BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Anak Tunagrahita Sedang 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang
Anak tunagrahita sedang biasa disebut dengan anak mampu latih, artinya anak masih mampu dilatih keterampilan sesuai kemampuan yang dimilikinya dengan latihan secara rutin. Kemampuan yang dimiliki anak tunagrahita sedang adalah kemampuan keterampilan yang sifatnya sederhana.
Anak tugrahita sedang memiliki IQ antara 20/25-50/55 (Sri Rumini 1987:42). Sementara itu, dari ahli lain juga mempunyai pendapat yang hampir sama, menurut Astati (1995: 17) anak tunagrahita sedang pada umumnya dapat mengurus diri, mengerjakan sesuatu yang sederhana dan sifatnya rutin, bergaul dan berkomunikasi dengan lingkungan terbatas. Ada diantara anak tunagrahita sedang yang memperlihatkan ciri fisik yang berbeda dengan anak normal. Perbedaan-perbedaan itu adalah koordinasi motorik yang tidak baik, kurang keseimbangan, tidak dapat mengucapkan kata dengan jelas sehingga kesulitan dalam berkomunikasi. Selanjutnya, ditegaskan kembali menurut Lumban Tobing (2001: 8), anak tunagrahita sedang lambat perkembangan komprehensi dan penggunaan bahasanya, dan pencapaian bidang ini terbatas. Pencapaian dalam mengurus diri dan kecakapan motorik juga terlambat dan beberapa diantara anak tunagrahita sedang yang membutuhkan supervisi seumur hidup.
Mengutip dari beberapa pendapat di atas, maka penulis menegaskan bahwa yang dimaksud dengan anak tunagrahita sedang adalah anak yang mempunyai hambatan dalam berpikir, mengalami kelambatan dalam perkembangan dan bahasanya, dan keterbatasan dalam kecakapan motoriknya, sehingga kemampuan yang bersifat akademik sangat kurang, namun masih dapat diberikan keterampilan sederhana yang bersifat rutinitas.
2. Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang
Karakteristik merupakan ciri khusus yang dimiliki anak tunagrahita sedang yang menunjukkan kondisinya. Kondisi yang ada tersebut berbeda-beda sesuai dengan keadaan awal anak dan pengaruh di sekeliling anak. Berawal dari pengetahuan tentang karakteristik ini maka dapat diketahui dan dipahami kondisinya sehingga akan dapat memberikan penanganan yang sesuai yang diperlukan oleh anak terutama yang berkaitan dengan akademik.
Moh. Amin (Mumpuniarti, 2000: 42) berpendapat bahwa anak tunagrahita sedang hampir tidak dapat mempelajari pelajaran akademik, anak tunagrahita sedang pada umumnya belajar secara membeo, perkembangan bahasanya sangat terbatas daripada anak tunagrahita ringan. Anak tunagrahita sedang masih mempunyai potensi untuk dilatih memelihara diri dan beberapa pekerjaan yang memerlukan latihan secara mekanis. Mengutip dari Mumpuniarti (2007: 25) karakteristik secara rinci adalah sebagai berikut:
a. Karakteristik fisik, anak tunagrahita sedang lebih menampakkan kecacatannya, penampilannya nyata sekali sebagai anak terbelakang dan koordinasi motoriknya lemah.
b. Karakteristik psikis, pada umur dewasa anak tunagrahita sedang baru mencapai kecerdasan setaraf anak normal umur 7 tahun atau 8 tahun. Anak nampak hampir tidak mempunyai inisiatif, kekanak-kanakan, sering melamun, atau sebaliknya hiperaktif.
c. Karakteristik sosial, banyak diantara anak tunagrahita sedang yang sikap sosialnya kurang baik, rasa etisnya kurang, dan nampak tidak mempunyai rasa terima kasih, rasa belas kasihan dan rasa keadilan.
Ahli lain juga berpendapat yang lebih luas dari karakteristik di atas, menurut Muhammad Efendi (2006: 98) karakteristik anak tunagrahita sedang adalah sebagai berikut:
a. Cenderung memiliki kemampuan berpikir konkrit dan sukar berpikir abstrak.
b. Mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi. c. Kemampuan sosialisasinya terbatas.
d. Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit.
e. Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang diamati. f. Kerap kali diikuti gangguan artikulasi bicara.
Perkembangan motorik tidak dapat digunakan sebagai ukuran khusus bagi perkembangan kognitif. Keterlambatan dalam kecakapan motorik merupakan presentasi yang umum dijumpai pada gangguan perkembangan. Anak dengan hendaya (impairment) motorik mungkin mempunyai intelegensi yang normal, namun keterlambatan di bidang motorik merupakan gejala yang umum dijumpai pada retardasi mental dan sering pula merupakan gejala pendahulu daripada gangguan belajar (learning disabilities) (Lumban Tobing, 2001: 8).
Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita mempunyai karakteristik yang unik yang lebih mudah dikenali yakni mempunyai kecakapan yang rendah baik kecakapan fisik, sosial
maupun psikis. Karakteristik tunagrahita sedang secara fisik menampakkan sekali sebagai anak terbelakang dengan koordinasi motorik lemah. Karakteristik sosial yang memerlukan arahan dan bimbingan khusus serta bekal kehidupan yang harus diberikan untuk masa depannya.
Anak tunagrahita sedang hanya mampu berpikir konkrit sehingga kemampuan yang dapat dikembangkan yaitu diberikan sedikit pelajaran menghitung, menulis, dan membaca yang fungsional untuk kehidupan sehari-hari sebagai bekal mengenal lingkungannya serta latihan-latihan memelihara diri dan beberapa keterampilan sederhana. Anak tunagrahita sedang dalam melakukan kecakapan hidup sehari-hari masih membutuhkan bantuan yang intensif dari luar, memerlukan banyak latihan termasuk latihan untuk meningkatkan kemampuan motorik halusnya.
B. Tinjauan Tentang Motorik Halus 1. Pengertian Motorik Halus
Berdasarkan Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) pada mata pelajaran sensomotorik, olah raga dan kesehatan, salah satu ruang lingkup latihannya adalah latihan motorik berupa latihan motorik kasar dan motorik halus. Supaya memperjelas permasalahan ini, maka akan diuraikan pengertian motorik halus. Menurut Astati (1995: 21) pengertian motorik halus adalah gerak yang hanya menggunakan otot-otot tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, membutuhkan koordinasi gerak dan daya konsentrasi yang baik.
Ahli lain berpendapat yang juga tidak jauh berbeda dan dilengkapi dengan contoh aktivitas yang menggunakan motorik halus. Yudha M. Saputra & Rudyanto (2005: 118), menjelaskan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus (kecil) seperti menulis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok dan memasukkan kelereng. Pendapat tersebut lebih dilengkapi oleh ahli lain dengan melibatkan tujuan yang ingin dicapai yang sesuai dengan pandangan ahli. Motorik halus adalah keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/halus untuk mencapai keberhasilan pelaksanaannya (Sumantri, MS, 2005: 271)
Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan motorik halus adalah kemampuan gerakan-gerakan yang halus, yang dilakukan dengan jari-jari tangan seperti ketepatan gerak tangan, kelembutan gerak tangan, koordinasi gerakan mata dan tangan serta kelenturan gerak tangan.
2. Fungsi Motorik Halus
Setiap anak mengalami fase perkembangan motorik. Perkembangan motorik pada anak meliputi motorik kasar dan motorik halus. Keduanya mempunyai fungsi yang penting. Motorik halus mempunyai fungsi yang sangat diperlukan oleh anak tunagrahita sedang dalam melaksanakan aktivitas kesehariaannya.
Aktivitas yang dilakukan oleh anak guna mendukung kemampuan motorik halusnya harus dilatih dengan berbagai latihan dan dikemas dalam
sebuah permainan, dimulai dengan aktivitas yang berhubungan dengan motorik. Fungsi aktivitas motorik dalam permainan (Ratih Zimmer Gandasetiawan, 2009: 87) adalah sebagai berikut:
a. Menambah spontanitas anak. b. Menambah kepercayaan diri anak.
c. Menjadikan kognisi anak berkembang dengan cemerlang.
d. Anak cepat belajar dalam memutuskan hal yang penting bagi dirinya, dan dapat mengatur tutur bahasanya.
e. Mempunyai kemampuan membaca perasaan orang lain, kritis dan mampu menuangkan ide-ide cemerlang.
Definisi selanjutnya dikemukakan oleh Elizabeth B. Hurlock (1978: 162) bahwa fungsi keterampilan motorik adalah membantu anak untuk memperoleh kemandiriannya, dan berfungsi untuk membantu mendapatkan penerimaan sosial.
Penjelasan mengenai fungsi motorik di atas masih cukup sempit, secara lebih spesifiknya berkaitan dengan fungsi perkembangan motorik halus akan ada pendapat dari ahli lain. Menurut Yudha M. Saputra (2005: 11) fungsi pengembangan motorik halus adalah:
a. Sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan gerak kedua tangan. b. Sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan
dengan gerakan mata.
c. Sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan fungsi motorik halus adalah membantu anak dalam berbagai keterampilan hidup yakni bantu diri, sosial, bermain dan sekolah. Salah satu keterampilan sekolah
yaitu dalam proses belajar seperti kecepatan menulis, koordinasi gerak dalam bidang pendidikan jasmani.
3. Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang
Aktivitas motorik halus mempengaruhi aktivitas yang lain. Potensi yang dimiliki anak tunagrahita sedang akan dapat digali dan dimaksimalkan dengan baik jika motorik halusnya juga baik. Hal ini menjadi salah satu yang penting untuk ditingkatkan mengingat fungsinya bagi kehidupan anak. Motorik halus yang dimiliki anak tunagrahita sedang harus selalu dilatih dengan terlebih dahulu mengetahui perkembangan dan kemampuannya.
Suyanto (Mumpuniarti, 2006: 6) berpendapat bahwa perkembangan motorik normal pada umumnya melalui 4 tahap:
a. Tahap pertama gerakan yang tidak disadari, tidak disengaja dan tanpa arah.
b. Gerakan yang tidak sesuai perangsangnya.
c. Gerakan yang hampir seluruh tubuhnya ikut bergerak untuk mereaksi perangsang dari luar.
d. Gerakan yang menggunakan bagian tubuh tertentu.
Gerakan tersebut semakin bertambah usianya gerakannya semakin dikuasai, terutama gerakan motorik halus. Gerakan motorik halus yang memerlukan gerakan dari jari-jari atau keterampilan jari sulit dikuasai oleh anak tunagrahita sedang, demikian juga tahapan perkembangan motoriknya juga sangat lambat. Tahapan gerakan menggunakan bagian tubuh tertentu
dan gerakan terarah sulit dicapai dan untuk mencapainya memerlukan latihan berulang-ulang dengan waktu yang lama.
Anak tunagrahita golongan embisil yang disebut sebagai anak tunagrahita sedang memiliki kecerdasan rendah, anak tidak mampu melakukan gerakan motorik dengan lancar, untuk itu anak tersebut memerlukan latihan yang menyangkut gerakan jari-jari tangan dengan maksud untuk latihan melemaskan urat-urat jari tangan. Bukti dari masih belum maksimalnya kemampuan motorik halus anak misalnya:
a. Mewarnai
Kemampuan tangan dalam menggerakkan pensil warna membuat hasil gambar yang diwarnai tidak rata dan tidak beraturan.
b. Menggunting
Kemampuan tangan yang lemah sehingga anak mengalami kesulitan dalam menggunting, biasanya hasil yang dilakukan tidak sesuai pola. c. Latihan meronce manik-manik
Biasanya dalam meronce anak kurang berhati-hati dan memerlukan waktu yang sangat lama sehingga untuk melakukan kegiatan ini agak mengalami kesulitan.
d. Membongkar pasang puzzle
Anak kurang dapat memasang puzzle dengan sempurna dan tidak beraturan karena kemampuan jari-jari tangannya yang lemah.
Pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus yang miliki anak tunagrahita sedang adalah lemah,
memerlukan stimulus dan kegiatan khusus untuk melatih motorik halusnya. salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang adalah dengan origami atau kegiatan melipat kertas.
Kemampuan motorik halus yang dimiliki anak tunagrahita sedang mengalami keterbatasan. Hal ini tampak pada beberapa kegiatan yang anak juga mengalami kesulitan dalam melakukannya, seperti aktivitas menulis, menggambar dan ketika melakukan pekerjaan mengancingkan baju, menalikan tali sepatu, memegang alat makan dan sebagainya. Kondisi tersebut mencerminkan suatu kondisi yang harus segera ditangani dan dengan penanganan yang semaksimal mungkin bertujuan untuk kemajuan anak.
Karakteristik anak tunagrahita yang khas terutama anak tunagrahita sedang berdampak pada penanganannya. Penanganan pembelajaran memerlukan berbagai perangkat khusus, seperti materi, metode, dan media pembelajaran. Materi pembelajaran yang sebaiknya diberikan kepada anak adalah materi yang substantif dan fungsional. Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan metode yang aplikatif dan menekankan keaktifan anak dalam melaksanakan kegiatan. Pemilihan media yang digunakan adalah media yang menarik untuk anak,dan tidak membosankan serta tidak rumit atau fleksibel.
C. Tinjauan tentang Origami 1. Pengertian Origami
Sebagian anak tunagrahita sedang menyukai bermain dan menggunakan bahan disekitarnya untuk bermain. Anak akan memanfaatkan benda-benda di sekitarnya untuk dipegang walaupun tidak mengetahui fungsi dari benda tersebut. Salah satu benda yang ada di sekolah yang dijumpai oleh anak adalah kertas. J. Sentot Sunarwo (2009: 4) menyatakan bahwa origami adalah sebuah kata dalam bahasa Jepang yang berarti melipat kertas.
Pendapat lain mengatakan bahwa Origami adalah seni melipat kertas yang berasal dari negeri Jepang dan dikembangkan ke berbagai negara lain sebagai pelengkap kegiatan ketrampilan atau sekedar mengisi waktu luang. Bagi anak-anak, origami merupakan bagian dari pengembangan motorik halus sebagai media pengukur kerja otak yang disalurkan pada gerakan jari tangan secara terkoordinasi untuk mencapai tingkat keterampilan yang diharapkan (Cindy Salsabilla, 2011: 2).
Penjelasan lain yang juga menyatakan pengertian origami yang dilengkapi dengan bahan dasarnya, origami adalah sebuah seni melipat kertas. Bahan dasar yang digunakan adalah kertas, kreativitas seni ini dilakukan dan dikembangkan. Bila kemudian ada yang menggunakan bahan plastik, alumunium foil, kain, dan bahan-bahan selain kertas, hal tersebut merupakan perkembangan selanjutnya yang banyak dilakukan oleh para seniman. Akan tetapi, secara prinsip yang menjadi media dasar seni origami adalah kertas (Moshimoshi, 2011: 1).
Ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa origami merupakan istilah yang diambil dari bahasa Jepang yang berarti melipat
kertas. Perkembangan zaman membuat aktivitas ini berkembang menjadi seni yang semakin lama semakin variatif dalam bentuknya.
2. Manfaat Origami
Origami, seni melipat kertas yang sangat populer di negeri sakura ini, merujuk pada seni melipat kertas menjadi suatu bentuk atau gambaran tertentu. Bentuk yang dimaksud dapat berupa hewan, tumbuhan, ataupun benda tertentu. Origami yang mula-mula hanya merupakan pelengkap dari hiasan-hiasan pesta dan merupakan cara membungkus yang indah, berkembang menjadi suatu seni yang mengasyikkan, menjadi hobi dari kalangan intelektual di berbagai negara di dunia termasuk Indonesia. Perkembangan tersebut semakin pesat seiring dengan semakin dirasakan kebermanfaatannya. Manfaat origami bagi anak, menurut (Moshimoshi, 2011: 2) adalah sebagai berikut:
a. Melatih motorik halus pada anak sekaligus sebagai sarana bermain yang aman, murah, menyenangkan dan kaya manfaat.
b. Melalui origami anak belajar membuat mainannya sendiri, sehingga menciptakan kepuasan dibanding dengan mainan yang sudah jadi dan dibeli di toko mainan.
c. Membentuk sesuatu dari origami perlu melewati tahapan dan proses tahapan ini akan mengajari anak untuk tekun, sabar serta disiplin untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan.
d. Melalui origami anak juga diajarkan untuk menciptakan sesuatu, berkarya dan membentuk model sehingga membantu anak memperluas imajinasi mereka dengan origami yang dihasilkan sesuai kemampuan anak.
e. Anak akan merasakan kebanggaan dan kepuasan jika berhasil menciptakan sesuatu dengan tangan anak sendiri. Terlebih lagi anak belajar menghargai dan mengapresiasi karya lewat origami.
f. Bermain origami juga melatih anak berkomunikasi, mengungkapkan apa yang dipikirannya serta memberikan waktu bermain yang menyenangkan, misalkan dalam mengkomunikasikan bentuk apa yang tercipta dari selembar kertas yang dilipat atau anak akan berlatih bertanya bila terganjal kesulitan di tengah jalan.
Pendapat lain yang tidak jauh berbeda juga disampaikan terkait manfaat yang dapat didapat oleh seorang anak jika melakukan kegiatan origami, menurut (Koranjitu, 2008) diantaranya:
a. Melatih motorik halus, melalui jari-nya saat melipat kertas. b. Melatih konsentrasi.
c. Melatih berpikir sistematis.
d. Melatih kesabaran dan mengikuti arahan dari yang mengajarkan. e. Mengenal lebih dini bentuk-bentuk dan istilah matematika Geometri,
karena dalam membuat model origami arahanarahan yang digunakan kerapkali berkaitan dengan istilah matematik geometri seperti lipat kertas menjadi segitiga, lipat setiap sudut kertas ke titik potong garis-garis diagonal kertas dan lain-lain.
f. Menimbulkan rasa senang, bahagia, bangga dan kepercayaan diri yang tinggi saat anak atau kita dapat menyelesaikan sebuah model origami. hal ini yang menjadikan di Jepang dan amerika menjadikan origami sebagai salah satu metode yang dipakai untuk terapi bagi pasien penderita depresi dan pasien yang mengalami trauma akibat operasi otak.
Pendapat lain untuk melengkapi pendapat di atas, menurut (Yudhistira, 2008) yang juga mengemukakan beberapa alasan dan sekaligus manfaat berorigami untuk anak adalah sebagai berikut:
a. Anak belajar meniru/mengikuti arahan. b. Anak belajar berkreatifitas.
c. Anak belajar berkarya (seni).
d. Anak belajar menghargai/mengapresiasi. e. Anak belajar membuat model.
f. Anak belajar membuat mainannya sendiri. g. Anak belajar membaca diagram/gambar.
Berdasarkan beberapa pendapat yang disampaikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan origami mempunyai banyak manfaat untuk perkembangan anak, yaitu dapat meningkatkan kemampuan motorik halus, melatih konsentrasi, melatih kesabaran dan mengikuti arahan dalam mengerjakan dan sebagainya.
3. Pelaksanaan Kegiatan Melipat Kertas atau Origami
Pelaksanaan kegiatan origami menggunakan waktu 4 jam setiap minggu sesuai jadwal. Kegiatan melipat kertas ini adalah membuat berbagai bentuk lipatan mulai dari yang sederhana seperti membuat lipatan segitiga, kotak, dan sebagainya. Materi origami antara lain:
a. Mengenal bentuk lipatan b. Menyebutkan bentuk lipatan c. Memposisikan kertas di atas meja d. Menunjuk garis pola
e. Membentuk lipatan f. Menekan lipatan
g. Merapikan lipatan yang telah dibuat 4. Komponen Origami
Pelaksanaan pembelajaran di sekolah merupakan suatu sistem yang berhubungan antara guru dan murid yang menggunakan beberapa komponen. Komponon pembelajaran dalam kegiatan melipat kertas meliputi:
a. Tujuan kegiatan melipat kertas atau origami
Kegiatan melipat kertas atau origami bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus. Hal ini dilakukan karena kemampuan motorik halus anak belum menunjukkan kemampuan yang maksimal.
b. Alat/Sarana
Alat atau sarana yang digunakan dalam kegiatan origami ini adalah: 1) Peralatan
Kertas warna berbentuk persegi berukuran 20 cm x 20 cm. 2) Sarana tempat
Tempat yang digunakan untuk kegiatan origami adalah di dalam ruang kelas yakni dapat dilakukan di atas meja.
3) Waktu
Alokasi waktu yang dibutuhkan adalah 6 jam pelajaran tiap pekan. c. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian. Maksudnya adalah menilai seberapa besar tingkat keberhasilan dari program yang dilakukan. Sasaran evaluasi ini adalah menemukan bukti-bukti dari peningkatan kemampuan motorik halus yang terjadi setelah semua program dilaksanakan. Evaluasi dapat digunakan sebagai instrumen untuk mengevaluasi kegiatan origami untuk mengetahui kemajuan atau peningkatan motorik halus yang dicapai anak.
5. Latihan Motorik Halus melalui Origami
Kegiatan origami sudah mencakup tentang latihan motorik halus antara lain:
a. Mengambil kertas
b. Meletakkan kertas di atas meja c. Melipat bagian kertas
d. Menekan lipatan
e. Menggeser atau memindahkan posisi kertas
6. Kelebihan Kegiatan Melipat Kertas atau Origami untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang
a. Terdapat unsur mengambil dan memegang kertas yang dapat digunakan untuk melatih motorik halus anak.
b. Terdapat aktivitas memindahkan kertas ke meja yang memerlukan kehati-hatian dan ketepatan agar kertas yang diletakkan tidak jatuh. c. Melipat kertas membutuhkan konsentrasi sehingga dapat melatih
pemusatan perhatian dan melatih gerakan-gerakan halus yang terkendali.
d. Aktivitas melipat terdapat unsur menekan yang dapat digunakan untuk melatih kekuatan otot-otot tangan.
e. Melipat kertas memerlukan ketelitian, terutama saat mempertemukan bagian ujung kertas sehingga dapat melatih koordinasi mata dan tangan.
f. Aktivitas melipat dilakukan dengan kelembutan karena melipat tidak akan mendapatkan hasil yang baik jika dilakukan dengan gerakan kasar.
g. Teknik pengerjaannya mudah, sehingga mudah dilatihkan pada anak. 7. Langkah-langkah Origami bagi Anak Tunagrahita Sedang
a. Pembimbingan dalam pemanasan otot-otot tangan b. Pembimbingan dalam meletakkan kertas di atas meja
c. Pengarahan dalam melipat kertas menjadi setengah dari ukuran sebelumnya
d. Pengarahan dalam melipat kembali sudut kertas
e. Pengarahan dalam melipat kertas ke arah bentuk segitiga untuk lipatan butir 4
f. Pengarahan dalam melipat ujung-ujung kertas hasil lipatan butir 5 g. Pengarahan dalam membuka segitiga yang terbentuk dalam butir 6 h. Pembimbingan dalam pelemasan otot-otot tangan
D. Kerangka Berpikir
Peningkatan kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang melalui origami. Anak tunagrahita sedang banyak dijumpai mengalami kerusakan otak, keadaan ini akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya sehingga sangat lambat dan berpengaruh juga pada keadaan fisiknya. Anak tunagrahita mempunyai koordinasi (gerakan fisik) dan motorik lemah. Anak kurang dapat mengkoordinasikan gerakan-gerakan terutama
gerakan motorik seperti memperkirakan gerakan agar tidak terlalu cepat atau terlalu lamban.
Kemampuan fisik dan motorik yang lemah tersebut berpengaruh dalam kehidupan anak, kurangnya kemampuan motorik menyulitkan anak dalam melakukan kegiatan yang memerlukan kerapian dan ketelitian khusus. Hal ini merupakan dasar perlu ditingkatkannya kemampuan motorik anak tunagrahita sedang.
Origami memiliki keunggulan guna meningkatkan kemampuan motorik karena dalam kegiatan origami terdapat gerakan-gerakan mengambil kertas, meletakkan kertas di atas meja, melipat bagian kertas, menekan lipatan dan menggeser atau memindahkan posisi kertas sehingga selain menghasilkan benda yang menarik dalam pembuatannya ada kegiatan inti yang dimanfaatkan untuk melatih gerakan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dengan dilakukannya pembuatan origami maka dapat dilakukan latihan kemampuan motorik halus. Latihan kemampuan motorik halus yang dilakukan tentunya dengan prosedur dan cara yang sesuai dengan program sehingga akan mencapai tujuan yang diharapkan.
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah melalui origami dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Negeri 1 Sleman.