• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL LKS BERBASIS PROJECT SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN MUTU CALON GURU IPA DALAM MENG- IMPLEMENTASIKAN KURIKULUM 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL LKS BERBASIS PROJECT SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN MUTU CALON GURU IPA DALAM MENG- IMPLEMENTASIKAN KURIKULUM 2013"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ilmiah Kopertis Wilayah IV

PENGEMBANGAN MODEL LKS BERBASIS PROJECT SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN MUTU CALON GURU IPA DALAM

MENG-IMPLEMENTASIKAN KURIKULUM 2013

Yusuf Ibrahim & Cita Tresnawati, Mia Nurkanti Universitas Pasundan

ABSTRAK - Penelitian tahun pertama (tahap perencanaan) dari tiga tahun penelitian

mempunyai tujuan utama menghasilkan model lembar kerja mahasiswa/siswa berbasis project

scientific yang dikembangkan menjadi Lembar Kerja berbasis Inkuiri, Problem Based

Learning dan Project Based Learning yang memiliki ciri khas dan teruji sesuai dengan

tuntutan kurikulum 2013. Pengembangan Lembar Kerja ini bertujuan untuk menilai kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Penelitian ini terdiri atas tahapan analisis kebutuhan, analisis proses dan produk pembelajaran, penentuan tujuan dan manfaat penelitian serta merancang produk model Lembar kerja berbasis Project Scientific dengan instrumen yang menilai kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor, validasi rancangan model dan instrumen serta pemodelan. Instrumen yang dikembangkan berupa instrumen analisis kesesuaian panduan praktikum, kuesioner, penugasan dan wawancara. Hasil analisis kebutuhan menunjukkan bahwa panduan praktikum yang ada belum menunjukkan panduan praktikum yang terintegrasi dengan model pembelajaran khususnya Problem Based Learning,

Project Based Learning dan Inkuiri. Hasil analisis menunjukkan bahwa mahasiswa belum

mampu menggali informasi dari kegiatan ilmiah yang dilakukan, belum mampu menghubungkan pengetahuan dari kerja ilmiah dan akhirnya mahasiswa tidak mampu melaporkan kegiatan kerja ilmiah dalam bentuk penyusuan laporan secara sistematis. Dengan terwujudnya model lembar kerja mahasiswa berbasis Project scientific dengan instrumen pendukung yang valid dan reliabel dapat bermanfaat dalam upaya meningkatkan mutu lulusan calon guru biologi khususnya dan umumnya kepada peserta didik di persekolahan.

Kata Kunci : Lembar Kerja mahasiswa berbasis Project Scientific, Problem Based Learning,

Project Based Learning, Inkuiri, Mutu Lulusan.

ABSTRACT - This first-year study (the planning stage) out of the three-year study has a

primary objective, namely generating a scientific-project-based student worksheet which will be developed to be an inquiry-based worksheet, a problem-based learning, and a project-based learning which have charteristics and are tested according to the requirements of curriculum 2013. The development of worksheet is aimed to assess cognitive, affective, and psychomotor abilities. The present study comprises stages of need assesment, the analysis of learning process and product, determination of objectives and benefits of the study as well as designing the model product of project scientific based student worksheet with instruments that assess cognitive, affective, and psychomotor abilities, the validation of model and instrument designs, and modeling. The developed instruments are in the form of analysis instrument of the practical guide suitability, questionnaire, assignment, and interview. The result of need assessment shows that the existing practical guide has not reflected the practical guide which is integrated with any learning model yet, especially problem-based learning, project-based learning, and inquiry. The result of the analysis shows that students

(2)

have not been able to dig up information from scientific activities they do, have not been able to link the knowledge from the scientific work, and in the end they are not able to report the activities of the scientific work in the form of systemically arranged reports. The realization of project-scientific-based student worksheet model with the valid and realiable supporting instruments can be beneficial in improving the quality of graduates of prospective biology teachers in particular, and generally to students in schools.

Keywords : scientific-based student worksheet, problem-based learning,

project-based learning, inquiry, quality of graduates.

PENDAHULUAN

Implementasi Kurikulum 2013 sudah seyogyanya kita sikapi dengan tangan terbuka Khususnya LPTK merupakan perguruan tinggi yang mengemban tugas Pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan guru (UU No. 14/2005). Dengan demikian, lembaga ini mempunyai kewajiban dan tanggung jawab menyelenggarakan program pembelajaran bermutu yang menghasilkan guru berkualitas. Berkaitan dengan Implementasi kurikulum 2013 yang seyogyanya akan tersosialisasikan sampai tahun 2015 di seluruh Indonesia, tentunya peran LPTK sebagai pencetak guru berkewajiban untuk membekali mahasiswa dalam pengayaan dan pembelajaran terkait implementasi kurikulum 2013 tersebut. Sehingga apa yang menjadi cita-cita kurikulum 2013 dapat terlaksana di lapangan dengan baik.

Menyongsong implementasi kurikulum 2013 tersebut LPTK terus berupaya memperbaiki kualitas lulusannya agar mampu bersaing di dunia kerja, dengan meningkatkan 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian seperti termaktub dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007. Upaya mengembangkan kompetensi standar guru tersebut dalam meningkatkan mutu lulusan dan menyongsong implementasi kurikulum 2013 tentunya diperlukan suatu metode, model maupun startegi dalam pembelajaran yang membangun kreativitas mahasiswa calon guru biologi.

Berdasarkan hasil survei (November, 2013) yang dilakukan kepada mahasiswa PPL di sekolah sekolah yang menjadi mitra LPTK, mahasiswa kesulitan menyusun Model LKS berbasis saintifik. Data yang diperoleh penulis setelah angket disebar pada 30 mahasiswa praktikan menunjukkan 90% mahasiswa praktikan menggunakan LKS jadi yang sudah diterbitkan oleh salah satu penerbit LKS, 60 % mahasiswa praktikan tidak melaksanakan kegiatan praktikum, 50 % mahasiswa hanya mendemontrasikan kegiatan praktikum tanpa melibatkan secara langsung peserta didik, 100% mahasiswa tidak dapat membuat LKS berbasis saintifik sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Berdasarkan data yang diperoleh tersebut tentunya sangat mengkhawatirkan karena biologi erat kaitannya dengan metode ilmiah yang di dalamnya terdapat kerja ilmiah yang menuntut peserta didik mempunyai keterampilan proses sains. Kontars dengan hasil survai yang dilakukan kenyataanya di lapangan mahasiswa tidak diajak terlibat dalam menyusun dan merancang LKS sesuai dengan tuntututan dan tujuan pembelajaran. Selama ini LKS yang tersedia adalah LKS bersifat klasikal berbasis Resep.

Kontras dengan Permasalahan yang dialami bangsa Indonesia saat ini adalah rendahnya mutu lulusan pendidikan. Hasil survai beberapa lembaga internasional menunjukkan perkembangan pendidikan Indonesia belum memuaskan. Hal ini terlihat dari laporan UNESCO (EFA, report 1997) posisi Indonesia peringkat indek pendidikan dari peringkat 58 turun ke peringakt 62 dari 130 negara (Http:hdr.undp.org/en/statistic). Penurunan tersebut merupakan cermin rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Di sisi lain pembelajaran IPA

(3)

yang selama ini dilaksanakan di sekolah belum memperlihatkan hasil yang optimal. Hasil survey TIMMS (Trens International In Matematics And Sceince Study) yang dilakukan pada tahun 2007 dan 2011 pada tingkat sekolah menengah pertama kelas 8 menunjukkan Lebih dari 95% siswa Indonesia hanya mampu sampai level menengah, sementara hampir 50% siswa Taiwan mampu mencapai level tinggi dan advance (Rank positions and grade 82 science and mathematics, Http://nces.ed.gov/timss.resultsof.asp). Dengan keyakinan bahwa semua anak dilahirkan sama, kesimpulan dari hasil ini adalah yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan yang diujikan (yang distandarkan) internasional. Sementara hasil refleksi PISA (The Programme for International Student Assessment) yang dilakukan pada tahun 2009 Hampir semua siswa Indonesia hanya menguasai pelajaran sampai level 3 saja, sementara negara lain banyak yang sampai level 4, 5, bahkan 6 (PISA summary 2009 result executive summary https : // www .oecd. org /pisa /pisaproducts/46619703.pdf). Berdasarkan data tersebut tentunya diperlukan adanya upaya perbaikan menuju Indonesia yang tentunya diharapkan lebih berkualitas. Keyakinan tersebut tentunya diperlukan upaya perubahan, hal mendasar menuju perubahan adanya kurikulum sesuai dengan tuntutan zaman sehingga diperlukan penyesuaian kurikulum.

Hasil penelitian (filed study) penulis berkaitan dengan fakta dilapangan terkait jenis (lembar kerja siswa) LKS yang beredar selama ini kurang menunjukkan kemampuan dalam menilai keterampilan proses sains dan kemampaun bepikir. Hasil analisis terkait (lembar kerja siswa yang beredar dilapangan menunjukkan materi LKS hanya memuat materi yang berisi point-point penting saja tidak menunjukkan uraian materi secara lengkap/seperti rangkuman, bagian lain dari isi LKS yang beredar menunjukkan kumpulan latihan soal berupa pilihan ganda dan essay, tidak adanya proses praktikum atau kegiatan laboratorium, kalaupun ada kegiatan eksperimen masih bersifat eksperimen resep yang kurang menuntut siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Berdasarkan analisis terhadap LKS yang beredar di lapangan tersebut menunjukkan tidak adanya proses sains dalam LKS yang beredar sekarang.

Pada pelaksanaannya, kegiatan laboratorium menuntut mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor, mengembangkan hand-on dan mind-on dengan memadukan langkah konseptual, prosedural dan metakognisi mahasiswa. Dalam kontek inilah penelitian dilaksanakan, untuk meningkatkan mutu lulusan salah satunya diperlukan upaya melatih mahasiswa dalam merancang model LKS berbasis Projek saintifik sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 dengan mengedepankan pengalaman personal melalui proses

Observing (mengamati), Questioning (menanya), Experimenting (mencoba), Associating

(menalar), Networking (Membentuk jejaring) dalam meningkatkan kreativitas peserta didik. Disamping itu, dibiasakan bagi peserta didik untuk bekerja dalam jejaringan melalui

collaborative learning (Depdiknas, 2013).

Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah (saintifik) itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah lima belas menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen (Depdiknas, 2013).

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk jenjang SMP dan SMA atau yang sederajat dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar

(4)

peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.” Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Depdikbud, 2013).

Penelitian ini merupakan tahap awal (Need Assessment) untuk mengembangkan model LKS berbasis project scientific dalam menilai mutu lulusan Calon Guru IPA dalam Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Penelitian ini memberikan masukan guna mengembangkan model lember kerja siswa yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 dengan karakteristik model lembar kerja siswa berbasis berbasis Inkuiri, PBL (Problem based

learning) dan PjBL (Project based Learning) sehingga kelak memiliki bekal dalam

melaksanakan tugsnya sebagai seorang guru yang profesional dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 dan siap menghadapi tantangan global.

KAJIAN PUSTAKA

Pengembangan Model LKS Berbasis project scientific dalam Pembelajaran A. Model Inkuiri

Inkuiri ilmiah sebagai bagian dari pembelajaran sains memiliki berbagai macam pengertian. National Science Education Standards (NSES) mendefinisikan inkuiri ilmiah sebagai berbagai macam cara para ilmuwan dalam mempelajari alam semesta dan mengemukakan penjelasan berdasarkan hasil penelitian mereka. Inkuiri juga merupakan kegiatan pengembangan pengetahuan dan pemahaman konsep sains yang dilakukan oleh siswa dengan meniru para ilmuwan dalam mempelajari alam semesta. National Science

Teacher Asosiation (NSTA) mendefinisikan dengan tegas bahwa inkuiri ilmiah merupakan

cara yang paling baik untuk memahami materi IPA, karena siswa belajar bagaimana mengajukan pertanyaan dan mengunakan fakta-fakta untuk menjawab pertanyaan tersebut. Siswa juga belajar untuk merancang percobaan dan mengumpulkan bukti dari berbagai sumber, mengembangkan penjelasan dari data yang ada serta mengkomunikasikan dan mempertahankan kesimpulan mereka (NSTA dalam Wenning, 2007).

Haury (1993) dalam artikelnya Teaching Science Through Inquiry, mengatakan bahwa inkuiri merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain, inkuiri berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu.

Metode inkuri adalah sebuah metode pembelajaran yang termasuk dalam model pembelajaran pemrosesan informasi. Menurut Joyce (1996:187), metode inkuiri adalah sebuah model yang intinya melibatkan siswa ke dalam masalah asli dan menghadapkan mereka dengan sebuah penyelidikan, membantu mereka mengidentifikasi konseptual atau metode pemecahan masalah yang terdapat dalam penyelidikan, dan mengarahkan siswa untuk mencari jalan keluar dari masalah tersebut.

Model Pembelajaran inkuiri dapat membuat siswa-siswa mengalami proses-proses mental tertentu yang canggih (Sund & Trowbridge, 1973) yaitu : (1). mengeksplorasi gejala dan merumuskan masalah, (2). Merumuskan hipotesis (3). Mendesain dan melaksankan cara pengujian hipotesis, (4). Melaksanakan eksperimen, (5). Mengorganisasikan dan menganalisis data yang diperoleh, (5) memadukan pengetahuan, (6). Mengembangkan sikap-sikap ilmiah

(5)

tertentu; objektif, ingin tahu, bersikap terbuka, berhasrat dan menaruh perhatian terhadap moodel-model teoritis, dan bertanggung jawab.

Menurut Suchman (Joyce dan Weil, 2000) Pembelajaran inkuiri mempunyai lima tahapan (sintak) seperti yang tertera pada tabel 2.2. berikut ini :

Tabel 2.2. Tahapan Model Inkuiri dan Kemampuan Inkuiri

No Tahapan Inkuiri Penjabaran

1. Berhadapan dengan masalah

- Menjelaskan prosedur-prosedur inkuiri.

- Menyajikan peristiwa-peristiwa yang bertentangan. 2 Pengumpulan data

untuk verifikasi

- Menguji keadaan dan kondisi dari objek. - Pengujian terhadap suatu masalah.

- Sifat khusus dari objek teliti dan pengujian terhadap situasi masalah yang dihadapi.

3 Pengumpulan data dalam eksperimen

- Memisahkan variabel-variabel yang relevan.

- Strategi yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Analisis diperlukan untuk membantu siswa terarah pada mencari sebab akibat.

- Berhipotesis dan bereksperimen untuk menguji hipotesis sehingga diperoleh hubungan sebab akibat. 4 Mengorganisasikan,

merumuskan dan memberikan

penjelasan

- Merumuskan hukum-hukum atau penjelasan – penjelasan

5 Menganalisis proses inkuiri

- Menganalisis strategi inkuiri dan mengembangkan strategi yang lebih efektif

(sumber Joyce dan Weil, 2000)

Sund dan Trowbridge,2000 mengemukakan ada tiga macam metode inquiry sebagai berikut : 1. Inquiry terpimpin (guided inquiry), peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Pendekatan ini digunakan terutama bagi peserta didik yang belum berpengalaman, guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Dalam pelaksanaannya sebagian besar perencanaan dibuat guru dan peserta didik tidak merumuskan permasalahan karena permasalahan diberikan oleh guru baru peserta didik menentukan penyelesaian dan prosesnya untuk menyelidiki dan memecahkan masalah. Sund dan Trowbridge (2000) berpendapat bahwa penemuan terbimbing adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi suatu konsep /prinsip. Proses mental, misalnya mengamati, menjelaskan, mengelompokan, membuat kesimpulan dan sebagainya.

Pembelajaran penemuan terbimbing membuat siswa melek sains dan teknologi, dapat memecahkan masalah, karena mereka benar-benar diberi kesempatan berperan serta didalam kegiatan sains sesuai dengan perkembangan intelektual mereka dengan bimbingan guru. Penemuan terbimbing yang dilakukan oleh siswa dapat mengarah pada terbentuknya kemampuan untuk melakukan penemuan bebas di kemudian hari (Carin, 1993).

2. Inquiry bebas (free inquiry), pada metode ini peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Peserta didik harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki.

3. Inquiry bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry) pada metode ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.

(6)

B. Model PBL (Problem Based Learning)

Pembelajaran berbasis masalah (Problem based learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah (Wood, 2002; Stepien, dkk.,1993). Lebih lanjut Boud dan felleti, (1997), Fogarty(1997) menyatakan bahwa PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pebelajar (siswa/mahasiswa) dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open ended melalui stimulus dalam belajar. PBL memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: (1) belajar dimulai dengan suatu masalah, (2) memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa/mahasiswa, (3) mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu, (4) memberikan tanggung jawab yang besar kepada pebelajar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, dan (6) menuntut pembelajar untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja. Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.

Fogarty, R. (1997) mengemukakan ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL. Fase-fase tersebut merujuk pada tahap-tahapan praktis yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dengan PBL sebagai berikut ini :

Fase 1: Mengorientasikan mahasiswa pada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi mahasiswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih

Fase 2: Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar Membantu mahasiswa membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi

Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok Mendorong mahasiswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk penjelasan dan pemecahan

Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Membantu mahasiswa merencanakan dan menyi-apkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Membantu mahasiswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama berlangusungnya pemecahan masalah.

C. Model PjBL (Project Based Learning)

Menurut Global SchoolNet.( 2000) “Project Based Learning adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai dan realistik.

Project-based Learning (PBL) is a model for classroom activity that shifts away from

(7)

activities are long-term, interdisciplinary, student-centred, and integrated with

real-world issues and practices

Pembelajaran berbasis proyek adalah sebuah model kegiatan dikelas yang berbeda dengan biasanya. Kegiatan pembelajaran PBL berjangka waktu lama, antardisiplin, berpusat pada siswa dan terintegrasi dengan masalah dunia nyata. Jadi, Project Based Learning merupakan pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa (student centered) dan menempatkan guru sebagai motivator dan fasilitator, dimana siswa diberi peluang bekerja secara otonom mengkonstruksi belajarnya.

a. Ciri-ciri Project Based Learning

Global School Net.(2000) menyebutkan ciri-ciri Project Based Learning diantaranya adalah: isi, kondisi, aktivitas dan hasil. Keempat ciri-ciri itu adalah sebagai berikut:

1) Isi : Difokuskan pada ide-ide siswa yaitu dalam membentuk gambaran sendiri bekerja atas topik-topik yang relevan dan minat siswa yang seimbang dengan pengalaman siswa sehari-hari.

2) Kondisi : Maksudnya adalah kondisi untuk mendorong siswa mandiri, yaitu dalam mengelola tugas dan waktu belajar. Sehingga dalam belajar materi koloid siswa mencari sumber informasi secara mandiri dari berbagai referensi seperti buku maupun intenet.

3) Aktivitas : Adalah suatu strategi yang efektif dan menarik, yaitu dalam mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dan memecahkan masalah-masalah menggunakan kecakapan. Aktivitas juga merupakan bangunan dalam menggagas pengetahuan siswa dalam mentransfer dan menyimpan informasi dengan mudah.

4) Hasil : Hasil disini adalah penerapan hasil yang produktif dalam membantu siswa mengembangkan kecakapan belajar dan mengintegrasikan dalam belajar yang sempurna, termasuk strategi dan kemampuan untuk mempergunakan kognitif strategi pemecahan masalah. Juga termasuk kecakapan tertentu, disposisi, sikap dan kepercayaan yang dihubungkan dengan pekerjaan produktif, sehingga secara efektif dapat menyempurnakan tujuan yang sulit untuk dicapai dengan model-model pengajaran yang lain.

2.3. Penelitian yang Relevan

Robi Yanto, dkk (2011) telah melakukan penelitian tentang Pengembangan Lembar Kerja Siswa (Lks) Dengan Pendekatan Makroskopis-Mikroskopis-Simbolik Pada Materi Ikatan Kimia menunjukkan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) ikatan kimia yang dikembangkan dengan pendekatan makroskopis-mikroskopis-simbolik sudah tergolong layak digunakan dalam pembelajaran dengan rata-rata perolehan skor validasi ahli sebesar 86,9% (sangat tinggi), rata-rata perolehan skor angket uji coba lapangan awal sebesar 80,4% (tinggi) dan rata-rata perolehan skor angket respon uji coba lapangan utama sebesar 82,2% (sangat tinggi).

Dwi fitriana (2013) meneliti tentang pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA terpadu berbasis model connected materi pencernaan makanan dan bahan kimia makanan pada siswa SMP menunjukkan kualitas Lembar Kerja Siswa (LKS) terpadu berbasis model connected yag telah dikembangkan menunjukkan sangat baik berdasarka keseluruhan penilaian ahli media, peer reviewer dan guru IPA sedangkan respon siswa terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS) sangat baik sehigga Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis connected sangat layak untuk digunakan.

Nuriana,dkk (2011) meneliti tentang pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan model siklus belajar 5E berbasis konstruktivistik pada materi sistem sirkulasi manusia untuk kelas XI SMA menunjukkan penerapan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi hal ini terlihat dari hasil

(8)

analisis data menunjukkan 90.08% keterlaksanaan pengunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam pembelajaran sangat baik

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dirancang untuk menghasilkan produk berupa Lembar Kerja mahasiswa/siswa berbasis Project Scientific yang valid dan reliabel dalam menilai mutu lulusan calon guru IPA dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan pendidikan (Educational Research and Development / R & D) yang dimodifikasi sesuai kebutuhan (dalam Gall et al.,2003). Dalam pelaksanaannya, Penelitian ini mencakup 3 tahapan, yaitu tahap perencanaan, pengembangan dan desiminasi. Tiap-tiap tahap dilaksanakan pada tahun efektif yang berurutan selama tiga tahun. Pada tahun pertama (2015/2016) pelaksanaan penelitian ini meliputi 1) Studi pendahuluan dan Analisis Kebutuhan, 2) Perencanaan penelitian , 3) Pegembangan produk awal, 4) Merancang model dan instrumen asesmen project LKS, 5) Validasi model dan instrumen yang dikembangkan, 6) Uji lapangan terbatas sebanyak 30 orang mahasiswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, kuesioner, rubrik kinerja, lembar validasi, instrumen dan rubrik penilaian kognitif, afektif dan psikomotor.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang dilakukan peneliti dalam mengembangkan model LKS berbasis Project Scientific dalam menilai mutu lulusan calon guru IPA dalam Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Pada tahapan ini Kegiatan yang dilakukan adalah studi literatur untuk menelaah teori penunjang yang akan dijadikan konsep dasar, teori dan prinsip, menelaah tahapan/sintak berbagai model pembelajaran terkait proyek saintifik, instrumen dan asessment yang mendukung dalam penilaian dan terakhir merancang draf Lembar Kerja berbasis project saintifik yang dikembangkan berdasarkaan analisis kebutuhan dan sesuai dengan kurikulum 2013. Berdasarkan hal tersebut diperoleh informasi sebagai berikut :

Kuesioner Tertutup Tanggapan Mahasiswa Terhadap Pelaksanaan Kegiatan Praktikum

Berdasarkan Kuesioner tertutup tanggapan mahasiswa terhadap Pelaksanaan kegiatan praktikum sebagai berikut :

(9)

Gambar. 1. Rekapitulasi Pendapat mahasiswa mengenai proses kegiatan praktikum yang pernah dilakukan

Berdasarkan gambar 1. menunjukkan bahwa mahasiswa tidak pernah diberi penugasan dalam merancang dan membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) saintifik terintegrasi dengan model pembelajaran. walaupun mahasiswa tersebut sudah menempuh berbagai matakuliah yang terintegrasi dengan kegiatan praktikum.

Kuesioner Kemampuan Mahasiswa Dalam Menyusun Dan Merancang Lembar Kerja Siswa (LKS)

Berdasarkan Kuesioner Kemampuan Mahasiswa dalam Menyusun dan Merancang Lembar kerja terintegrasi berbagai model pembelajaran diperoleh informasi seperti tertera pada tabel 1 berikut ini

Tabe.1. Kemampuan Menyusun dan Merancang Lembar Kerja Siswa (LKS)

No Kriteria Penilaian Rerata

nilai (χ) Skor Maksimum Skor minimum Kriteria nilai 1 Kesesuaian

(judul praktikum, indikator, dasar teori dalam menunjang kegiatan praktikum)

Kesesuaian dengan model yang dikembangkan

2,00 3 1 Kurang

2 Prosedur Praktikum

(menentkan alat dan bahan yang digunakan dan prosedur kegiatan)

2,00 3 1 Kurang

3 Isi kegiatan praktikum

(kesesuaian isi kegiatan yang akan dipraktekakan dengan langkah-langkah kegiatan)

1,90 4 1 Kurang

4 Sistematika Isi

(kesesuaian dengan seluruh rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan )

2,80 4 1 Cukup

5 Lay-out

(nilai estetika yang ditampilkan dalam rancangan LKS)

2,90 4 2 Baik

Berdasarkan tabel. 1. terlihat kemampuan mahasiswa dalam membuat dan merancang Lembar Kerja Siswa (LKS) terintegrasi model pembelajaran menunjukkan kemampuan mahasiswa berkategori kurang menuju cukup dalam hal ini pemberian tugas dan latihan dalam merancang LKS sangat diperlukan guna meningkatkan kompetensi pedagogi yang kelak akan digunakan setelah lulusan terjun kedunia kerja secara nyata. Berdasarkan kuesioner tertutup yang diberikan kepada mahasiswa semester VI sebanyak 30 orang mahasiswa dimana mahasiswa tersebut sebagian besar telah mengambil matakuliah dengan kegiatan praktikum sehingga sebagian besar kegiatan praktikum pernah di tempuh di laboratorium. Selaras dengan tanggapan mahasiswa menunjukkan sebanyak 80 % mahasiswa telah menempuh berbagai Matakuliah Kuliah Dasar Khusus (MKDK) sehingga pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan praktikum dapat menunjang

(10)

keterampilan dalam mengisi kuesioner yang diberikan yang menjadikan dasar penulis karena sebagian besar matakuliah dengan bobot praktikum dan mata kuliah pendidikan yang menjadi dasar pengetahuan mahasiswa sudah terpenuhi.

Berdasarkan pengalaman mahasiswa selama kegiatan praktikum yang pernah di lakukan terkait Pengetahuan Mahasiswa tentang Sistematika Penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan kesesuain antara teori dengan praktikum sebanyak 95% mahasiswa menjawab kegiatan praktikum dan teori sudah sesuai dan sisanya sebanyak 5 % menjawab ragu-ragu dan tidak tahu. Hal ini menunjukkan bahwa selama ini mahasiswa telah mendapatkan berbagai kegiatan terkait praktikum.

Fokus yang menjadi perhatian pada tanggapan mahasiswa ini menunjukkan bahwa sebanyak 75 % mahasiswa menyatakan tidak pernah diberi Penugasan Merancang dan Membuat LKS Saintifik (PBL,PjBL,Inkuiri,dan pendekatan saintifik) dari dosen dan sisanya 25% memberikan tanggapan ragu-ragu, hal ini menunjukkan pembelajaran terkait materi perkuliahan dengan bentuk penugasan menyususn dan merancang berbagai Lembar Kerja Siswa (LKS) yang terintegrasi dengan model pembelajaran tidak memberikan pengalaman baru sehingga kurang memberikan pengetahuan kepada mahasiswa, analisis ini di dukung dengan temuan bahwa kemampuan mahasiswa terkait pengetahuannya dalam menyususn rancangan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis model menunjukkan skor nilai (2,00) dengan kategori kurang.

Hasil analisis menunjukkan penugasan dan latihan-latihan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa calon guru dalam merancang LKS berbasis tahapan model sangat diperlukan mengingat kelak mahasiswa calon guru biologi dalam menjalankan tugasnya sudah terbiasa mengembangakan LKS-nya sendiri.

Kuesioner Analisis Kemampuan Mahasiswa Dalam Mengisi Berbagai LKS Berbasis Project Scientific

Berdasarkan kuesioner Analisis Kemampuan Mahasiswa Dalam Mengisi Berbagai LKS Berbasis Project Scientific yang dikembangkan menjadi Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis

Problem Based Learning, pendekatan saintifik, Project Based Learning dan inkuiri

diperoleh informasi seperti pada tabel berikut ini :

Tabel. 2. Kemampuan Mahasiswa dalam Mengisi Berbagai Draf LKS Project Scientific

No LKS yang dikembangka n

Kemampuan yang Teridentifikaasi

Rerata nilai Kriteria

1 PBL - Judul praktikum - Pengamatan - Permasalahan - Pertanyaan penelitian - Hipotesis - Asumsi - Tujuan percobaan

- Alat dan bahan yang digunakan - Langkah kerja

- Tabel pengamatan - Grafik hasil pengamatan - Pembahasan - Kesimpulan 2,43 3,00 2,60 3.10 2,23 2,90 3,93 2,70 2,70 2,00 2,90 2,90 2,83 Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik Sangat baik Cukup Cukup Kurang Baik Baik Baik

(11)

No LKS yang dikembangka n

Kemampuan yang Teridentifikaasi

Rerata nilai Kriteria

- Mengamati - Menanya - Menalar - Mencoba - Membuat jejaring - Menyimpulkan 3,43 3,67 2,37 3,30 2,27 2,47 Baik Baik Cukup Baik Cukup Cukup 3 PjBL - Menentukan permasalahan

yang akan diobservasi - Mengumpulkan referensi - Merumuskan masalah - Menentukan judul project - Meyusun pertanyaan

- Merumuskan jawaban

sementara

- Menentukan tema project

- Menentukan rencana

kunjungan

- Meyusun rencana project - Menyusun laporan - Menyimpulkan 2,00 2,20 2,21 3,10 3,00 2,22 3,07 1,90 2,77 1,90 2,50 Kurang Cukup Cukup Baik Baik Cukup Baik Kurang Cukup Kurang Cukup

3 Inkuiri - Judul praktikum

- Tujuan percobaan - Permasalahan

- Rumusan permasalahan

- Pemilihan prioritas

permasalahan

- Menentukan alat dan bahan - Menentukan prosedur kegiatan percobaan

- Membuat tabel pengamatan - Hasil dan pembahasan - Kesimpuan 3,80 3,43 2,77 2,97 2,23 3,27 3,20 2,23 2,37 2,40 Sangat baik Sangat baik Cukup Baik Cukup Sangat baik Baik Cukup Cukup Cukup

Berdasarkan tabel diatas pengembangan produk membangkitkan minat mahasiswa untuk aktif melakukan penyelidikan/ investigasi dalam mencari informasi baru. Tahapan pengembangan model diatas menunjukkan karakteristik model inkuiri yaitu berbasis penyelidikan yang mengarahkan mahasiswa dalam upaya membangun pengetahuan dan makna baru.

Hasil Analisis kemampuan mahasiswa dalam menyusun dan merancang Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis Project Scientific yang dikembangkan menjadi Lembar Kerja berbasis

Problem Based Learning, Project Based Learning dan Inkuri di jaring melalui instrumen

dalam bentuk penugasan terstruktur. Hasil analisis menunjukkan kemampuan mahsiswa dalam menyusun dan merancang Lembar Kerja Siswa (LKS) pada kategori kurang dengan rerata nilai (2,00-2,60) teridentifikasi pada kesesuaian, prosedur praktikum dan Isi kegiatan praktikum.

(12)

Analisis penulis menunjukkan indikasi 1). Pengetahuan dan pemahaman mahasiswa dalam memahami tahapan / sintak suatu model pembelajaran yang diturunkan dalam bentuk format LKS sangat terbatas, hal ini terlihat dari tugas yang dikumpulkan menggunakan format LKS masih mengikuti panduan praktikum yang sudah ada sehingga dan tidak menunjukkan prinsip model yang dikembangkan. 2). Kemampuan mahasiwa dalam menganalisis dan menghubungkan antara konsep dan kegiatan praktikum sangat kurang hal ini terlihat dari prosedur praktikum dengan isi kegiatan praktikum sangat dangkal tidak ada pengembangan-pengembangan dalam bentuk aktivitas yang dapat memacu kemampuan kognitif dan kemampuan psikomotor. 3). Secara akademis seygoyanya mahasiswa semester VI telah mendapatkan teori tentang berbagai model pembelajaran tetapi pada kenyatanya menunjukkan kemampuan mahsiswa sangat kurang dalam menghubungkan teori yang diaplikasikan dalam format Lembar Kerja berbasis Problem Based Learning, Project Based Learning dan inkuiri. 3). Latihan dan penugasan menyusun dan merancang LKS berbasis Model menjadi mutlak diperukan dalam menunjang kompetensi pedagogic mahasiswa calon guru biologi, sebagai bekal kelak dalam mengimplementasikan pengetahuannya di lapangan.

Kemampuan mahasiswa dalam menyusun dan merancang berbagai Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis Model perlu lebih dikembangkan mengingat tuntutan dan perkembangan zaman yang semakin maju menuntut mahasiswa untuk lebih mengembangkan kreativitas dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thingking skill) sehingga diharapkan dapat berimplikasi positif dalam mengembangkan kompetensi pedagodik sehingga berefek positif dalam meningkatkan mutu lulusan calon guru Biologi.

Rancangan draf yang disusun penulis berupa rancangan Lembar Kerja berbasis Problem

Based Learning, Project Based Learning dan Inkuiri yang diberikan secara keseluruhan

menunjukkan kemampuan yang harus ditingkatkan lagi. Kemampuan mahasiswa dalam mengisi Lembar Kerja berbasis Problem Based Learning pada kategori kurang dengan rata-rata nilai antara (1,60 s.d 2,00) dengan kriteria kurang teridentifikasi pada kemampuan mahasiswa dalam mengisi tabel pengamatan. Dan Kemampuan mahasiswa dalam mengisi Lembar Kerja berbasis Problem Based Learning pada kategori cukup dengan rata-rata nilai (2,00-2,80) teridentifikasi pada kemampuam merancang judul praktikum, permasalahan, menentukan hipotesis, merancang alat dan bahan dan langkah kerja.

Berdasarkan data kemampuan tersebut analisis penulis dalam mengembangkan rancangan Lembar Kerja berbasis Problem Based Learning teridentifikasi pada hal-hal berikut ini : 1) Rancangan draf pengembangan model Lembar Kerja berbasis Problem Based Learning terdapat petunjuk yang dapat mengarahkan mahasiwa lebih spesifik menuliskan hasil pengamatan pada tabel pengamatan sehingga interpretasi data menjadi lebih akurat dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. 2) rancangan draf pengembangan model lebih mengedepankan permasalahan-permasalahan yang konkrit dan kekinian sesuai dengan perkembangan jaman. 3) draf pengembangan model lebih menekankan pada kemampuan interpretasi yang dijaring dengan menuntut kemampuan mahasiswa dapat menghubungkan konsep dengan kerja ilmiah, sehingga menjadi pemahaman konsep yang utuh. Perolehan konsep hasil kerja ilmiah di harapkan berdampak pada pengembangan kognitif mahasiswa dalam memperoleh pengetahuan baru. 4). Draf pengembangan model berisi latihan yang menuntut kemampuan mahasiwa dapat menyelesaikan permasalahan yang di kemas dalam suatu project kegiatan praktikum sehingga kegiatan praktikum menjadi lebih bermakna. senada dengan tuntutan kurikulum 2013 yang menuntut mengembangakan kemampuan berpikir. Kemamampuan berpikir yang dikembangkan diantaranya kemampuan kogntif dan berimplikasi pada kemampuan afektif dan psikomotor.

(13)

Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah (Woods, D. R. 1996)

Rancangan draf Lembar Kerja berbasis metode saintifik dalam menjaring kemampuan mahasiswa menunjukkan kemampuan yang harus ditingkatkan hal ini terlihat dari hasil kuesioner terbuka kemampuan mahasiswa berada pada kategori cukup dengan rata-rata nilai (2.00 s.d 2,80) teridentifikasi pada kemampuan mahasiswa menalar, membuat jejaring dan menyimpulkan.

Berdasarkan hal tersebut rancangan Lembar Kerja berbasis saintifik teridentifikasi pada hal-hal berikut ini : 1) Pengembangan draf Lembar kerja yang dikembangkan sudah terwakili pada kemampuan Problem Based Learning, Project Based Learning dan Inkuiri sehingga pengembangan model LKS berbasis metode saintifik tidak dikembangkan menjadi draf tersendiri karena berdasarkan karakteristik model, karakteristik metode ilmiah sudah terintegrasi di dalamnya. 2). Prinsip pengembangan model terintegrasi metode ilmiah pada Kurikulum 2013 dimensi pedagogik di semua pembelajaran mengunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Berdasarkan hal tersebut metode ilmiah sudah terintegrasi didalamnya, 3) metode ilmiah (scientific method) dalam pembelajaran biologi merupakan napas yang tidak bisa dipisahkan lagi dengan demikian bagian tahapan dari metode ilmiah terdapat dalam setiap pembelajaran dan kegiatan ilmiah/eksperimen.

Pengembangan Rancangan draf Lembar kerja berbasis Project Based Learning dalam menjaring kemampuan mahasiswa menunjukkan kemampuan yang harus ditingkatkan hal ini terlihat dari hasil kuesioner terbuka kemampuan mahasiswa dengan kategori kurang pada rata-rata nilai (1,60 s.d 2,00) teridentifikasi pada kemampuan mahasiswa dalam menentukan permasalahan yang akan diobservasi, menentukan rencana kunjungan dan penyususnan laporan.

Berdasarkan hal tersebut rancangan embar kerja berbasis Project Based Learning teridentifikasi pada hal-hal berikut ini : 1) Pengembangan draf lembar kerja terdapat arahan atau petunjuk yang mengarahkan mahasiswa dapat mengidentifikasi permasalahan dengan tepat dan akurat. Berasarkan hasil pengamatan kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi permasalahan masih rendah, hal ini dikarenakan mahasiswa belum terbiasa dalam mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan berdasarkan contek dan content. 2) pengembangan draf model terdapat petunjuk yang dapat mengarahkan mahasiswa terhadap penentuan masalah yang akan di observasi sehingga focus penyelidikan menjadi lebih terarah dan tepat dalam pengembilan keputusan. 3) Pengembangan penyusun laporan project dapat menuntun mahasiswa melaporkan hasil karyanya secara lengkap, sistematis, logis dan faktual sebagai rangkaian akhir kegatan project yang telah dilakukan .

Menurut Global SchoolNet.( 2000) “Project Based Learning adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai dan realistik.

Pengembangan Kemampuan mahasiswa dalam mengisi draf rancangan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis inkuiri menunjukkan kemampuan yang harus ditingkatkan hal ini terlihat dari hasil kuesioner terbuka kemampuan mahasiswa berada pada kategori cukup dengan rata-rata nilai (2,00 s.d 2,80) teridentifikasi pada kemampuan mahasiswa dalam

(14)

menentukan permasalahan, pemilihan prioritas permasalahan, hasil dan pembahasan serta kesimpuan.

Berdasarkan hal tersebut rancangan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis inkuiri teridentifikasi pada hal-hal berikut ini : 1) rancangan Lembar kerja disuaikan dengan topik dan tema permasalahan sehingga diharapkan terwujud model Lembar Kerja berbasis inkuiri yang sesuai dengan karakteristik materi yang dikembangkan dalam sebuah rancangan kegiatan berbasis penyelidikan. 2) rancangan yang dikembangkan menuntut mahasiswa dapat menghubungkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan proses penyelidikan yang telah dilakukan. 3) pengembangan rancangan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. 4) pengembangan rancangan menuntut mahasiswa dapat menemukan pengetahuan berupa konsep baru berdasarkan hasil penyelidikan yang telah dilakukan.

Hasil Uji Coba kalangan Terbatas Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis Inkuiri

Berdasarkan analisis ujicoba kalangan terbatas LKS berbasis inkuiri menunjukkan kemampuan mahasiswa seperti tertera pada tabel 3 berikut ini :

Tabel 3. Hasil Uji-Coba Kalangan Terbatas Lembar Kerja siswa Berbasis Inkuiri

Tahapan Inkuiri

Sub tahapan model Rerat

a nilai Perse n-tase % Kriteria Validit as Isi Kriter ia Dihadapkan dengan permasalahan 1. enyajikan suatu permasalahan 3,40 85 Baik 3,25 Baik Pengumpulan data untuk verifikasi 1.

enentukan topik yang akan di bahas 2. engumpulkan referensi /sumber penunjang 3. ipotesis 3,20 80 Baik 3,00 Baik Pengumpulan data dalam ekserimen 1.

erancang kegiatan eksplorasi atau kegiatan Tahapan : a. engamatan berdasarkan rancangan eksperimen b.

egumpulan data atau

peristiwa c. enyususn data d. engolah data e. enganalisis data 3,30 83 Baik 3,05 Baik

(15)

perumusan dan penjelasan 2. Penjelasan-penjelasan Menganalisis proses inkuiri 1. Klarifikasi 2. Refleksi 3,60 90 Baik 3,00 Baik

Hasil Uji Coba Penilaian Kognitif

Berdasarkan data yang diperoleh penulis hasil uji coba pada kalangan terbatas dalam menilai kognitif mahasiswa setelah uji coba produk pengembangan yaitu lembar kerja berbasis inkuiri pada mahasiswa sebanyak 30 orang pada kegiatan praktikum fisiologi hewan diperoleh data rekapitulasi nilai seperti pada tabel 4. berikut ini :

Tabel 4. Rekapitulasi Rerata Nilai Kemampuan Kognitif Mahasiswa

No Indikator kognitif Rerata

nilai

Kriteria

1 Mendeskripsikan permasalahan 2,90 Baik /Tinggi

2 Merumuskan 5 permasalahan 3,38 Baik /Tinggi

3 Menuliskan 5 Pertanyaan yang sesuai dengan permasalahan

3,41 Baik /Tinggi

4 Merumuskan hipotesis 3,46 Baik /Tinggi

5 Menentukan judul/topik berdasarkan permasalahan 3,17 Baik /Tinggi

6 Menentukan alat dan bahan yang akan digunakan 3,20 Baik /Tinggi

7 Menyusun langkah penyelidikan 3,09 Baik /Tinggi

8 Mendeskripsikan hasil pengamatan dalam bentuk table pengamatan

3,54 Sangat Baik

/Tinggi

9 Membuat grafik hasil pengamatan 3,20 Baik /Tinggi

10 Menyimpulkan keseluruhan kinerja 2,93 Baik /Tinggi

Berdasarkan hasil uji coba kalangan terbatas penggunakan Lembar Kerja berbasis inkuiri dalam menjaring kemampuan kognitif mahasiswa berdasarkan tabel 4. menunjukkan kemampuan dengan kriteria sangat baik/tinggi. Hal ini menunjukkan penggunakan Lembar kerja efektif meningkatkan proses kognitif mahasiswa. Kemampuan konseptual yang di jaring melalui penyelidikan langsung menunjukkan peningkatan pemahaman mahasiswa dalam memaknai sebuah kegiatan dari proses pembelajaran langsung dengan objek yang diamati, hal ini dikarenakan pengalaman langsung memberikan efek penguatan konsep yang lebih baik dibandingkan tanpa pengalaman langsung. Aktivitas yang teramati pada saat mahasiswa melakukan kegiatan melalui tahapan inkuiri terlihat lebih serius memaknai rangkaian proses kegiatan penyelidikan. Dengan panduan Lembar Kerja mahasiswa dituntut untuk melaksanakan tahapan inkuiri diantaranya memecahkan masalah, membuat hipotesis, merancang prosedur praktikum, mengamati, menginterpretasi data, membuat grafik, mengkomunikasikan hasil pengamatan dan dapat mempresentasikan hasil pengamatan. Dari praktikum berbasis inkuiri selain mahasiswa dapat melaksanakan seluruh proses dalam tahapan inkuiri, mahasiswa juga sekaligus melaksanakan tahapan metode ilmiah (scientific

method) yang secara langsung berpengaruh terhadap terbentuknya sikap ilmiah siswa

(16)

Uji-coba kegiatan penyelidikan bebas (open inquiry) yang peneliti amati teridentifikasi beberapa hal diantaranya : 1) Mahasiswa terlihat sedikit bingung walaupun pada akhirya mahasiswa dapat mengkuti arahan dan petujuk yang terdapat dalam LKM, 2) mahasiswa terlihat lebih focus terhadap kegiatan yang akan dipraktekkan, 3) respon mahasiswa terhadap uji coba Lembar kerja mahasiswa berbasis inkuiri yang dijaring dari 10 kelompok sangat beragam diantaranya : mahasiswa merasa sedikit kebingungan karena tidak terbiasa menggunakan format Lembar kerja mahasiswa berbasis inkuiri, terlalu luas dan mengarah pada penelitian, sistematika lebih mudah, dapat membuat pertanyaan sendiri, mampu membuat hipotesis sendiri, temuan konsep membingungkan karena belum terbiasa, menuntut eksplorasi pengetahuan karena tidak terbiasa dengan jenis praktikum inkuiri, lebih menghargai proses, pertanyaan pengarah mempermudah dalam mencari sumber referensi, lebih kreatif, simple dan memuat langkah dan proses dalam metode ilmiah.

Dengan teridentifikasinya hal tersebut diatas menunjukkan proses inkuiri sangat bermakna sehingga mahasiswa mampu membuat hubungan dan generalisasi antara konsep/pengetahuan dan kegiatan ilmiah yang dilakukan.

Hasil Uji Coba Penilaian Afektif

Berdasarkan data yang diperoleh penulis hasil uji coba pada kalangan terbatas dalam menilai kemampuan afektif mahasiswa setelah uji coba produk pengembangan yaitu Lembar Kerja berbasis inkuiri, diperoleh data rekapitulasi nilai seperti pada tabel 5. berikut ini :

Tabel 5. Rekapitulasi Rerata Nilai Kemampuan Afektif

No Indicator afektif Rerata nilai Kriteria

1 Sikap ingin tahu 3,84 Sangat baik/sangat

tinggi

2 Jujur 3,18 Baik / tinggi

3 Sikap Objektif 3,52 Baik / tinggi

4 Disiplin 3,62 Sangat baik/ sangat

tinggi

5 Sikap kritis 3,82 Sangat baik/ sangat

tinggi

6 Tanggung Jawab 3,75 Sangat baik/ sangat

tinggi

7 Kerja sama 3,78 Sangat baik/ sangat

tinggi

8 Percaya diri 3,68 Sangat baik/ sangat

tinggi

9 Kegigihan 3,73 Sangat baik/ sangat

tinggi

10 Teloransi ( menghargai perbedaan) 3.67

Sangat baik/ sangat tinggi

11 Motivasi 3,41 Baik/ Tinggi

12 Peduli lingkungan 3,68 Sangat baik/ sangat

tinggi

Catatan : interpretasi kriteria disesuaikan berdasarkan jumlah soal masing-masing item indikator

(17)

Berdasarkan analisis sementara uji coba kalangan terbatas yang menilai kemampuan afektif setelah melaksanakan kegiatan inkuiri menunjukkan kemampuan mahasiwa pada kategori sangat baik meningkatkan sikap ilmiah yang ditandai dengan peningkatan sikap ingin tahu, jujur, objectif, disiplin, kritis, tanggung jawab, kerja sama, percaya diri, kegigihan, teloransi, motivasi dan peduli lingkungan.

Peningkatan sikap ilmiah ini dimungkinkan karena kerja ilmiah selama pembelajaran, seperti mengumpulkan informasi, berhipotesis, melakukan eksperimen, melakukan pengamatan, interpretasi data sampai pada pengambilan keputusan. Sehingga dengan kerja ilmiah yang dilakukan mahasiswa selama kegiatan pembelajaran dan kegiatan praktikum dapat menumbuhkan sikap ilmiah/afektif.

Hasil Uji Coba Penilaian Psikomotor

Berdasarkan data yang diperoleh penulis hasil uji coba pada kalangan terbatas dalam menilai kemampuan Psikomotor mahasiswa, diperoleh data rekapitulasi nilai seperti pada tabel 5 berikut ini :

Tabel 5. Rekapitulasi Rerata Nilai Kemampuan Psikomotor

No Indicator Psikomotor Rerata

nilai Kriteria 1 Perencanaan 1) Persiapan 2) Rumusan judul 3) Rumusan Hipotesis 4) Variabel yang diamati 5) Rencana perlakuan

6) Menentukan langkah-langkah proyek yang akan dilaksanakan/ susun

3,75 Sangat

baik

2 Pelaksanaan

1) Sistematika Penulisan

2) Sistematika langkah dan prosedur proyek 3) Keakuratan sumber data dan informasi 4) Kuantitas sumber data

5) Analisis data

6) Pembuatan laporan proyek 7) Penarikan kesimpulan

3,70 Sangat

baik

3 Laporan proyek 1) Presentasi

a) Signifikasi (memillih materi-materi yang penting untuk disajikan secara lisan

b) Pemahaman (memahami hakikat dan ruang lingkup masalah, kebijakan-kebijakan alternatf yang mereka identfikasi)

c) Argumentasi (menyajikan dan mempertahankan pendapat-pendapatnya cukup memadai)

d) Responsif ( apakah jawaban penyaji sesuai dengan pertanyaan yang diajukan penyanya)

e) Kerja sama kelompok (sebagian besar anggota kelompok berpartisipasi dalam penyaian)

(18)

Berdasarkan analisis sementara uji coba kalangan terbatas yang menilai kemampuan psikomotor setelah melaksanakan kegiatan inkuiri menunjukkan kemampuan mahasiswa pada kategori sangat baik meningkatkan kemampuan kinerja mahasiswa yang di mulai pada tahap persiapan, pelaksanaan dan pelaporan dalam bentuk presentasi.

Peningkatan kemampuan psikomotor di mungkinkan karena prosedur pada tahapan Lembar Kerja Mahasiswa menuntut kemampuan kinerja mahasiwa mulai dari persiapan kegiatan, pelaksanan dan presentasi dapat dirancang dengan baik. Temuan- temuan yang peneliti temukan pada saat ujicoba kalangan terbatas teridentifikasi hal-hal berikut ini : 1) tahap persiapan diawali dengan membaca dan memahami petunjuk dan arahan kegiatan praktikum sehingga mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan penyelidikan terihat teranpil menggunakan alat dan bahan yang akan di praktikumkan. Tahap pelaksanaan menunjukkan kompak dalam melaksanakan proses penyelidikan, proses analisis data sampai penarikan kesimpulan dan tahap presentasi terlihat mahasiswa lebih antusias, argumentative, responsive dan antar kelompok menunjukkan kerja sama yang kompak. Uji coba kalangan terbatas ini menjadi bahan yang nantinya akan menjadikan perbaikan-perbaikan pada saat implementasi model secara keseluruhan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di tahun pertama dari tiga tahun penelitian yang direncanakan pada tahap perencanaan, yang meliputi kegiatan-kegiatan analisis kebutuhan analisis pembelajaran, merancang dan validasi rancangan model Lembar kerja siswa berbasis Project

Scientific, yang dikembangkan menjadi Lembar kerja berbasis Problem Based Learning,

Project Based Learning dan Inkuiri dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil analisis dan uji komparasi panduan praktikum menunjukkan panduan praktikum yang ada masih menggunakan panduan praktikum tanpa tahapan/sintak yang terintegrasi dengan model pembelajaran yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan guna meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor mahasiswa

2. Analisis tanggapan mahasiswa dalam menjaring kemampuan mahasiswa dalam membuat dan merancang Lembar kerja berbasis Problem Based Learning, Project Based Learning dan inkuiri menunjukkan kategori rendah, berdasarkan temuan menunjukkan bahwa kemampuan yang rendah ditandai tidak adanya penugasan dari dosen terkait guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam membuat dan merancang Lembar Kerja Siswa. Sehingga dengan terindikasinya tidak ada penugasan tidak memberikan pengalaman langsung merancang dan membuat Lembar Kerja Siswa guna meningkatkan kemampuan pegadogi.

3. Analisis kemampuan mahasiwa dalam merancang dan membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis model pembelajaran menunjukkan kemampuan berkategori kurang hal ini dikarenakan 1). Pengetahuan dan pemahaman mahasiswa dalam memahami tahapan / sintak suatu model pembelajaran yang diturunkan dalam bentuk format Lembar Kerja sangat terbatas, 2). Kemampuan mahasiwa dalam menganalisis dan menghubungkan antara konsep dan kegiatan praktikum sangat kurang hal ini terlihat dari prosedur praktikum dengan isi kegiatan praktikum sangat dangkal tidak ada pengembangan-pengembangan dalam bentuk aktivitas yang dapat memacu kemampuan kognitif dan kemampuan psikomotor. 3). Secara akademis seygoyanya mahasiswa semester VI telah mendapatkan teori tentang berbagai model pembelajaran tetapi pada kenyatanya menunjukkan kemampuan mahsiswa sangat kurang mampu menghubungkan teori yang diaplikasikan dalam format Lembar kerja siswa

(19)

berbasis Problem Based Learning, Project Based Learning dan Inkuiri. 3). Latihan dan penugasan menyusun dan merancang Lembar kerja siswa berbasis Model menjadi mutlak diperukan dalam menunjang kompetensi pedagogic mahasiswa calon guru biologi, sebagai bekal kelak dalam mengimplementasikan pengetahuannya di lapangan.

4. Analisis kemampuan mahasiwa yang dijaring dari hasil uji coba produk pengembangan berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis inkuiri menunjukkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dengan kategori nilai sangat baik. Hal ini terlihat dari kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah, membuat hipotesis, merancang prosedur praktikum, mengamati, menginterpretasi data, membuat grafik, mengkomunikasikan hasil pengamatan dan mempresentasikan hasil pengamatan sangat baik. Dari praktikum berbasis inkuiri selain mahasiswa dapat melaksanakan seluruh proses dalam tahapan inkuiri, mahasiswa juga sekaligus melaksanakan tahapan metode ilmiah (scientific method) yang secara langsung berpengaruh terhadap terbentuknya sikap ilmiah siswa (scientific attitude).

Saran

Berdasarkan temuan dan diskusi pada penelitian ini maka dapat dikemukakan beberapa saran diantaranya :

1. Sebaiknya segera dilakukan implementasi dengan membandingkan efekifitas model Lembar kerja berbasis Problem Based Learning, Project Based Learning dan inkuiri dalam meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor mahasiswa calon guru. 2. Sebaiknya terdapat perbandingan antara yang menggunakan Lembar kerja berbasis

Problem Based Learning, Project Based Learning dan inkuiri dengan Lembar kerja tanpa

model pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Boud, D. Dan Felleti, G.I. 1997. The challenge of problem based learning. London: Kogapage

Carin, A & Sund, B. (1982). Teaching Science Through Discovery Fourth Edition. Columbus : Charles E. Merill Publising Company.

Joyce, et al. (1992). Models of Teaching. Fourth Edition. Boston: Allyn and Bacon.

Depdiknas. (2013) Diklat Guru Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013 Mata Jenjang:

SD/SMP/SMA Konsep Pendekatan Scientific Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

EFA, report 1997. tersedia di Http:hdr.undp.org/en/statistic.

Fogarty, R. 1997. Problem-based learning and other curriculum models for the multiple

intelligences classroom. Arlington Heights, Illionis: Sky Light.

Gall, Meredith. D., Joice P. Gall, Walter R. Borg. 2003. Educatinal Research: an

Introduction. 7th Ed. Pearson Education, Inc.Boston, New York, San Francisco, Mexico

City, Montreal, Toronto, Madris, Munich, Paris, Hongkong, Singapore, Toko, Cape Town, Sidney.

Global SchoolNet.( 2000). Introduction to Networked Project-Based Learning. Tersedia pada http://www.gsn.org/web/pbl/whatis.htm

Lawson, A.E. (1995). Science Teaching and The Development of Thinking. California: Wadsworth Publishing Company.

NRC. (1996). National Science Education Standards. Washington, DC: National Academy Press

NSTA. (1998). Standars for Science Teacher Prefaration. In Collaboration with the Assosiation For The Education of Teacher in Science. Washington, DC: National Academy Press

(20)

NRC. (1996). National Science Education Standards. Washington, DC: National Academy Pres

PISA Summary 2009 Result. Executive Summary https : // www .oecd. org /pisa /pisaproducts/46619703.pdf.

Rustaman, N.Y. (2007). Basic Scientific Inquiry in Science Education and Its Assessment. Paper presented in First International Seminar on Science Education, Postgraduate Programme, Indonesia University of Education, held on 27th of October 2007 in Bandung. Bandung: Tidak diterbitkan

Rank Positions and Grade 82 Science and Mathematics. Tersedia di Http: //nces .ed. gov /timss . resultsof.asp.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Cet-5. Bandung: CV Alfabeta

Stiggins, R.J. (1994). Students Centered Classroom Assessment. New York: Merrill, an imprint of Macmillan College Publishing Company.

Sutrisno. (2006). Problem-based Learning. Dalam monograf Model-model pembelajaran

Sains (kimia) inovatif. Malang:Jurusan Kimia

Woods, D. R. 1996. Problem-based learning: how to gain the most from PBL. Canada: McMaster University Bookstore.

Gambar

Tabel 2.2. Tahapan Model Inkuiri dan Kemampuan Inkuiri  No  Tahapan Inkuiri  Penjabaran
Tabel 3. Hasil Uji-Coba Kalangan Terbatas Lembar Kerja siswa Berbasis Inkuiri  Tahapan
table pengamatan
Tabel 5. Rekapitulasi Rerata Nilai Kemampuan Afektif  No   Indicator afektif  Rerata nilai   Kriteria

Referensi

Dokumen terkait

Suatu virus juga harus bisa untuk memeriksa suatu program yang akan ditulari untuk memeriksa apakah file dokumen ini telah terinfeksi ataupun belum karena jika sudah maka dia

dengan daftar isian dokumen kualifikasi perusahaan saudara pada aplikasi SPSE, yang akan. dilaksanakan

Berdasarkan Hasil Evaluasi terhadap Dokumen Penawaran dan Evaluasi terhadap persyaratan kualifikasi yang telah saudara sampaikan untuk Paket Pekerjaan Pembangunan Landscape,

1) Pikeun pihak pamaréntah, utamana Dinas Pendidikan Jawa Barat kudu mikaweruh kana kapamalian-kapamalian anu masih kénéh tumuwuh sarta dipaké kénéh ku masarakat, ulah

karena itu penulis mengangkat judul “strategi pembudayaan kegemaran membaca pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara”. 1.2

mengetahui “Pelaksanaan Sales Promotion Hotel Permata Krakatau Terhadap Keputusan Menginap Tamu Hotel Permata Krakatau Cilegon ” (Survei pada wisatawan di Hotel

Sahabat MQ/ pengolahan karbondioksida atau CO2/ merupakan area bisnis yang menjanjikan// Hal tersebut disampaikan Dosen FMIPA Kimia Universitas Gadjah Mada

Kondisi social ekonomi tersebut kaitanya dengan anak tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi adalah sangat erat dimana dengan adanya mata pencaharian yang