personil sertifikasi pengujian kualitas lingkungan; 12. Mengembangkan kelembagaan sertifikasi

dan akreditasi di bidang AMDAL; 13. Memperkuat kelembagaan dan

pemberdayaan masyarakat/para pihak dalam kegiatan konservasi dan rehabilitasi SDA;

14. Meningkatkan upaya pemeriksaan operasional dan pemeriksaan lainnya berkaitan dengan antara lain: illegal

logging, kebakaran hutan;

15. Meningkatkan pengawasan dan

pengendalian pendayagunaan sumber daya kelautan dan perikanan melalui penerapan sistem Monitoring, Controlling, and

Survaillance (MCS);

16. Mengembangkan kelembagaan pemangku kawasan konservasi;

17. Membentuk dan mengoperasikan Dewan Nasional Pembangunan Berkelanjutan secara transparan dan partisipatif;

5. Disampaikannya RUU Pertambangan, RUU Panas Bumi dan RUU Energi ke DPR RI; 6. Tersusunnya draft awal perubahan UU No.

23/1997 tentang Pengelolaan LH; 7. Tersusunnya peraturan mengenai ambang

penggunaan pupuk dan pestisida yang aman bagi kelestarian fungsi lingkungan; 8. Terselesaikannya naskah akademik serta

draft peraturan perundang-undangan mengenai persampahan;

9. Tersedianya pedoman pengkajian resiko lingkungan pada penggunaan produk-produk bioteknologi;

10.a. Meningkatnya kapasitas aparat penegak hukum dalam peraturan perundang-undangan LH;

10.b. Meningkatkannya upaya pemberantasan penebangan liar (illegal logging) dan penangkapan ikan secara ilegal (illegal

fishing);

11. Meningkatnya kemampuan personil pengujian kualitas lingkungan;

12. Berkembangnya kemampuan kelembagaan sertifikasi dan akreditasi di bidang AMDAL;

13. Meningkatnya kapasitas kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat/para pihak dalam kegiatan konservasi dan rehabilitasi SDA; 14. Meningkatnya kinerja aparat dalam

pemberantasan illegal logging dan penanggulangan kebakaran hutan;

15. Menurunnya tingkat pelanggaran dan tingkat kerusakan terhadap upaya pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan; 16. Terwujudnya organisasi pengelola Taman

Nasional di 7 lokasi; 17. Berfungsinya Dewan Nasional

(8)

Nasional (PROPENAS) Rencana Tindak Indikator Kinerja 18. Membentuk pusat produksi bersih nasional

(National Center for Cleaner Production /

NCCP);

19. Mengembangkan Balai Kliring Keamanan Hayati (BKKH) untuk konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati; 20. Meningkatkan sumber daya manusia dalam

menangani sistem informasi Pusat Sumber Daya Wilayah dan Lingkungan Hidup (SDWLH);

21. Melanjutkan pengembangan sarana pengendalian dampak lingkungan; 22. Melanjutkan upaya internalisasi aspek

lingkungan hidup dalam rangka kesepakatan perdagangan internasional; 23. Melakukan evaluasi dan kajian terhadap

penataan dan kewajiban negara dari perjanjian Marine Pollution, Protokol Montreal, konvensi Rotterdam dan konvensi Stockholm;

24. Mengembangkan sistem manajemen lingkungan (ISO 14000) dan strategi penerapan produksi bersih;

25. Melakukan pengelolaan dan pemantauan pelaksanaan Bank Halon Nasional dan

Refrigerant Management Plan.

18. Terbentuknya pusat produksi bersih nasional;

19. Berkembangnya BKKH untuk konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati; yang berfungsi sebagai laboratorium rujukan bagi laboratorium-laboratorium lingkungan di pusat maupun di daerah; 20. Meningkatnya sumber daya manusia dalam

menangani SDWLH;

21. Berkembangnya sarana pengendalian dampak lingkungan;

22. Berlanjutnya upaya internalisasi aspek lingkungan hidup dalam rangka kesepakatan perdagangan internasional, termasuk dalam kerangka AFTA, APEC, dan WTO; 23. Tersusunnya bahan urgensi dan konsekuensi

ratifikasi dari perjanjian Marine Pollution, dan Protokol Montreal, konvensi Rotterdam dan konvensi Stockholm;

24. Bertambahnya jumlah industri yang mendapat ISO 14000 dan ekolabeling; 25. Terlaksananya panduan pelaksanaan Bank

Halon Nasional dan tersusunnya

pelaksanaan Refrigerant Management Plan. 5 Peningkatan Peranan

Masyarakat dalam Pengelolaan SDA dan Pelestarian LH

1. Melakukan inventarisasi hak-hak adat dan ulayat sebagai peraturan hukum untuk mengelola SDA dan LH;

2. Meningkatkan pemanfaatan kearifan tradisional dalam pengelolaan LH; 3. Meningkatkan upaya pemberdayaan

masyarakat lokal dalam pengelolaan SDA melalui pendekatan keagamaan, adat, budaya, dan pendidikan;

4. Menyusun kebijakan pengembangan masyarakat setempat (Community

1. Terinventarisasinya hak-hak adat dan ulayat dalam mengelola SDA dan LH;

2. Bertambahnya pemanfaatan kearifan tradisional dalam pengelolaan LH; 3.a. Terwujudnya pengakuan atas peran dan

keikutsertakan masyarakat untuk mengelola SDA dan lingkungannya sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat lokal dan adat setempat

3.b. Meningkatnya aktivitas pendidikan non formal pengelolaan SDA melalui pendekatan keagamaan, adat, budaya, serta pendidikan; 4. Meningkatnya pemerataan pembangunan

ekonomi dan sosial di wilayah

Depdagri, Deptan, Dephut, Dept. Kelautan dan Perikanan, Dept. Energi dan SD Mineral, Kantor Meneg. LH, Depkimpraswil, Dephut, Kantor Meneg PPKTI, Depnakertrans

Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup

(9)

Nasional (PROPENAS) Rencana Tindak Indikator Kinerja

Development) dalam rangka pelaksanaan

kaidah pengusahaan yang baik (good

coorporate practice) dalam usaha

pertambangan dan migas;

5. Melakukan penanggulangan Pertambangan Tanpa Izin (PETI);

6. Mengembangkan kapasitas pemangku kepentingan untuk aktif dalam proses perencanaan, implementasi dan monitoring pengelolaan SDA dan LH;

7. Menyusun mekanisme konsultasi publik dalam pengambilan keputusan kebijakan pengelolaan SDA dan LH;

8. Melanjutkan program kemitraan dengan lembaga masyarakat dalam pelestarian LH; 9. Meningkatkan jaringan kerjasama dalam

rangka pemantauan kualitas lingkungan; 10. Melanjutkan upaya pemberdayaan,

peningkatan pengetahuan, peranserta dan keberpihakan pada wanita dan anak-anak dalam perumusan kebijakan pengelolaan SDA dan LH;

11. Melanjutkan upaya untuk memasukkan pendidikan LH dalam agenda kurikulum pendidikan nasional dan lokal; 12. Meningkatkan kegiatan produktif

masyarakat di sekitar hutan dan daerah konservasi lainnya;

13. Menyelenggarakan pemberian penghargaan kepada pihak-pihak yang berjasa dalam pelestarian LH;

14. Mengembangkan pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil berbasis masyarakat;

15. Mengembangkan Sistem Pengawasan Berbasis Masyarakat (Siswasmas) dalam pendayagunaan sumber daya kelautan dan perikanan.

pertambangan dan migas;

5. Terkendalinya kegiatan PETI di wilayah pertambangan dan menurunnya pencemaran lingkungan;

6.a. Meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan LH;

6.b. Berkembangnya partisipasi pemangku kepentingan untuk aktif dalam proses perencanaan, implementasi dan monitoring pengelolaan LH;

7. Tersusunnya mekanisme konsultasi publik dalam pengambilan keputusan kebijakan pengelolaan SDA dan LH;

8. Berkembangnya kemitraan dengan lembaga masyarakat dalam pelestarian LH; 9. Meningkatnya jaringan kerjasama dalam

rangka pemantauan kualitas lingkungan; 10. Meningkatnya pemberdayaan, peningkatan

pengetahuan, peran serta dan keberpihakan pada wanita dan anak-anak dalam

perumusan kebijakan, pengelolaan SDA dan LH;

11. Meningkatnya aktivitas dan pemahaman pengelolaan LH pada pendidikan formal; 12. Berkembangnya kegiatan produktif

masyarakat di sekitar hutan;

13. Terselenggaranya pemberian penghargaan kepada pihak-pihak yang berjasa dalam pelestarian LH, antara lain melalui penghargaan Kalpataru dan Satya Lencana Pembangunan Lingkungan;

14. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil

15. Menurunnya tingkat pelanggaran dalam pemanfaatan sumber daya ikan dan jasa-jasa kelautan seperti wisata bahari, benda berharga, bangunan laut dan angkutan hasil laut.

Referensi

Dokumen terkait

1 Persentase Rekomendasi kebijakan bidang hubungan internasional, pemerintahan dan politik dalam negeri, pertanan negara, keamanan dan ketertiban, kehakiman, hukum dan

 Guru bertanya jawab dengan peserta didik tentang contoh penerapan teknologi ramah lingkungan pada bidang energi, bidang transfortasi, bidang lingkungan, dan

 Peserta didik diminta mengidentifikasi dan menganalisis cara kerja berbagai produk teknologi ramah lingkungan dibidang energi?.

% pencapaian terhadap kualitas penyelenggaraan telekomunikasi dan pemanfaatan aplikasi teknologi telekomunikasi, informasi dan komunikasi2. 70 persen 80 persen 90 persen

Persentase penyelesaian jumlah laporan hasil riset yang tepat dan akurat di bidang Pasar Modal dan Lembaga Keuangan sesuai rencana9. 100% 100% 100% 100% 4,3 5,7 6,4

Dalam scene ini, menampilkan sebuah harapan baru untuk dapat mengatasi kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan industri dan teknologi tidak ramah lingkungan

Kebijakan Kota Pintar dapat mengurangi emisi karbon perusahaan industri di Tiongkok sebesar 23% dengan memperkuat peraturan lingkungan dan mendorong inovasi teknologi ramah