PEMERINTAH KOTA BATU
PERATURAN DAERAH KOTA BATUNOMOR 7 TAHUN 2005 T E N T A N G
PERIJINAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA BATU,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka untuk terus meningkatkan kualitas
penyelenggaraan pelayanan kesehatan, farmasi, makanan dan minuman bagi masyarakat Kota Batu, dipandang perlu
ditumbuh kembangkan system pelayanan dan
penyelenggaraan kesehatan yang bermutu, rasional, aman, efektif, terjangkau dan cocok serta tidak distriminatif ; b. bahwa dengan semakin langkanya tanah, sebagai akibat dari
pertambahan penduduk dan kegiatan pembangunan, maka
perlu ditingkatkan pengaturan penataan penggunaan,
penguasaan atau pemilikan tanah untuk tempat pemakaman dan Pengabuan/Pembakaran Jenasah termasuk pengelolaanya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495) ;
2. Undang Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048) ;
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2001 tentang
Pembentukan Kota Batu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4118);
4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 ;
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1980 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 tentang Apotik;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenagan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor4139) ;
10. Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kewenangan Daerah Kota Batu (Lembaran Daerah Kota Batu Tahun 2003 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 2).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BATU dan
WALIKOTA BATU
M E M U T U S K A N :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERIJINAN
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Kota Batu ;
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Batu ;
3. Kepala Daerah adalah Walikota Batu ;
4. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kota Batu ;
5. Kepala Dinas Kesehatan adalah Kepala Dinas Kesehatan Kota
Batu ;
6. Pejabat yang ditunjuk adalah Kepala Dinas Kesehatan Kota Batu ;
7. Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah maupun dan atau swasta ;
8. Pelayanan kesehatan adalah bagian integral dari jaringan medik yang diselenggarakan oleh Pemerintah, perorangan, kelompok, perusahaan, yayasan atau Badan Usaha Milik Pemerintah yang meliputi upaya prefentif, promotif, penyembuahan (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) ;
9. Sarana Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang melipututi Balai Pengobatan (BP), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), Rumah Bersalin (RB), Klinik Kecantikan, Klinik Perawatan Penderita Narkoba, Rumah Sakit Umum (RSU) atau Rumah Sakit Khusus (RSK), Praktek Berkelompok Dokter, Dokter Gigi, Dokter Spesialis, Dokter Gigi Spesialis, Praktek Perorangan Dokter, Apotek, Toko Obat, Bidan dan Perawat serta sarana kesehatan lainya ;
10.Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan dan memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melaui pendidikan di bidang kesehatan, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan, antara lain Dokter, Dokter Gigi, Dokter Spesialis, Dokter Gigi Spesialis, Apoteker, Bidang dan Perwat; 11.Tenaga Medis adalah Dokter, Dokter Gigi, Dokter Spesialis,
Dokter Gigi Spesialis lulusan pendidikan kedokteran kedokteran atau kedokteran gigi di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia ; 12.Surat Tanda Regristasi (STR) adalah Dokter Gigi, Dokter
Spesialis, Dokter Gigi Spesialis adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil Kedokteran Indonesia kepada Dokter Gigi, Dokter Spesialis, Dokter Gigi Spesialis yang telah diregretasi;
13.Surat Ijin Praktek selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis yang diberikan kepada tenaga medis dan tenaga kesehatan yang menjalankan praktek setelah memenuhi persyaratan sebagai pengakuan kewenangan untuk melakukan pelayanan dan perawatan kesehatan sesuai dengan profesinya ;
14.Surat Ijin Kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti tertulis yang diberikan kepada Apoteker, Asisten Apoteker dan Perawat untuk melakukan praktek di sarana pelayanan kesehatan ;
15.Surat Ijin Praktek Perawat selanjutnya disebut SIPP adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk menjalankan praktek perorangan atau kelompok ;
16.Standart Profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik dan benar ;
17.Pelayanan Medik adalah pelayanan medik dasar dan pelayanan
medik spesialis terhadap individu atau keluarga dalam masyarakat yang dilaksanakan oleh petugas medis ;
18.Pelayanan Medik Dasar adalah pelayanan medik terhadap individu atau keluarga dalam masyarakat yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan maksimal Dokter Umum atau Dokter Gigi ;
19.Pelayanan Medik Spesialis adalah pelayanan medik terhadap individu atau keluarga dalam masyarakat yang dilaksanakan oleh tenaga Dokter Spesialis atau Dokter Gigi Spesialis atau kelompok Dokter Spesialis ;
20.Pelayanan Medik Penunjang adalah upaya kesehatan yang diberikan oleh Laboratorium, Apotek, Toko obat dan Optik ; 21.Perawatan Kesehatan adalah pelayanan perawatan kesehatan
antara lain berupa pertolongan persalinan, asuhan keperawatan terhadap individu atau keluarga dalam masyarakat yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (bidan dan perawat) ;
22.Rumas Sakit Umum (RSU) adalah tempat pelayanan yang
menyelenggarakan pelayanan medic spesialistik, pelayanan penunjang medik pelayanan instalasi dan pelayanan perawatan secara rawat jalan dan rawat inap ;
23.Rumah Sakit Khusus (RSK) adalah tempat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan medic spesialistik tertentu, penunjang medik pelayanan instalasi dan pelayanan perawatan secara rawat jalan dan rawat inap ;
24.Rumah Bersalin (RB) adalah tempat yang menyelenggarakan pelayanan kebidanan bagi wanita hamil, bersalin dan masa nifas fisiologik termasuk pelayanan keluarga berencana serta perawatan bayi yang baru lahir ;
25.Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) adalah tempat untuk memberikan pelayanan medik dasar kepada wanita hamil, bayi dan anak prasekolah dan pelayanan keluarga berencana ;
26.Balai Pengobatan (BP) adalah tempat untuk memberikan
pelayanan medik dsar secara rawat jalan, pelayanan kesehatan umum maupun kesehatan gigi ;
27.Klinik Kecantikan adalah bentuk pelayanan terhadap individu berupa penambahan, pengurangan dan merubah kulit wajah atau bagian tubuh lainya yang dilaksanakan oleh tenaga medis ; 28.Praktek Perorangan adalah penyelenggaraan pelayaan medik oleh seorang Dokter umum, Dokter Gigi atau Dokter Spesialis atau Dokter Gigi Spesialis dengan atau tanpa menggunakan pelayanan medik penunjang ;
29.Praktek berkelompok adalah penyelenggaraan pelayanan medic
secara bersama oleh Dokter Umum Dokter Gigi atau Dokter Spesialis atau Dokter Gigi Spesialis dengan atau tanpa menggunakan pelayanan medik penunjang ;
30.Apotek adalah sarana pelayanan kesehatan yang berfungsi sebagai pelayanan kesehatan penunjang dalam melakukan pekerjaan kefarmasian yang meliputi pembuatan, pengolahan, peracikan, perubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat ;
31.Laboratorium Kesehatan adalah sarana kesehatan yang
melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat ;
32.Laboratorium Klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, mikrobiologi klinik, imunologi klinik dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan terutama untuk penunjang upaya penyembuahan penyakit dan pemulihan kesehatan ;
33.Laboratorium Kesehatan Masyarakat adalah laboratorium
kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang mikrobiologi, fisika, kimia dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan terutama yang menunjang upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan ;
34.Pedagang Eceran Obat (Toko Obat) adalah orang atau Badan Hukum Indonesia yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat-obat-obat-obat bebas terbatas (daftar W) untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sebagaimana tercantum dalam surat izin ;
35.Klinik Perawatan Penderita Narkoba adalah sarana yang melaksanakan pelayanan pemeriksaaan, pengobatan serta pemulihan kesehatan terhadap ketergantungan NAPZA (Narkotik, Psikotropik dan Zat Addiktif) ;
36.Jasa Boga adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan
kegiatan pengolahan makanan yang disajukan di luar tempat usaha atas dasar pesanan dan terdiri dari golongan A1, A2, A3, B dan C ;
37.Perusahaan Makanan Industri Rumah Tangga adalah
perusahaan yang wajib memiliki Surat Tanda Pendaftaran Industri Kecil ;
38.Surat Tanda Pendaftaran Industri Kecil (STPID) adalah surat pendaftaran yang diperoleh dari Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu ;
39.Rumah Makan adalah tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahannya ;
40.Restoran adalah salah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat usahannya ;
41.Laik Sehat adalah kondisi tempat-tempat umum dan tempat pengelolahan makanan yang telah memenuhi persyaratan kesehatan ;
42.Pengobatan Tradisional, selanjutnya disebut Battra adalah salah satu upaya pengobatan dan atau perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan cara lain di luar ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan mencakup cara (metode) obat dan pengobatannya, yang mengacu kepada pengetahuan, pengalaman dan keterampilan turun - temurun baik yang asli maupun yang berasal dari luar Indonesia dan ditetapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat ;
43.Pengobat tradisional adalah seseorang yang diakui dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai orang yang mampu melakukan pengobatan tradisional ;
44.Sinshe adalah seseorang yang melakukan pengobatan dengan menggunakan ramuan obat-obat tradisional berasal dari Cina ; 45.Tabib adalah seseorang yang melakukan pengobatan dengan
ramuan obat tradisional yang berasal dari bahan bahan alamiah yang biasanya dilakukan orang Arab, India atau Pakistan ; 46.Akupunkturis adalah seseorang yang melakukan pengobatan
dengan cara akupunktur (tusuk jarum) ;
47.Battra Tusuk Jari (Akupressure) adalah seseorang yang melakukan pengobatan dengan pemijatan menggunakan jari ;
48.Battra Refleksi adalah sesorang yang melakukan
pengobatandengan menganut teori zona refleksi, teori analgesik dan teori yin dan yang dengan menggunakan jari, ibu jari, pangkal tapak tangan, siku atau benda tumpul ;
49.Battra Pijat Urat adalah seseorang yang melakukan pengobatan dengan tekanan pada tempat-tempat tertentu dengan falsafah bahwa melakukan pemijatan berarti aliran darah dapat dilancarkan ;
50.Battra Ramuan adalah seseorang yang melakukan pengobatan dengan menggunakan ramuan obat dari tumbuhan, hewan, mineral dan lain-lain ;
51.Pengobatan Tradisional dengan pendekatan agama adalah
orang yang melakukan pengobatan dengan pendekatan agama ; 52.Pengobatan Tradisional Supra Natural adalah orang yang
melakukan pengobatan tradisional dengan pendekatan tenaga dalam (prana) kebatinan (dukun) ;
53.Alat Kesehatan adalah bahan, instrument, apparatus dengan mesin yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiaknosis, mendeteksi dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk dan memperbaiki fungsi tubuh ;
54.Depot Air Minum (DAM) adalah Badan Usaha yang mengelola
air minum untuk keperluan masyarakat dalam bentuk curah ; 55.Hygene Sanitasi Makanan adalah upaya pengendalian factor
makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau ganguan penyakit ; 56.Hygene Sanitasi Hotel adalah usaha penyehatan usaha-usaha
bagi umum untuk mencegah terjadinya penyakit menular dan ganguan kesehatan pada masyarakat ;
57.Hygene Sanitasi Jasa Boga adalah usaha yang dilakukan untuk mengendalikan factor-faktor air minum, penjamah makanan, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan ;
58.Hygene Sanitasi Depot Air Minum (DAM) merupakan upaya kesehatan di bidang Hygene sanitasi makanan dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui upaya pembinaan dan pengawasan untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan kejadian penyakit bawaan air dan bawaan makanan
BAB II
JENIS PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN Pasal 2
(1) Dalam wilayah daerah dapat diselenggarakan usaha di bidang pelayanan kesehatan ;
(2) Jenis pelayanan kesehatan terdiri dari :
a. Pelayanan kesehatan dasar, termasuk didalamnya adalah praktek perorangan dokter, praktek perorangan dokter gigi, praktek perorangan dokter, praktek berkelompok dokter gigi, balai pengobatan (BP), Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), Rumah Bersalin (RB) dan pelayanan lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan ;
b. Pelayanan Kesehatan Penunjang, termasuk didalamnya
adalah Apotik, Laboratorium Klinis, Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Optik, Toko Obat dan pelayanan lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan ;
c. Pelayanan Kesehatan Rujukan, termasuk didalamnya
adalah praktek perorangan dokter spesialis, praktek perorangan dokter gigi spesialis , praktek berkelompok dokter gigi spesialis, Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit khusus, Klinik Kecantikan dan pelayanan lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
(3) Jenis pelayanan makanan dan minuman termasuk didalamnya
adalah laik hygene sanitasi jasa boga, laik hygene sanitasi restoran dan rumah makan, laik hygene sanitasi hotel laik hygene sanitasi depot air minum dan pendaftaran/sertifikasi produk pangan industri rumah tangga/P.IRT ;
(4) Jenis pelayanan pengobatan tradisional wajib daftar pelayanan kesehatan termasuk didalamnya adalah shinshe, tabib, akupunkturis, battra refleksi, battra pijat urat, battra ramuan dan battra tusuk jari serta pengobatan yang tidak bertentangan dengan undang-undang kesehatan, peraturan perundangan yang berlaku.
BAB III
JENIS IJIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN
Pasal 3
(1) Pelayanan kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan penunjang
a. Ijin penyelenggaraan praktek perseorangan tenaga
kesehatan :
- Praktek Dokter Spesialis dan Dokter Gigi Spesialis ;
- Praktek Dokter dan Dokter Gigi ;
- Praktek Bidan (Akademi Bidan) dan Perawat
(Akademi Perawat)
b. Ijin Penyelenggaraan sarana pelayanan kesehatan
- Ijin Balai Pengobatan Rumah Sakit Bersalin, Balai Kesehatan Ibu dan Anak ;
- Ijin Praktek berkelompok Dokter Spesialis dan Dokter Gigi Spesialis ;
- Rekomendasi ijin mendirikan RS ;
- Rekomendasi ijin penyelenggaraan ;
- Ijin Apotek (SIA) ; - Ijin took obat ; - Ijin optik ;
- Ijin Laboratorium Klinik Umum ;
- Ijin Laboratorium Klinik Khusus ;
- Ijin Laboratorium Klinik Kesehatan Masyarakat ;
- Ijin pos sampel untuk pengambilan dan pengumpulan ;
- Serta ijin lainya yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang – undangan ;
(2) Ijin penyehatan makanan minuman/pangan dan tempat-tempat
umum
- Sertifikat laik hygene sanitasi hotel ;
- Sertifikat laik hygene sanitasi rumah makan dan restoran; - Sertifikat laik hygene sanitasi jasa boga ;
- Sertifikat laik hygene sanitasi Depot air minum ; - Sertifikat produk pangan industry rumah tangga laik. (3) Regristrasi praktek/pengobatan tradisional (Battra) A .
BAB IV
TATA CARA KETENTUAN PERIJINAN Pasal 4
(1) Untuk memperoleh ijin penyelenggaraan sarana pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pada Pasal 2 Peraturan Daerah ini, yang bersangkutan harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Daerah melalui
Kepala Dinas Kesehatan dengan mengisi formulir
permohonan ;
(2) Formulir permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini harus diisi dengan benar dan selanjutnya diserahkan kembali kepada Dinas Kesehatan ;
(3) Ijin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
dikeluarkan apabila permohonan yang diajukan telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan ;
(4) Syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini akan ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan Kepala Daerah ; (5) Setiap permohonan perijinan dikenakan retribusi rekomendasi
dengan persetujuan pimpinan DPRD. BAB V
NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 5
(1) Kepala Dinas Kesehatan dalam rangka menjamin kemudahan
pengurusan ijin penyelenggaraan pelayanan kesehatan akan menerbitkan prosedur tetap dan alur permohonan ijin ;
(2) Prosedur tetap dan alur proses permohonan ijin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini akan disosialisasikan secara terjadwal kepada instansi terkait dan masyarakat ;
(3) Penyelesaian pemberian ijin adalah 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak permohonan dengan persyaratan lengkap secara resmi diterima oleh Dinas Kesehatan.
Pasal 6
Dengan nama ijin penyelenggaraan pelayanan kesehatan dipungut retribusi ijin penyelenggaraan pelayanan kesehatan
Pasal 7
Obyek retribusi adalah pemberian ijin pelayanan kesehatan Pasal 8
Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan hukum yang bergerak di bidang kesehatan yang memperoleh ijin pelayanan kesehatan.
BAB VI
WILAYAH PUNGUTAN Pasal 9
Retribusi dipungut dipungut di wilayah dimana perijinan diberikan BAB VII
MASA RETRIBUSI Pasal 10
Masa retribusi adalah jangka waktu berlakunya ijin pelayanan kesehatan yang lamanya 5 (lima) tahun kecuali untuk Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi jangka waktunya 3 (tiga) tahun.
BAB VIII
TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 11
(1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dibayar sekaligus dimuka untuk 1 (satu) kali masa retribusi ;
(2) pembayaran retribusi dipungut dan dibayar langsung ke bendahara khusus Dinas Kesehatan
(3) Pengenaan biaya retribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pasal ini diatur sebagai berikut :
a. Disetor ke Kas Daerah sebesar 30 % (tiga puluh perseratus);
b. Biaya operasional pembinaan, pengawasan dan pengendalian
oleh Dinas Kesehatan sebesar 70 % (tujuh puluh perseratus) dengan rincian sebagai berikut :
1. Kegiatan pembinaan manajemen, sebesar 10 % (sepuluh perseratus) ;
2. Pengembangan sumber daya manusia, sebesar 10 %
(sepuluh perseratus) ;
3. Biaya operasional, sebesar 30 % (tiga puluh perseratus) ; 4. Jasa pelayanan, sebesar 2 % (dua puluh perseratus).
BAB IX
TATA CARA PEMBERIAN IJIN Pasal 12
(1) Kepala Dinas Kesehatan melakukan penelitian terhadap
persyaratan permohonan ijin ;
(2) Bila telah memenuhi persyaratan secara lengkap dan benar, pemohon wajib membayar biaya yang telah ditetapkan ;
(3) Setelah persyaratan sebagaimana tersebut dalam ayat (2) Pasal ini dipenuhi, permohonan segera diproses dan disiapkan naskah keputusan pemberian ijin upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
BAB X
PENCATATAN DAN PELAPORAN Pasal 13
(1) Semua sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan wajib membuat catatan medik dan membuat laporan ke Dinas Kesehatan ;
(2) Sesuai kebutuhan, Kepala Dinas dapat mengembangkan
bentuk dan jenis laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini.
BAB XI
SANKSI ADMINISTRASI Pasal 14
Dalam hal ada pelanggaran atas ketentuan perijinan yang tercantum dalam Peraturan Daerah ini dikenakan sanksi administrasi sampai pada pembekuan atau pencabutan izin
BAB XII
KETENTUAN PIDANA Pasal 15
Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Daerah ini diancam pidana penjara selama-lamanya 3 (tiga) bulan dan/atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku
BAB XIII
KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 16
(1) Selain Pejabat Penyidik Umum yang bertugas menyidik
tindak pidana, penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Peraturan Daerah ini, dapat dilakukan oleh PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) di lingkungan Pemerintah Daerah ;
(2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, para pejabat
seagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berwenang :
a. Penerimaan laporan atau pengaduan dari seseorang
tentang tindak pidana ;
b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan ;
c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka ;
d. Melakukan penyitaan benda atau surat ;
e. Mengambil sidik jari dan memotrek tersangka ;
f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ;
g. Mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan tersangka ;
h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat
petunjuk dari penyidik umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak
pidana dan selanjutnya melalui penyidik umum
memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya.
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN Pasal 17
(1) Dengan diberlakukannya Peraturan Daerah ini, maka upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang belum memiliki ijin wajib segera memiliki surat ijin sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini ;
(2) Upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini yang telah mempunyai surat ijin dinyatakan tetap berlaku dan wajib memperbaruinya sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini selambat-lambatnya 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal keputusan ini ditetapkan ; (3) Besarnya retribusi ijin penyelenggaraan pelayanan kesehatan
seperti dimaksud pada BAB IV Pasal 6, akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP Pasal 18
Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Batu.
Disahkan di Batu
Pada Tanggal 2 Desember 2005
LEMBARAN DAERAH KOTA BATU TAHUN 2005 TANGGAL 2 DESEMBER 2005 NOMOR 1 / C
WALIKOTA BATU, ttd
IMAM KABUL
Diundangkan di Batu
Pada tanggal 2 Desember 2005
SEKRETARIS DAERAH KOTA BATU ttd
M. HARIYONO ANWAR, SH., MH Pembina Utama Muda