• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci : Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD, Aktivitas dan Hasil Belajar siswa. *) Dosen Pembimbing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata Kunci : Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD, Aktivitas dan Hasil Belajar siswa. *) Dosen Pembimbing"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) BERBANTUAN MEDIA

KOMPUTER DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X.2 PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

SMA NEGERI 1 TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh :

Ni Putu Sinta Arjani

Made Suryadi, I Nyoman Suditha *)

Jurusan Pendidikan Geografi Undiksha, Jalan Udayana Kampus Temgah Undiksha e-mail : sintahana@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Tegallalang pada mata pelajaran geografi. Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Subjek penelitian adalah siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Tegallalang yang berjumlah 38 orang. Dalam analisis data menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Data aktivitas belajar siswa menggunakan metode observasi dan data hasil belajar siswa menggunakan metode tes. Hasil dari penelitian adalah adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II. Aktivitas belajar siklus I adalah 73,15% dan siklus II adalah 81,57%. Dari data tersebut aktivitas siswa meningkat sebesar 8,42 %. Hasil belajar siswa siklus I sebesar 76,31 % dan siklus II 80,737 %. Dari data hasil belajar siswa meningkat sebesar 4,421 %. Jadi, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran geografi kelas X.2 SMA Negeri 1 Tegallalang dapat diterapkan.

ABSTRACT

The research is done with the purpose of raising students activity and learning result of geography course in grade X.2 in Tegallalang 1 high school. This Classroom action research use the model of learning cooperative type STAD. The subject of research is grade X.2 student’s in Tegallalang 1 high school around 38 student’s people. In the data of analysis used of descriptive quantitative technique analysis. The activity of data was used of observation method and the learning result was used of test method. The result of the research is the impovement of student activity and learning result from cycle I and cycle II. The student’s activity of learning cycle I is 73,15% with criterion “active enough” and cycle II is 81,57% with criterion “active”. Of the activity of learning increased by 8,42%. The student’s learning of result cycle I is 76,31% with criterion “active enough”and cycle II is 80,737% and with criterion “active”. Of the learning result increased by 4,421%. The implementation of a model of learning cooperative type STAD result of geography course in grade X.2 in Tegallalang 1 high school can be applied.

Kata Kunci : Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD, Aktivitas dan Hasil Belajar siswa.

(2)

PENDAHULUAN

Dewasa ini pendidikan merupakan “usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan” (Sahertian, 2000:1). Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam menciptakan SDM (sumber daya manusia) yang berkualitas. Peranan pendidikan inilah yang akan dapat memajukan bangsa dan negara, maka dari itu pendidikan sangat perlu dilaksanakan dan perlu ditekankan kesadaran manusia akan pentingnya suatu pendidikan tersebut. Hal ini sangat perlu dilaksanakan demi tercapainya tujuan pendidikan.

Keberhasilan belajar siswa tidak terlepas dari strategi belajar mengajar yang digunakan oleh guru untuk memotivasi siswa agar aktif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Strategi belajar mengajar ini berupa teknik penyajian pelajaran yang digunakan dalam penyampaian materi pelajaran oleh guru. Dimana “Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur” (Roestiyah, 1998:1).

Umumnya proses belajar yang sekarang ini terjadi kurang dapat menarik minat siswa untuk mengikuti pelajaran dengan baik. Sehingga tujuan pendidikan yaitu untuk menciptakan SDM (sumber daya manusia) yang berkualitas sehingga berguna untuk bangsa dan negara, sulit untuk dapat tercapai.

Pada saat ini, penggunaan media pembelajaran dapat juga berupa teknologi, bukanlah hal yang tidak biasa. Teknologi sudah hal yang sangat umum digunakan dalam berbagai kegiatan, salah satunya yaitu proses belajar-mengajar. Dimana penggunaan media pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams

Achievement Division) berbantuan media komputer dalam proses belajar mengajar

dapat menarik minat siswa untuk lebih memperhatikan materi pelajaran, karena dalam komputer dapat berisi gambar-gambar, dan materi yang akan disampaikan oleh guru. Ketertarikan siswa inilah yang dapat menimbulkan peningkatan motivasi belajar siswa dan membuat aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat.

(3)

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana Aktivitas Belajar Siswa X.2 dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) berbantuan Media komputer, (2) Bagaimana Hasil Belajar Siswa X.2 dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) berbantuan Media komputer

Terkait dengan hakikat belajar Djamarah & Zain (2006:44) menyatakan bahwa “belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar”. Dalam belajar perlu adanya suatu interaksi, menurut Ibrahim dan Syaodih (2003:31) dalam suatu interaksi belajar “Interaksi ini bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru, tetapi antara siswa dengan sumber (yaitu orang yang bisa memberi informasi), antara siswa dengan siswa lain, dan dengan media pelajaran”.

Mengenai hasil belajar Sudjana (2005:40-41) berpendapat bahwa “makin tinggi kemampuan siswa dan kualitas pengajaran, makin tinggi pula hasil belajar siswa”. Selain itu Keller (Abdurrahman, 2012:27) “memandang hasil belajar sebagai keluaran dari suatu sistem pemrosesan berbagai masukan berupa informasi”

Menurut Samion (2006 : 64) “Aktivitas belajar siswa memungkinkan didalam dirinya mengalami pola perubahan tingkah laku yang disadari dan dirasakan”. Oka juga mengemukakan bahwa “aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa”. Selain itu, menurut Sardiman (2011 : 96) aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Terkait dengan aktivitas belajar Samion (2006 : 62) menyatakan bahwa.

Aktivitas belajar siswa yang bersifat positif dimaksud adalah segala kegiatan yang mendukung keberhasilan belajar siswa, seperti; siswa harus belajar dengan tekun dan ulet, rajin meringkas atau menggaris bawahi hal-hal yang dianggap penting, mengulang materi pelajaran di rumah, memiliki buku catatan khusus untuk setiap mata pelajaran dengan kata lain catatan tidak dicampur adukan dalam satu buku, dan aktivitas lain yang dianggap mendukung proses pembelajaran di sekolah.

Terkait dengan media pengajaran Ibrahim & Syaodih (2003:112) mengungkapkan pengertian media pembelajaran dimana “Media pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan

(4)

atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar-mengajar”. Menurut Arifin dan Setiyawan (2012: 124) “peran media pengajaran merupakan perantara untuk memudahkan proses belajar-mengajar agar tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien”.

Pembelajaran berbasis komputer ini telah terbukti bisa lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran”. Terkait dengan pembelajaran berbasis komputer (multimedia), Musfiqon mengemukakan kelebihan pembelajaran multimedia antara lain : (1) lebih menarik minat siswa, (2) lebih efektif dan efisien, (3) lebih praktis, dan (4) materi lebih banyak diserap siswa karena sesuai dengan modalitas belajarnya.

Terkait model pembelajaran kooperatif Hamid Hasan dalam Kosasih (Solihatin & Raharjo, 2011 :4) menyatakan “ Belajar dalam kelompok kecil dengan prinsip kooperatif sangat baik digunakan untuk mencapai tujuan belajar, baik yang sifatnya kognitif, afektif, maupun konatif”

Menurut Roger dan David Johnson (Rusman, 2012 : 212 ) ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yaitu sebagai berikut:

a. Prinsip ketergantungan positif (positif interdependence) yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut, keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing- masing anggota kelompok. Oleh karena itu semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan.

b. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability) yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing – masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.

c. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction) yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lainnya

d. Partisipasi dan komunikasi (participation communication) yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

e. Evaluasi proses kelompok yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

(5)

Menurut Sukidin, Basrowi, Suranto (2002:162) pembelajaran kooperatif adalah “pembelajaran yang memandang keberhasilan individu diorientasikan dalam keberhasilan kelompok. Dalam hal ini maka siswa berusaha keras membantu dan mendorong pada teman-teman untuk bersama-sama berhasil dalam belajar”.

Menurut Slavin (Riyanto, 2010) STAD (Student Teams Achievement

Division) berati “ Tim Siswa/ Peserta Didik Kelompok)” Terkait model pembelajaran tipe STAD ini menurut Slavin (Sukidin, Basrowi, Suranto. 2002:161) “terdiri dari lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, kelompok, tes, nilai peningkatan individu, dan penghargaan kelompok”.

Kelebihan STAD adalah sebagai berikut (Sukidin, Basrowi, Suranto. 2002:161).

(1)Siswa lebih mampu mendengar, menerima, dan menghormati serta menerima orang lain,

(2)Siswa mampu mengidentifikasi akan perasaannya juga perasaan orang lain,

(3)Siswa dapat menerima pengalaman dan dimengerti orang lain,

(4)Siswa mampu meyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan meyakinkan dirinya untuk saling memahami dan mengerti, dan

(5)Mampu mengembangkan potensi individu yang berhasil guna dan berdaya guna, kreatif, bertanggung jawab, mampu mengaktualisasikan, dan mengoptimalkan dirinya terhadap perubahan yang terjadi.

Menurut Rusman, (2012 : 214) STAD “adalah yang paling tepat untuk mengajarkan materi – materi pelajaran ilmu pasti seperti penghitungan dan penerapan matematika, penggunaan bahasa dan mekanika, geografi dan keterampilan perpetaan, dan konsep – konsep sains lainnya”.

Pakar-pakar geografi pada Seminar dan Lokakarya Peningkatan Kualitas Pengajaran Geografi di Semarang tahun 1988, telah merumuskan konsep geografi sebagai berikut: (Sumaatmadja, 2001:11) “Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan”.

Suharyono & Amien (1994:243) mengemukakan bahwa pemakaian pendekatan geografi dalam pembelajaran geografi di sekolah yaitu.

“Pada tingkat SLTA (SMA) tentunya diperlukan pemakaian pendekatan yang lain lagi, karena pengetahuan geografi pada tingkat sekolah menengah ini sudah harus menjembatani pengetahuan yang dipelajari di sekolah

(6)

dengan ilmu yang dipelajari di perguruan tinggi. Tingkat perkembangan usia (menjelang dewasa) dan pengalaman serta pengetahuan (dan keterampilan) yang telah diperoleh lewat berbagai macam mata pelajaran telah memungkinkan dipakainya pendekatan pengajaran geografi yang lebih abstrak, tetapi sudah langsung menyangkut masalah kehidupan yang benar-benar dihadapi para siswa. Pendekatan analisis dan pengorganisasian keruangan sudah dapat diperkenalkan dalam pelajaran geografi tingkat SMA, disamping pendekatan regional dan kajian topik-topik yang relevan”.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas X.2 SMA Negeri 1 Tegallalang yang berlokasi di Jalan I Wayan Lunga, Desa Tegallalang, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi Kelas X.2 SMA Negeri 1 Tegallalang pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Dimana jumlah siswa di Kelas X.2 adalah 38 orang, diantaranya 17 orang perempuan dan 21 orang laki-laki. Objek dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams

Achievement Division).

Dalam pelaksanaan PTK (Penelitian Tindakan Kelas), setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu : (1) Perencanaan Tindakan, (2) Pelaksanaan Tindakan, (3) Observasi Tindakan, dan (4) Refleksi. Rencana Penelitian ini yang direncanakan selama 2 siklus tapi tidak menutup kemungkinan akan dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila belum memenuhi target penelitian (disesuaikan dengan waktu dan kondisi). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes dan metode observasi. Dalam analisis data/ pengolahan data, peneliti menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif

PAP (Penilaian Acuan Patokan) skala lima Persentase Kriteria Hasil

Belajar Siswa

Kriteria Keaktifan Belajar Siswa 90 – 100 Sangat Tinggi Sangat Aktif

80 – 89 Tinggi Aktif 65 – 79 Sedang Cukup Aktif

55– 64 Rendah Kurang Aktif 0 – 54 Sangat Rendah Sangat Kurang Aktif

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas Belajar Siswa

Dalam penilaian aktivitas belajar siswa, peneliti menggunakan 10 (sepuluh) indikator untuk memberikan penilaian. Setiap indikator penilaian memiliki skor, setiap indikator memiliki bobot 1 skor tertinggi setiap indikator adalah 10 (sepuluh) dan terendah adalah 0 (nol). Adapun indikator-indikator yang peneliti gunakan adalah (a) Memperhatikan gambar-gambar/media yang disajikan dalam proses pembelajaran, (b) menyimak dan memperhatikan penjelasan guru dalam proses pembelajaran (c) bersemangat dan tertib dalam mengikuti proses pembelajaran, (d) keaktivan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, (e) Aktivitas siswa dalam bertanya, (f) Aktivitas siswa dalam menjawab, (g) Aktivitas siswa dalam menyelesaikan tugas, (h) melakukan diskusi dengan aktif dan tertib dalam proses pembelajaran, (i) Dapat menyampaikan kembali materi pelajaran yang telah dijelaskan, (j) Kualitas tugas yang dibuat siswa dalam proses pembelajaran

Dari hasil observasi maka didapatkan bahwa aktivitas belajar siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Tegallalang pada siklus I adalah 73,15% dan aktivitas belajar siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Tegallalang pada siklus II adalah 81,57%. Dari data tersebut menunjukan bahwa aktivitas siswa meningkat sebesar 8,42 %.

Rekapitulasi presentase aktivitas belajar siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Tegallalang pada siklus I dan Siklus II

Objek Pase Rata-rata Skor Presentase PAP (%) Kriteria Aktivitas belajar siswa Siklus I 7,315 73,15 % 65 – 79 % Cukup Aktif Aktivitas belajar siswa Siklus II 8,157 81,57 % 80-89 % Aktif Keaktifan belajar siswa tidak dapat terlepas dari strategi belajar-mengajar yang dilakukan, aktivitas belajar siswa dapat meningkat dengan berhasilnya strategi pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar-mengajar. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (student teams achievement division) berbantuan media komputer dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X.2 pada mata pelajaran geografi SMA Negeri 1 Tegallalang, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar tahun pelajaran 2012/2013 berhasil sehingga aktivitas belajar siswa meningkat.

(8)

Hasil Belajar Siswa

Dalam penilaian hasil belajar siswa, peneliti menggunakan 3 (tiga) indikator penilaian untuk memberikan penilaian. Setiap indikator penilaian memiliki skor, skor tertinggi setiap indikator adalah 100 (seratus) dan terendah adalah 0 (nol). Adapun indikator-indikator yang peneliti gunakan adalah (a) hasil kelompok STAD, (b) hasil post test (c) hasil evaluasi akhir siklus.

Dari hasil belajar siswa maka didapatkan bahwa hasil belajar siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Tegallalang pada siklus I sebesar 76,31% dan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Tegallalang pada siklus II 80,737%. Dari data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar meningkat sebesar 4,421 %.

Rekapitulasi presentase hasil belajar siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Tegallalang Siklus I dan Siklus II

Objek Fase Rata-rata Skor Presentase PAP (%) Kriteria Hasil belajar siswa Siklus I 228,947 76,316 %. 65 – 79 % Sedang Hasil belajar siswa Siklus II 242,2105 80,737 % 80 – 89 % Tinggi Keberhasilan belajar siswa tidak dapat terlepas dari strategi belajar-mengajar yang dilakukan, hasil belajar siswa dapat meningkat dengan berhasilnya strategi pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar-mengajar. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (student teams achievement division) berbantuan media komputer dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas X.2 pada mata pelajaran geografi SMA Negeri 1 Tegallalang, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar tahun pelajaran 2012/2013 berhasil sehingga hasil belajar siswa meningkat.

Grafik Persentase Rata-rata Aktivitas dan Hasil Belajar pada Siklus I dan Siklus II

0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% Siklus I Siklus II Aktivitas Belajar Siswa Hasil Belajar Siswa

(9)

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dari data hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa.

1. Dari hasil observasi maka didapatkan bahwa aktivitas belajar siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Tegallalang pada siklus I adalah 73,15% dan aktivitas belajar siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Tegallalang pada siklus II adalah 81,57%. Dari data tersebut menunjukan bahwa aktivitas siswa meningkat sebesar 8,42 %. Dengan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II maka penelitian aktivitas belajar siswa ini berhasil 2. Dari hasil belajar siswa maka didapatkan bahwa hasil belajar siswa kelas

X.2 SMA Negeri 1 Tegallalang pada siklus I sebesar 76,31% dan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Tegallalang pada siklus II 80,737%. Dari data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar meningkat sebesar 4,421 %. Dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II maka penelitian hasil belajar siswa ini berhasil.

DAFTAR RUJUKAN

Abdurrahman, Mulyono.2012. Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, dan

Remidiasinya. Jakarta : Rineka cipta.

Agung, A.A Gede. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.

Arifin, Zainal & Setiyawan Adhi. 2012. Pengembangan Pembelajaran Aktif

dengan ICT. Yogyakarta : PT Skripta Media Creative.

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ibrahim, R. & Syaodih S, Nana. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan & Kebudayaan dan Rineka Cipta.

Musfiqon, 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya.

Oka, Anak Agung. Peningkatan Aktivitas Belajar Dan Penguasaan Konsep

Ekosistem Melalui Pembelajaran Kontekstual Di Sma Teladan 1 Metro.

(10)

Roestiyah, N.K. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Riyanto, H Yatim, 2009. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Refrensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang efektif dan Berkualitas. Jakarta : Prenada Media.

Sahertian, Piat A. 2000. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam

Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Samion, Ar. 2006. Pengaruh Disiplin Mengajar Guru Terhadap Aktivitas Belajar

Siswa Sekolah Menengah Pertama Etika Pontianak (Jurnal No.

1/XXV/2006). STKIP PGRI Pontianak.

Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Solihatin, Etin & Raharjo. 2011. Cooperatif Learning Analisis Model

Pembelajaran IPS. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Sudjana, Nana. 2005. Dasar–Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suharyono & Amien. 1994. Pengantar Filsafat Geografi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sukidin, Basrowi, & Suranto. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Insan Cendekia.

Sumaatmadja, Nursid.2001. Metodelogi Pengajaran Geografi. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Gambar

Grafik  Persentase  Rata-rata  Aktivitas  dan Hasil  Belajar  pada Siklus  I dan  Siklus  II

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Sistem Pemasukan Dan Pengeluaran Pada Engine 1 Tr-Fe Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu1.

Berdasarkan telaahan hasil percobaan mengenai “Pemanfaatan Flavonoid Sebagai Stimulan Simbiosis Antara Mikoriza Dengan Bibit Manggis In-Vitro Pada Tahap

[r]

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung serta Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan berpikir Matematika

Fokus penelitian ini mengajukan rumusan bagaimanakah pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler serta kendala dan upaya yang dilakukan sekolah

Nilai daya dukung dan penurunan berdasarkan program Metode Elemen Hingga sebesar 285,46 ton dan 11,42 mm nilai ini tidak jauh berbeda dengan secara analitis.. Kata Kunci :

Data atau Variabel yang digunakan adalah perkiraan ( Estimasi ) pendapatan dari asset asset yang sudah ada pada Warnet MyNet untuk tahun 2008 ke depan yang beralamat di jalan Akses

Untuk menghitung daya dukung ultimate dan penurunan pondasi tiang pancang dari data Sondir dan SPT digunakan secara analitis dan menggunakan program Metode