• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) SEBAGAI PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA INTISARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) SEBAGAI PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA INTISARI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN

PAKAI SABUN (CTPS) SEBAGAI PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA

Muflih

INTISARI

Latar Belakang: Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 milliar kasus diare dengan angka kematian balita sebesar 1,5 juta pertahun (WHO 2009). Jumlah balita yang diare di Indonesia, diperkirakan 40 juta dalam setahun dengan kematian 200.000 - 400.000balita (Kemenkes 2011).Cuci tangan sangat berguna untuk membunuh kuman penyakit yang ada di tangan jika dilakukan dengan memakai sabun. Tangan yang bersih akan mencegah timbulnya diare. Data Balita yang mengalami diarepada tahun 2012 di Puskesmas Ngemplak 1 sebanyak 101 balita, sedangkan pada tahun 2013 sebanyak 128 balita. Berdasarkan hasil studi pendahuluan bahwa ibu balita yang ada di posyandu Cokrogaten kurang mengetahui metode cuci tangan 7 langkah dan terbiasa tidak menggunakan sabun.

Tujuan: Diketahui hubungan pengetahuan ibu terhadap perilaku cuci tangan pakai sabun sebagai pencegahan diare pada balita di Posyandu Cokrogaten, Ngemplak 1, Sleman, Yogyakarta.

Metode Penelitian: Jenis penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional dan analisa data menggunakan Chi Square. Populasi penelitian adalah semua ibu balita di Posyandu Cokrogaten, Ngemplak 1, Sleman, Yogyakarta sejumlah 60 orang yang diambil secaratotal sampling.

Hasil:Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku ibu tentang CTPS (p value 0.000<0.05). Ibu berpengetahuan baik yang diikuti dengan perilaku baik sebesar (84,6%), dibandingkan yang diikuti dengan perilaku kurang baik sebesar (15,4%). Ibu berpengetahuan cukup yang diikuti dengan perilaku baik sebanyak (34,6%), sedangkan yang diikuti perilaku kurang baik sebanyak (65,4%). Ibu berpengetahuan kurang yang diikuti perilaku baik sebanyak (9,5%), sedangkan yang diikuti perilaku kurang baik sebanyak (90,5%).

Kesimpulan: Ada hubungan signifikan pengetahuan ibu terhadap perilaku cuci tangan pakai sabun sebagai pencegahan diare pada balita di Posyandu Cokrogaten, Ngemplak 1, Sleman, Yogyakarta.

(2)

THE CORRELATION BETWEEN MOTHER’S KNOWLEDGE TOWARD

BEHAVIOR OF HAND WASHING WITH SOAP AS PREVENTION OF DIARRHEA

ON CHILDREN UNDER FIVE

Muflih

ABSTRACT

Background: Globally, in every year there were approximately two billion cases of diarrhea with Child

mortality rate as much as 1.5 million per year (WHO 2009). In Indonesia, the number of children under five that experienced diarrhea were estimated around 40 million deaths a year, it was around 200.000 – 400.000 children (Health Ministry, 2011). Hand washing is very useful to kill germs at hands if done with soap. The clean hands will prevent the emergence of diarrhea. The data of children under five who experienced diarrhea in 2012 at PUSKESMAS Ngemplak 1 was as many as 101 children. Meanwhile, in 2013 the children experienced diarrhea were 128 children. Based on the preliminary study, mothers who lived around Posyandu Cokrogaten were less know the method in hand washing using seven steps of washing hands and they were not used to use soap.

Research Purpose: To know the correlation between mothers’s knowledge towards behavior of hand washing

with soap as prevention of diarrhea on children under five

Research Method: This research was descriptive analytic research with cross sectional approach. The data

analysis used Chi-square. The population was every mother who had children under five at Posyandu Cokrogaten, Ngemplak 1, Sleman, Yogyakarta as many as 60 mothers, the data were taken by data sampling.

Results: There is a significant correlation between knowledge and mother’s behavior of hand washing with

soap which is (p value=0.000<0.05). Mothers who have good knowledge are indicated by good behavior as much as 84.6%, and mothers who have poor behavior are as much as 15.4%. Mothers who have sufficient knowledge which are indicated by good behavior are as much as 34.6%, meanwhile mothers who have sufficient knowledge which are indicated by poor behavior are as much as 65.4%. Mothers who are lack knowledge which are indicated by good behavior are 9.5%, meanwhile which are indicated by poor behavior are as much as 90.5%.

Conclusion: There is a correlation the correlation between mother’s knowledge towards behavior of hand

washing with soap as prevention of diarrhea on children under five

(3)

Pendahuluan

Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 milliar kasus diare dengan angka kematian balita sebesar 1,5 juta pertahun(1). Jumlah balita yang diare di Indonesia, diperkirakan 40 juta dalam setahun dengan kematian 200.000 sampai dengan 400.000 balita(1). Diare sampai saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama yang terus mengalami peningkatan (24%). Tahun 2010 ditemukan kasus diare pada balita sebanyak 14.664 (15,44%), sedangkan tahun 2011 meningkat menjadi 42.545 (20,3%), tahun 2011 di temukan 2 balita meninggal karena diare(2).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Ngemplak 1 Sleman Yogyakarta pada tanggal 22 November 2013, bahwa data Balita yang mengalami diare dari tahun 2012 di Puskesmas Ngemplak 1 sebanyak 101 balita sedangkan pada tahun 2013 balita mengalami diare sebanyak 128. wilayah pusat kesehatan masyarakat Ngemplak 1, Sleman, Yogyakarta terdapat 43 Posyandu, dari 43 posyandu peneliti mengambil salah satu posyandu yang paling banyak mengalami diare dari tahun 2012 sampai 2013 yaitu di Posyandu Cokrogaten, pada tahun 2012 balita mengalami diare sebanyak 30 (49,0%), sedangkan pada tahun 2013 balita yang mengalami diare sebanyak 40 (54,5%).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap ibu yang mempunyai balita tentang Cuci Tangan Pakai Sabun Sebagai Pencegahan Diare Pada Balita di Posyandu Cokrogaten Ngemplak 1 sebanyak 20 orang ibu, didapatkan 10 orang ibu diantaranya dapat menjawab cuci tangan pakai sabun, namun belum sesuai 7 langkah cuci tangan dengan benar sedangkan 10 orang ibu yang di tanya belum mengetahui cara mencuci tangan dengan benar dan tidak menggunakan sabun.Dari aspek pengetahuan 10 orang ibu sudah mengetahui pengartian diare

namun belum mengetahui cara mencegah terjadinya diare, dan 10 orang ibu belum mengetahui akibat dari tidak mencuci tangan dengan dengan benar dan menggunakan sabun.

Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tetarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan ibu terhadap perilaku cuci tangan pakai sabun sebagai pencegahan diare pada balita.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu terhadap perilaku cuci tangan pakai sabun sebagai pencegahan diare pada balita di Posyandu Cokrogaten, Ngemplak 1, Sleman, Yogyakarta.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik.Dalam Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada saat pelaksanaan Posyandu, Tanggal22-24 April 2013 selama 3 hari di Posyandu Cokrogaten Ngemplak 1 Sleman Yogyakarta.Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil anggota populasi yang digunakan sebagai sampel. Jumlah Sampel dalam penelitian yang dilakukan yaitu 60 ibu yang memiliki balita di Posyandu Cokrogaten Ngemplak 1 Sleman Yogyakarta. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas adalah Pengetahuan ibu tentang CTPS, sedangkan variabel terikat adalah Perilaku ibu CTPS sebagai pencegahan diare pada balita.

Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini adalah kuesioner pengetahuan dan perilaku ibu terhadap cuci tangan pakai sabun yang telah dilakukan uji validitas dan realibilitas di Posyandu Melon. Dalam pengolahan data peneliti menggunakan program komputerisasi.

HASIL PENELITIAN

1.

Karakteristik Responden.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Pekerjaan, Pendidikan Ibu Yang Mempunyai Balita di Posyandu Cokrogaten Tahun 2014 (n=60)

Karateristik responden Frekuensi(f) Persentase(%) Umur

Dewasa awal 34 56.7

Dewasa tengah dan akhir 26 43.3

Total 60 100,0

Pekerjaan

IRT 34 56,7

Pegawai swasta 6 10,0

(4)

Buruh 13 21,7 Total 60 100,0 Pendidikan SD 17 28,3 SMP 24 40,0 SMA 16 26,7 Perguruan Tinggi 3 5,0 Total 60 100,0

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa karakteritik responden berdasarkan umur ibu lebih dari separuh ibu yang mempunyai balita di dusun Cokrogaten yaitu dewasa awal 21-35 tahun (56,7%). Berdasarkan pekerjaan, lebih dari

separuh ibu bekerja sebagai IRT (ibu rumah tangga) sebanyak 34 (56,7%). Berdasarkan pendidikan, hampir separuh pendidikan ibu adalah SMP sebanyak 24 (40,0%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu CTPS di Posyandu Cokrogaten Ngemplak 1 Sleman Yogyakarta Tahun 2014 (n=60)

Pengetahuan Ibu Frekuensi (f) Persentase (%)

Baik 13 21,7

Cukup 26 43,3

Kurang 21 35,0

Total 60 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hampir separuh ibu memiliki pengetahuan cukup tentang CTPS sebanyak 26 orang (43,3%).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perilaku Ibu CTPS di Posyandu Cokrogaten Ngemplak 1 Sleman Yogyakarta tahun 2014 (n=60)

Perilaku Ibu Frekuensi (f) Persentase (%)

Baik 22 36,7

Kurang Baik 38 63,3

Total 60 100,0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 60 responden yang telah dilakukan penelitian didapatkan hampir separuh ibu memiliki perilaku baik sebanyak 22 orang (36,7%) dan lebih dari separuh ibu yang mempunyai perilaku kurang baik sebanyak 38 orang (63.7%).

Tabel 4 Hubungan Pengetahuan Ibu terhadap Perilaku CTPS sebagai pencegahan diare pada balita di Posyandu Cokrogaten Ngemplak 1 Sleman Yogyakarta tahun 2014 (n=60)

Pengetahuan Ibu Tentang CTPS

Perilaku ibu p value x2 Baik Kurang baik Total

f % f % f %

Baik 11 84,6 2 8,2 13 100,0

Cukup 9 34,6 17 16,5 26 100,0 0,000 19,58

Kurang 2 9,5 19 13,3 21 100,0

(5)

Berdasarkan hasil tabel diatas tersebut dapat diketahui bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik dan diikuti dengan perilaku baik sebesar (84,6%), dibandingkan yang diikuti dengan perilaku kurang baik sebesar (15,4%).Adapun ibu yang memiliki pengetahuan cukup dan diikuti perilaku baik sebanyak (34,6%), sedangkan pengetahuan ibu yang cukup yang diikuti perilaku kurang baik sebanyak (65,4%). Begitu juga pengetahuan ibu yang kurang dan diikuti perilaku baik sebanyak (9,5%), sedangkan pengetahuan ibu yang kurang dan diikuti perilaku kurang baik sebanyak (90,5%).Analisis dari Chi-square menghasilkan nilai p value = 0,000 (< 0,05), yang artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu terhadap perilaku CTPS.

PEMBAHASAN

1. Karasteristik Responden

Berdasarkan kategori usia ibu pada penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu: Usia dewasa awal berusia 26 – 35 tahun, dewasa tengah berusia 36-45 tahun, dewasa ahir berusia 46-55 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan, kategori pendidikan ibu pada penelitian ini yaitu SD, SMP, SMA, PT. Berdasarkan pekerjaan, kategori pekerjaan ibu pada penelitian ini IRT, pegawai Swasta, wiraswasta, dan buruh.

Hasil analisis dalam penelitan ini (56,7%) ibu berusia 21-35 tahun dimana masa usia ini termasukdalam usia dewas awal. Usia dewasa awal seseorang biasanya memiliki tingkat kematangan kognitif dalam puncak terbaik. Seseorang akan lebih mudah memahami sesuatu serta kemampuan produktifitas sangat baik, tetapi kemapuan kognitif seseorang berbeda-beda. Kognitif dipengaruhi lingkungan, emosional, sosialogis, kekuatan fisik, dan kemapuan menerima(3). Hasil analisis untuk usia ibu sebagian besar ibu berusia dewasa awal, tetapi hasil ibu sebagian besar dalam kategori tingkat pengetahuan cukup menurut peneliti hal ini disebabkan kerana faktor-faktor tersebut. Kemampuan kognitif atau pengetahuan ibu juga di pengaruhi dari pengalaman yang diperoleh dari usia sebalumnya melalui pengalaman maupun pendidikan formal yang telah di tempuh(4)

Berdasarkan hasil analisis ibu yang memilikit pendidikan SD yaitu sebanyak (28,3%), sedangkan ibu yang berpendidikan SMA/SMK yaitu (26,7%), ibu yang berpendidikan SMP yaitu (40,0%) dan ibu yang berpendidikan perguruan tinggi (5,0%). Pendidikan akan mempengaruhi pengetahuanseseorang dimana hal ini juga membentuk sikap seseorang sesuai dengan pengetahuannya(5).

Berdasarkan hasil analisis sebagian besar ibu di wilayah posyandu Cokrogaten bekarja sebagai IRT yaitu (56,7%). Sehingga seharusnya ibu yang berada di rumah lebih menerapkan tentang kebersihan diri salah satunya mencuci tangan karena ibu bekerja biasanya kurang memperhatikan kebersihan diri, namun jika di lihat dari kemampuan kognitif seseorang akan berbeda-beda, karena semuanya dipengaruhi oleh faktorkemapuan menerima termasuk fasilitas yang ada. Sesuai dengan analisis sebelumnya dimana usia ibu sebagian besar dalam kelompok usia dewasa tengah, tingkat pendidikan formal ditempuh ibu sebagian besar masih rendah yaitu tingkat SMP(6). 2. Pengetahuan Ibu Tentang CTPS

Hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan pengetahuan ibusebagian besar ibu memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak (43,3%), Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki pemahaman yang cukup tentang cuci tangan pakai sabundampak dari tingkat pengetahuan yang cukup dapat menyebabkan seseorang kurang menangkap atau memahami suatu dari sumber informasi yang di peroleh sehingga seseorang akan cenderung bersikap dan berperilaku kurang tepat(3).Pengetahuan itu dipengaruhi oleh pendidikan,pekerjaan, umur(7).Pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan seseorang dimana hal ini juga membentuk sikap seseorang sesuai dengan pengetahuannya(5) .Pada teorinya juga menyebutkan semakin tinggi dan semakin formal tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin besar pula kegiatan yang bersifat intelek yang dilakukan.Berasarkan pekerjaan ibu, ibuyang tidak bekerja persentasenya lebih besar(56,7%), seharusnya ibu lebih dapat menerapkan perilaku hidup bersih sehat

(6)

vi

namun jika dilihat dari segi kognitif kemampuan ibu yang cukupsehingga ibu kurang memahami PHBS secara optimal. Jika dilhat dari segi umur persentase yang terbesar yaitu yaitu dewasa awal(56,7%), semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir,tetapi kemapuan kognitif seseorang berbeda-beda(5).Kognitif dipengaruhi lingkungan, emosional, sosialogis, kekuatan fisik, dan kemapuan menerima(3).

Hasil analisis pertanyaan yang dijawab ibu yang mempunyai balita yang pertama pertanyaan mengenai pemahaman tentang cuci tangan menggunakan sabun persentase kesalahan (43.3%), itu artinya ibu belum begitu memahami apa yang dimaksud dengan cuci tangan yang baik dan benar dan dilihat dari segi pengetahuan sebagian besar ibu berpengetahuan cukup. Jawaban pertanyaan waktu yang tepat untuk cuci tangan didapatkan persentase kesalahan (68.3%), hal ini menandakan bahwa lebih dari separuh ibu belum mengetahui waktu yang tepat untuk cuci tangan seperti sebelum memberikan makanan pada balita.

Adapun jawaban tentang manfaat cuci tangan didapatkan persentase kesalahan (66,7%), dan kerugian tidak mencuci tangan persentase kesalahannya (45,0%). Artinya ibu belum mengetahui waktu cuci tangan yang tepat serta manfaat cuci tangan,perlu diketahui bahwa cuci tangan dapat menghilangkan kuman yang ada di tangan sebanyak 45%(1).

Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuanibu dalam kategori cukup, pengetahuan ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendidikan, pekerjaan dan umur. Pengetahuan ibu yang cukup diperkuat dari hasil persentase kesalahan saat menjawab pertanyaan seputar manfaat cuci tangan dan kerugian tidak mencucitangan. Hal ini membuktikan bahwapengetahuan yang cukup dapat menyebabkan seseorang kurang menangkap atau memahami suatu dari sumber informasi yang di peroleh sehingga seseorang akan cenderung bersikap dan berperilaku kurang tepat.

3. Perilaku Cuci Tangan Ibu

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat di amati maupun yang tidak dapt diamati olehpihak luar(3). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan perilaku ibu sebagian besar ibu dengan perilaku kurang baik yaitu sebanyak (63,3 %). Perilaku PHBS responden yang kurang baik hal ini disebabkan karena faktor-faktor yang mempengarihi perilaku seperti predisposisi, pemungkin, penguat(3) .

Responden yang beperilaku kurang baik ini mencerminkan bahwa ibu belum memahami dengan baik mengenai CTPS dibuktikan dengan hasil analisis partanyaan tentang praktik cuci tangan dengan air mengalir dan mengguanakan sabun dengan persentase kesalahan (65.0%), itu menandakan bahwa peilaku ibu sebagian besar kurang baik.Kurangnya kebiasaan ibu berperilaku hidup bersih sehat khususnya cuci tangan pakai sabun di sebabkan karena ibu belum memahami penting CTPS dalam kehidupan sehari-hari seperti pada saat menyiapkan makanan balita(8). Penelitian ini juga di dukung teoriGreen yang menjelaskan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang yaitu faktor predisposisiyang meliputi pengetahuan, kepercayaan, keyakinan, nilai - nilai dan persepsi seseorang terhadap perilaku kesehatan(3). Pemahaman masyarakat tentang cara cuci tangan dengan sabun secara baik dan benar masih kurang karena kebiasaan mereka yang mencuci tangan menggunakan air biasa bukan air yang mengalir dan tidak menggunakan sabun(9).

Hasil analisis jawaban pertanyaan langkah - langkah cuci tangan didapatkan persentase kesalahan yang paling banyak pada langkah mengosok sela-sela jempol dibuktikan dengan data kesalahan ibu menjawab (51.6%). Hasil analisis jawaban pertanyaan perilaku cuci tangan sebagian besar belum mencuci tangan dengan air mengalir dibuktikan dengan persentase kesalahan(65.0%), Perilaku seseorang memiliki banyak faktor antara lain seperti faktor predisposisi yaitu pengatahuan orang tersebut, nilai yang dianut dan fasilitas yang mendukung. Dari hasil analisis jumlah ibu yang tidak mempunyai kran air yaitu

(7)

vii

(53,3%), Pemanfaatan fasilitas juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seorang ibu membiasakan praktik mecuci tangan di rumah. Fasilitas yang ada akan mendukung seseorang untuk melakukan praktik seperti Kran air bersih yang mengalir, sabun untuk mencuci tangan, lap atau pengering, dimana ketersediaan fasilitas yang mencukupi akan medukung ibu untuk mempraktikkan cuci tangan dengan benar(10).

Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku ibu dalam kategori kurang baik.kurangnya kebiasaan ibu berperilaku hidup bersih sehat khususnya cuci tangan pakai sabun di sebabkan karena kurangnya fasilitas yang ada seperti kran air di rumah, hal ini diperkuat dari hasil persentase jumlah ibu yang tidak mempunyai kran air. Artinya Fasilitas yang ada akan mendukung seseorang untuk melakukan praktik seperti kran air bersih yang mengalir, sabun untuk mencuci tangan, lap atau pengering, dimana ketersediaan fasilitas yang mencukupi akan medukung ibu untuk mempraktikkan cuci tangan dengan benar.

4. Hubungan Pengetahuan Ibu terhadap Perilaku Ibu tentang CTPS sebagai Pencegahan Diare pada Balita

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu memiliki pengetahuan yang baik tentang CTPS dan diikuti perilaku baik tentang CTPS sebanyak (84,6%), sedangkan pengetahuan ibu yang baik dan diikuti perilaku kurang baik sebanyak (8,2%). Adapun ibu yang memiliki pengetahuan cukup dan diikuti perilaku baik sebanyak (34,6%), sedangkan pengetahuan ibu yang cuckup yang diikuti perilaku kurang baik sebanyak (16,5%). Nilai p value pada penelitian ini sebesar 0,000 yang artinya dari nilai tersebut ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu terhadap perilaku CTPS sebagai pencegahan diare. Hal ini menunjukan pengetahuan tentang CTPS sangat mempengaruhi terhadap status perilaku ibu CTPS. Hal ini sejalan dengan penelitian yang mengatakan adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku bersih dan sehat(11).Lawrance Green menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu

faktor perilaku (behaviourcauses) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes) salah satunya yaitu faktor predisposisi yang mencakup pengetahuan, sikap dan persepsi terhadap perilaku kesehatan(3). Diagnosa keperawatan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan menjelaskan bahwa,seseorang tidak mampu mengidentifikasi atau mengelola untuk mempertahankan kesehatannya di pengaruhi oleh hambatan kognitif dan perilaku(12).

Pengetahuan dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, media cetak, media elektronik, atau penyuluhan-penyuluhan. Pengetahuan didukung oleh pendidikan karena pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, meliputi pengetahuan, nilai sikap, dan ketrampilan sehingga terjadi perubahan perilaku yang positif(13). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Hal ini sejalan dengan Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni: awareness (kesadaran), interest (dimana orang mulai tertarik terhadap stimulus),evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya), trial (orang mulai mencoba perilaku yang baru) dan adoption(orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus)(3).

Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu terhadap perilaku CTPS sebagai pencegahan diare. Hal ini menunjukan pengetahuan tentang CTPS sangat mempengaruhi terhadap status perilaku ibu CTPS, hal ini diperkuat dari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku salah satunya yaitu faktor predisposisi, dalam faktor tersebut menjelaskan bahwa perilaku dipengaruhi oleh pengetahuan artinya bahwa

(8)

viii

pengetahuan dapat menyebabkan seseorang bersikap dan berperilaku kurang tepat atau pun sebaliknya.

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

a Pengetahuan ibu tentang CTPS di Posyandu Cokrogaten,Ngemplak 1, Sleman, Yogyakarta hampir separuhnya adalah dalam kategori cukup (43,3%).

b Perilaku ibu tentang CTPS di Posyandu Cokrogaten,Ngemplak 1, Sleman, Yogyakarta lebih dari separuhnya adalah dalam kategori kurang baik (63,3%).

c Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu terhadap perilaku cuci tangan pakai sabun sebagai pencegahan diare pada balita di Posyandu Cokrogaten, Ngemplak 1, Sleman, Yogyakarta dengan nilai p value = 0,000 (<α = 0,05).

2. Saran

a Bagi Universitas Respati Yogyakarta

Diharapkan dapat memberi masukan pada institusi khususnya mahasiswa keperawatan sebagai dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pencegahan diare pada balita dengan spesifik berbeda.Dan dapat di jadikan sebagai refrensi diperpustakaan Universitas Respati Yogayakarta. b Bagi Posyandu Cokrogaten

Diharapkan sebagai bahan masukan kepada kader Posyandu untuk mengembangkan program pemberantasan diare dengan cara perilaku hidup bersih dan sehat serta cuci tangan pakai sabun merupakan perilaku kesehatan yang menghabitual.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes.2011. KejadianDiare pada

Balita di

akses:http://www.DEPKES.GO.com/diar

e-dominasi-kematian-balita-di-Indonesia-13 november 2013 pukul 21:00 WIB

2. Dinas Kesehatan DIY. 2012. Profil Kesehatan Sleman Yogyakarta: Dinkes DIY.

3. Notoatmojo.S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.Jakarta : Rinera Cipta. 4. Suprajitno. 2010, Asuhan Keperawatan

Keluarga. Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta; EGC.

5. Wawan, Dewi. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia.Yogyakarta: Nuha Medika.

6. Luthfianti. 2008. Faktor faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Mencuci Tangan Memakai Sabun Pada Siswa-Siswi di MI Al Istiqomah dan SDN Kedaung Wetan, Kota Tangerang. Diakses 1 juli 2014, Pukul 18:25 WIB. 7. Notoatmojo.S 2007. Promosi Kesehatan

dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

8. Proverawati. 2011. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Yogyakarta : Nuha Medika.

9. Rahmawati. 2008. Analisis Kebutuhan Program Pencegahan Diare Pada Anak Berusia Bawah Dua Tahun, jurnal FK UGM, Yogyakarta. VOL.24,N) 3, edisi 2008.

10. Ajizah. 2013. Hubungan antara Tingkat Pengatahuan Ibu Tentang Mencuci Tangan dengan Praktik Mencuci Tangan Pada Anak Usia Sekolah di Rumah. di Dusun Kergan Jogonalan klaten.

11. Krisantus. 2013 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Remaja Jalanan di LSM Rumah Impian Juwangen Kalasan Sleman Yogyakarta.

12. Nanda 2012 – 2014. Panduan Diagnose Keperawatan. Jakarta. Penerbit: EGC 13. Aryani. 2008. Makanan pendamping Asi

dan MPAsi. Diakses 27 Oktober 2013. http://eprints.undip.ac.id/jurnal.pdf.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

sekarang cara menghafalnya sama seperti sebelumnya yaitu dengan cara memegang kembali semua anggota badan yang anda gunakan u/ menghafal cirri-ciri Virus : dimulai dari

Atau wanita menjadi sekretaris khusus bagi seorang direktur yang karena alasan kegiatan mereka sering berkhalwat (berduaan), atau menjadi penari yang merangsang nafsu

8 Dari pendapat tersebut dapat disim- pulkan OPAC merupakan suatu sistem temu balik informasi yang berbasis teknologi in- formasi dan dapat digunakan oleh

Wilayah pesisir Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan merupakan kawasan yang mempunyai potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang cukup besar dan

Currently, most of the teaching and learning activities are based on the tradi- tional didactic method, which is a combination of lecture, case study seminar and/ or tutorial�

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkah, rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir ini dengan baik untuk memenuhi

Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara pidana, perdata, maupun

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui aktivitas guru, aktivitas siswa, dan respon siswa dalam pembelajaran matematika, serta peningkatan keterampilan berhitung