• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. Pengelolaan Pembiayaan Mudharabah dalam Modal Kerja di BMT Bina Ummat menurut Fatwa DSN-MUI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV. Pengelolaan Pembiayaan Mudharabah dalam Modal Kerja di BMT Bina Ummat menurut Fatwa DSN-MUI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

Pengelolaan Pembiayaan Mudharabah dalam Modal Kerja di BMT Bina Ummat menurut Fatwa DSN-MUI

A. Ketentuan Pembiayaan Mudharabah

Pengelolaan pembiayaan mudharabah modal kerja adalah usaha yang dilakukan oleh BMT untuk mencegah kemungkinan timbulnya kerugian lebih besar pada usaha yang dibiayai (nasabah) serta menyelamatkan dana BMT Bina Ummat yang telah diberikan. Ada beberapa tahapan yang dilakukan oleh BMT Bina Ummat dalam

pengeloaan pembiayaan mudharabah modal kerja.1 Pertama,

langkah-langkah dalam pembiayaan mudharabah. kedua, menggolongkan kolektabilitas pembiayaan (kelancaran nasabah dalam melakukan angsuran pokok maupun bagi hasil). Ketiga, BMT akan melakukan pengelolaan pembiayaan modal kerja sesuai dengan tingkat kolektabilitas pembiayaan nasabah, dalam hal ini BMT Bina Ummat berpedoman dengan Peraturan

Fatwa DSN-MUI No.07/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan

mudharabah.

Langkah-langkah dalam pembiayaan mudharabah antara lain,

a. Pengajuan Pembiayaan Mudharabah

Pengajuan pembiayaan adalah langkah awal yang ditempuh oleh calon anggota untuk meperoleh persetujuan pembiayaan. Calon anggota mengajukan permohonan pembiayaan dengan mengisi formulir yang telah disediakan oleh pihak BMT dan melengkapi

1

Wawancara dengan Abdul Chamid selaku Manajer Pembiayaan, BMT Bina Ummat Brebes, pada tanggal 25 Maret 2015.

(2)

syarat-syarat pengajuan pembiayaan mudharabah. Syarat tersebut antara lain:

1. Fotokopi KTP Suami Istri 2. Kartu Keluarga (KK)

3. Memiliki Tabungan di BMT Bina Tanjung 4. Jaminan

b. Interview kepada anggota

Interview kepada anggota merupakan langkah selanjutnya untuk menilai anggota dan menggali informasi dari anggota. Bagian yang melakukan interview adalah bagian pembiayaan yang meliputi

tentang tujuan penggunaan pembiayaan, jangka waktu

pengembalian, biaya hidup yang ditanggung calon anggota. Untuk mencocokkan kebenaran atas informasi yang didapat dari calon anggota bagian pembiayaan melakukan kunjungan langsung ke lokasi stan pedagang dan untuk mengetahui gambaran mengenai kemampuan keuangan calon anggota serta memperkirakan kemungkinan calon anggota apakah dapat memenuhi kewajibannya. BMT Bina Ummat juga menjelaskan tata cara pembayaran anggsuran pembiayaan, BMT menawarkan bentuk pembayaran, bentuk pembayaran tersebut berupa tabungan anggsuran/ tabungan tersebut merupakan tabungan pembiayaan antara anggota dengan BMT, nantinya tabungan tersebut akan masuk sebagai setoran pembiayaan, dan nantinya apabila anggota menyetujui menggunakan tabungan angsuran dalam pembiayaan, maka pihak BMT akan

(3)

mendatangi/ mengunjungi stand anggota pada waktu yang yang telah ditentukan, kebanyakan anggota menginginkan setiap hari.

c. Validitas pembiayaan

Validitas pembiayaan adalah cara BMT Bina Ummat untuk mendapatkan keyakinan tentang anggotanya, dengan cara bagian pembiayaan BMT Bina Ummat menanyakan kepada anggota lain atau pedagang lain yang dapat dipercaya bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai karakter anggota, besar kecilnya usaha anggota tersebut dan lain sebagainya.

d. Pemberian Keputusan

Setelah memperoleh keyakinan atas keabsahan dokumen, wawancara dan hasil dari informasi yang di dapat, langkah selanjutnya memberikan keputusan apakah menerima atau menolak pembiayaan tersebut. Bila telah dianggap layak memperoleh pembiayaan maka berkas pembiayaan tersebut diserahkan kepada pimpinan/ manager BMT untuk meminta persetujuan pembiayaan. Jika pimpinan menyetujui pembiayaan tersebut maka akan dinyatakan dalam surat keputusan pembiayaan.

e. Realisasi dan Pencairan dana

Realisasi dan Pencairan dana adalah proses pencairan dana atas pengajuan pembiayaan yang telah disetujui oleh manager/ pimpinan BMT. Selanjutnya dokumen pembiayaan dan data lainnya akan diserahkan kepada bagian administrasi untuk selanjutnya dibuat akad pembiayaan dan diikat dalam perjanjian akad pembiayaan. Dalam

(4)

Persetujuan pembiayaan ini harus mencerminkan suatu pernyataan bahwa anggota yang disetujui adalah anggota yang layak menerima pembiayaan. Tahap selanjutnya adalah pencairan pembiayaan. Dana yang diberikan sesuai dengan jumlah yang disetujui dalam akad pembiayaan mudharabah yang akan diserahkan langsung kepada anggota.

f. Monitoring dan Pembayaran Angsuran Pembiayaan Mudharabah

Monitoring dan Pembayaran ini mencangkup informasi yang diperoleh bagian pembiayaan dan unit-unit yang terkait lainnya, yang meliputi pemeriksaan jumlah saldo pemenuhan kewajiban anggota. Dalam pembayaran ini, anggota akan melakukan pembayaran pokok dan penyetoran pendapatan bagi hasil yang telah disepakati. Pembayaran anggota dapat dilakukan dengan:

1) Anggota datang langsung ke kantor BMT Bina Tanjung Kemudian anggota mengisi slip peyetoran serta menyetorkan uangnya pada teller yang selanjutnya teller mencocokkan dengan jumlah yang tertera pada slip lalu membubuhi stempel pada slip setoran.

2) Anggota dapat menitipkan uang setoran berupa tabungan autodebet atau tabungan angsuran kepada bagian pembiayaan yang setiap hari berkeliling ke stan para pedagang yang nantinya akan masuk sebagai tabungan angsuran. Dalam hal ini pembayaran dengan tabungan angsuran merupakan kesepakatan yang disetujui anggota pada saat perjanjian awal pembiayaan.

(5)

Dari langkah-langkah pengajuan pembiayaan mudharabah nasabah telah memenuhi dan pihak BMT pun telah melakukan tugasnya sebagai lembaga. Hanya saja pada saat interview nasabah ditanya tentang sebuah lembaga / Bank dan akad/pembiayaan mudharabah mereka tidak terlalu mengerti. Sehingga pihak BMT menjelaskannya secara detail. Sementara itu Bapak Hamid selaku manajer pembiayaan menjelaskan bahwa BMT melakukan pembiayaan mudharabah sudah sesuai dengan fatwa DSN-MUI tentang pembiayaan mudharabah yag telah ditentukan.

BMT Bina Ummat membagi kolektabilitas menjadi lima bagian,

a. Lancar

Adalah tingkat kolektabilitas yang didasarkan pada ketepatan waktu nasabah dalam membayar angsuran pokok dan bagi hasil.

b. Kurang Lancar

Adalah tingkat kolektabilitas yang didasarkan pada keterlambatan angsuran pokok dan bagi hasil dalam jangka waktu satu sampai dua bulan.

c. Perhatian Khusus

Adalah tingkat kolektabilitas yang didasarkan pada,

1. Keterlambatan angsuran pokok dan bagi hasil dalam jangka waktu dua sampai tiga bulan,

2. Menurunya jumlah bagi hasil dalam jangka waktu dua sampai tiga bulan.

Dari nasabah yang mendapat pembiayaan mudharabah dan mengalami kerugian ( Ibu Sondari, Ibu Nanik Diana, Bapak Casrikin,

(6)

Bapak Ahmad Salafudin, Ibu Ronenti) mereka berada di kolektabilitas perhatian khusus, sebab mereka belum bisa membayar karena sedang mengalami kerugian, akan tetapi pihak BMT tetap mewajibkan bayar angsuran dan pokok pinjaman.

d. Diragukan

Adalah tingkat kolektabilitas yang didasarkan pada ketidak mampuan nasabah untuk untuk menyelesaikan kolektabilitas perhatian khusus yang telah jatuh tempo.

e. Macet

Sebagai kelanjutan dari usaha penyelesaian atau pengelolaan pada tahap kolektabilitas keempat yang tidak berhasil, yang kemudian dikategorikan pembiayaan macet.

Hasil beberapa tahapan-tahapan yang dilakukan oleh BMT Bina Ummat dalam pengelolaan pembiayaan mudharabah supaya usaha nasabah stabil, adalah adanya pengaruh terhadap perkembangan usaha

nasabah yang bersangkutan, diantaranya.2

1) Nasabah pengelola dana merasa mendapat perhatian, sehingga dapat membawa dampak baik terhadap nasabah bersangkutan dalam mengelola dana yang diberikan.

2) Nasabah pengelola dana dapat dimudahkan, sehingga nasabah tidak tertekan dalam melakukan tindakan-tindakan terkait usaha yang dijalankan. Yang pada akhirnya tindakan-tindakan yang dilakukan dapat melalui pertimbangan serta tidak asal-asalan.

2

Wawancara dengan Ibu Faridah selaku Manajer Operasional, BMT Bina Ummat Brebes, pada tanggal 25 maret 2015.

(7)

3) Bagi nasabah pembiayaan mudharabah di BMT Bina Ummat yang mayoritas pedagang.

4) Ketika dalam masa paceklik atau ketika pasar tidak sepenuhnya menyerap produk yang dihasilkan, nasabah akan mendapat toleransi kewajiban angsurannya.

5) Nasabah akan mendapat keringanan ketika terjadi kenaikan bahan baku produksi.

6) Memacu nasabah bersangkutan untuk lebih giat berusaha agar usaha yang dijalankan terhindar dari gulung tikar atau kebangrutan. Selain itu dengan konvensi akad menjadi akad qordhul hasan, beban nasabah akan sedikit berkurang.

Dari penuturan pihak BMT tentang ketentuan pembiayaan di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa pihak BMT telah menjelaskan semuanya secara keseluruhan, hanya saja nasabah yang kurang mengerti ketentuan pembiayaan tersebut.

B. Rukun dan Syarat Pembiayaan

Dari rukun dan syarat BMT mengacu pada fatwa DSN-MUI, dan nasabah juga telah memenuhi rukun dan syarat yang telah di tentukan oleh BMT. Adapun rukun dan syarat tersebut sebagai berikut:

1. Penyedia dana (sahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus cakap hukum.

2. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad).

(8)

3. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak (akad).

4. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.

5. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.

6. Modal ialah sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh penyedia dana kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut:

a) Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.

b) Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal diberikan dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus dinilai pada waktu akad.

c) Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada mudharib, baik secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad.

7. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari modal. Syarat keuntungan berikut ini harus dipenuhi: a) Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh

disyaratkan hanya untuk satu pihak.

b) Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari keun-tungan sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan.

(9)

c) Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.

8. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai perimbangan (muqabil) modal yang disediakan oleh penyedia dana, harus memperhatikan hal-hal berikut:

a) Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.

b) Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.

c) Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syari’ah Islam dalam tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah, dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktifitas itu.

C. Ketentuan Hukum Pembiayaan Mudharabah

Ketentuan hukum yang ada di BMT Bina Ummat itu mengacu kepada fatwa DSN-MUI, apabila terjadi Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain ditunjukkan oleh :

1. Persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak dipenuhi

2. Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan / atau yang telah ditentukan dalam akad.

(10)

3. Hasil keputusan dari institusi yang berwenang.

Dan apabila Akad berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang. Ketentuan Hukum dari fatwa DSN-MUI itu sendiri sebagai berikut:

a) Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu.

b) Kontrak tidak boleh dikaitkan (mu’allaq) dengan sebuah kejadian di

masa depan yang belum tentu terjadi.

c) Pada dasarnya, dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena pada

dasarnya akad ini bersifat amanah (yad al-amanah), kecuali akibat dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.

d) Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika

terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka

penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Maka penulis menyimpulkan, mungkin nasabah yang mengalami kerugian akan tetapi mereka tetap harus membayar pokok dan angsuran, itu karena akad mereka batal disebabkan nasabah yan kurang paham tentang pembiayaan mudharabah.

Dalam Al-Qur”an disebutkan sebagai beikut:

....

ِهَّللا ِلْضَف ْنِم َنوُغَ تْبَ ي ِضْرلأا يِف َنوُبِرْضَي َنوُرَخآَو

....

“…Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian

karunia Allah SWT...” (Qs Al-Muzammil ayat 20).3

3

(11)

Dari ayat di atas, yang menjadi wujud atau argumen dari surat Al-Muzammil adalah adanya kata yadhribun yang sama akar mudharabah yang berarti melakukan suatu perjalanan usaha. Secara umum mengandung arti kebolehan akad mudharabah, yang bekerjasama mencari rezeki yang ditebarkan Allah SWT di muka bumi.

Sementara itu kendala yang dihadapi dalam proses pengelolaan pembiayaan mudharabah di BMT Bina Ummat sebagai berikut:

1. Internal BMT Bina Ummat

a. Pengajuan pembiayaan/menabung yang setiap hari masuk ke BMT cukup banyak.

b. Banyakya pekerjaan yang dimiliki oleh masing-masing pegawai, sehingga tidak tersedia waktu luang untuk lebih focus dalam menyelesaikan pekerjaan.

c. Terbatasnya sarana dan prasarana yang terrsedia di BMT. 2. Eksternal BMT Bina Ummat

a. Nasabah banyak yang berrasal dari kalangan menengah ke bawah sehingga diperlukan kesabaran dan kretifitas dalam memberikan penjelasan khususnya tentang system bagi hasil.

b. Banyak nasabah yang menganggap jika memiliki hubungan silaturahmi dengan salah seorang pegawai maka permohonan mudah di terima.

Sedangkan proses pembiayaan mudharabah agar tidak terjadi kesalahan pemberian pembiayaan yang dapat merugian BMT. Dalam hal

(12)

ini BMT menggunakan prinsip kehati-hatian yaitu prinsip 5C dan berpedoman pada fatwa DSN-MUI. Prinsip 5C tersebut yaitu:

1. Character (Karakter)

Melalui wawancara langsung terhadap calon nasabah dan orang-orang dilingkungan usahanya. Dari wawancara tesebut dapat diketahui calon nasabah apakah dapat di percaya dan bertanggung jawab terhadap pembiayaan yang akan diberikan atau tidak.

2. Capacity (Kemampuan)

Untuk mengetahui tingkat kemampuan calon nasabah dalam mengembalikan pinjaman.

3. Capital (Modal)

Melihat kegiatan usaha dari calon nasabah, penilaian dilakukan terhadap modal usaha yang selama ini digunakan, asset yang dimiliki dan yang paling penting adalah keadaan usaha nya harus halal.

4. Collateral (Jaminan)

Dalam sebuah pengajuan pembiayaan di BMT, jaminan menjadi aspek komplementer yang turut disertakan. Disebut komplementer karena tidak semua calon nasabah wajib mencantumkan jaminan. Di BMT Bina Ummat yang harus menyertakan jaminan itu untuk nasabah di luar pasar daeah brebes.

5. Condition (Keadaan)

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis secara simultan bahwa: pemanfaatan teknologi informasi dan pengetahuan karyawan bagian akuntansi berpengaruh terhadap efektivitas sistem informasi akuntansi,

Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan memiliki 8 (delapan) kegiatan yaitu: (1)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulan bahwa penelitian ini terdapat hubungan signfikan antara konsep diri dan dukungan sosial terhadap

Dalam penelitian ini, yang menggunakan objek Wajib Pajak Orang Pribadi khususnya UKM, penulis mendapatkan hasil bahwa pemahaman akuntansi dan pemahaman ketentuan pajak

Permasalahan anak jalanan masih harus mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan untuk menyelesaikan beberapa masalah seperti: banyak anak jalanan yang masih duduk di bangku

Kedua , selain interaksi dengan kekuasaan, etika juga penting dalam kaitannya dengan tugas mendasar seorang ilmuwan, yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan.. Ilmu pengetahuan

Hasil ini mengindikasikan bahwa mayoritas indikator dalam kualitas pelayanan berada dalam kuadran C, jika indikator yang masuk dalam kuadran ini menunjukkan bahwa