SMBCI News
To : All CustomersSummitmas II, 10th - 11th Floors Jl. Jend. Sudirman Kav. 61 - 62 Jakarta 12190
Indonesia
From : PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia Date : June 2015
Re : Bank Indonesia Regulations on The Obligation to Use Rupiah within the Territory of Republic Of Indonesia
Dear Valued Customer,
In accordance with the issuance of Bank Indonesia regulation regarding The Obligation to use Rupiah within the Territory of Republic of Indonesia, kindly find the below information related to the obligation to use Rupiah for non‐cash transactions that will be effective on 1 July 2015.
For cash transactions, the obligation as referred above is valid since the promulgation of the Currency Law on 28 June 2011.
1. The Obligation to Use Rupiah
a. The obligation to use Rupiah within the Territory of the Unitary State of Republic of Indonesia shall follow the territorial principles.
b. Toward transactions that are conducted within the territory of Republic of Indonesia, the payment is obligated to use Rupiah.
c. The obligation to use Rupiah within the territory of Republic of Indonesia is applicable both for cash and non‐cash transactions.
2. Transactions that are MANDATORY to use Rupiah a. Transactions that are conducted in the territory
of Indonesia by both residents and non‐ residents
b. Cash and non‐cash transactions (i.e.: cheque, bilyet giro, electronic money, ATM, fund transfer);
c. Transactions which are for payment purposes d. Transactions for settlement of other liabilities
that must be made with money;
e. Additional transactions in the export / import activity (example: loading/unloading, storage at the port, aircraft parking)
3. Indication of Prices
a. The indication (quotation) of the price of the goods and/or services within the territory of Republic of Indonesia is obligated to be made in Rupiah.
b. The indication (quotation) of the prices of the goods and/or services in dual quotation is prohibited.
Sehubungan dengan diterbitkannya ketentuan Bank Indonesia (BI) tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), berikut kami sampaikan informasi terkait Kewajiban Penggunaan Rupiah untuk transaksi non‐tunai yang akan mulai berlaku efektif pada tanggal 1 Juli 2015.
Untuk transaksi tunai kewajiban sebagaimana dimaksud telah berlaku sejak diundangkannya UU Mata Uang tanggal 28 Juni 2011.
1. Kewajiban Penggunaan Rupiah
a. Kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah NKRI menganut asas territorial
b. Terhadap transaksi yang dilakukan di Wilayah NKRI maka penerimaan pembayarannya wajib dalam Rupiah. c. Kewajiban Penggunaan Rupiah di wilayah
NKRI berlaku untuk transaksi baik tunai maupun non tunai
2. Transaksi yang WAJIB Menggunakan Rupiah a. Dilakukan di wilayah Indonesia oleh
penduduk atau bukan penduduk
b. Transaksi tunai dan non‐tunai (cek, bilyet giro, uang elektronik, ATM, transfer dana); c. Dilakukan untuk tujuan pembayaran d. Dilakukan untuk penyelesaian kewajiban
lain yang harus dipenuhi dengan uang; e. Transaksi tambahan dalam kegiatan
ekspor/impor (contoh: bongkar muat, penyimpanan di pelabuhan, parkir pesawat)
3. Pencantuman Harga
a. Pencantuman (kuotasi) harga barang dan/atau jasa di wilayah NKRI wajib dilakukan dalam Rupiah.
b. Pencantuman (kuotasi) harga barang dan/atau jasa secara dual quotation tidak diperkenankan.
4. The Prohibition from Refusing The Rupiah
Any party is prohibited from refusing to accept Rupiah as payment or settlement of liabilities, except:
a. There is doubt as to the authenticity of the Rupiah accepted for cash transactions,
b. Transactions that are exempted from the obligation to use Rupiah.
5. Exceptions to Use Rupiah
The obligation to use Rupiah shall be exempted for the following transactions:
a. Transactions in context of the implementation of the state income and expenditure budget b. International grants
c. Deposits and withdrawal of Foreign Currency deposits/savings in banks
d. International trade (e.g. export/import)
e. International financing in which, one of the parties should domicile in overseas
f. Other banking transactions that are permitted in foreign currencies regulated by the Laws (e.g. foreign currency lending, sale/purchase of foreign currency securities, exchange of money at money changers)
g. Strategic Infrastructure Projects
6. Authority of Bank Indonesia
a. To request for reports, information, and/or data from each party related to the implementation of the obligation to use Rupiah.
b. To conduct the supervision coordination with law enforcement officials/competent authorities.
c. To determine certain policies in the event that there are problems for business participants with certain characteristics related to the implementation of the obligation to use the Rupiah for non‐cash transactions.
d. Any party is obligated to submit reports, information, and/or data to Bank Indonesia, accompanied with supporting documents, at the request of Bank Indonesia.
7. Sanctions
a. Violations toward the obligation to use Rupiah for cash transactions and the prohibition from refusing to accept Rupiah are subject to criminal sanctions as referred to Currency Law (confinement max. of 1 year and fine max. of IDR 200 million).
b. Violations of the obligation to use Rupiah for non‐cash transactions are subject to administrative sanctions in form of:
- Written reprimand,
- Financial obligation, determined at 1% from transaction value, on max. of IDR 1 billion,
4. Larangan Menolak Rupiah
Setiap pihak dilarang menolak untuk menerima Rupiah sebagai pembayaran/ menyelesaikan kewajiban, kecuali:
a. Terdapat keraguan atas keaslian Rupiah untuk transaksi tunai
b. Transaksi yang dikecualikan dari kewajiban penggunaan Rupiah.
5. Pengecualian Penggunaan Rupiah
Kewajiban penggunaan Rupiah dikecualikan untuk transaksi berikut:
a. Transaksi dalam rangka APBN b. Hibah Internasional
c. Setoran dan penarikan simpanan valuta asing di Bank
d. Perdagangan Internasional (contoh: ekspor/impor)
e. Pembiayaan Internasional yang salah satu pihaknya berada di luar negeri
f. Transaksi lain yang diperbolehkan menggunakan valas dalam Undang‐ Undang (contoh: Pemberian kredit valas, jual beli surat berharga dalam valas, penukaran uang pada Money Changer) g. Proyek‐proyek infrastruktur strategis
6. Kewenangan Bank Indonesia
a. Meminta laporan, keterangan, dan/atau data kepada setiap pihak yang terkait dengan pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah.
b. Melakukan koordinasi pengawasan dengan penegak hukum/otoritas berwenang c. Menetapkan kebijakan tertentu dalam hal
terdapat permasalahan bagi pelaku usaha dengan karakteristik tertentu terkait pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi non‐tunai.
d. Setiap pihak wajib menyampaikan laporan, keterangan, dan/atau data kepada BI disertai dengan dokumen pendukung, dalam hal diminta oleh BI.
7. Sanksi
a. Pelanggaran kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi tunai dan penolakan penerimaan Rupiah dikenakan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam UU Mata Uang (kurungan maks. 1 Tahun & denda maks. Rp200 juta)
b. pelanggaran kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi nontunai dikenakan sanksi administratif berupa
- teguran tertulis,
- kewajiban membayar sebesar 1% dari nilai transaksi atau maks. Rp 1 Milyar
3
and/or
- Prohibition from participating in payment traffic.
c. The violations of the obligation to quote in Rupiah and obligation to deliver the reports are subject to administrative sanctions in the form of written reprimands.
d. In addition to the above sanctions, Bank Indonesia may recommend to authorized agencies to revoke business licenses or to terminate business activities.
8. Transitional Provisions
a. Transactions that are related to payment or settlement of the liability in foreign currency as referred to in written agreements which are entered into before 1 July 2015 remain to be in force until the end/completion of such written agreements.
b. Extension of and/or amendment to the written agreement is subject to Bank Indonesia Regulations.
c. The written agreements, shall include: - Main agreements,
- Derivative agreements, or
- Other documents that contain the transactions that will be done by all parties, such as purchasing order and delivery order.
9. Other Provisions
a. Bank is obligated to inform the obligation to use Rupiah within the territory of Republic of Indonesia to all customers that will conduct transactions in foreign currencies.
b. In the event that the customers insist on conducting the transactions in foreign currencies, then the customer is OBLIGATED TO FILL IN THE PURPOSE OF TRANSACTION IN THE FORM OR TRANSACTION SLIP.
c. If customer does not fill in the transaction purpose as mentioned above, there is a possibility that the Bank will postpone the said transaction until the information on the transaction purpose is obtained by the Bank 10. Examples of Filling in the Purpose of Transaction In relation to the obligation to fill in the purpose of the transaction as referred above, below are the examples on how to fill the transaction purpose that according to the Bank is in accordance with BI Regulation regarding the obligation to use Rupiah: a. For payment or settlement of the transaction
that is based on the written agreement entered
dan/atau
- larangan untuk ikut serta dalam lalu lintas pembayaran
c. pelanggaran kewajiban kuotasi dalam Rupiah dan kewajiban penyampaian laporan dikenakan sanksi adminstratif berupa teguran tertulis
d. Selain sanksi di atas, Bank Indonesia dapat merekomendasikan kepada otoritas yang berwenang untuk melakukan pencabutan izin usaha atau penghentian kegiatan usaha.
8. Ketentuan Peralihan
a. Transaksi terkait pembayaran/ penyelesaian kewajiban valas berdasar perjanjian tertulis yang dibuat sebelum 1 Juli 2015 tetap berlaku sampai berakhirnya perjanjian
b. Perpanjangan atau perubahan atas perjanjian tertulis harus tunduk pada Peraturan Bank Indonesia.
c. Perjanjian tertulis meliputi : - perjanjian induk, - perjanjian turunan atau
- dokumen lainnya yang memuat mengenai transaksi yang akan dilakukan para pihak seperti
purchasing order dan delivery order.
9. Ketentuan Lainnya
a. Bank wajib memberitahukan kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah NKRI kepada setiap nasabah yang akan melakukan trnsaksi dengan menggunakan valuta asing.
b. Dalam hal nasabah tetap akan melakukan transaksi dalam valuta asing maka nasabah WAJIB MENGISI TUJUAN TRANSAKSI DALAM FORMULIR ATAU SLIP TRANSAKSI.
c. Apabila nasabah tidak mengisi tujuan transaksi sebagaimana dimaksud, maka terdapat kemungkinan Bank akan menunda transaksi tersebut hingga informasi mengenai tujuan transaksi diperoleh Bank.
10. Contoh Pengisian tujuan transaksi
Terkait dengan kewajiban pengisian tujuan transaksi sebagaimana dimaksud di atas, berikut contoh pengisian yang menurut Bank sesuai dengan Ketentuan BI mengenai kewajiban penggunaan Rupiah:
a. Untuk pembayaran/penyelesaian transaksi yang berdasarkan perjanjian tertulis yang dibuat sebelum 1 Juli 2015, tujuan
4
into before 1 July 2015, the purpose of the transaction can be filled: Payment of Invoice No. XXX to PT. A in accordance with written agreement No. xxx, dated dd/mm/yyyy.
b. For payment or settlement of the transactions related to strategic infrastructure, the purpose of the transaction can be filled: Payment of invoice No. XXX related to strategic infrastructure project in accordance with the Reference Letter from XXX Ministry (or related institution) and Bank Indonesia Approval No. XXX.
c. For transactions in primary market and secondary market for foreign currencies securities that are issued by the government, the purpose of the transactions can be filled: to conduct payment of foreign currencies securities purchase transactions series XXX issued by the government.
d. For tax payment in foreign currency, the purpose of the transactions can be filled: Tax Payment (PPH XX) in foreign currency
e. For payment or settlement of foreign currency loan to the offshore creditor that has an account in SMBC‐I, the purpose of the transactions can be filled: Loan repayment to ABC corporation based on Loan Agreement No.XX dated dd/mm/yyy.
f. For payment or settlement of import transaction to the exporter located offshore but has an account in SMBC‐I, the purpose of the transactions can be filled: payment of invoice No.XXX related to import of goods from ABC Corporation
g. For foreign currency transfer conducted between two foreign currency account owned by the same party, the purpose of the transactions can be filled: transfer (overbooking) to the company’ account in Bank XXX
Detailed stipulations regarding the obligation to Use Rupiah can be seen in the BI Regulation No. 17/3/PBI/2015 and BI Circular Letter No. 17/11/DKSP concerning The Obligation to Use Rupiah within the Unitary State of the Republic of Indonesia (NKRI) which can be downloaded through the Bank’s website:
www.smbc.co.id or through BI’s website: www.bi.go.id
transaksi dapat diisi: Pembayaran invoice No.XXX kepada PT. A sesuai dengan perjanjian tertulis No.xxx tertanggal dd/mm/yyyy.
b. Untuk pembayaran/penyelesaian transaksi terkait infrastrukture strategis, tujuan transaksi dapat diisi: Pembayaran invoice No.XXX sehubungan dengan proyek infrastruktur strategis sesuai dengan Surat Keterangan dari Kementerian XXX (atau lembaga terkait) dan Izin BI No.XXX. c. Untuk Transaksi di pasar perdana dan
pasar sekunder atas surat berharga valas yang diterbitkan pemerintah, tujuan transaksi dapat diisi: Untuk pembayaran transaksi pembelian surat berharga valas seri XXX yang diterbitkan Pemerintah. d. Untuk transaksi pembayaran pajak dalam
valuta asing, tujuan transaksi dapat diisi: Pembayaran Pajak (PPH XX) dalam valuta asing.
e. Untuk pembayaran/penyelesaian pinjaman valuta asing kepada Pihak Di Luar Negeri yang memiliki rekening pada SMBC‐I, tujuan transaksi dapat diisi: Pembayaran Pinjaman kepada ABC Corporation
berdasarkan Perjanjian Kredit/Pinjaman No.XXX tanggal dd/mm/yyyy.
f. Untuk pembayaran/penyelesaian transaksi terkait impor kepada pihak eksportir di luar negeri namun memiliki rekening di SMBC‐I, tujuan transaksi dapat diisi: Pembayaran invoice No.XXX atas impor barang dari ABC Corporation
g. Untuk transver valas yang dilakukan antar rekening valuta asing yang dimiliki oleh pihak yang sama, tujuan transaksi dapat diisi: pemindahbukuan kepada rekening perusahaan di Bank XXX.
Rincian peraturan mengenai kewajiban penggunaan Rupiah ini dapat dilihat pada Peraturan Bank Indonesia No. 17/3/PBI/2015 dan Surat Edaran Bank Indonesia No.17/11/DKSP tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah Di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dapat diunduh melalui website Bank: www.smbc.co.id atau melalui website Bank Indonesia: www.bi.go.id
Indonesia . . . NOMOR 17/3/PBI/2015
TENTANG
KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH
DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR BANK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa Rupiah merupakan alat pembayaran yang
sah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan simbol kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. bahwa penggunaan Rupiah dalam setiap transaksi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia juga
diperlukan untuk mendukung tercapainya
kestabilan nilai tukar Rupiah;
c. bahwa untuk mewujudkan kedaulatan Rupiah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan untuk mendukung tercapainya kestabilan nilai tukar Rupiah, perlu diterapkan kebijakan kewajiban penggunaan Rupiah dalam setiap transaksi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dan sistem
pembayaran berwenang mengatur kewajiban
penggunaan Rupiah dalam setiap transaksi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Bank
MEMUTUSKAN . . . Indonesia tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3472)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4962);
3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata
Uang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5223);
Pasal 3 . . . MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG
KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan:
1. Rupiah adalah mata uang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlaku sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai mata uang.
3. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan dan Bank Umum
Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai perbankan syariah.
BAB II
KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH Pasal 2
(1) Setiap pihak wajib menggunakan Rupiah dalam transaksi yang
dilakukan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(2) Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. setiap transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran;
b. penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan uang;
dan/atau
b. transaksi . . . Pasal 3
(1) Kewajiban penggunaan Rupiah dalam setiap transaksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berlaku untuk:
a. transaksi tunai; dan
b. transaksi nontunai.
(2) Transaksi tunai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mencakup transaksi yang menggunakan uang kertas dan/atau uang logam sebagai alat pembayaran.
(3) Transaksi nontunai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b mencakup transaksi yang menggunakan alat dan mekanisme pembayaran secara nontunai.
BAB III
PENGECUALIAN KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH Pasal 4
Kewajiban penggunaan Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) tidak berlaku bagi transaksi sebagai berikut:
a. transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan
dan belanja negara;
b. penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri;
c. transaksi perdagangan internasional;
d. simpanan di Bank dalam bentuk valuta asing; atau
e. transaksi pembiayaan internasional.
Pasal 5
Kewajiban penggunaan Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) juga tidak berlaku untuk transaksi dalam valuta asing yang dilakukan berdasarkan ketentuan Undang-Undang yang meliputi:
a. kegiatan usaha dalam valuta asing yang dilakukan oleh Bank
berdasarkan Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan dan perbankan syariah;
2. konsumsi . . . b. transaksi surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah dalam
valuta asing di pasar perdana dan pasar sekunder berdasarkan Undang-Undang yang mengatur mengenai surat utang negara dan surat berharga syariah negara; dan
c. transaksi lainnya dalam valuta asing yang dilakukan berdasarkan
Undang-Undang.
Pasal 6
Transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a meliputi:
a. pembayaran utang luar negeri;
b. pembayaran utang dalam negeri dalam valuta asing;
c. belanja barang dari luar negeri;
d. belanja modal dari luar negeri;
e. penerimaan negara yang berasal dari penjualan surat utang negara dalam valuta asing; dan
f. transaksi lainnya dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan
dan belanja negara.
Pasal 7
Penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b hanya dapat dilakukan oleh penerima atau pemberi hibah yang salah satunya berkedudukan di luar negeri.
Pasal 8
(1) Transaksi perdagangan internasional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf c meliputi:
a. kegiatan ekspor dan/atau impor barang ke atau dari luar wilayah pabean Republik Indonesia; dan/atau
b. kegiatan perdagangan jasa yang melampaui batas wilayah negara
yang dilakukan dengan cara:
b. proyek . . . 2. konsumsi di luar negeri (consumption abroad).
(2) Transaksi untuk kegiatan tambahan dalam kegiatan ekspor dan/atau
impor barang ke atau dari luar wilayah pabean Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a tidak dikategorikan
sebagai transaksi perdagangan internasional sehingga wajib
menggunakan Rupiah.
Pasal 9
(1) Transaksi pembiayaan internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf e hanya dapat dilakukan oleh pemberi atau penerima
pembiayaan yang salah satunya berkedudukan di luar negeri.
(2) Dalam hal pemberi pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa Bank maka wajib memenuhi ketentuan yang mengatur mengenai transaksi valuta asing terhadap Rupiah antara Bank dengan pihak asing.
BAB IV
LARANGAN MENOLAK RUPIAH Pasal 10
(1) Setiap pihak dilarang menolak untuk menerima Rupiah yang penyerahannya dimaksudkan sebagai pembayaran atau untuk menyelesaikan kewajiban yang harus dipenuhi dengan Rupiah dan/atau untuk transaksi keuangan lainnya di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan dalam
hal:
a. terdapat keraguan atas keaslian Rupiah yang diterima untuk
transaksi tunai; atau
b. pembayaran atau penyelesaian kewajiban dalam valuta asing telah diperjanjikan secara tertulis.
(3) Perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
hanya dapat dilakukan untuk:
a. transaksi yang dikecualikan dari kewajiban penggunaan Rupiah
c. menunjuk . . . b. proyek infrastruktur strategis dan mendapat persetujuan Bank
Indonesia.
BAB V
PENCANTUMAN HARGA BARANG DAN/ATAU JASA Pasal 11
Dalam rangka mendukung pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), pelaku usaha wajib mencantumkan harga barang dan/atau jasa hanya dalam Rupiah.
BAB VI
LAPORAN DAN PENGAWASAN KEPATUHAN Pasal 12
(1) Bank Indonesia berwenang untuk meminta laporan, keterangan, dan/atau data kepada setiap pihak yang terkait dengan pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan kewajiban pencantuman harga barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.
(2) Pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyampaikan
laporan, keterangan, dan/atau data yang diminta oleh Bank Indonesia.
Pasal 13
(1) Bank Indonesia melakukan pengawasan terhadap kepatuhan setiap
pihak dalam melaksanakan kewajiban penggunaan Rupiah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan kewajiban pencantuman harga barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.
(2) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bank Indonesia menempuh berbagai cara antara lain sebagai berikut: a. meminta laporan, keterangan, data, dan/atau dokumen
pendukung, dengan atau tanpa melibatkan instansi terkait;
BAB VIII . . . c. menunjuk pihak lain untuk melakukan penelitian dalam rangka
pengawasan terhadap kepatuhan setiap pihak.
BAB VII
KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 14
Kegiatan yang berupa:
a. penukaran valuta asing yang dilakukan oleh penyelenggara kegiatan
usaha penukaran valuta asing sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
b. pembawaan uang kertas asing ke dalam atau ke luar wilayah pabean
Republik Indonesia yang dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
tidak dikategorikan sebagai transaksi yang wajib menggunakan Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).
Pasal 15
Dalam melaksanakan Peraturan Bank Indonesia ini Bank Indonesia dapat melakukan koordinasi dan kerja sama dengan pihak lain.
Pasal 16
Dalam hal terdapat permasalahan bagi pelaku usaha dengan karakteristik tertentu terkait pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah untuk
transaksi nontunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b, Bank Indonesia dapat mengambil kebijakan tertentu dengan
tetap memperhatikan kewajiban penggunaan Rupiah sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini.
kepada . . . BAB VIII
SANKSI Pasal 17 Terhadap pelanggaran atas:
a. kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi tunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a; dan/atau
b. larangan menolak Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, berlaku ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.
Pasal 18
(1) Pelanggaran atas kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi nontunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b dikenakan sanksi administratif berupa:
a. teguran tertulis;
b. kewajiban membayar; dan/atau
c. larangan untuk ikut dalam lalu lintas pembayaran.
(2) Sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan sebesar 1% (satu persen) dari nilai transaksi, dengan jumlah kewajiban membayar paling banyak sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 19
Pelanggaran atas kewajiban pencantuman harga barang dan/atau jasa dalam Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan kewajiban penyampaian laporan, keterangan, dan/atau data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.
Pasal 20
Selain mengenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dan Pasal 19, Bank Indonesia dapat merekomendasikan
Agar . . . kepada otoritas yang berwenang untuk melakukan tindakan sesuai dengan kewenangannya.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN Pasal 21
(1) Perjanjian tertulis mengenai pembayaran atau penyelesaian kewajiban
dalam valuta asing selain perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) yang dibuat sebelum tanggal 1 Juli 2015, tetap berlaku sampai dengan berakhirnya perjanjian tertulis tersebut.
(2) Perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku
untuk perjanjian tertulis mengenai pembayaran atau penyelesaian kewajiban dalam valuta asing untuk transaksi nontunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b.
(3) Perpanjangan dan/atau perubahan atas perjanjian tertulis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus tunduk pada Peraturan Bank Indonesia ini.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP Pasal 22
Ketentuan lebih lanjut dari Peraturan Bank Indonesia ini diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
Pasal 23
Ketentuan mengenai kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi nontunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2015.
Pasal 24
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 31 Maret 2015
GUBERNUR BANK INDONESIA,
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 31 Maret 2015
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
YASONNA H. LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 70 DPU
mengenai . . . PENJELASAN
ATAS
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015
TENTANG
KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH
DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
I. UMUM
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang
merdeka dan berdaulat memiliki simbol kedaulatan negara yang harus dihormati oleh seluruh warga negara Indonesia. Salah satu simbol kedaulatan negara tersebut adalah Rupiah sebagai mata uang yang dikeluarkan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Rupiah dipergunakan sebagai alat pembayaran yang sah di
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam kegiatan
perekonomian nasional dan internasional guna mewujudkan
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pengaturan kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia diperlukan untuk mendukung
kestabilan nilai tukar Rupiah yang merupakan bagian dari tujuan yang diamanatkan kepada Bank Indonesia dalam Undang-Undang mengenai Bank Indonesia, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam kondisi pasar valuta asing di dalam negeri mengalami kelebihan permintaan valuta asing, penggunaan valuta asing untuk transaksi di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia akan memberikan tambahan tekanan terhadap nilai tukar Rupiah dimana hal ini berpotensi mengganggu stabilitas nilai Rupiah.
Sejalan dengan kewenangan Bank Indonesia dalam
pengaturan terhadap Rupiah maka diperlukan pengaturan mengenai kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia baik untuk transaksi tunai maupun transaksi nontunai.
Pengaturan kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia juga dimaksudkan untuk lebih
Ayat (2) . . . mengenai mata uang yang mewajibkan penggunaan Rupiah dalam setiap transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran, penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan uang, dan/atau transaksi keuangan lainnya, yang dilakukan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam rangka mendukung perekonomian Negara Kesatuan
Republik Indonesia, pengaturan kewajiban penggunaan Rupiah di
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu tetap
memperhatikan adanya kebutuhan penggunaan valuta asing dalam masyarakat yang diperkenankan berdasarkan Undang-Undang.
Pengaturan kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini telah disusun dengan memperhatikan Undang, seperti Undang mengenai perbankan, Undang-Undang mengenai Bank Indonesia, Undang-Undang-Undang-Undang mengenai lalu lintas devisa dan sistem nilai tukar, Undang-Undang mengenai surat utang negara, Undang mengenai perbankan syariah, Undang-Undang mengenai surat berharga syariah negara, Undang-Undang-Undang-Undang mengenai transfer dana, dan Undang-Undang mengenai mata uang.
Penerapan kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dilakukan dengan memperhatikan kesiapan pelaku usaha, kontinuitas kegiatan usaha, kegiatan investasi, dan pertumbuhan ekonomi nasional.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas. Pasal 2
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “pihak” adalah orang perseorangan atau korporasi. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.
Huruf e . . . Ayat (2) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c
Yang dimaksud dengan “transaksi keuangan lainnya” antara lain meliputi kegiatan penyetoran Rupiah dalam berbagai jumlah dan jenis pecahan dari nasabah kepada Bank. Pasal 3 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3)
Contoh alat pembayaran secara nontunai antara lain cek, bilyet giro, kartu kredit, kartu debit, kartu Automated Teller Machine (ATM), dan uang elektronik.
Contoh mekanisme pembayaran secara nontunai antara lain melalui transfer dana.
Pasal 4 Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d
Simpanan di Bank dalam bentuk valuta asing hanya dapat diselenggarakan oleh Bank yang melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
Transaksi terkait simpanan di Bank yang melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing dapat berupa penyetoran dan/atau penarikan valuta asing.
Huruf b . . . Huruf e
Cukup jelas Pasal 5
Huruf a
Kegiatan usaha dalam valuta asing yang dilakukan oleh Bank
berdasarkan Undang-Undang yang mengatur mengenai
perbankan dan perbankan syariah meliputi antara lain:
1. kredit dalam valuta asing untuk kegiatan ekspor dan
kegiatan lainnya;
2. pasar uang antar Bank dalam valuta asing;
3. obligasi dalam valuta asing;
4. sub debt dalam valuta asing;
5. jual beli surat berharga dalam valuta asing; dan
6. transaksi perbankan lainnya dalam valuta asing yang diatur
dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan dan perbankan syariah beserta peraturan pelaksanaannya. Huruf b
Cukup jelas. Huruf c
Undang-Undang yang mengatur mengenai transaksi lainnya dalam valuta asing antara lain Undang-Undang mengenai Bank Indonesia, Undang-Undang mengenai penanaman modal, dan
Undang-Undang mengenai lembaga pembiayaan ekspor
Indonesia. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Ayat (1) Huruf a
Yang dimaksud dengan “kegiatan ekspor dan/atau impor barang ke atau dari luar wilayah pabean Republik Indonesia” adalah perdagangan barang antarnegara atau lintas negara.
Ayat (2) . . . Huruf b
Yang dimaksud dengan “kegiatan perdagangan jasa yang melampaui batas wilayah negara dalam bentuk pasokan lintas batas (cross border supply)” adalah kegiatan penyediaan jasa dari wilayah suatu negara ke wilayah negara lain seperti pembelian secara online (dalam jaringan) atau call center.
Yang dimaksud dengan “kegiatan perdagangan jasa yang melampaui batas wilayah negara dalam bentuk konsumsi di
luar negeri (consumption abroad)” adalah kegiatan
penyediaan jasa di luar negeri untuk melayani konsumen dari Indonesia seperti warga negara Indonesia yang kuliah di luar negeri atau rawat di rumah sakit luar negeri.
Ayat (2)
Kegiatan tambahan berkaitan dengan kegiatan ekspor
dan/atau impor barang yang dilakukan di wilayah pabean Republik Indonesia melalui sarana pengangkutan kapal, pesawat, atau sarana angkut lainnya tidak dikategorikan sebagai kegiatan ekspor dan/atau impor barang.
Kegiatan tambahan berkaitan dengan kegiatan ekspor
dan/atau impor barang antara lain meliputi: sandar kapal di pelabuhan, bongkar muat kontainer, penyimpanan sementara kontainer di pelabuhan, dan parkir pesawat di bandara.
Pasal 9
Cukup jelas. Pasal 10
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “pihak” adalah orang perseorangan atau korporasi. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.
Pasal 14 . . . Ayat (2)
Huruf a
Setiap pihak yang memiliki Rupiah yang diragukan keasliannya tersebut dapat meminta klarifikasi kepada Bank Indonesia. Huruf b Cukup jelas. Ayat (3) Huruf a Cukup jelas. Huruf b
Yang dimaksud dengan “proyek infrastruktur strategis” adalah:
1. proyek infrastruktur sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan utang luar negeri korporasi nonbank; dan
2. dibuktikan dengan surat keterangan dari kementerian
atau lembaga yang berwenang. Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Ayat (1)
Pengawasan oleh Bank Indonesia terutama dilakukan terhadap pemenuhan kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi nontunai. Sedangkan pengawasan dan/atau penegakan hukum terhadap pemenuhan kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi tunai dilakukan bekerja sama dengan aparat penegak hukum.
Ayat (2)
Ayat (3) . . . Pasal 14
Huruf a
Yang dimaksud “kegiatan usaha penukaran valuta asing sesuai dengan peraturan perundang-undangan” antara lain kegiatan usaha penukaran valuta asing bukan Bank yang memiliki izin dari Bank Indonesia.
Huruf b
Cukup jelas. Pasal 15
Koordinasi dan kerja sama dengan pihak lain dapat dilakukan antara lain dengan aparat penegak hukum, dan otoritas yang berwenang.
Pasal 16
Penetapan kebijakan oleh Bank Indonesia dilakukan dengan
mempertimbangkan antara lain kesiapan pelaku usaha,
kontinuitas kegiatan usaha, kegiatan investasi, dan/atau
pertumbuhan ekonomi nasional. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20
Rekomendasi yang disampaikan oleh Bank Indonesia antara lain
berupa rekomendasi untuk mencabut izin usaha atau
menghentikan kegiatan usaha. Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas. Ayat (2)
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “perubahan atas perjanjian tertulis” adalah perubahan yang terutama terkait dengan perubahan subjek dan/atau objek pada perjanjian tertulis.
Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5683 DPU
SURAT EDARAN
Perihal : Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5683), perlu diatur ketentuan pelaksanaan mengenai kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam Surat Edaran Bank Indonesia sebagai berikut:
I. KETENTUAN UMUM
A. Kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia menganut asas teritorial. Setiap transaksi yang dilakukan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik dilakukan oleh penduduk maupun bukan penduduk, transaksi tunai maupun non tunai, sepanjang dilakukan di
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib
menggunakan Rupiah.
B. Transaksi dan pembayaran merupakan satu kesatuan. Terhadap
transaksi yang dilakukan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia maka penerimaan pembayarannya wajib dalam Rupiah.
Contoh:
Perusahaan A sebagai pelayaran asing menggunakan jasa kepelabuhanan di Indonesia yang dikelola oleh PT B. Perusahaan A dapat melakukan pembayaran secara tunai
2
melalui agen dengan menggunakan mata uang Rupiah atau melalui transfer dengan menggunakan mata uang negaranya. Dalam hal pembayaran dilakukan melalui transfer maka PT B wajib menerima pembayaran dari Perusahaan A dalam mata uang Rupiah.
C. Kewajiban penggunaan Rupiah dalam setiap transaksi sebagaimana dimaksud dalam huruf A tidak berlaku bagi transaksi sebagai berikut:
1. transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja negara yang meliputi:
a. pembayaran utang luar negeri;
b. pembayaran utang dalam negeri dalam valuta asing;
c. belanja barang dari luar negeri;
d. belanja modal dari luar negeri;
e. penerimaan negara yang berasal dari penjualan surat
utang negara dalam valuta asing; dan
f. transaksi lainnya dalam rangka pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja negara, seperti setoran pajak, visa on arrival, dan penerimaan negara bukan pajak;
2. penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri
yang dilakukan oleh para pihak yang salah satunya berkedudukan di luar negeri;
3. transaksi perdagangan internasional yang meliputi:
a. kegiatan ekspor dan/atau impor barang ke atau dari luar wilayah pabean Republik Indonesia; dan/atau
b. kegiatan perdagangan jasa yang melampaui batas wilayah negara yang dilakukan dengan cara:
1) pasokan lintas batas (cross border supply), misalnya
pembelian secara online (dalam jaringan) atau melalui call center. Termasuk pengertian pasokan lintas batas adalah tenaga ahli yang memiliki keahlian tertentu yang …
3
yang ditugaskan oleh kantor induknya di luar negeri untuk bekerja di Indonesia; dan
2) konsumsi di luar negeri (consumption abroad),
misalnya warga negara Indonesia yang kuliah di luar negeri atau menjalani perawatan di rumah sakit luar negeri;
4. simpanan di Bank dalam bentuk valuta asing seperti
tabungan valuta asing atau deposito valuta asing; atau
5. transaksi pembiayaan internasional yang dilakukan oleh
para pihak yang salah satunya berkedudukan di luar negeri seperti pemberian kredit oleh Bank di luar negeri kepada nasabah di Indonesia.
D. Kewajiban penggunaan Rupiah dalam setiap transaksi
sebagaimana dimaksud dalam huruf A tidak berlaku untuk transfer dana dalam valuta asing dari individu di dalam negeri kepada pihak di luar negeri yang tidak dimaksudkan sebagai pembayaran atau penyelesaian kewajiban yang timbul dari transaksi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
E. Kewajiban penggunaan Rupiah dalam setiap transaksi sebagaimana dimaksud dalam huruf A juga tidak berlaku untuk transaksi dalam valuta asing yang dilakukan berdasarkan ketentuan Undang-Undang yang meliputi:
1. Kegiatan usaha dalam valuta asing yang dilakukan oleh
Bank berdasarkan Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan dan perbankan syariah yang meliputi antara lain:
a. kredit dalam valuta asing untuk kegiatan ekspor dan
kegiatan lainnya;
b. pasar uang antar Bank dalam valuta asing;
c. obligasi dalam valuta asing;
d. sub-debt dalam valuta asing;
e. jual beli surat berharga dalam valuta asing; dan
4
f. transaksi perbankan lainnya dalam valuta asing yang
diatur dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan dan perbankan syariah beserta peraturan pelaksanaanya.
Dalam pengertian kegiatan usaha dalam valuta asing tersebut termasuk pula biaya (fee) yang dikenakan oleh Bank dalam pelaksanaan kegiatan usaha tersebut.
2. Transaksi di pasar perdana dan pasar sekunder atas surat
berharga dalam valuta asing yang diterbitkan oleh Pemerintah berdasarkan Undang-Undang yang mengatur mengenai surat utang negara dan surat berharga syariah negara.
Contoh:
Transaksi sukuk global dalam valuta asing yang diterbitkan oleh Pemerintah.
3. Transaksi lainnya dalam valuta asing yang dilakukan berdasarkan Undang-Undang.
Contoh:
Transaksi pembiayaan di dalam negeri dalam valuta asing
oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)
berdasarkan Undang-Undang yang mengatur mengenai lembaga pembiayaan ekspor Indonesia.
F. Setiap pihak dilarang menolak untuk menerima Rupiah yang
penyerahannya dimaksudkan sebagai pembayaran atau untuk menyelesaikan kewajiban yang harus dipenuhi dengan Rupiah dan/atau untuk transaksi keuangan lainnya di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Contoh:
Penyedia barang dan/atau jasa dilarang menolak untuk menerima Rupiah dari pengguna barang dan/atau jasa.
G. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf F dikecualikan
dalam hal:
5
1. terdapat keraguan atas keaslian Rupiah yang diterima untuk
transaksi tunai; atau
2. pembayaran atau penyelesaian kewajiban dalam valuta asing
telah diperjanjikan secara tertulis.
H. Perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud dalam butir G.2
hanya dapat dilakukan untuk:
1. transaksi yang dikecualikan dari kewajiban penggunaan
Rupiah sebagaimana dimaksud dalam huruf C dan huruf E; atau
2. proyek infrastruktur strategis dan mendapat persetujuan
pengecualian kewajiban penggunaan Rupiah dari Bank Indonesia.
I. Dalam rangka mendukung pelaksanaan kewajiban penggunaan
Rupiah, pelaku usaha baik perseorangan maupun korporasi wajib mencantumkan harga barang dan/atau jasa hanya dalam Rupiah.
J. Bank Indonesia berwenang untuk meminta laporan, keterangan,
dan/atau data kepada setiap pihak yang terkait dengan pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah dan kewajiban pencantuman harga barang dan/atau jasa dalam Rupiah.
K. Bank Indonesia melakukan pengawasan terhadap kepatuhan
setiap pihak dalam melaksanakan kewajiban penggunaan Rupiah dan kewajiban pencantuman harga barang dan/atau jasa dalam Rupiah.
L. Dalam hal terdapat permasalahan bagi pelaku usaha dengan
karakteristik tertentu terkait pelaksanaan kewajiban
penggunaan Rupiah untuk transaksi non tunai, Bank Indonesia
dapat mengambil kebijakan tertentu dengan tetap
memperhatikan kewajiban penggunaan Rupiah.
6
II. KEWAJIBAN PENCANTUMAN HARGA BARANG DAN/ATAU JASA
DALAM RUPIAH
A. Setiap pelaku usaha di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia wajib mencantumkan harga barang dan/atau jasa hanya dalam Rupiah dan dilarang mencantumkan harga barang dan/atau jasa dalam Rupiah dan mata uang asing secara bersamaan (dual quotation).
Contoh larangan dual quotation:
Toko A mencantumkan harga 1 buah komputer sebesar Rp15.000.000,00 dan USD1,500.00 secara bersamaan.
B. Kewajiban dan larangan sebagaimana dimaksud dalam huruf A
antara lain berlaku untuk:
1. label harga, seperti label harga yang tercantum pada barang;
2. biaya jasa (fee), seperti fee agen dalam jual beli properti, jasa
kepariwisataan, jasa konsultan;
3. biaya sewa menyewa, seperti sewa apartemen, rumah, kantor, gedung, tanah, gudang, kendaraan;
4. tarif, seperti tarif bongkar muat peti kemas di pelabuhan
atau tarif tiket pesawat udara, kargo;
5. daftar harga, seperti daftar harga menu restoran;
6. kontrak, seperti klausul harga atau biaya yang tercantum
dalam kontrak atau perjanjian;
7. dokumen penawaran, pemesanan, tagihan, seperti klausul
harga yang tercantum dalam faktur, delivery order, purchase order; dan/atau
8. bukti pembayaran, seperti harga yang tercantum dalam
kuitansi.
C. Kewajiban dan larangan pencatuman harga barang dan/atau
jasa dalam Rupiah sebagaimana dimaksud dalam huruf A dan huruf B berlaku pula untuk pencantuman harga barang dan/atau jasa melalui media elektronik.
7
III. PELAKSANAAN KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH UNTUK
PROYEK INFRASTRUKTUR STRATEGIS YANG DIPERJANJIKAN SECARA TERTULIS
A. Proyek infrastruktur mencakup proyek sebagai berikut:
1. infrastruktur transportasi, meliputi pelayanan jasa
kebandarudaraan, penyediaan dan/atau pelayanan jasa kepelabuhanan, sarana dan prasarana perkeretaapian;
2. infrastruktur jalan, meliputi jalan tol dan jembatan tol;
3. infrastruktur pengairan, meliputi saluran pembawa air baku;
4. infrastruktur air minum, yang meliputi bangunan
pengambilan air baku, jaringan transmisi, jaringan
distribusi, instalasi pengolahan air minum;
5. infrastruktur sanitasi, yang meliputi instalasi pengolah air
limbah, jaringan pengumpul dan jaringan utama, dan sarana persampahan yang meliputi pengangkut dan tempat pembuangan;
6. infrastruktur telekomunikasi dan informatika, meliputi
jaringan telekomunikasi dan infrastruktur e-government;
7. infrastruktur ketenagalistrikan, meliputi pembangkit,
termasuk pengembangan tenaga listrik yang berasal dari panas bumi, transmisi atau distribusi tenaga listrik; dan
8. infrastruktur minyak dan gas bumi, meliputi transmisi
dan/atau distribusi minyak dan gas bumi.
B. Proyek infrastruktur sebagaimana dimaksud dalam huruf A
dapat dikecualikan dalam penggunaan Rupiah apabila:
1. dinyatakan oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah
sebagai proyek infrastruktur strategis yang dibuktikan dengan surat keterangan dari kementerian/lembaga terkait kepada pemilik proyek; dan
2. memperoleh persetujuan pengecualian terhadap kewajiban
penggunaan Rupiah dari Bank Indonesia.
8
C. Dalam memberikan persetujuan, Bank Indonesia
mempertimbangkan antara lain sumber pembiayaan proyek dan dampak proyek tersebut terhadap stabilitas ekonomi makro.
D. Persetujuan pengecualian penggunaan Rupiah dalam proyek
infrastruktur strategis yang diberikan oleh Bank Indonesia dapat mencakup:
1. transaksi dalam rangka pembangunan proyek infrastruktur
strategis sampai dengan proyek selesai dibangun; dan/atau
2. transaksi dalam rangka penjualan produk atau jasa yang
dihasilkan oleh proyek infrastruktur strategis sampai dengan jangka waktu tertentu, dengan syarat penjualan produk atau jasa tersebut telah diperjanjikan sejak awal pembangunan proyek dimaksud.
E. Permohonan pengecualian kewajiban penggunaan Rupiah
diajukan oleh pihak yang memerlukan pengecualian kewajiban penggunaan Rupiah disertai dengan alasan untuk menggunakan valuta asing dalam pembayaran atau penyelesaian kewajiban.
F. Dalam hal proyek dilaksanakan oleh konsorsium, permohonan
dapat diajukan oleh salah satu anggota konsorsium untuk dan atas nama konsorsium atau diajukan secara bersama-sama oleh anggota konsorsium tersebut.
G. Tata cara pengajuan permohonan diatur sebagai berikut:
1. Pemohon menyampaikan permohonan secara tertulis kepada
Bank Indonesia.
2. Surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam angka 1
harus disertai dengan dokumen sebagai berikut:
a. dokumen yang menunjukkan legalitas pemohon, seperti
akta pendirian dan anggaran dasar perusahaan termasuk perubahannya, keterangan domisili, dan profil badan usaha;
9
b. surat keterangan dari kementerian atau lembaga yang
berwenang yang menyatakan bahwa proyek yang dilaksanakan merupakan proyek infrastruktur strategis;
c. dalam hal permohonan diajukan oleh pelaksana
pekerjaan atau kontraktor maka keterangan mengenai proyek infrastruktur strategis dapat berupa fotokopi surat keterangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b yang disertai dengan rekomendasi yang menyatakan bahwa:
1) proyek yang dilaksanakan merupakan bagian dari
proyek infrastruktur strategis; dan/atau
2) pelaksanaan proyek memerlukan valuta asing dalam
rangka pengadaan barang dan/atau jasa yang berasal
dari luar Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
d. fotokopi perjanjian tertulis yang menyatakan bahwa pembayaran menggunakan valuta asing, yang dinyatakan sesuai dengan aslinya oleh pemohon.
H. Dalam rangka menindaklanjuti permohonan sebagaimana dimaksud dalam huruf G, Bank Indonesia dapat meminta keterangan dan/atau dokumen tambahan dan melakukan pemeriksaan terkait permohonan yang diajukan pemohon, seperti pemeriksaan ke lokasi proyek.
I. Bank Indonesia memberikan persetujuan atau penolakan secara
tertulis atas permohonan yang disampaikan, paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan diterima secara lengkap.
J. Bank Indonesia memberitahukan secara tertulis kepada
pemohon apabila diperlukan tambahan waktu sehingga melebihi jangka waktu 30 (tiga puluh) hari untuk pemrosesan permohonan.
10
IV. PELAKSANAAN KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH UNTUK
TRANSAKSI NON TUNAI BAGI PELAKU USAHA DENGAN
KARAKTERISTIK TERTENTU
A. Dalam hal terdapat permasalahan bagi pelaku usaha dengan
karakteristik tertentu terkait pelaksanaan kewajiban
penggunaan Rupiah untuk transaksi non tunai sebagaimana dimaksud dalam butir I.L, Bank Indonesia dapat mengambil kebijakan tertentu dengan tetap memperhatikan kewajiban penggunaan Rupiah.
B. Dalam menetapkan kebijakan tertentu sebagaimana dimaksud
dalam huruf A, Bank Indonesia mempertimbangkan antara lain:
1. kesiapan pelaku usaha, antara lain dalam hal penerapan
kewajiban penggunaan Rupiah memerlukan perubahan yang mendasar dalam sistem dan/atau proses bisnis dari kegiatan usaha dan/atau pelaku usaha tertentu;
2. kontinuitas kegiatan usaha, antara lain dalam hal penerapan kewajiban penggunaan Rupiah dalam waktu segera tanpa
masa transisi yang cukup, dapat mempengaruhi
kelangsungan kegiatan usaha;
3. kegiatan investasi, antara lain dalam hal kegiatan usaha
memerlukan pembiayaan dalam valuta asing untuk periode tertentu dan kewajiban penggunaan Rupiah dalam waktu segera dapat mengganggu investasi yang bersangkutan; dan/atau
4. kegiatan usaha yang memiliki dampak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional.
C. Selain mempertimbangkan faktor sebagaimana dimaksud dalam
huruf B, Bank Indonesia mempertimbangkan pula kepatuhan pelaku usaha terhadap ketentuan Bank Indonesia antara lain mengenai kewajiban penerimaan devisa hasil ekspor, dan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan utang luar negeri korporasi non Bank.
11
V. LAPORAN TERKAIT PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA
KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
A. Bank Indonesia berwenang untuk meminta laporan, keterangan,
dan/atau data kepada setiap pihak yang terkait dengan pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah.
B. Setiap pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf A wajib
menyampaikan laporan, keterangan, dan/atau data kepada Bank Indonesia disertai dengan dokumen pendukung, dalam hal diminta oleh Bank Indonesia.
VI. PENGAWASAN ATAS KEPATUHAN TERHADAP PENGGUNAAN
RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
A. Bank Indonesia melakukan pengawasan terhadap kepatuhan
setiap pihak dalam rangka penerapan kewajiban penggunaan Rupiah dan kewajiban pencantuman harga barang dan/atau jasa hanya dalam Rupiah.
B. Ruang lingkup pengawasan terhadap penerapan kewajiban penggunaan Rupiah sebagaimana dimaksud dalam huruf A
terutama dilakukan terhadap pemenuhan kewajiban
penggunaan Rupiah untuk transaksi non tunai. Dalam melakukan pengawasan terhadap transaksi non tunai tersebut, Bank Indonesia dapat bekerja sama dengan instansi terkait.
C. Dalam melaksanakan pengawasan terhadap pemenuhan
kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi tunai, Bank Indonesia bekerja sama dengan aparat penegak hukum.
D. Mekanisme pengawasan sebagaimana dimaksud dalam huruf A,
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Metode pengawasan dilakukan secara langsung dan/atau
tidak langsung.
12
2. Pengawasan secara langsung sebagaimana dimaksud dalam
angka 1 dilakukan melalui pemeriksaan yang dapat dilakukan sewaktu-waktu oleh Bank Indonesia.
3. Pengawasan secara tidak langsung sebagaimana dimaksud
dalam angka 1 dilakukan melalui kegiatan analisa dan evaluasi atas laporan yang disampaikan oleh setiap pihak sebagaimana dimaksud dalam butir V.A.
4. Dalam pelaksanaan pemeriksaan langsung sebagaimana
dimaksud dalam angka 2, pihak yang merupakan obyek pemeriksaan harus memberikan kepada pemeriksa, antara lain:
a. laporan keuangan, data transaksi, dan data pendukung;
b. akses untuk melakukan observasi terhadap aktivitas
operasional dan sarana fisik yang berkaitan dengan kegiatan usahanya; dan/atau
c. keterangan mengenai transaksi dan kegiatan yang berkaitan dengan kewajiban penggunaan Rupiah dari pihak yang kompeten dan berwenang pada saat pemeriksaan sedang berlangsung.
VII. KORESPONDENSI
A. Penyampaian permohonan sebagaimana dimaksud dalam Bab
III, penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam Bab V, dan/atau surat menyurat disampaikan dalam Bahasa Indonesia kepada Bank Indonesia dengan alamat:
Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran Kompleks Perkantoran Bank Indonesia Gedung D lantai 5 Jl. M.H. Thamrin No. 2
Jakarta 10350.
13
B. Dalam hal terjadi perubahan alamat sebagaimana dimaksud
dalam huruf A, Bank Indonesia akan memberitahukan melalui surat dan/atau media lainnya.
VIII. KETENTUAN LAIN-LAIN
A. Bank dan Penyelenggara Transfer Dana harus memberitahukan
kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia kepada setiap nasabah yang akan melakukan transaksi dengan menggunakan valuta asing.
B. Dalam hal nasabah sebagaimana dimaksud dalam huruf A tetap
akan melakukan transaksi dalam valuta asing maka Bank dan Penyelenggara Transfer Dana harus meminta nasabah tersebut untuk mengisi tujuan transaksi dalam formulir atau slip transaksi.
IX. TATA CARA PENGENAAN SANKSI
A. Setiap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap kewajiban
penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dikenakan sanksi.
B. Terhadap pelanggaran atas kewajiban penggunaan Rupiah
untuk transaksi tunai dan/atau larangan menolak Rupiah untuk transaksi tunai berlaku ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.
C. Penerapan sanksi terhadap pelanggaran atas kewajiban
penggunaan Rupiah untuk transaksi non tunai dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Setiap pihak yang melakukan pelanggaran atas kewajiban
penggunaan Rupiah untuk transaksi non tunai dikenakan sanksi administratif berupa:
a. teguran tertulis;
b. kewajiban membayar; dan/atau
c. larangan untuk ikut dalam lalu lintas pembayaran.
14
2. Sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud dalam
butir 1.b dikenakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Sanksi kewajiban membayar dikenakan setelah Bank
Indonesia memberikan sanksi teguran tertulis paling kurang 2 (dua) kali.
b. Sanksi kewajiban membayar ditetapkan sebesar 1% (satu persen) dari nilai transaksi, dengan jumlah kewajiban membayar paling banyak sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
c. Nilai transaksi sebagaimana dimaksud dalam huruf b
dihitung dari seluruh nilai transaksi yang melanggar ketentuan kewajiban penggunaan Rupiah. Pengenaan sanksi administratif dilakukan terhadap pelanggaran transaksi non tunai yang terjadi sejak tanggal 1 Juli 2015.
d. Dalam hal pelaku usaha yang telah dikenakan sanksi kewajiban membayar masih melakukan pelanggaran kewajiban penggunaan Rupiah maka pelaku usaha tersebut dikenakan kewajiban membayar tanpa melalui teguran tertulis.
e. Sanksi kewajiban membayar dikenakan dalam Rupiah
dan dihitung dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia yang berlaku 1 (satu) hari kerja sebelum
tanggal transaksi dilakukan.
f. Pelaksanaan sanksi kewajiban membayar dilakukan
dengan cara:
1) pendebetan rekening yang ada di Bank Indonesia,
dalam hal pihak yang dikenakan sanksi memiliki rekening di Bank Indonesia; atau
2) pembayaran ke rekening Bank Indonesia yang
ditunjuk, dalam hal pihak yang dikenakan sanksi tidak memiliki rekening di Bank Indonesia.
15
3. Bank Indonesia dapat mengenakan sanksi larangan untuk
ikut dalam lalu lintas pembayaran sebagaimana dimaksud dalam butir 1.c terhadap pihak yang melakukan pelanggaran kewajiban penggunaan Rupiah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
D. Pelanggaran atas kewajiban pencantuman harga barang dan/atau jasa dalam Rupiah dan kewajiban penyampaian
laporan, keterangan, dan/atau data dikenakan sanksi
administratif berupa teguran tertulis.
E. Pihak yang dikenakan sanksi atas pelanggaran kewajiban
pencantuman harga barang dan/atau jasa dalam Rupiah sebagaimana dimaksud dalam huruf D wajib menindaklanjuti dengan melaksanakan kewajiban pencantuman harga barang dan/atau jasa dalam Rupiah.
F. Pihak yang dikenakan sanksi atas pelanggaran kewajiban
penyampaian laporan, keterangan, dan/atau data sebagaimana dimaksud dalam huruf D tetap wajib menyampaikan laporan, keterangan, dan/atau data yang diminta oleh Bank Indonesia. G. Selain mengenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud
dalam huruf C dan huruf D, Bank Indonesia dapat merekomendasikan kepada otoritas yang berwenang untuk melakukan tindakan antara lain berupa pencabutan izin usaha atau penghentian kegiatan usaha.
H. Dalam hal pelaku usaha mengajukan permohonan sebagaimana
dimaksud dalam Bab III dan Bab IV namun permohonan tersebut tidak memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia maka Bank Indonesia mengenakan sanksi administratif terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha sejak tanggal 1 Juli 2015.
16
I. Pengenaan sanksi administratif kepada pelaku usaha
sebagaimana dimaksud pada huruf H dilakukan dengan mengacu pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf C dan/atau huruf D.
X. KETENTUAN PERALIHAN
Terhadap perjanjian tertulis mengenai pembayaran atau
penyelesaian kewajiban dalam valuta asing yang dibuat sebelum tanggal 1 Juli 2015 berlaku ketentuan sebagai berikut:
1. Perjanjian tertulis meliputi perjanjian induk, perjanjian turunan
atau dokumen lainnya yang memuat mengenai transaksi yang akan dilakukan para pihak seperti purchasing order dan delivery order.
2. Perjanjian tertulis yang merupakan turunan atau pelaksanaan
dari perjanjian induk yang dibuat sejak tanggal 1 Juli 2015 yang diperlakukan sebagai perjanjian yang berdiri sendiri wajib tunduk pada ketentuan yang mengatur mengenai kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Perpanjangan jangka waktu dan/atau perubahan atas perjanjian
tertulis yang dilakukan sejak tanggal 1 Juli 2015 wajib tunduk pada ketentuan yang mengatur mengenai kewajiban penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Perubahan sebagaimana dimaksud dalam angka 3 antara lain
perubahan mengenai pihak dalam perjanjian, harga barang dan/atau jasa, dan/atau obyek perjanjian.
XI. KETENTUAN PENUTUP
Surat Edaran Bank Indonesia ini mulai berlaku pada
tanggal 1 Juni 2015.
17
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Surat Edaran Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
BANK INDONESIA,
ENI V. PANGGABEAN
KEPALA DEPARTEMEN KEBIJAKAN DAN PENGAWASAN SISTEM PEMBAYARAN