• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permasalahan Penataan Ruang dalam Admini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Permasalahan Penataan Ruang dalam Admini"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Diah Ekawati NRP : 123130016

Tugas Small Paper Untuk Uas “Permasalahan Penataan Ruang dalam Administrasi Pembangunan Nasional”

Terbangunnya Ribuan Perumahan Kota Batam Diatas Kawasan Hutan Lindung

I. Pengantar

(2)

yang tidak mengikuti peraturan rencana tata ruang Kota Batam, pemilik rumah mengalami kesulitan dalam pengajuan sertifikat rumah mereka jika ingin menjadikannya jaminan.

II. Gambaran Umum Wilayah

Kota Batam adalah kota terbesar di provinsiKepulauan Riau dan merupakan kota terbesar ke tiga populasinya di Sumatra setelah Medan dan Palembang. Batam merupakan sebuah kota dengan letak sangat strategis. Selain berada di jalur pelayaran internasional, kota ini memiliki jarak yang cukup dekat dengan Singapura dan Malaysia. Batam merupakan salah satu kota dengan pertumbuhan terpesat di Indonesia. Ketika dibangun pada tahun 1970-an awal kota ini hanya dihuni sekitar 6.000 penduduk dan dalam tempo 40 tahun penduduk Batam bertumbuh hingga 170 kali lipat.

Dari segala kemajuan dan kemegahan yang ada pada Batam, menyimpan persoalan-persoalan sosial yang mengikutinya sebagai sebuah konsekuensi industrialisasinya. Kesenjangan sosial antara kawasan berikat yang menjadi konsentrasi industrinya dengan daerah di luarnya (hinterland) menjadi tak terelakkan. Bahkan Batam pun tidak luput dari menjamurnya perumahan liar, pelacuran, dan kriminalitas.

(3)

untuk karyawan pemula dan horizontal untuk para ekspatriat dan pengusaha, masyarakat menengah keatas.

Peluang bisnis properti di Kota Batam semakin meyakinkan kalangan usaha karena kota itu juga didukung oleh kelengkapan fasilitas infrastruktur yang jauh lebih baik dibandingkan dengan kabupaten dan kota lain yang ada di Provinsi Kepulauan Riau. Hal ini juga yang menyebabkan para pengembang tidak lagi melakukan peninjauan terhadap peraturan rencana tata ruang wilayah setempat. Pembangunan proyek perumahanpun dilakukan diatas lahan yang tidak seharusnya, seperti lahan yang dikhususkan sebagai kawasan perhutanan.

Pembangunan perumahan yang semakin merebak seakan mengeksploitasi lahan di Kota Batam. Sehingga pada menjelang tahun 2005 para pengembang mulai khawatir, dua hambatan besar sedang mengancam peluang yang selama ini dimanfaatkan dari kedekatan wilayah antara Singapura dan Batam tersebut. Pertama, semakin kecilnya ketersediaan lahan di Pulau Batam yang dapat digunakan sebagai kawasan perumahan. Walaupun disekitar Kota Batam masih tersedia lahan yang memadai untuk dibangun, namun fasilitas, infrastruktur, dan transportasi tidak mendukung. Hal ini yang menyebabkan pulau tersebut kurang memiliki nilai jual, sehingga dianggap tidak menarik oleh para pengembang.

Permasalahan kedua yang sedang meresahkan para pengembang dan kerap dibicarakan di kota perbatasan Singapura ini adalah kasus masalah keabsahan sertifikat kepemilikan property. Para pengembang dipusingkan belum keluarnya sertifikat lahan di berbagai kawasan perumahan yang sudah dibangunnya. Mulia Pemadi, Ketua DPD REI Batam menyebutkan bahwa lebih dari 240 hektare lahan perumahan belum mengantongi sertifikat meskipun telah diberi izin oleh Badan Otorita Batam dan sudah berpenghuni selama beberapa tahun, khususnya di kawasan-kawasan padat penduduk.

(4)

penjaminan dari pemilik unit tersebut justru adalah bank yang memberikan fasilitas KPR bagi pemilik unit yang mengajukan tersebut. Sertifikat yang mereka miliki ternyata tidak mempunyai nilai jual di mata pihak bank termasuk pihak bank yang sebelumnya memberikan mereka KPR. Sementara itu, kondisi hutan lindung di Batam makin memprihatinkan. Hutan lindung di Batam kini luasnya sudah berkurang hingga 45 persen dari sebelumnya. Luas peruntukan kawasan hutan lindung di Batam, yang tercantum Perda RTRW tahun 2004 berkurang 45 persen dibandingkan Perda RTRW 2001 dari 15.982,06 Ha menjadi 8.797,51 ha. Hampir separuh peruntukan hutan lindung telah diubah menjadi berbagai jenis pemanfaatan lahan, seperti kawasan perdagangan, perumahan dan jasa.

III. Pembahasan

Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya

Jika dilihat dari segi tata ruang, penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budi daya.

Yang termasuk dalam kawasan lindung adalah:

1. kawasan yang memberikan pelindungan kawasan bawahannya, antara lain, kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan resapan air;

2. kawasan perlindungan setempat, antara lain, sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, dan kawasan sekitar mata air;

3. kawasan suaka alam dan cagar budaya, antara lain, kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, cagar alam, suaka margasatwa, serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;

4. kawasan rawan bencana alam, antara lain, kawasan rawan letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir; dan

(5)

Yang termasuk dalam kawasan budi daya adalah kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan permukiman, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan tempat beribadah, kawasan pendidikan, dan kawasan pertahanan keamanan. (UU No. 26 Tahun 2007)

Dilihat dari jenis fungsi utama kawasan, maka hutan bakau termasuk ke dalam kawasan lindung. Hutan bakau memiliki peran sangat penting, sebagai media entrusi air laut, penahan tsunami, tempat perkembangbiakan biota laut, penghasil oksigen. Sedangkan, kawasan peruntukan perumahan atau pun pemukiman merupakan termasuk dalam kawasan budidaya.

Masalah yang terjadi dalam contoh kasus di Kota Batam ini merupakan penyimpangan dari segi pentaan ruang, perumahan yang termasuk ke dalam kawasan budi daya dalam pembangunannya justru dibangun di atas lahan kawasan lindung (hutan bakau). Rencana pembangunan perumahan tersebut di atas hutan bakau Tiban.

Alih Fungsi Lahan

Alih fungsi guna lahan dari kawasan lindung menjadi kawasan budidaya ini dapat menyebabkan ekosistem terganggu, mengingat fungsi dan peran hutan bakau dalam ekosistem suatu kota atau wilayah cukup penting. Dengan pengalihan fungsi lahan ini salah satunya dapat mengakibatkan banjir terutama yang diakibatkan pasang surut air laut. Jika dilihat dari segi penataan ruang, pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan rencana yang ada merupakan hal yang keliru. Pemanfaatan lahan yang ada harusnya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Koordinasi Antar Lembaga

(6)

Badan Pertanahan Nasional (BPN) mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral. Sesuai dengan Perpres No. 10 Tahun 2006, Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dan dipimpin oleh Kepala. Beberapa fungsi BPN antara lain adalah sebagai berikut:

1. pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah,

2. pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan tanah, 3. Perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan.

4. Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang pertanahan. 5. Pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang pertanahan. 6. Pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum. 7. Pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah.

8. Penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai dan/atau milik negara/daerah bekerja sama dengan Departemen Keuangan.

9. Kerja sama dengan lembaga-lembaga lain.

10. Penyelenggaraan dan pelaksanaan kebijakan, perencanaan dan program di bidang pertanahan.

11. Pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara dan konflik di bidang pertanahan. 12. Penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan.

13. Pendidikan, latihan dan pengembangan sumber daya manusia di bidang pertanahan. 14. Fungsi lain di bidang pertanahan sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku. 15. Dan lain-lain

(7)

Sementara itu, di lain pihak badan perizinan seperti dinas tata kota, dan sejenisnya merupakan badan yang ada di bawah koordinasi pemerintah kota / daerah. Dinas Tata Kota memiliki tugas dalam melaksanakan perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian tata ruang serta penyelenggaraan urusan pertanahan. Dinas Tata Kota memilik fungsi diantaranya sebagai berikut:

1. Penyusunan, dan pelaksanaan rencana kerja dan anggaran dinas tata ruang;

2. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan tugas perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian tata ruang kota serta penyelenggaraan urusan pertanahan;

3. Perencanaan tata ruang kota 4. Pemanfaatan tata ruang kota

5. Pelayanan di bidang tata ruang kota dan pertanahan; 6. Pelayanan di bidang tata ruang kota dan pertanahan

7. Penyelenggaraan sistem informasi tata ruang kota dan pertanahan; 8. Dan lain-lain

Di antara kanwil dan pemerintah kota tidak ada koordinasi jika tidak diperintahkan oleh atasan masing-masing. Dampak dari itu, sering muncul konflik terutama terkait pemanfaatan dan perizinan atas lahan atau tanah. Misalnya, pada kasus di Batam ini, Otorita Batam telah mengalokasikan lahan di atas hutan bakau itu, sehingga Pemerintah Kota Batam tidak bisa melakukan apa-apa.

Mekanisme Pembangunan Kota Batam

(8)

Badan Otorita Batam (BOB) memiliki dua kewenangan. Kewenangan tersebut meliputi penyelenggaraan ‘dual functions’, yaitu (a) sebagian fungsi pemerintahan, berupa pemberian izin, pelayanan masyarakat, pertanahan dan sebagainya, atas dasar pendelegasian berbagai kewenangan Pemerintah Pusat dan Departemen teknis terkait; (b) fungsi pembangunan, di mana Badan Otorita Batam mengelola sarana dan prasarana seperti bandara, pelabuhan laut, listrik, air minum, rumah sakit dan lain-lain dalam rangka mempertahankan daya saing sebagai kawasan industri, kegiatan alih kapal, perdagangan dan pariwisata.

Kembali kepada permasalahan koordinasi terkait konflik perizinan dan pemanfaatan ruang antara BPN dan instansi di bawah pemerintah daerah / kota. Otorita Batam sudah megalokasikan lahan di atas hutan bakau untuk menjadi lahan perumahan padahal lahan tersebut termasuk ke dalam lahan kawasan lindung (ditetapkan oleh Dinas Tata Ruang Kota Batam / Pemkot). Di mana izin prinsip atau kepemilikan lahan diterbitkan oleh Badan Otorita Batam atas pertimbangan BPN, sedangkan izin lokasi terkait keruangan seperti Izin Mendirikan Bangunan (IMB) diterbitkan oleh Pemkot Batam. Akibatnya, pemerintah kota (pemkot) tidak dapat melaksanakan peran sepenuhnya terkait pengendalian pembangunan, karena pemerintah kota hanya mendapatkan proporsi dalam urusan yang terkait pengendalian tertib bangunan saja.

(9)

Alternatif Penyelesaian Kasus

Berdasarkan pemaparan masalah-masalah di atas, lebih banyak yang berhubungan dengan koordinasi antar lembaga (antara BPN atau juga Badan Otorita Batam dengan Pemerintah Kota Batam / Dinas – Dinas). Karena Badan Pertanahan Nasional (BPN) maupun Badan Otorita Batam (BOB) dan Pemkot Batam (misalnya Dinas Tata Ruang) sulit untuk melakukan hubungan / koordinasi, akibatnya terjadi tata guna lahan yang keliru. Hal ini dikarenakan secara birokratis tidak ada garis komado / garis koordinasi antara pemerintah Kota Batam dengan BPN atau pun Badan Otorita Batam . Perubahan guna lahan yang tidak sesuai dengan rencana cenderung sulit untuk diatasi, karena terbentur hak orang / lembaga atas lahan tersebut (misalnya dalam kasus ini hak lahan yang jatuh pada para developer).

Solusi yang bisa dipertimbangkan untuk mencegah konflik masalah seperti yang dijelaskan di atas dapat berupa :

1. Membangun koordinasi antara Badan Pertanahan Nasional (yang juga terkait dengan Badan Otorita Batam) dengan Pemerintah Kota (terutama badan perizinan lokal seperti dinas tata ruang) dengan sebelumnya harus diperjelas mengenai kewenangan dari masing-masing lembaga, jangan sampai terdapat kewenangan yang overlap. Akan tetapi mungkin Pemkot Batam justru harus melakukan pendekatan koordinasi terlebih dahulu dengan kanwil atau kanah.

2. Idealnya sistem yg sekarang dirombak, dimana badan atau lembaga yang berwenang mengurus perizinan dan pemilikan lahan adalah lembaga yang sama. Dengan demikian, diharapkan pemberian izin dan terkait kepemilikan lahan dilakukan secara terpadu dan meninjau segala aspek secara komperensif

3. BOB kini telah ditiadakan setelah masa berlaku keppres berakhir pada tahun 2005 dan digantikan Badan Pengusahaan Batam ( BP Batam) yang memiliki tugas dan wewenang serupa. Dibutuhkan payung hukum yang pas agar tidak terulang kesalahan pada zaman BOB

(10)

lingkup kota / wilayah, badan pertanahan yang ada di kota seperti Kanah memiliki koordinasi juga dengan pemerintah kota. Dengan demikian, tidak ada misskoordinasi antar lembaga terkait.

Dengan solusi-solusi di atas, diharapkan permasalahan-permasalahan pemanfaatan lahan dan penataan ruang yang terutama diakibatkan oleh faktor kelembagaan bisa teratasi baik itu di Batam maupun di wilayah maupun kota di seluruh Indonesia.

V. Kesimpulan

Setiap melaksanakan kegiatan pembangunan diharuskan untuk mengacu kepada ketentuan yang berlaku, yaitu berupa peraturan perencanaan tata ruang wilayah. Agar terlaksana pembangunan sesuai yang diinginkan, proses pembangunan harus selalu mempertimbangkan segala aspirasi baik dari masyarakat maupun stakeholder lainnya, mulai dari perancangan dokumen perencanaan hingga pelaksanaan pembangunan dan pemeliharaan serta pengendalian. Hal ini dilakukan guna menerapkan keadilan bagi setiap aktor yang berkepentingan, agar tidak ada yang merasa dirugikan. Selain diperlukan diskusi antar stakeholder pra-pelaksanaan pembangunan. Dalam pelaksanaannya juga dibutuhkan koordinasi antar stakeholder tersebut. Koordinasi dengan hierarki yang jelas dan informasi yang baik akan meminimalisir adanya penyimpangan yang menimbulkan kerugian.

(11)

Daftar Pustaka

http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/kep_riau/batam.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Batam

Referensi

Dokumen terkait

Judul : Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Economic Value iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiIIIAdded (EVA) dan Market Value Added (MVA) pada

Hal t erseb u t t erb uk t i dalam percobaan ini, di m ana konsentrasi TAN yang teru kur setelah k elu ar dari b ioreakt or (C out ) m asih mencapai 0,300± 0,165 m g/ L/

Klik kotak yang baru kita buat kemudian tekan tombol [+] pada keyboard pindah kotak duplikat tersebut kebawahnya dan ukuran diperkecil menjadi panjang 0.584 cm lebar 0.584 cm

Ungkapan responden dan data yang diperoleh peneliti tentang pemenuhan kebutuhan hidup rumah tangga petani miskin dapat ditarik kesimpulan, bahwa pilihan petani

Nilai koefisien religiusitas untuk variabel X2 sebesar 0,172.Hal ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan religiusitas (X2)semakin setuju muzakki tentang nilai religiusitas

Hasil penelitian menunjukkan kinerja yang dilakukan pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Lampung Barat masih belum baik, karena masih ditemukan hambatan

Selain itu orang tua juga tidak hanya menyerahkan pendidikan anak kepada sekolah namun mereka juga perlu memantau perkembangan anaknya agar mereka tidak salah

Tujuan khusus penelitian; (1) mengetahui konsepsi pemasaran pendidikan berbasis teknologi informasi (2) mengetahui peran manajemen kepala sekolah dalam