Renstra TIRBR BPPT
2015-2019
RENSTRA TIRBR BPPT
Tahun 2015-2019
KEDEPUTIAN TEKNOLOGI INDUSTRI RANCANG BANGUN DAN REKAYASA (TIRBR)
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
Tahun 2016
Pengarah Kepala BPPT Penanggung Jawab Deputi Bidang TIRBR
Tim Penyusun Wimpie Agoeng Noegroho
Joko Purwono Rusmadi Suyuti Adhi Dharma Permana
Hens Saputra Hari Setiapraja
Fadilah Hasim Mulyadi Sinung Harjono Cuk Supriadi Ali Nandar
Abdul Kadir Syahroni
BADAN PENGKAJ:AN DAN PENERAPAN TEKNOLOGl
(BPPT)
KEPUTUSAN
DEPUTIBIDANG TEKNOLOGIINDUSTRI RANCANG BANGUN DAN REKAYASA
BADAN PENGKAIIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
NOMOR 06 TAHUN 2016
TENTANG
RENCANA STRATEGIS(RENSTRA〕 REVISI
KEDEPUTIAN BIDANG TEKNOLOGIINDUSTRI RANCANG BANGUN DAN REKAYASA
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
TAHUN 2015‐ 2019
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DEPUTIAN BIDANG TEKNOLOGIINDUSTRI RANCANG BANGUN DAN REKAYASA′
Menimbang:
a.
bahwa Rencana Strategis Revisi Kedeputian Bidang Teknologi IndustriRancang Bangun Dan Rekayasa Tahun 20L5-2019 perlu ditetapkan
untuk melaksanakan diktum Ketiga Keputusan Kepala BPPT tentang
Rencana Strategis tahun 20LS -20t9 ;
b.
bahwa susunan dan rumusan Rencana Strategis Revisi KedeputianBidang Teknologi
Industri
Rancang BangunDan
Rekayasa Tahun2Al5-20t9
tersebut padahuruf
a
di
atasperlu
ditetapkan dengan suatu surat keputusan;Mengingat:
L.
Undang-UndangNomor
18
Tahun 2002 tentang Sistem
NasionalPenelitian, Pengembangan
dan
PenerapanIlmu
Pengetahuan danTeknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor
3.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem PerencanaanPembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);
4.
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana KerjaPemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 74;Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
aa}il;
5.
Peraturan
Presiden
Nomor
2
Tahun
2015
tentang
RencanaPembangunan |angka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 20L5-20L9;
6.
Keputusan Presiden NomorL03 Tahun
2001 tentang
Kedudukan,Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi,
dan
Tata
KerjaLembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa
kali
diubah
dan terakhir
dengan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013;7.
Keputusan Presiden Nomor LL0 Tahun 2001 tentang Unit Organisasidan Tugas Eselon
I
Lembaga Pemerintah Non Departemensebagai-mana
telah
beberapakali
diubah danterakhir
dengan
PeraturanPresiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2013;
B.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomort74/M
Tahun ZULL; tentang Pengangkatan Deputi Kepala BPPT bidang TIRBR;9.
Instruksi
Presiden
Nomor
5
Tahun
2004
tentang
LaporanAkuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
10. Peraturan Presiden No.29 Tahun 2014 tentang Akuntabilitas Kinerja
11. Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 009 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi;
1"2. Peraturan Kepala BPPT 017 Tahun
20t6
tentang Penetapan RencanaStrategis Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Tahun
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:KEPUTUSAN DEPUTI BIDANG TEKNOLOGIINDUSTRI RANCANG BANGUN
DAN REKAYASA TENTANG RENCANA STRATEGIS REVISI KEDEPUTIAN
BIDANG TEKNOLOGI INDUSTRI RANCANG BANGUN DAN REKAYASA
―
BADAN PENGKAIIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGITAHUN 2015‐
2019.PERTAMA
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
Menetapkan Rencana Strategis
Revisi
Kedeputian Bidang TeknologiIndustri Rancang Bangun Dan Rekayasa Tahun 20L5-2019, sebagaimana
tersebut dalam lampiran
ini
sebagai dokumen acuan Kedeputian BidangTeknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa untuk periode 5 (lima)
tahun terhitung mulai tahun 2015
sampai dengantahun
20!9,
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.RENSTM Revisi Kedeputian Bidang TIRBR Tahun 2015-20L9 sebagaima-na tersebut dalam DictumPertamaberisikan tujuan, sasaran program, arah
kebijakan
dan
strategi,Indikator
dan target kinerja
serta
kerangkapendanaan Deputi TIRB& yang telah disusun dan diselaraskan dengan
Rencana Pembangunan |angka Menengah Nasional (RPfMN), RENSTRA
revisi
BPPTtahun
20t5-2019
dan
kebijakan
refocusing program pemerintah.RENSTM revisi Kedeputian Bidang TIRBR tahun 20L5-20L9 sebagaimana
tersebut
dalam
DiktumPertamamenjadi dasar
bagi para
KepalaUnit/Satuan Kerja di lingkungan Kedeputian TIRBR dalam melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing, dan menyusun rancangan Rencana Kerja (Renja) baik prioritas pembangunan nasional maupun bidang.
RENSTM Kedeputian Bidang TIRBR tahun 201,5-2019 dikaji ulang secara
periodik dan
disesuaikan dengan perkembangan kebijakan pemerintahKELIMA :
Lampiran Keputusan ini merupakan satu kesatuan yang tidakterpisahkandan mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Keputusan ini.
KEENAM
:
Keputusanini
berlaku sejak ditandatangani sampai dengan Desember20'1,9, dengan ketentuan apabila dikemudian
hari
terdapat kekeliruandalam keputusan ini akan dilakukan perbaikan seperlunya.
Telah diperiksa oleh :
N0 │││││
SMO TIRBR
Dr. Hari Setiapraia, ST, M.Eng 寿
2 Korbid Teknologi Hankam
Dr. Fadilah Hasim, B.Eng, MSc
h
う
0 Korbid Teknologi Transportasi
Dr. Dipl.lng. Mulyadi Sinung, MT
躊
4 Korbid Teknologi Industri PermesinanDr. Cuk Supriadi AIi Nandar, ST, M.Eng
働
5 Korbid Teknologi Industri Maritim
Ir. Abdul Kadir, M.Eng
ン
6 Ka. Sub. Bag TU TIRBRSvahroni, SE
み
Ditetapkan di fakarta
padaTanggal
Agustus 20L6DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI INDUSTRI
MNCANG BANGUN DAN REKAYASA,
Dr. Ir. Erzi Agson Gani, M.Eng.
ヽ│●1/111ata, Telah diperiksa oleh :
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga Renstra revisi kedua Kedeputian Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR) BPPT 20t5-20L9 dapat tersusun sesuai rencana, dengan semangat "Reorganisasi, Kita Lakukan Revisi Renstra dan Refocusing Program untuk Peningkatan Inovasi dan Layanan Teknologi TIRBR."
Dengan mempertimbangkan reorganisasi dan kebijakan refocusing program BPPT pada September Tahun 2015 maka dipandang
perlu untuk
melakukan revisi RenstraKedeputian Bidang TIRBR 201,5-20t9. Renstra revisi kedua
ini
disusun dengan mengacukepada RPJMN 2OL5-ZA!9 yang ditetapkan oleh Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun
20LS
baik Buku
1
(Agenda PembangunanNasional),
maupun
Buku
2
(AgendaPembangunan Bidang), Renstra revisi kedua BPPT 20L5-2019 dan organisasi baru di
kedeputian TIRBR
BPPT.
'
'tRenstra revisi Kedeputian Bidang TIRBR terdiri dari 5 bab yaitu pada Bab Pertama
tentang kondisi umum, potensi dan permasalahan TIRBR. Bab Kedua
berisi
tentang tujuan, sasaran program TIRBR dan indikator kinerja program yang digunakan untukevaluasi
capaian.
Bab
Ketiga
menjelaskanarah
dan
kebijakan
strategi
tingkatkelembagaan BPP! arah dan kebijakan strategi Eselon I Kedeputian TIRBR dan Kerangka Regulasi dan Kelembagaan. Adapun Bab Empat menguraikanTarget Kinerja dan Kerangka Pendanaan. Pada akhirnya Renstra Kedeputian TIRBR 2015-2079
ini
ditutup
dengan arahan Renstra yang dimasukkan pada Bab Lima.Lampiran
merupakanbagianyang
tidak
terpisahkan denganrevisi
RenstraKedeputian TIRBR 20LS-2019 ini. Lampiran berisi Matrik Kinerja dan Pendanaan TIRBR dan Lampiran Kerangka Regulasi, Renstra revisi TIRBR 2015-2019 yang akan digunakan
Akhir kata, pemantauan dan tinjauan capaian target kinerja akan selalu dilakukan,
serta terbuka untuk perbaikan dan penyempurnaan sesuai dengan perkembangan situasi serta kemajuan
Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. Ucapan terima kasih yangsebesar-besarnya disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan reivisi Renstra Kedeputian TIRBR Tahun 20L5-20L9.
|akarta,
Agustus 20L6 Deputi Bidang TIRBR BPPTDafrar Isi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ISTILAH DAN PENIELASAN DALAM DOKUMEN INI BAB■ PENDAHULUAN 1 11 111 ■ .2 1.1.Kondisi Umum 1.1.l Global...・・・・・・・・…・・・・・・・・・・・・・・・・ 1.1.2 Nasional.,t...・・・・,・・・・・・・・・・・
1,2. Potensi dan Permasalahan 1
BAB 2 TUIUAN DAN SASARAN PROGRAM 2.1 Tuiuan
2.2 SasaranProgram
BAB 3 ARAH KEBIIAKAN,STRATEGI′ KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN ■9
3.1. Arah Kebiiakan dan Strategl BPPT...“ "・・・"・・・・・・…・・・………・・・・・・・・・・・・・・・“……・・・“・・・・・・・・・・・・“"・20
3.2. Arah Kebiiakan dan Strategi Kedeputian TIRBR 12■
23 23 28 3.3. Kerangka Kelembagaan 4.2 Kerangka Penda BAB 5 PENUTUP 35 36
Lampiran3.ADIK Kedepuuan TIRBR 2015‐ 20■9
Lamplran 4.Matriks KinerJa Dan Pendanaan BPPT 2015‐20■9
2 3 ■ 7 7 1 1 18
BAB 4 TARGET KINERIA DAN KERANGKA PENDANAAN 4.1 Target Kineria
LAMPIRAN‐LAMPIRAN
naan...・・・・・・・・・・●●●●・●・・・・口・・・・・"・・・・・・・・‐・・“・●●●●●“●●●・●・・・・●●●●・●・・・・・・・・・・・・・・●●●■・●・・・・・・・・・・・・・・●●●●●●●●●●“31
5■
Istilah Dan Penjelasan Dalam Dokumen Ini
ISTILAH DAN PENJELASAN DALAM DOKUMEN INI
Dalam Rancangan Teknokratis Renstra BPPT 2015-2019 ini, yang dimaksud dengan: 1. Pusat Unggulan Teknologi adalah suatu lembaga yang mengoptimalkan potensi
sumber daya iptek yang tersedia sehingga menjadi pusat kegiatan litbangyasa unggulan nasional ataupun hasil kegiatan litbang di pusat tersebut dapat langsung menjadi solusi terhadap persoalan yang dihadapi saat ini.
2. Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, penerapan, dan perekayasaan, yang bertujuan untuk menghasilkan produk atau proses produksi baru yang komersial atau, dipakai oleh masyarakat luas. Adapun untuk inovasi di BPPT yaitu diantaranya prototipe, pilot plant, pilot project.
3. Layanan Teknologi adalah hasil perekayasaan teknologi yang dihasilkan dalam bentuk produk barang maupun jasa yang dapat dimanfaatkan. Adapun layanan teknologi BPPT adalah rekomendasi, advokasi, alih teknologi, konsultansi, referensi teknis, audit teknologi, jasa operasi, pengujian, survei, serta PPBT (perusahaan pemula berbasis teknologi).
4. Proposisi Nilai (Value Proposition) BPPT adalah manfaat dari layanan teknologi yang ditawarkan kepada pemangku kepentingan (stakeholder) melalui mekanisme kerjasa-ma yang saling menguntungkan untuk meningkatkan daya saing produk dan kemandi-rian bangsa serta adanya teknologi canggih atau baru yang dapat menjadikan produk berupa barang atau jasa lebih unggul dari yang lain [Carla O'Dell&Grayson C. Jackson].
5. Kemandirian Bangsa adalah nilai proposisi BPPT yang ditawarkan sehingga menyebabkan peningkatan kandungan lokal (TKDN), adanya peningkatan ekspor dan atau subtitusi impor, menghasilkan inovasi, penguasaan, kemampuan teknologi, serta tumbuhnya ketahanan dan keamanan nasional serta tumbuhnya perekonomian daerah/nasional.
6. Daya Saing adalah nilai proposisi BPPT yang ditawarkan kepada pemangku kepentingan sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan potensi di industri, daerah, nasional, dapat mendorong peningkatan pangsa pasar dan pengguna, dapat menghasikan produk/proses yang unik/khas, lebih murah dan unggul, serta dapat
Istilah Dan Penjelasan Dalam Dokumen Ini
7. Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
8. Technology of State of the Art adalah nilai proposisi BPPT yang ditawarkan terhadap penggunaan dengan adanya teknologi/metodologi baru dan teknologi mutakhir di nasional/dunia.
9. Peran BPPT adalah upaya yang dilakukan BPPT untuk menjadikan layanan teknologi yang didifusikan dan dikomersialisasikan menjadi bermafaat dan berkelanjutan. Peran tersebut yaitu pengkajian, intermediasi, solusi, clearing house, audit teknologi. 10. Pengkajian Teknologi adalah peran memberikan hasil kajian studi multidimensi
yang sistematis tentang suatu teknologi untuk menghasilkan pemahaman tentang tingkat kesiapan/kematangan suatu teknologi (TRL-Technology Readiness Level), per-kiraan nilai (value) dari suatu teknologi sebagai suatu aset intelektual (knowIedge/intelIectualasset) beserta peluang dan tantangan/risikonya, perkiraan dampak tek-nologi yang telah diterapkan/jika (yang akan) diterapkan, dan/atau implikasi strategi/kebijakan atau rekomendasi kebijakan pada tataran organisasional ataupun publik.
11. Intermediasi Teknologi adalah peran yang menjembatani antara sistem litbangyasa dengan sistem industri atau pemerintah (pusat dan daerah) untuk meningkatkan produktifitas dan daya saing serta peningkatan kualitas, dalam hal ini yaitu memberikan fasilitas hubungan, keterkaitan, jejaring, kemitraan antara dua pihak atau lebih. Intermediasi juga menjembatani berbagai pihak terkait dengan kepentingan tertentu (dalam konteks teknologi, serta memberikan delivery access bagi industri, instansi pusat/pemda/masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya Iptek dari BPPT/ Lembaga Iptek lainnya dari Dalam dan Luar Negeri.
12. Solusi Teknologi adalah peran yang memberikan advis teknologi, memfasilitasi atau mengimplementasikan penerapan teknologi dan memberikan pelayanan teknis di bidang teknologi, serta melaksanakan pembinaan teknologi.
Istilah Dan Penjelasan Dalam Dokumen Ini
suatu teknologi "laik/layak" atau tidak untuk diterapkan di Indonesia atau untuk konteks tertentu di Indonesia.
14. Audit Teknologi adalah peran memberikan verifikasi dan klarifikasi serta penilaian terhadap suatu teknologi yang sudah digunakan oleh industri/instansi/masyarakat terhadap suatu standar yang telah ditetapkan, dapat juga diartikan memberikan hasil studi audit yang sistematis dengan prosedur legal terstandar untuk mengevaluasi, membandingkan dan/atau memeriksa suatu teknologi atau suatu penerapan teknologi terhadap (berdasarkan) standar atau ketentuan persyaratan/kriteria tertentu. Audit teknologi bisa bersifat voluntary (sukarela) atau mandatory (wajib). 15. Prototipe adalah layanan teknologi dalam bentuk purwarupa pertama dari satu
objek yang direncanakan dibuat dalam satu proses produksi, mewakili bentuk dan dimensi dari objek yang diwakilinya dan digunakan untuk objek penelitian dan pengembangan lebih lanjut. Kriteria dari prototipe : a) Bentuk awal dari objek yang akan diproduksi dalam jumlah banyak; b) Prototipe dibuat berdasarkan pesanan untuk tujuan komersialisasi; c) Belum pernah dibuat sebelumnya; d) Merupakan hasil penelitian dan pengembangan dari objek atau sistem yang direncanakan akan dibuat; e) Mudah dipahami dan dianalisis untuk pengembangan lebih lanjut.
16. Pilot Plant adalah layanan teknologi dalam bentuk pabrik dalam skala kecil dengan kapasitas 10% dari pabrik skala normal dan merupakan implementasi dari desain yang dibuat terdahulu. Pilot plant tidak cukup untuk skala ekonomi namun ha-nya digunakan dalam waktu tertentu untuk mendapatkan data kinerja dan operasional. 17. Pilot Project adalah layanan teknologi dalam bentuk proyek percontohan yang
dirancang sebagai pengujian atau percobaan (trial) dalam rangka untuk menunjukkan keefektifan suatu pelaksanaan program, mengetahui dampak pelaksanaan program dan keekonomisannya.
18. Rekomendasi adalah layanan teknologiberupa masukan dan atau penyampaian pandangan dalam bentuk saran secara tertulis kepada pihak yang membutuhkan atau yang menjadi tujuan hasil kerekayasaan BPPT. Kriteria dari rekomendasi yaitu adanya permasalahan yang perlu dipecahkan; tindakan-tindakan yang perlu dilakukan; alternatif-alternatif yang harus dipilih; sumber sumber daya yang harus dimanfaatkan; data dan informasi yang harus diolah untuk dimanfaatkan; serta memberikan dampak yang lebih baik (efektif dan efisien).
Istilah Dan Penjelasan Dalam Dokumen Ini
19. Advokasi adalah layanan teknologidalam bentuk saran-saran dan memberi pertim-bangan kepada mitra/pengguna tentang penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi; proaktif melakukan langkah/upaya untuk merekomen-dasikan gagasan kepada mitra/pengguna tentang penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi.
20. Alih Teknologi adalah layanan teknologi dalam bentuk pengalihan kemampuan memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi antar lembaga, badan, atau orang, baik yang berada di lingkungan dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri ke dalam negeri dan sebaliknya.
21. Konsultansi adalah layanan teknologidalam hal memberikan suatu petunjuk, pertimbangan, pendapat atau nasihat dalam penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi yang didapatkan melalui pertukaran pikiran untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang sebaik-baiknya.
22. Referensi Teknis adalah layanan teknologi dalam bentuk referensi teknis merupakan suatu hasil studi multidimensi yang sistematis tentang suatu bidang tertentuyang menjadi acuan/referensi secara umum atau khusus.
23. Jasa Operasi adalah layanan teknologi yang berupa jasa operasi berdasarkan per-mintaan dalam rangka sertifikasi dan standardisasi yang dilakukan dengan kontrak atau kerjasama atau swakelola yang mengandung nilai tambah dalam bentuk dana,
sharing budget, kerjasama kegiatan (inkind/incash) pada unit kerja yang
melaksana-kan dan dilaksanamelaksana-kan sesuai dengan perundang-undangan / peraturan yang berlaku. 24. Pengujian adalah layanan teknologi dalam bentuk pengujian berdasarkan
permin-taan dalam rangka sertifikasi dan standardisasi yang dilakukan dengan Kontrak atau Kerjasama atau swakelola yang mengandung nilai tambah dalam bentuk dana,
sharing budget, kerjasama kegiatan (inkind/incash) pada unit kerja yang
melaksana-kan dan dilaksanamelaksana-kan sesuai dengan perundang-undangan / peraturan yang berlaku. 25. Survei adalah layanan teknologi berupa pengamatan langsung di lapangan atau
observasi atau inspeksi berdasarkan permintaan dalam rangka pembuktian fakta, mendapatkan data kinerja dan operasional, dan pengujian suatu pernyataan.
BAB I Pendahuluan
BAB 1
PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (RPJPN) 2005-2025 adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional periode 20 (dua puluh) tahun ter-hitung sejak tahun 2005 sampai dengan 2025. RPJPN ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama. Diharapkan seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.
RPJPN 2005–2025 secara ekplisit memuat bahwa persaingan yang makin tinggi pada masa yang akan datangmenuntut peningkatan penguasaan dan pemanfaatan Iptek dalam rangka menuju ekonomi berbasis pengetahuan. Tantangan yang dihadapi dalam me-ningkatkan kemampuan dan penerapan Iptek nasional adalah meningkatkan kontribusi Iptek dalam memenuhi hajat hidup bangsa; menciptakan rasa aman; memenuhi kebutuh-an kesehatan dasar, energi, dan pangan; memperkuat sinergi kebijakan Iptek dengan kebi-jakan sektor lain; mengembangkan budaya Iptek di kalangan masyarakat; meningkatkan komitmen bangsa terhadap pengembangan Iptek; mengatasi degradasi fungsi lingkungan; mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam; serta meningkatkan ketersediaan dan kualitas sumber daya Iptek, baik SDM, sarana dan prasarana, maupun pembiayaan Iptek.
Kondisi penguasaan dan pemanfaatan teknologi saat ini telah mengalami
peningkatan. Meskipun demikian, kontribusi teknologi secara nasional untuk meningkat-kan daya saing bangsa dinilai masih belum memadai. Hal ini antara lain ditunjukmeningkat-kan oleh masih rendahnya sumbangan teknologi terhadap sektor produksi nasional, belum efektifnya mekanisme intermediasi, lemahnya sinergi kebijakan, belum berkembangnya budaya Iptek di masyarakat, serta terbatasnya sumber daya Iptek.
Dalam kerangka pikir diatas, maka rencana strategis TIRBR 2015-2019 ini dikembangkan.Dimana Kedeputian TIRBR merupakan salah satu kedeputian teknis Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Adapun BPPT adalah lembaga
BAB I Pendahuluan
pemerintah yang berfungsi sebagai sumber dan infrastruktur teknologi nasional yang diperlukan untuk mendorong perkembangan dan daya saing perekonomian nasional.
1.1. Kondisi Umum 1.1.1 Global
Kondisi geo-ekonomi global saat ini dan ke depan akan menjadi tantangan sekali-gus peluang bagi perekonomian Indonesia dalam lima tahun ke depan. Tantangan dan peluang terkait dengan peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi antara lain adalah:
Pusat ekonomi dunia ke depan diperkirakan akan bergeser terutama dari kawasan
Eropa-Amerika ke kawasan Asia Pasifik.
Harga komoditas secara umum diperkirakan menurun, namun harga produk
manufaktur dalam tren meningkat.
Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 yang akan dimulai tanggal 31
Desember 2015.
Kebijakan di bidang ekonomi perlu diarahkan untuk meningkatkan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada transformasi industri yang berkelanjutan, sehingga perekonomian Indonesia akan berbasis kepada nilai tambah ekonomi yang lebih tinggi. Perkiraan pelemahan harga komoditas di pasar internasional menjadi tantangan penting bagi Indonesia untuk segera menggeser struktur ekspor Indonesia ke arah produk manufaktur. Sementara itu, peningkatan jaringan rantai suplai global dan regional pun perlu dimanfaatkan oleh Indonesia melalui kebijakan kondusif, yang dapat membuka peluang yang lebih besar bagi pengusaha domestik termasuk usaha kecil dan menengah untuk berpartisipasi dan menjadi bagian dalam rantai suplai internasional.
Peningkatan daya saing perekonomian Indonesia menjadi hal utama yang perlu menjadi perhatian. Titik berat peningkatan daya saing perekonomian perlu diarahkan pada peningkatan infrastruktur dan ketersediaan energi, peningkatan iklim investasi dan iklim usaha, serta tata kelola birokrasi yang lebih efiisien. Peningkatan daya saing perekonomian ini perlu didukung oleh kebijakan pemerintah daerah yang kondusif, yang tidak menciptakan rantai ekonomi maupun ekonomi biaya tinggi. Peningkatan infrastruktur akan dititikberatkan pada upaya untuk meningkatkan konektivitas nasional,
BAB I Pendahuluan
1.1.2 Nasional
Dalam menghadapi kondisi lingkungan strategis dan berbagai tantangan tersebut di atas, Indonesia saat ini masih mengadapi berbagai kendala. Posisi dayasaing Indonesia jika diukur dengan indeks daya saing global (Global Competitiveness Index – GCI) berdasarkan laporan World Economic Forum pada tahun 2014-2015 meningkat dari peringkat 54 pada tahun 2009-2010 menjadi peringkat 34 pada tahun 2014-2015. Tetapi peringkat daya saing ini lebih rendah dibandingkan Malaysia (20), Thailand (31), Brunei Darussalam (26) seperti dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Peringkat Daya Saing Indonesia
Gambar 1.2. Skor 12 Pilar Daya Saing Indonesia 2014-2015
Peningkatan daya saing tersebut merupakan resultan dari kinerja berbagai pilar yang menjadi penopangnya, yang meliputi 12 pilar, yaitu: Institusi, Infrastruktur, Lingkungan Ekonomi Makro, Kesehatan dan Pendidikan Dasar, Pendidikan Tinggi dan Pelatihan, Efisiensi Pasar Barang, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja, Pasar Finansial, Kesiapan Teknologis, Ukuran Pasar, Kecanggihan Bisnis, dan Inovasi(Gambar 1.2).
Diantara pilar-pilar daya saing tersebut, terdapat tiga (3) pilar yang berkaitan langsung dengan daya dukung teknologi, yaitu:
1) Kesiapan Teknologi dengan indikator: Keberadaan Teknologi Terbaru, Tingkat Daya
Serap Teknologi Perusahaan, PMA dan Transfer Teknologi, Pengguna Internet, Pita Lebar Internet, Pelanggan Telpon Gerak/100 Penduduk;
BAB I Pendahuluan
2) Kecanggihan Bisnis dengan indikator: Kuantitas Pemasok Lokal, Kualitas Pemasok
Lokal, Pengembangan Klaster Negara, Sifat Keunggulan Kompetitif, Kepanjangan Rantai Nilai, Pengendalian Distribusi Internasional, Kecanggihan Proses Produksi, Keluasan Pemasaran, Kesediaan Untuk Mendelegasikan Wewenang); dan
3) Inovasi dengan indikator: Kapasitas Inovasi, Kualitas Lembaga Penelitian Ilmiah,
Belanja Litbang Perusahaan, Kolaborasi Litbang Universitas-Industri, Pengadaan Pemerintah untuk Produk Teknologi Maju, Ketersediaan Ilmuwan dan Insinyur, Utilitas Paten Per Sejuta Penduduk.
Seperti dapat dilihat pada Gambar 1.2, pilar Kesiapan Teknologi, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja dan pilar Inovasi merupakan pilar dengan nilai terendah (nilai Kesiapan Teknologi 3,6, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja 3,8 sedangkan Inovasi 3,9 dari skala 1-7) dibandingkan dengan sembilan pilar lainnya, Hal ini mencerminkan bahwa iptek belum berperan secara signifikan dalam meningkatkan daya saing Indonesia. Kemampuan teknologi secara nasional dalam penguasaan dan penerapanteknologi dinilai belum memadai untuk meningkatkan daya saing bangsa. Hal ini mengakibatkan ongkos untuk menghasilkan suatu produk menjadi mahal, serta kualitas barang serta inovasi produk yang dihasilkan sangat terbatas sehingga daya saing usaha tidak seperti yang diharapkan.
1.1.3. Pencapaian Periode 2010-2014
Pada periode 2010-2014 telah dilakukan kegiatan kerekayasaan teknologi yang hasilnya telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan masyarakat. Beberapa capaian BPPT selama periode 2010-2014 yang Kedeputian TIRBR terlibat secara aktif dan berkontribusi antaralain:
A. Capaian Peningkatan Sarana Prasarana Iptek
BPPT sebagai salah satu Lembaga Riset dibawah koordinasi Kemenristek, sejak tahun 2008 telah mempersiapkan diri untuk menjawab tantangan ke depan dengan membangun pusat-pusat riset baru maupun pengembangan pusat-pusat riset yang ada melalui progam pembangunan & revitalisasi laboratoria, melalui Program Pengembangan
BAB I Pendahuluan
dan Komunikasi serta Pusat Rekayasa Teknologi Hankam; Klaster 4 : Pusat Rekayasa Geostech (Geo Engineering Science and Technology); Klaster 5 : Pusat Rekayasa Teknologi Energi; Klaster 6 : Pusat Inovasi dan Bisnis Teknologi. Pusat Rekayasa ini melengkapi Laboratoria yang telah ada yaitu: Balai Inkubator Teknologi (BIT), Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BB-TMC), Balai Teknologi Survei Kelautan (Balai Teksurla), Balai Teknologi Pengolahan Air dan Limbah (BTPAL), Balai Bioteknologi (BBIO), Balai Jaringan Informasi dan Komunikasi (BJIK), Balai Teknologi Polimer (BTP), Balai Teknologi Bahan Bakar dan Rekayasa Desain (BTB2RD), Balai Besar Teknologi Konversi Energi (B2TKE), Balai Teknologi Termodinamika Motor dan Propulsi (BT2MP), Balai Teknologi Mesin Perkakas, Produksi dan Otomasi (BT MEPPO), Balai Besar Kekuatan Struktur (B2TKS), Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan Aeroakustika (BBTA3).
B. Capaian Kegiatan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 1) Bidang Prioritas
a) Prioritas Nasional
Prioritas 5: Program Aksi di Bidang Pangan
PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI PUPUK BERIMBANG
Pada Tahun 2012 telah diselesaikan: Pilot Project Pupuk Mineral, Pupuk Lepas lambat (SRF), Optimalisasi Pilot Project Pupuk Lepas lambat (SRF), Pilot Plant Teknologi Pupuk BCOF, dan Pilot Plant Produksi Pupuk Hayati Majemuk.
Dalam Tahun 2013 dihasilkanrekomendasi inventarisasi bahan baku industri pupuk, teknologi proses, dan peralatan industri pupuk, serta kebijakan industri pupuk nasionaluntuk mendukung program revitalisasi industri pupuk nasional. Pada Tahun 2014 dicapai peningkatan kinerja peralatan pilot project pupuk SRF-NPK di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan.Dimana secara kualitas telah dihasilkan pupuk
SRF-NPK granul yang lebih baik, dan secara kuantitas kapasitas produksi telah
mencapai10.000 ton/tahun.
Prioritas 8: Energi
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI SKALA KECIL UNTUK KEMANDIRIAN BANGSA
Kegiatan ini difokuskan pada pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) skala kecil hingga kapasitas 5 MW dengan menerapkan teknologi condensing
BAB I Pendahuluan
seperti PT. Nusantara Turbin dan Propulsi (manufaktur turbin), PT. Pindad (genera-tor), PT. Boma Bisma Indra (condenser, demister, jet ejec(genera-tor), dan lain-lain. dengan target meningkatkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) secara maksimal.
Pilot plant PLTP condensing turbine dengan kapasitas 3 MW telah dibangun di
Kamojang Jawa Barat bekerjasama dengan PT. Pertamina Geo-thermal Energy dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat, serta PT. PLN. Pilot plant PLTP
binary cycle dengan kapasitas 100 kW dibangun di lapangan panas bumi Wayang
Windu Jawa Barat bekerjasama dengan Star Energy Geothermal Ltd.Tahun 2012 diselesaikan: Prototip Komponen Turbin PLTP 3MW, Pilot Plant PLTP Binary Cycle 100 KW. Sedangkan dalam Tahun 2013 dilaksanakan: Pengujian Kinerja PLTP 3 MW, Pengujian Pilot Plant PLTP Binary Cycle 100 KW, dan Pilot Plant PLTP Binary Cycle.
b) Prioritas Nasional Lainnya
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
PESAWAT UDARA NIR AWAK UNTUK SKUADRON TNIAU
Bekerjasama dengan Balitbang Kemenhan telah dilaksanakan demo flight Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) Wulung disaksikan oleh Menteri Pertahanan dan Keamanan, Menteri Riset dan Teknologi, Kepala BPPT, Kepala Staf TNI, dan para undangan pada tanggal 11 Oktober 2012 bertempat di Landasan udara militer Halim
Perdanakusu-mah. Demo flight berhasil dilakukan sehingga Menteri Pertahanan dan Keamanan
membuat keputusan bahwa PUNA Wulung-BPPT segera digunakan untuk memperkuat skuadron Pesawat Terbang Tanpa Awak TNI AU di Kalimantan. PUNA Wulung memiliki kemampuan jangkauan sistem komunikasi sejauh 150 km secara
autonomous dengan ketinggian 10.000 kaki untuk memperkuat Skuadron UAV TNI AU
di daerah perbatasan Kalimantan.
Pengembangan prototipe PUNA tipe jangkauan jarak menengah dengan
Telemetry, Command and Control (TCC) telah dilakukan pada tahun 2012 dan 2013.
Kemudian pada tahun 2014 telah diproduksi PUNA Wulung oleh industri pertahananan nasional PT. DI sebanyak 3 (tiga) buah dan selanjutnya akan segera
BAB I Pendahuluan
1. Capaian Lainnya 1. Bidang Hankam :
KAPAL RAWA (SWAMP BOAT)
Pada tahun 2013-2014 Kedeputian TIRBR-BPPT diminta oleh Dislitbang TNI-AL
dan PT. Mega Perkasa Engineering (PT. MPE) untuk melakukan rancang bangun
dan rekayasa Kapal Rawa (swamp boat) yang mampu beroperasi sesuai dengan kebutuhan TNI-AL. Konstruksi kapal rawa yang dikembangkan adalah 100%
marine grade alumunium dengan bagian bawah lambung dilapisi dengan lembaran ultra-high molecular weight polyethylene.
KALKULATOR TEMBAK MORTIR
Dalam rangka penguasaan teknologi alutsista munisi, Kedeputian TIRBR bekerja-sama dengan Pussenif dan PT. Pindad melakukan kerekayasaan teknologi Mesin Hitung mortir yang dinamakan “KOMBAT.” KOMBAT adalah perangkat komputer
portable yang diperlukan oleh satuan penembak mortir untuk menentukan arah,
azimut dan kekuatan lontar pucuk mortir agar tepat mengenai sasaran. KOMBAT dirancang tahan cuaca dan dilengkapi perangkat lunak perhitungan balistik serta strategi tempur TNI untuk menggantikan ploating board yang merupakan alat bantu manual maupun morcos yang merupakan alat bantu elektronik penembak mortir buatan Marconi-Inggris. KOMBAT dapat melayani hingga 6 pucuk mortir sekaligus untuk beberapa target tembak sejauh hingga 7 km.
2. Bidang Transportasi
PENDAMPINGAN TRANS JAKARTA
Strategi BPPT dalam menumbuhkembangkan Industri otomotif lokal agar menjadi wahana penciptaan lapangan kerja bagi anak negeri optimaladalah dengan
IPR-based platform local special purpose vehicle. Dalam konteks ini, Kedeputian TIRBR
BPPT melakukan berbagai kegiatan rancang bangun dan rekayasa kendaraan umum massal yang akan dimanfaatkan oleh penyedia jasa transportasi dan diproduksi oleh industri nasional. Program ini telah dimulai sejak tahun 2008 dengan mengembangkan articulated high floor CNG bus untuk Trans Jakarta.
BAB I Pendahuluan
KONEKTIVITAS DAN LOGISTIK
Kedeputian TIRBR BPPT bersama dengan KemenPU, KemenHub, Pemprov dan Kabupaten/Kota terkait, perguruan tinggi serta industri dalam negeri melakukan rekayasa sistem tranportasi konektivitas Koridor Sumatera – Jawa yang mengacu pada konsep memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara global. Khususnya dalam mendukung rencana pengembangan Kawasan Strategis dan Infastruktur Selat Sunda.
KONEKTIVITAS KORIDOR SUMATERA
Kedeputian TIRBR BPPT melakukan kajian mikro keberadaan pelabuhan Teluk Nibung yang merupakan pelabuhan pengumpan sentra strategis perdagangan antar daerah/pulau, pusat distribusi dan pemasaran berbagai macam barang.Output kajian ini telah dimanfaatkan untuk merevitalisasi keberadaan Pelabuhan Teluk Nibung sebagai masukan pengembangan Renstra Kota Tanjungbalai. Ruang lingkup kegiatan ini juga mencakup kajian dinamika pantai berupa uji model fisik dermaga untuk mengetahui pola sedimentasi dan scouring di sekitar dermaga yang disebabkan gelombang dan arus yang uji simulasinya dilakukan di BPDP.
AUTOMATIC CONTAINER TRANSPORTER (ACT)
Pada tahun 2013 Kedeputian TIRBR-BPPT memberikan advisory terhadap program pembangunan ACTbersama dengan konsorsium monorail BUMN dimana PT. Pelindo 3 (Persero) sebagai mitra. ACT adalah moda transpotasi angkutan kontainer berbasis teknologi monorail, yang teknologi boogie-nya telah dikem-bangkan BBPT sejak tahun 2006. Implementasi ACT di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya yang menghubungkan Prapat Kurung dan Pelabuhan Teluk Lamong.
POLASPASIAL KONEKTIVITAS DAN INFRASTRUKTUR PANTAI TELUK SEMARANG
Upaya peningkatan konektivitas di Pulau Jawa dalam mendukung mobilitas penduduk dan kegiatan ekonomi dapat dilakukan dengan menyediakan jaringan layanan logistik dan prasarana transportasi yang memadai.Dalam pengembangan wilayah, pada tahun 2014, Kedeputian TIRBR-BPPT bekerjasama dengan Pemprov
BAB I Pendahuluan
SISTEM LOGISTIK NASIONAL
Dalam rangka menyiapkan sistem logistik Batubara, pada tahun 2013, Kedeputian TIRBR-BPPT melakukan kajian kelayakan lokasi dermaga dan alur navigasi untuk distribusi logistik batubara PT. PLN Batubara.Sejalan dengan penyusunan konsep konektivitas sistem transportasi, Kedeputian TIRBR membuat rancangan rinci infrastruktur transportasi pelabuhan yang terdiri dari wharf atau pier untuk tambat 2 (dua) buah kapal tongkang LNG dengan panjang masing-masing 300 feet dan mooring jetty.
3. Bidang Basis manufaktur
PENDAMPINGAN PEMBANGUNAN PABRIK GULA TERPADU GLENMORE
Kedeputian TIRBR melalui PTIM sebagai koordinator bersama PTIP & MEPPO memberikan jasa pendampingan off farm kepada PTPN XII dalam pembangunan pabrik gula Glenmore kapasitas awal 6.000 Ton Tebu perhari (TTH) expandable to 8.000 TTH yang berbasis defecation re-melt carbona-tion technology. Kegiatan yang dilakukan BPPT meliputi pembuatan Process Flow Diagram (PFD), P&ID,
Front End Engineering Design (FEED) sebagai rekomendasi teknis pada proses
tender EPC, FASOS & FASUM. Capaian utama keterlibatan BPPT adalah telah dimanfaatkannya rekomendasi teknologi rancang bangun dan rekayasa Pabrik Gula sehingga seluruh konsultan dan kontraktor pembangunan PG Glenmore dilaksanakan oleh industri permesinan dalam negeri.
PERINTISAN INDUSTRI TURBIN NASIONAL
BPPT telah menjalin kerjasama dengan KemenPerin dan PT NTP sejak 2005 dalam pengembangan turbin uap skala kecil.Dukungan diberikan BPPT agar NTP mampu menjadi turbine manufacturer. Pengembangan turbin dilakukan dengan metode
reverse engineering dan proses produksi menggunakan sistem cluster yang
meli-batkan industri scanning (Henindo),casting (Barata, Pindad, Metinca, Itokoh),
forging (Texmaco), fabrikasi (Baja Pratama), pemesinan CNC (Cipta Engineering,
Prabu Dimuntur, Cipta Sinergi), pemipaan (TOP-F), heat exchanger (PT Silas). Jenis turbin yang dikembangkan adalah: turbin single stage back pressure 450 HP untuk industri agro, turbin multistage back pressure 2 MW dan 4 MW untuk industri agro, turbin multistage condensing 3 MW untuk PLTP, turbin
BAB I Pendahuluan
PENDAMPINGAN PEMBANGUNAN PUPUK KALTIM5
Pada Pembangunan Pabrik Pupuk Kaltim 5 kapasitas 2500 mtpd ammonia and 3500 mtpd urea, BPPT melaksanakan pendampingan teknis dengan ruang lingkup Kaltim-5 Project, coal boiler, Kaltim Pasifik Ammonia, Proyek Perluasan Kaltim dan review vendor list.
DISAIN PROSES PABRIK PUPUK KISERIT
Untuk mengimplementasikan hasil penelitian awal dalam teknologi produksi kiserit makatekMIRA Kementerian ESDM bekerjasama dengan BPPT telah dilakukan desain proses pembuatan Kiserit dari Mineral Dolomit sebagai perhitungan awal atau “Basic Design” yang akan menjadi acuan untuk pembuatan
Detail Engineering Design (DED) yang siap untuk pembangunan Pabrik Kiserit
kapasitas produksi 10.000 ton/tahun.
SILENT GENSET
Kedeputian TIRBR bekerjasama dengan industri lokal menghasilkan inovasi
enclosure genset pada tahun 2013 yang mampu meredam tingkat kebisingan gensetdiesel 20 KVA hingga di bawah 65 dB pada kondisi tanpa beban hingga
beban penuh (kategori super silent). Inovasi ini sepenuhnya hasil karya dalam negeri, sehingga mengurangi ketergantungan kita pada impor.
1.1.4.Ekspektasi Pemangku Kepentingan dan Pelanggan
Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas pokok BPPT harus ditinjau dari beberapa perspektif seperti ditampilkan pada tabel di bawah :
Tabel 1.1 Ekspektasi Pemangku Kepentingan dan Pelanggan
Pemangku Kepentingan Lembaga Ekspektasi/Perspektif 1. Lembaga Pemerintah
Pihak-pihak yang berkepentingan atau memiliki harapan terhadap perkembangan kinerja dan
Presiden dan Kabinet
Kontribusinya terhadap perkembangan ekonomi untuk meningkatkan daya saing dan kemandirian
BAB I Pendahuluan
Pemangku Kepentingan Lembaga Ekspektasi/Perspektif
a. Pelanggan/Customer Pihak yang menggunakan produk dan pelayan BPPT
Industri Ketersediaan sumber daya
teknologi untuk melakukan inovasi, pendalaman proses pertambahan nilai, dan pem-baruan proses produksi utk meningkatkan keuntungan. Pemerintah ketersediaan sumber daya
teknologi/ rekomendasi kebijakan untuk meningkat-kan pelayanan publik b. Aliansi
Lembaga yang bekerjasama dengan BPPT sebagai partner yang mempunyai tujuan, sasar-an dsasar-an interes bersama
Lembaga, Litbangyasa , Perguruan Tinggi Efektivitas melakukan pembaruan ilmu
pengetahuan dan teknologi
3. Masyarakat DPR,
Masyarakat Umum
Keluaran dan produk BPPT dapat dimanfaatkan secara luas, meningkatkan kualitas hidup, lingkungan dan
ekonomi secara keseluruhan.
1.2. Potensi dan Permasalahan
Identifikasi potensi dan permasalahan Kedeputian TIRBR dilakukan untuk menganalisis permasalahan, tantangan, peluang, kelemahan dan potensi yang akan dihadapi dalam rangka melaksanakan penugasan yang diamanatkan RPJMN 2015-2019.
1.2.1. Potensi
Potensi Kedeputian TIRBRyang meliputi sumberdaya manusia, fasilitas sarana dan prasarana setelah reorganisasi meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Kedeputian TIRBR mempunyai sumber daya manusia (SDM) per 1 April 2016 secara
keseluruhan berjumlah 671 orang dengan komposisi berdasarkan tingkat pendidikan dan unit kerjanya dapat dilihat di Tabel 1.2. Untuk tingkat Doktoral sebanyak 51
BAB I Pendahuluan
orang, Master berjumlah 161 orang, Sarjana berjumlah 351 orang dan S0 berjumlah 111 orang.
Tabel 1.2: Distribusi Jumlah SDM TIRBR berdasarkan Tingkat Pendidikan
pada masing-masing Unit Kerja per 1 April 2016
No. UNIT KERJA JUMLAH PERSONIL (orang)
S3 S2 S1 S0 JUMLAH 1. PTRIM 10 23 11 1 45 2. PTIP 4 12 25 5 46 3. PTIPK 9 9 39 5 62 4. PTSPT 4 20 24 3 51 5. B2TKS 10 39 72 29 150 6. B2TA3 3 11 47 13 74 7. BT2MP 6 20 31 11 68 8. BTH 4 14 49 22 89 9. BTIPDP 3 5 19 16 43 10. BTMEPPO - 5 32 6 43 JUMLAH 51 161 351 111 674
Selanjutnya distribusi SDM TIRBR berdasarkan Jabatan Fungsional dapat dilihat pada Tabel 1.3. Prosentase pegawai TIRBR dengan jabatan fungsional Perekayasa adalah 60%, kemudian Peneliti sekitar 6%, Teknisi Litkayasa sebesar 8% dan Fungsional lainnya seperti Arsiparis, Pranata Humas, Perencana dan Analisis Kepegawaian memiliki proporsi 2%.
Tabel 1.3: Distribusi Jumlah SDM TIRBR berdasarkan Jabatan Fungsional
pada masing-masing Unit Kerja per 1 April 2016
No. UNIT KERJA
JUMLAH PERSONIL (orang)
Peneliti Perekayasa Litkayasa Fungsional
Lainnya JFU 1. PTRIM 5 36 1 1 2 2. PTIP - 37 - 1 8 3. PTIPK 1 42 1 - 18 4. PTSPT 2 37 1 2 9 5. B2TKS 18 70 11 6 44 6. B2TA3 3 38 9 1 23 7. BT2MP 9 32 11 1 15
BAB I Pendahuluan
Infrastruktur kedeputian TIRBR dalam menunjang kegiatannya yang berada di bawah Unit Pusat adalah Laboratoria Delphi, Hankam, Proses serta fasilitas Desain dan Komputasi (Desain Institut Indonesia). Selanjutnya didukung pula oleh fasilitas labo-ratoria yang dikelola 6 (enam) Unit Pelaksana Teknis yang berada di Kawasan Puspiptek – Serpong, di Surabaya, dan di Yogyakarta sebagai berikut: Balai Besar Tek-nologi Kekuatan Struktur, Balai Besar TekTek-nologi Aerodinamika, Aeroelastika, Aeroakustika, Balai Teknologi Hidrodinamika, Balai Teknologi Termodinamika Motor dan Propulsi, Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai, serta Balai Teknologi Mesin Perkakas Produksi dan Otomasi.
3) Kegiatan kedeputian TIRBR menggunakan Sistem Tata Kerja Kerekayasaan (STKK)
secara menyeluruh yang bercirikan kerja tim (team work), terstruktur (well
structured)dan terdokumentasi (well documented) yang dilandasi dengan
implementasi Sistem Inovasi.
4) Kedeputian TIRBR memiliki jaringan (networking) yang luas
Kemitraan Kedeputian TIRBR dalam kegiatan industri dan swasta serta masyarakat tercermin dari kegiatan kerjasama/MoU pengkajian dan penerapan teknologi industri antara Kedeputian Bidang TIRBR dengan Pemerintah Pusat dan Daerah, Swasta, BUMN, Industri, Universitas dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian/LPNK.
1.2.2. Permasalahan
Identifikasi permasalahan di kedeputian TIRBR berdasarkan pelaksanaan Peraturan Presiden Republik IndonesiaNomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) ditemukan beberapa aspek strategis dan permasalahan utama antara lain :
o Bidang Teknologi Industri Hankam: kelemahan yang terlihat adalah masih kurangnya produk alpalhankam yang dapat diserap oleh TNI sebagai pengguna, yang kebanyakan belum memenuhi opsreq TNI sehingga tidak dapat dilakukan proses pengadaan di dalam negeri. Hal ini disebabkan karena lemahnya penguasaan teknologi pada proses pengembangan produk alpalhankam dan kompetensi SDM, di samping belum lengkapnya sarana prasarana laboratoria yang mendukung kegiatan pengembangan tersebut, secara umum hasil teknologi produk alpalhankam industri nasional masih dalam tingkat technology readyness level (TRL) yang masih rendah .
Kelemahan tersebut dapat merupakan potensi bagi TIRBR untuk dapat berkontribusi dalam memecahkan permasalahan nasional terutama didukung oleh
BAB I Pendahuluan
terbitnya UU no 16 tahun 2012 tentang industri pertahanan yang memberikan peluang besar pada kemandirian industri pertahanan. Pada Perpres no 2 tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019, pemerintah menepati komitmentnya terhadap isi UU no 16 tahun2012 tersebut dengan memberikan dukungan anggaran pengembangan terhadap program prioritas industri pertahanan yang jumlahnya 7 produk strategis seperti Pengembangan Jet Tempur KFx-IFx, Pembangunan Kapal selam, Industri
propelan, pengembangan roket nasional, pengembangan rudal nasional,
pengembangan radar nasional, pengembangan tank sedang dan berat seperti tertuang dalam lampiran perpres tsb diatas. Di sisi lain dari anggaran belanja pengadaan alpalhankam, pemerintah menyediakan alokasi dana cukup besar untuk pengadaan produk alpalhankam dalam negeri (PDN). Alokasi PDN inilah yang mendorong percepatan pengembangan produk alpalhankam prioritas agar pada kurun 5 tahun ini dapat diproduksi dan memenuhi opsreq user TNI.
Bidang Teknologi Industri Transportasi: perkembangan wilayah dan
peningkatan interaksi antar kota-kota di Jawa dan Sumatera dan Indonesia pada umumnya sebagai turunan kegiatan ekonomi mengakibatkan makin tingginya volume lalu lintas pada jalan-jalan primer (provinsi dan nasional). Tingginya beban jalur Pantura Jawa yang ditandai dengan banyaknya titik-titik kemacetan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi yang pada gilirannya akan memperlemah daya saing produk. Rendahnya tingkat penggunaan jalur rel untuk angkutan barang merupakan bukti belum optimalnya pemanfaatan prasarana transportasi. Pemanfaatan jalur rel diperkirakan akan mengurangi biaya transport (utamanya jarak jauh – Surabaya – Semarang – Cierebon – Jakarta) dan mengurangi beban jaringan jalan seperti Pantura.
Kereta api merupakan moda transportasi primadona yang akan terus bertambah menjadi tulang punggung sistem transportasi nasional yang aman, selamat, nyaman, tepat waktu dan efisien. Namun demikian, permasalahan utama dalam transportasi darat khususnya kereta api adalah keselamatan. Hasil laporan Kementerian Perhubungan menunjukkan bahwa hampir 66% kecelakaan kereta api disebabkan
BAB I Pendahuluan
o Bidang Teknologi Industri Permesinan, Neraca ekspor-impor barang modal
pada tahun 2013 menunjukkan defisit yang cukup besar seperti terlihat pada Tabel
1.3.
Tabel 1.3. Neraca Ekspor-Impor Barang Modal Tahun 2014
2014
No Sektor Ekspor Impor
1 Alat Berat 749,405,048 2,342,426,253
2 Peralatan Konstruksi 18,231,359 766,035,269
3 Alat Mesin Pertanian 12,544,541 109,494,382
4 Peralatan Energi 95,903,462 1,659,358,385
5 Peralatan Pabrik 467,872,330 3,556,019,315
6 Peralatan Listrik 684,434,642 902,084,344
Sumber: Kemenperin, 2016.
Jumlah impor barang modal dan kendaraan bermotor dalam jumlah sangat besar merupakan kesempatan sekaligus tantangan bagi industri permesinan. Upaya merebut pangsa pasar barang modal dan kendaraan bermotor dengan substitusi impor perlu didukung oleh kesiapan teknologi & SDM, penyiapan industri manufaktur peralatan barang modal dan alat angkut, penyiapan rantai pasok industri, penyiapan industri komponen pengganti (spare parts), penyiapan jasa purna jual serta dukungan jasa keuangan dalam membiayai seluruh aktifitas industri terkait.
Beberapa produk industri permesinan seperti turbin uap, motor listrik, pompa, smelter, mesin perkakas CNC, motor bakar (engine), kendaraan angkutan masih memerlukan dukungan kesiapan desain & engineering produk tersebut.Beberapa industri DN sudah memiliki kemampuan produksi tetapi penguasaan teknologi produksi untuk produk dengan kompleksitas dan presisi tinggi masih perlu
ditingkatkan.Untuk itu, program di bidang teknologi permesinan
ditujukan/difokuskan pada inovasi design & engineering, peningkatan
kemampuan/penguasaan teknologi produksi dan dukungan/layanan dalam meningkatkan kemampuan industri permesinan dalam negeri.
Bidang Teknologi Rekayasa Industri MARITIM. Untuk mewujudkan Indoneisa sebagai poros maritim dunia, peningkatan kesiapan industri perkapalan
BAB I Pendahuluan
global belum mampu bersaing karena tidak adanya standard dalam pembuatan kapal baru, kandungan komponen impor yang mencapai 70% dan fasilitas peralatan galangan untuk perawatan kapal yang obsolete. Biaya pembuatan kapal yang mahal di Indonesia membuat perusahaan pelayaran nasional lebih memilih untuk memesan kapal baru atau membeli kapal bekas dari luar negeri. Kebijakan pemerintah telah diupayakan melalui Pemberlakuan Inpres 5 Tahun 2005, yang dikenal dengan pemberlakuan asas cabotage. Regulasi lainnya adalah PP 69 th 2015, yang diikuti dengan Kepmen KEU no. 93 Th. 2015 yang di antaranya mengatur perihal tax allowance untuk impor komponen bangunan kapal. Namun semua kebijakan tersebut belum dapat berjalan secara optimal. Selanjutnya, Bappenas merencanakan pembangunan sektor kepelabuhanan sebagai dukungan untuk mempersiapkan pembangunan pelabuhan internasional yang berkapasitas besar dan modern untuk ekspor berbagai komoditas dan berfungsi juga sebagai International Seaport-Hub. Perencanaan lainnya adalah Peningkatan kedalaman perairan pelabuhan hub minimal – 12 m, Peningkatan kedalaman perairan pelabuhan feeder minimal – 7 m, Peningkatan fasilitas dan peralatan pelabuhan utama (hub dan feeder Tol Laut), Revitalisasi pelabuhan pelayaran rakyat di Indonesia. Berdasarkan kondisi tersebut diatas, Kedeputian TIRBR memfokuskan program pengkajian teknologi maritimnya pada Inovasi dan layanan Teknologi Infrastruktur Kepelabuhanan dan Industri Perkapalan melalui penyediaan desain standard kapal 100 TEU’s serta desain infrastruktur pelabuhan untuk Mendukung program Poros Maritim.
BAB II Tujuan dan Sasaran Program
BAB 2
TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM
Kedeputian bidang TIRBR berdasarkan Perka BPPT no.009 Tahun 2015 mempunyai tugas pokok Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi industri rancang bangun dan rekayasa. Adapun fungsinya adalah melaksanakan perumusan kebijakan teknis pelaksanaan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi industri rancang bangun dan rekayasa, pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang pengkajian dan penerapan teknologi industri rancang bangun dan rekayasa dan pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala.
Selanjutnya Renstra revisi TIRBR mengacu kepada Visi BPPT yaitu Pusat Unggulan Teknologi yang Mengutamakan Inovasi dan Layanan Teknologi untuk Meningkatkan Daya Saing Industri dan Kemandirian Bangsa, serta melaksanakan Misi ke lima BPPT yaitu Melaksanakan pengkajian & penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi & layanan teknologi dibidang teknologi industri rancang bangun dan rekayasa.
2.1 Tujuan
Berdasarkan TUPOKSINANG dan dengan mempertimbangkan perubahan konstelasi lingkungan strategis sebagaimana telah dijelaskan pada Bab sebelumnya, serta mengacu pada Visi dan Misi BPPT, maka ditetapkan tujuan program Kedeputian TIRBR BPPT periode RPJMN 2015-2019 sebagai berikut:
Meningkatkan inovasi dan layanan teknologi dalam mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa
Tujuan ini dijabarkan melalui sasaran strategis dengan indikator yang terukur. Sasaran strategis TIRBR 2015-2019 di jabarkan dalam dua hal pokok yaitu:
1. Terwujudnya inovasi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa.
2. Terwujudnya peningkatkan layanan teknologi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa.
BAB II Tujuan dan Sasaran Program
2.2 Sasaran Program
Sasaran Program Kedeputian TIRBR BPPT Tahun 2015-2019 merupakan penjabaran lebih detail dari Tujuan TIRBR BPPT dengan indikator dan target yang terukur. Sasaran Program dan indikator kinerja programnya adalah sebagai berikut :
Terwujudnya inovasi di bidang Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR)
untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa dengan Indikator Kinerja Programnya adalah sebagai berikut:
1. Jumlah Inovasi yang dihasilkan di bidang TIRBR.
2. Jumlah Rekomendasi yang dimanfaatkan di bidang TIRBR
Terwujudnya Terwujudnya layanan teknologi di bidang Rancang Bangun dan
Rekayasa (TIRBR) untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa dengan Indikator Kinerja Programnya adalah sebagai berikut:
1. Jumlah Layanan teknologi 2. Indeks Kepuasan Masyarakat
BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan
BAB 3
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI,
KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN
Dalam rangka mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, maka dalam RPJMN 2015-2019 telah dirumuskan 9 (sembilan) agenda prioritas dalam pemerintahan ke depan, disebut NAWA CITA. Dari 9 Agenda Prioritas tersebut yang terkait dengan program di Kedeputian TIRBR adalah:
Nawacita 1: Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.
Nawacita 3: Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat
daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan.
Nawacita 6: Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
Nawacita 7: Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan
sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
Berdasarkan sasaran pokok Pembangunan Nasional yang sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, serta arah kebijakan umum pembangunan nasional 2015-2019 maka yang menjadi sasaran pembangunan Iptek adalah meningkatnya kapasitas iptek yang di jabarkan sebagai berikut:
1. Meningkatnya hasil penyelenggaraan penelitian, pengembangan dan penerapan
iptek yang mendukung: daya saing sektor produksi barang dan jasa; keberlanjutan dan pemanfaatan sumber daya alam; serta penyiapan masyarakat Indonesia menyongsong kehidupan global.
2. Meningkatnya dukungan bagi kegiatan iptek termasuk penyediaan SDM, sarana
prasarana, kelembagaan, dan jaringan.
3. Terbangunnya 100 Techno Park di kabupaten/kota, dan Science Park di setiap
BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan
3.1. Arah Kebijakan dan Strategi BPPT
Dalam upaya mewujudkan visi dan misi serta pencapaian sasaran strategis BPPT untuk mendukung arah kebijakan dan strategi nasional, arah kebijakan BPPT pada tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pengkajian dan penerapan teknologi melalui inovasi dan layanan teknologi untuk mendukung peningkatan daya saing industri melalui :
1) Penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi
dalam bidang teknologi: energi, informasi, elektronika, material, transportasi, maritim, hankam, permesinan, industri kimia, pangan dan pertanian, sistim inovasi untuk pembangunan taman tekno dan sains, dan inkubasi teknologi.
2) Melakukan peningkatan dukungan bagi pelaksanaan pengkajian dan
penerapan melalui dukungan infrastruktur labratorium
3) Berkontribusi dalam pembangunan dan pengembangan Taman
Tekno dan Taman Sains.
b. Mendukung kemandirian bangsa melalui:
Penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi dalam bidang teknologi:obat dan kesehatan, teknologi sumber daya alam dan kelautan, lingkungan dan kebencanaan.
c. Meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung
inovasi dan layanan teknologi
Strategi pelaksanaan dari arah kebijakan tersebut diatas dilakukan melalui: a. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi melalui 3 (tiga)
program utama yaitu:
BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan
b. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi melalui
pembidangan teknologi yang ada di BPPT
c. Melaksanakan kegiatan dengan pemanfaatan Sistem Inovasi Nasional
d. Melaksanakan kegiatan dengan sistem tata kerja kerekayasaan (STTK)
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, maka BPPT merumuskan Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu 2015-2019 kedepan, seperti di tunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS)
TUJUAN SASARAN STRATEGIS IKSS
T1 Meningkatkan inovasi dan layanan teknologi dalam mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa SS1 Terwujudnya inovasi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa
IKSS1 Jumlah Inovasi yang dihasilkan
IKSS2 Jumlah Rekomendasi yang dimanfaatkan
SS2 Terwujudnya layanan teknologi untuk
mendukung peningkatan daya saing dan
kemandirian bangsa
IKSS 3 Jumlah Layanan Teknologi IKSS 4 Indeks Kepuasan
Masyarakat
T2 Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi dan layanan teknologi SS3 Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, akuntabel dan berkinerja tinggi
IKSS5 Indeks Reformasi Birokrasi
IKSS 6 Opini penilaian laporan keuangan oleh BPK
IKSS 7 Nilai evaluasi
akuntabilitas kinerja
3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Kedeputian TIRBR
Dalam upaya mewujudkan visi dan misi serta pencapaian sasaran strategis Kedeputian TIRBR BPPT, serta mengacu revisi Renstra BPPT dan kebijakan BPPT bahwa Kedeputian TIRBR mengkoordinasikan program 4 (empat) bidang teknologi yaitu: Industri Maritim, Sarana dan Prasarana Transportasi, permesinan dan
BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan
adalah Mendukung peningkatan daya saing industri dan kemandirian bangsa
melalui penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi dalam bidang teknologi Maritim, Transportasi, Permesinan dan Hankam.
Strategi Pelaksanaan Program Kedeputian TIRBR 2015-2019 adalah :
Program merupakan bagian dari program pembangunan nasional yang
dilaksana-kan secara sinergi komplementari bersama mitra dalam sistem inovasi nasional
Dilaksanakan dengan sistem tatakerja kerekayasaan secara konsisten
Melibatkan seluruh potensi sumberdaya di BPPT secara lintas unit dan lintas
kedeputian secara matriks
Berdasarkan kepada strategi diatas, program didefinisikan sebagai KUMPULAN
KEGIATAN YANG TERINTEGRASI UNTUK MENCAPAI DAYA SAING INDUSTRI DAN KEMANDIRIAN BANGSA SECARA HOLISTIK SERTA DILAKSANAKAN SECARA SINERGI KOMPLEMENTARI OLEH SELURUH POTENSI BANGSA DALAM SUATU SISTEM INOVASI.Selanjutnya sesuai hasil analisa kebutuhan, maka
terdapat empat bidang kegiatan di TIRBR yaitu:
Bidang Teknologi Industri Hankam:
1. Inovasi dan layanan teknologi Drone 2. Inovasi dan layanan teknologi Rudal.
3. Inovasi dan layanan teknologi Kapal Cepat Rudal 4. Inovasi dan layanan teknologi Kapal Selam.
Bidang Teknologi SistemSarana dan PrasaranaTransportasi:
1. Inovasi dan layanan teknologi Sistem Transportasi.
2. Inovasi dan layanan teknologi Inovasi Teknologi Moda dan Prasarana Transportasi Darat
Bidang Teknologi Industri Permesinan:
1. Inovasi dan layanan teknologiPeralatan Pabrik.
2. Inovasi dan layanan teknologi Mesin Perkakas dan Tooling System.
Bidang Teknologi Industri Rekayasa Maritim:
1. Inovasi dan layanan teknologi Infrastruktur Kepelabuhanan. 2. Inovasi dan layanan teknologi Industri Perkapalan.
BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan
Gambar 3.1. Alur Penentuan Program PPT di Kedeputian TIRBR
Kegiatan utama tersebut ditentukan mengikuti alur seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1. Program Lembaga BPPT berupa Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT) menghasilkan luaran dalam bentuk impact atau benefit, khususnya tetapi tidak terbatas pada fokus kegiatan yang tencantum dalam buku 1 RPPJMN 2015-2019. Impact/benefit tersebut merupakan hasil dari outcomes kedeputian (program Eselon 1), seperti yang termaktub dalam Buku 1 RPJMN, Buku 2 dan lampirannya.
1.3. Kerangka Kelembagaan
Kerangka Kelembagaan BPPT (struktur organisasi, ketatalaksanaan dan pengelolaan SDM) yang digunakan untuk melaksanakan Rencana Strategis BPPT 2015-2019 mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Meningkatkan keterkaitan dan koordinasi pelaksanaan bidang-bidang
pembangunan yang terdapat dalam RPJMN 2015-2019, sesuai dengan fungsi dan visi/misi BPPT;
2) Mempertajam arah kebijakan dan strategi BPPT sesuai dengan kapasitas organisasi dan dukungan sumber daya BPPT;
BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan
3) Membangun struktur organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran, menghindari duplikasi fungsi dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi BPPT dalam melaksanakan program-program pembangunan nasional;
4) Memperjelas ketatalaksanaan dan meningkatkan profesionalitas SDM BPPT.
Struktur organisasi BPPT merupakan kerangka dalam pola tetap hubungan diantara fungsi-fungsi, unit-unit, atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam satu organisasi BPPT. Struktur organisasi BPPT mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1) Spesialisasi kegiatan, yaitu berkenaan dengan spesifikasi tugas-tugas dalam organisasi BPPT;
2) Standardisasi kegiatan, yaitu prosedur-prosedur yang digunakan untuk menjamin terlaksananya kegiatan yang telah direncanakan;
3) Koordinasi kegiatan, yaitu menunjukkan prosedur-prosedur yang
mengintegrasikan fungsi-fungsi satuan kerja dalam organisasi BPPT;
4) Sentralisasi dan desentralisasi pengambilan keputusan yang menunjukkan lokasi (letak) kekuasaan pembuatan keputusan;
5) Ukuran satuan kerja yang menunjukkan level eselonisasi suatu unit kerja.
Struktur organisasi BPPT berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor : 009 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi ditunjukkan pada Gambar 3.2
BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan
Gambar 3.2. Bagan Organisasi BPPT Sesuai Perka BPPT Nomor 009 Tahun 2015
Dalam Perka BPPT No. 009 Tahun 2015 tersebut, KedeputianTIRBR terdiri atas 4 (empat) pusat yaitu:
1. PUSAT TEKNOLOGI INDUSTRI PERTAHANAN DAN KEAMANAN (PTIPK) dengan tugas
melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi industri pertahanan dan keamanan dan fungsinya adalah :
a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat peralatan pertahanan dan keamanan matra udara;
b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat peralatan pertahanan dan keamanan matra laut;
c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat peralatan pertahanan dan keamanan matra darat;
d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi industri pertahanan dan keamanan; dan
e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program, dan anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan Keamanan.
2. PUSAT TEKNOLOGI INDUSTRI PERMESINAN (PTIP) dengan tugas melaksanakan
BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan
a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi mesin penggerak dan peralatan sistem produksi;
b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat peralatan konstruksi dan pertambangan;
c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi mesin dan alat peralatan kelistrikan;
d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi industri permesinan; dan
e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Industri Permesinan.
3. PUSAT TEKNOLOGI SISTEM DAN PRASANANA TRANSPORTASI (PTSPT) dengan tugas
melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi sistem dan sarana transportasi dengan fungsinya adalah :
a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi sistem transportasi; b.pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi prasarana
transportasi darat;
c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi moda sarana transportasi darat.
d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi sistem dan prasarana transportasi darat; dan
e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Sistem dan Prasarana Transportasi.
3. PUSAT TEKNOLOGI REKAYASA INDUSTRI MARITIM (PTRIM) dengan tugas melaksanakan
pengkajian dan penerapan teknologi dibidang teknologi rekayasa industri maritim dengan fungsinya adalah :
a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi rekayasa industri kapal niaga;
b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi bangunan lepas pantai;
c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi infrastruktur galangan dan pelabuhan;
d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi rekayasa industri maritim; dan e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan anggaran di