• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Paradigma terkini tentang pendidikan bagi anak usia dini telah menumbuhkan pendekatan yang holistik. Anak dipandang sebagai individu yang utuh sehingga membutuhkan pelayanan yang menyeluruh pula. Pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Berdasarkan landasan kebijakan tersebut maka dapat dimaknai bahwa pendidikan yang diberikan kepada anak usia dini merupakan intervensi lingkungan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh baik dalam bidang nilai-nilai agama moral, kognitif, bahasa, fisik motorik, dan sosial emosi. Perlu kita ingat, setiap anak sejak dalam kandungan hingga lahir sudah membawa segudang potensi yang siap untuk ditumbuhkembangkan melalui pemberian stimulasi dari lingkungan. Pemberian stimulasi sedini mungkin akan lebih mengoptimalkan setiap potensi yang dimilikinya, melalui potensi yang dimilikinya setiap anak mampu mengeksplorasi dunianya dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Berbagai potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak dapat dijadikan sebagai modalitas untuk belajar.

Menurut teori Multiple Intelligences, anak belajar melalui berbagai macam cara, maka suatu materi ajar seyogyanya memberikan kemerdekaan bagi anak untuk melakukan berbagai aktivitas yang paling sesuai dengan tumbuhkembang dan minat anak. Anak dengan kecerdasan musikal tinggi akan belajar bahasa dengan baik jika guru menekankan ritmis dalam tuturannya. Sementara anak dengan kecerdasan spasial akan menikmati proses belajar jika guru

(2)

menggunakan ilustrasi gambar dan memberikan kesempatan baginya untuk bermain dengan warna dan ilustrasi gambar. Anak dengan kecerdasan kinestetik akan cepat belajar dengan melakukan gerakan-gerakan olah tubuh, sementara anak dengan kecerdasan intrapersonal belajar dengan merenungkan kata-kata. Seorang anak dengan kecerdasan interpersonal cepat belajar dengan interaksi verbal dengan guru atau teman mereka, sementara anak dengan kecerdasan naturalis akan cepat belajar jika sesuatu itu dikaitkan dengan alam, seperti buah, daun, biji, dan bunga.

Kecerdasan kinestetik pada anak memungkinkan koordinasi antara otak dan tubuh anak. Misalnya, ada sebuah bola kecil yang empuk di depan kelas. Melihat bola kecil yang empuk tersebut seorang anak akan menangkap informasi bahwa ada bola didepannya. Informasi tersebut disampaikan ke dalam otak, lalu otak menganalisis tindakan yang akan dilakukan terhadap bola tersebut. Kemungkinan tindakan tersebut adalah bola diambil dan dikempiskan, ditendang, atau dibiarkan? Atau diambil kemudian dilempar? Semua pertanyaan itu dijawab oleh otak. Setelah mendapatkan jawaban yang dianggap paling tepat dan terbaik, informasi tersebut akan disampaikan ke otot. Misalnya bola tersebut harus diambil, maka anggota tubuh akan melakukan gerakan mengambil bola tersebut. Setelah bola diambil mungkin bola akan dikempiskan atau dilempar itu tergantung otak. Tangannya hanya melakukan perintah otak.

Secara minimal, kecerdasan kinestetik sangat dibutuhkan anak untuk menjalani kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan aktivitas yang membutuhkan keterampilan fisik motorik anak. Kecerdasan kinestetik mencakup kamampuan-kemampuan fisik khusus seperti koordinasi, keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan. Anak-anak memerlukan banyak latihan untuk mengembangkan kemampuan fisiknya. Misalnya, belajar memegang benda, duduk sendiri, merangkak atau merayap, berjalan, berlari, melompat, bersepeda, meniti papan titian, serta makan atau memakai baju sendiri. Apabila kemampuan fisik motorik anak dikembangkan secara optimal maka guru dan orang tua akan lebih mudah mengembangkan keceerdasan kinestetik anak. Namun apabila kemampuan fisik motorik anak kurang

(3)

berkembang, maka kecerdasan kinesetik anak juga akan mengalami hambatan dalam perkembangannya.

Kecerdasan kinestetik anak yang tidak berkembang secara optimal, mengakibatkan anak akan mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Misalnya, anak akan kesulitan menjaga keseimbangan tubuhnya, sulit melakukan gerakan koordinasi seperti kesulitan makan dan mengancingkan baju sendiri, serta lemahnya kekuatan otot anak seperti lemah mengangkat gelas berisi air dan lemah mengayuh sepeda, serta lambat dalam melakukan gerakan. Padahal kecerdasan kinestetik memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan anak. Bahkan dewasa ini, profesi yang bertumpu pada kecerdasan kinestetik memperoleh tempat yang terhargai, seperti penari, ballet, bahkan atlet. Fakta yang terjadi di KB Barokah Pilang Masaran Sragen tahun ajaran 2014/2015 kecerdasan kinestetik anak masih rendah, dikarenakan guru sering kali mendapat kesulitan dalam mengatasi anak dengan gaya belajar yang beragam. Gaya belajar setiap anak berbeda-beda, ada yang gaya belajarnya melalui visual (penglihatan), audio (pendengaran) dan kinestetik (gerak tubuh). Anak dengan gaya belajar kinestetik kerap sekali oleh gurunya di cap sebagai anak yang tidak bisa fokus dalam pembelajaran. Padahal usia prasekolah adalah usia bermain, anak prasekolah yang harus duduk diam dalam jangka waktu yang lama akan merasa bosan, tidak nyaman, dan tertekan karena pada usia ini pada umumnya anak bertindak aktif, energik, banyak gerak dan rentang perhatiannya masih terbatas.

Permasalahan lain yang sering ditemui di KB Barokah Pilang adalah umumnya pembelajaran dilaksanakan secara klasikal dimana metode pembelajaran yang digunakan guru kurang variatif dan kurang menarik minat anak. Pemberian stimulasi dan penyampaian materi yang diberikan oleh guru pada saat bermain sambil belajar umumnya berlokasi di area indoor (di dalam ruangan), kondisi alam dan lingkungan sekitar sebagai area outdoor (di luar ruangan) kurang dimanfaatkan oleh guru. Padahal, secara fitrah setiap anak usia dini meyukai kegiatan di alam bebas. Untuk itu perlu digali dan dikembangkan permainan yang berorientasi di alam terbuka. Guru perlu secara kreatif

(4)

merancang variasi kegiatan yang tidak membosankan bagi anak sehingga anak bisa bermain sambil belajar.

Pemahaman bermain dapat dilakukan dengan cara beraneka ragam, salah satunya menggunakan metode outbound atau pendidikan di alam terbuka. Outbound merupakan metode pembelajaran yang dilakukan di alam terbuka, penggunaannya dinilai memberikan kontribusi positif terhadap kesuksesan belajar. Tujuan dari metode outbound adalah untuk mengatasi anak-anak yang mengalami kesulitan dalam hubungan sosial, meningkatkan konsep diri anak-anak, mengembangkan kemampuan dan gagasan kreatif, tertantang untuk berperan secara aktif dengan memberanikan diri, meningkatkan ketahanan, kekuatan, kecepatan, keseimbangan, dan koordinasi gerak badan, serta meningkatkan kemampuan dan perilaku anak dalam kerjasama, kesetiakawanan dan kepemimpinan.

Selama peneliti mengajar di KB Barokah hampir semua wali murid menuntut agar anaknya ketika lulus dari KB sudah mampu calistung (membaca, menulis dan berhitung). Sehingga dalam mengasah kemampuan kognitif, bahasa dan motorik anak guru lebih sering menggunakan lembar kerja yang terlihat hasilnya. Hal seperti itu terlihat bahwa KB peneliti menjadi sekolahan yang baik karena dianggap yang bagus dan profesional. Tetapi peneliti merasa sedih setiap hari melihat raut wajah anak-anak yang kurang bersemangat, kelihatan lelah padahal mereka belum menggunakan seluruh fisiknya untuk bergerak. Hampir semua PAUD di pedesaan seperti itu keadaanya, dikarenakan tuntutan masyarakat.

Di KB Barokah Pilang Masaran Sragen, upaya-upaya yang dilakukan guru untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik anak juga kurang variatif, yaitu hanya melakukan permainan sederhana, seperti melampar dan menangkap bola serta senam. Anak sering kali bosan karena permainan yang kurang menarik, sehingga anak kurang tertantang dengan kegiatan yang diberikan guru. Peneliti mengambil kajian ini karena melihat fenomena di atas dan untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik anak melalui outbound.

(5)

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti melakukan penelitian ini dengan judul “Upaya Mengembangkan Kecerdasan Kinestetik Anak Melalui Outbound Pada Anak Kelompok Bermain di KB Barokah Pilang Masaran Sragen Tahun Ajaran 2014/2015”.

B. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak menyimpang dari latar belakang masalah, maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Outbound yang dimaksud pada penelitian ini dibatasi pada jenis fun outbound.

2. Jenis permainan outbound yang dimaksudkan pada penelitian ini dibatasi pada permainan outbound yang mampu mengembangkan gerak kecepatan dan keseimbangan anak.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan yaitu apakah outbound dapat mengembangkan kecerdasan kinestetik anak kelompok bermain di KB Barokah Pilang Masaran Sragen tahun ajaran 2014/2015?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian adalah untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik pada anak kelompok bermain di KB Barokah Pilang Masaran Sragen tahun ajaran 2014/2015.

2. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik anak melalui outbound pada anak kelompok bermain di KB Barokah Pilang Masaran Sragen tahun ajaran 2014/2015.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini memiliki manfaat yaitu memperkuat teori yang sudah ada, yaitu mengenai kecerdasan kinestetik dan outbound, serta menambah ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan tentang kecerdasan

(6)

kinestetik anak dan salah satu upaya untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik anak yaitu melalui outbound.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Anak

Manfaat ditujukan dengan menerapkan outbound kecerdasan kinestetik anak dapat berkembang secara optimal.

b. Bagi Guru

Bagi guru, hasil penelitian ini dapat menjadi alternatif bagi guru untuk memilih metode dalam mengembangkan kecerdasan kinestetik anak salah satunya dengan outbound.

c. Bagi Sekolah

Manfaat ditujukan agar sekolah dapat menyediakan fasilitas yang dapat mengembangkan kecerdasan kinestetik anak.

d. Bagi Orang Tua

Dengan penelitian ini orang tua dapat memahami bahwa kecerdasan anak beragam, melalui kecerdasan yang dimilikinya setiap anak mampu mengeksplorasi dunianya dan memecahkan masalah yang dihadapinya.

Referensi

Dokumen terkait

Posted at the Zurich Open Repository and Archive, University of Zurich. Horunā, anbēru, soshite sonogo jinruigakuteki shiten ni okeru Suisu jin no Nihon zō. Nihon to Suisu no kōryū

2. Setiap orang mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. Setiap orang berhak

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Seringkali apabila tunggakan sewa berlaku ianya dikaitkan dengan masalah kemampuan yang dihadapi penyewa dan juga disebabkan faktor pengurusan yang lemah. Ada pula

Pengujian web browser dimana pada tahapan ini digunakan web browser untuk menampilkan data status perangkat listrik (on/off) dan mengontrol jumlah pemakaian daya,

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak

Banyaknya beban kerja yang diterima seorang karyawan didalam perusahaan membuat seorang karyawan tersebut mempunyai banyak tanggung jawab dan peran yang harus

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan strategi pembelajaraan aktif tipe Questions Students Have lebih baik dari pada pemahaman