DAMPA!{ SOSIAL EKONOMI INDUSTRI BATU BATA BAGI
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SETEMPAT ;
wutsponmlkihgedcbaYVUTSRPONMLKJIHGFEDAStudi Kasus :
Desa Pakahan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten Jawa Tengah, 1998
SKRIPSI
Disusun oleh :
AGNES SRI SUYATMI
No. Mhs. : 91224058
N I R M : 910052010602220055
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DUNIA USAHA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
1998
DAMPAK SOSIAL EKONOMI
INDUSTRI
BATU BATA BAGI
KESEJAHTERAAN
MASY ARAKAT SETElVfP AT ;
Studi Kasus:
Desa Pakahan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten Jawa Tengah, 1998
Skripsi
DiajukanutnkUUntuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Dunia Usaha
Disusun oleh: AGNES SRI SUYATMI
~JM : 91224058 NIRM : 91005201060222D055
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DUNIA USAHA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 1998
DAl"lPAK SOSIAL EKONOMIINDUSTRI
BATU BATA BAGI
KESEJAHTERAAN
MASY ARAKA T SETEMP AT ;
Studi Kasus :
Desa Pakahan, Kecamatan Jogonalan,ywvutsrponmlkjihgedcbaYWVUTSPMKJIFDAKabupaten Klaten,
Jawa Tengah,1998
SKRIPSI
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
NAMA: AGNES SRI SUY ATMI
NIM : 91224058 NIRM : 910052010602220055
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 25 Juli 1998
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
SUSUNAN PANITIA PENGUJItrongaA
Anggota
r
Drs. P. Soedarno, M.Sc. Ketua :Drs. A.K. WiharyantoSekretaris : Drs. ]. Markiswo
2. Drs. V. Supriyanto,
s.u
3. Drs. J. Markiswo
-)
Yogyakarta, .. :: -.:.: .
Fakultas Keguruan dan I1mu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta Dekan,
.S.T.i
ii
DAMPAK SOSIAL EKONOMI INDUSTRI BATU BATA BAGI
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SETEMP AT ;
Studi Kasus :
Desa Pakahan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, .Tawa Tengah,1998
Oleh:
NAMA: AGNES SRI SUYATMI NIM : 91224058
NIRM : 910052010602220055
Telah disetuj ui oleh :
Pembimbing T
/-c_~~tc -tc: __
/-( Drs. P. Soedarno, M,Sc.) Tanggal 18 .Iuni 1998
Pembimbing II
Tanggal 11 Juli 1998i
iii
MOTTO
yutsrqponmlkjihgfedcbaTRM:Mengem6angli,gn R!percayaan denqan siR..,appositif
Tuhan
6eri{a1iaR..,uR!tenangan
untuk, menetima liar yang
taR..,cfapat6eru6ali, serta R!6eranian
untuR..,mengu6ali liar yang dapat R.,uu6ali
dan ~6ijaR.§anaan untuk,
mengetaliui perbedaan
viiv
PERSEMBAHAN
v;
,. !wvtpnedcaWPLJC
a~a~¥~/t
..
trfdca-- (;4&£r~~d~
-- C4#/an.
~d'a~
-- c9~
(]~/an
~~:Jew~a
-- @Waa~
,....(_~cdatfa?~
Lc;P~?cavnpn.
v
KATA PENGANTAR
zywvutsrponmlkjihgedcbaYWVUTSRPNMKJIFEDBAPuji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik, guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan di
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Judul Skripsi ini adalah "Dampak Sosial
Ekonomi Industri Batu Bata Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Setempat".
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Romo Dr. M. Sastrapratedja, SJ, selaku Rektor Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
2. Romo Dr. Paulus Supamo, S.l M.S.T., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
3. Bapak Drs. Ak, Wiharyanto, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial yang
telah memberikan izin penelitian.
4. Bapak Drs. P. Soedamo, M,Sc, selaku Dosen Pembimbing I yang telah penuh
perhatian dan kesabaran memberi bimbingan dan pengarahan yang berharga sampai
skripsi ini selesai.
5. Bapak Drs. V. Supriyanto, S.U, selaku Pembimbing II yang telah membantu
penulis dalam penyusunan skripsi ini dengan memberikan petunjuk dan
bimbingan-nya.
6. Bappeda Propinsi Jawa Tengah, Bappeda Kabupaten Klaten, Pemerintah
Kecamatan Jogonalan, dan Pemerintah Desa Pakahan yang telah memberikan izin
penelitian.VI
VI
7. Rekan-rekan mahasiswa dan saudara-saudaraku yang telah membantu penyelesaian
skripsi ini baik secara moral maupun material.
Semoga segal a kebaikan dan pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis
mendapatkan imbalan yang sepantasnya dari Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dan kelemahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lain demi
perkembangan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, Juli 1998
PenulisVI
VII
ABSTRAK
DAMPAKSOSIAL EKONOMllNDUSTRI BATU BATA BAGI KESEJAHTERAAN M.~SYARAKAT SETEMPAT
Agnes Sri Suyatmi
Universitas Sanata DharmapnlidaYVI
Yogyakarta
Penelitian inibertujuan untuk mengetahui dampak sosial ekonomi industri batu bata, konkritnya adalah:
1. apakah pendapatan pengrajin industri batu bata lebih besar dari pendapatan petani di
sektor pertanian?
2. apakah pendapatan buruh industri batu bata lebih besar dari pendapatan buruh di
sektor pertanian?
3. apakah kesempatan kerja pengrajin industri batu bata lebih besar dari kesempatan kerja petani illsektor pertanian?
4. apakah kesempatan kerja buruh industri batu bata lebih besar dari kesempatan kerja buru illsektor pertanian?
5. apakah nilai tambah industri batu bata lebih besar dari nilai tambah ill sektor pertanian?
6. apakah upah buruh industri batu bata sudah layak?
7. apakah jumlah penderita kemiskinan industri batu bata kurang dari jumlah penderita kemiskinan disektor pertanian?
8. apakah kesenjangan distribusi pendapatan masyarakat industri batu bata kurang dari kesenjangan distribusi pendapatan masyarakat desa kota disektor pertanian?
Penelitian ini bersifat studi kasus danyxvtsrponmlifecbaexpost facto berlokasi di Desa Pakahan. Populasi penelitian mencakup 38 pengrajin industri batu bata dari 38 buruh yang dipekerjakan pengrajin yang bersangkutan. Adapun pengambilan sampel menggunakan acak sederhana, mencakup populasi =38 danburuh =38 yaitu 25% dari populasi. Teknik pengwr..pulan data menggunakan wawancara berstruktur dan sumber dokumenter. Analisis menggunakan studi perbandingan (sebelum dan sesudah) atau before after comparative analysis.
Hasil temuan lapangan adalah sebagai berikut:
1. pendapatan pengrajin industri batu bata lebih besar dari pendapatan petani di sektor pertanian.
2. pendapatan buruh industri batu bata lebih besar dari pendapatan buruh ill sektor pertanian.
3. kesempatan kerja pengrajin industri batu bata lebih besar dari kesempatan kerja petani
disektor pertanian.
4. kesempatan kerja buruh industri batu bata lebih besar dari kesempatan kerja buruh di
sektor pertanian.
5. nilai tambah industri batu bata lebih besar dari nilai tambah disektor pertanian. 6. upah buruh industri batu bata belum layak.
7. jumlah penderita kemiskinan industri batu bata kurang dari jumlah penderita kemiskinan illsektor pertanian.
8. kesenjangan distribusi pendapatar. masyarakat desa kota industri batu bata kurang dari kesenjangan distribusi pendapatan masyarakat des a kota disektor p ertani an.
VIII
ABSTRACT
SOCIAL - ECONOM[C LMPACT OF BRICK INDlJSTRY ON LOCAL SOCIETY PROSPERITY
Agnes Sri Suyatmi Sanata Dharma University
YogyakartayxwvutsrqponmlkihgfedcbaTP
The aims of is this study are to identifif the socio-economic impact of brick industry to know whether:
1. brick industrialists income was higher than farmers income in agriculture sector? 2. brick industry workers income was higher that agriculture workers income?
3. brick industrialists employment opportunity was greater than farmers employment opportunity in agriculture sector?
4. brick industry workers employment opportunity was greater then agriculture workers employment opportunity in agriculture sector?
5. the added-value contributed by brick industry was greater than the added-value contributed by agriculture sector?
6. brick industry workers wage was proper?
7. the number of poor brick industrialists was less than the number of poor farmers in agriculture sector?
8. the inequality of income distribution among rural-urban people was less than inequality of income distribution among rural-urban people farming.
This study is an ex post facto and case study, located in Pakahan village. The study respondents consisted of 38 brick industrialists and 38 brick workers employed by the . related industrialists. The samples were taken by using simple random sampling, including 38 industrialists and 38 workers, 25% of respondents. The data were collected by structural interview and documentary source. The analysis was done by after-before comparative study.
The field findings are as follows:
1. the brick industrialists income washigher than farmers income in agriculture sector. 2. the brick industry workers income was higher than farming workers incomenIIn
agriculture sector.
3. the brick industrialists employment opportunity was greater than farmers employment opportunity in agriculture sector.
4. the brick industry workers employment opportunity was greater than farming workers employment opportunity in agriculture sector.
5. the added value of brick industry was higher than the added value of farming industry in agriculture sector.
6. the brick industry workers wage had been improper yet.
7. the quantity of poor brick industrialists was less than the quantity of poor farmers in agriculture sector.
8. The inequality of income distribution among rural-urban people was less than the inequality of income distribution among rural-urban people farming.XI
IX
DAFTARISIutsrnmlkjigeaTRPLKHBA
HalamanxutspnlkjiheaTSNMLKIHDBA
HA.LA~1A-,N JUDUL .
HALAMAN PANITIA PENGUJI 11
HALAMAN PENGESAHAN 111xtnlieaVTSRPONMLKHECBA
MOTTO . IV
PERSEMBA.HA.N... V
KATA PENGANTAR... VI
ABSTR..<\K... V111
ABSTRA.CT IX
DAFTAR ISI...
".x.
DAFTAR TABEL... XlV
DAFT AR LAMPIRA.N XIV
BAB 1. PENDAHtJLUAN , . 1
A. Latar Belakang Masaiah 1
B. RumusanMasalah 4
C.Tujuan Penelitian... 5
D.Manfaat Penelitian... 6
BAB II. TINJAUAN KEPUST AKAAN, KERANGKA. TEORITIK,
DAN HIPOTESIS 8
A. Tinjauan Kepustakaan 8
1. Keuntungan . 9
x
Halaman
2. Penghasilan Sebagai Balas Jasa Faktor Produksi .. 11
3. Pengertian Tenaga Kerja, Angkatan Kerja, Bukan Angkatan Kerja dan Pengangguran 12 4. Nilai Tambah :... 15
5. Upah 16 6. Kemiskinan dan Garis Kemiskinan 17 7. Distribusi Pendapatan 19 B. Kerangka Teoritik ... 20cC
c.
Hipotesis... 22BAB III. :METODAPENELITIAN... 24
A. Jenis Penelitian 24 B. Subyek Penelitian dan Lokasi Penelitian 24 C.Teknik Pengambilan Sampel... . 25
D. Variabel Penelitian... 25
E. Data Yang Dicari 28 F. Teknik Pengumpulan Data... 33
G. AnalisisData... 34
BAB IV. DESKRIPSI DAERAH DAN SAMPEL PENELITIAN.. 39
A. Deskripsi Daerah Penelitian... 39
1. Keadaan Geografi... 39
2. Keadaan Penduduk... 41
3. Sarana dan Prasarana... 43
4. Keadaan Industri Batu Bata.... 45XI
XI
'!'
HalamanxliVB
B.Deskripsi Sampel Penelitian.i..; 49
1. Responden Sebagai Pengrajin . 49
2.Responden Sebagai Petani dan Buruh Tam . 52
BAB V. TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA . 54
1. Pendapatan... 54
2. Tingkat Pendapatan Buruh Industri Batu Bata.i.i..; 57
3. Tingkat Pencurahan Hari Kerja... 59
4. Tingkat Pcncurahan Hari Kerja Buruh Industri Batu Bata.r.. 61
5. Nilai Tambah.. 63
6. Tingkat Upah 6,1
7. Tingkat Kemiskinan dan Garis Kemiskinan 65
8. Kesenjangan Distribusi Pendapatan Masyarakat Desa dengan
Masyarakat Kota Pada Industri Batu Bata dan Sektor
Pertanian " ... 67
BAB VI. PEMBAHASAN... 68
l. Tingkat Pendapatan Pengrajin dan Petani... ... ... 68
2. Tingkat Pendapatan Buruh Industri Batu Bata dan Buruh
Tani 70
3. Tingkat Pencurahan Hari Kerja Pengrajin dan Petani 70
4. Tingkat Pencurahan Hari Kerja Buruh Industri Batu Bata
dan Buruh Tani .
72
5. Nilai Tambah
73
xii
Halaman
6. Upah Yang Layak . 73
7. Tingkat Kemiskinan dan Garis Kemiskinan ... 74xiIA
8. Kesenjangan Distribusi Pendapatan antara Masyarakat Desa
Kota Industri Batu Bata dan Sektor Pertanian 76
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ,..,... 79
A. Kesimpulan ,., ,... 79
B. Saran-saran ,., ,.,., , ,... 82
DAFTAR PUSTAKA
PEDOMANWAWANCARA
LAMPIRAN
xiII
DAFTAR TABEL
1. Kriteria dan Garis Kemiskinan.
2. Perincian Luas Tanah Desa Pakahan Pada Tahun 1998.
3. Jumlah Penduduk Desa Pakahan Menurut Umur Tahun 1998.
4. Jumlah penduduk Desa Pakahan Menurut Umur Berdasarkan Kelompok KerjaiI
'I I
I
I
I
I
i
i 1
I ,
Pada Tahun 1998.
5. Jenis Mata Pencaharian Penduduk Desa Pakahan Tahun 1998.
6. Jumlah Penduduk Desa Pakahan Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 1998.
7 . Sarana Peribadatan di Desa Pakahan Tahun 1998.
8. Prasarana Pendidikan di Desa Pakahan Tahun 1998.
9. Tingkat Umur Pengrajin dan Buruh Pengrajin.
10. Tingkat Pendidikan Pengrajin Buruh Pengrajin.
11. Biaya Produksi Industri Batu Bata di Desa Pakahan Tahun 1998.
12. Pendapatan Pengrajin Batu Bata Dalam Satu Tahun di Desa Pakahan (1998).
13. Produksi Padi Tanaman Selama Musim Tanam Panen 1994.
14. Pendapatan Petani Satu Tahun di Desa Pakahan.
15. Perbedaan Mean Pendapatan Pengrajin dan Petani.
16. Perbedaan Mean Pendapatan Buruh Pengrajin dan Buruh Tani.
17. Perhitungan RIL Pengrajin Industri Batu Bata di Desa Pakahan Tahun 1998.
l S. Pencurahan Hari Kerja Petani dan Pengrajin Industri Batu Bata Selama Satu
Tahun.
XIV
19. Pencurahan Hari Kerja Buruh Tani dan Buruh Industri Batu Bata Selama Satu
Tahun.
20. Test Perbedaan Mean Pendapatan dari PengrajinIPengusaha Industri Batu Bata
dan Petani di Sektor Pertanian.
21. Test Perbedaan Mean Pencurahan Hari Kerja dari Buruh Pengrajin Industri Batu
Bata dan Buruh Sektor Pertanian.
22. Nilai Tambah Industri Batu Bata di Desa Pakahan.
23. Tingkat Upah Buruh Industri Batu Bata per Bulan Tahun 1998.
24. Nilai Tambah Sektor Pertanian di Desa Pakahan.
25. Perbandingan Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Pengrajin dan Petani Ekuivalen
dengan Pengeluaran BeraslKapitaiTahun.
26. Perbandingan Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Buruh Pengrajin dan Buruh
Sektor Pertanian Ekuivalen dengan Pengeluaran BeraslKapitaiTahun.
27. PendapatanIKapitaiTahun Buruh Industri Batu Bata di Desa Pakahan Tahun 1998.e
2e. PendapatanlKapitaJTahun Buruh Tani di Desa Pakahan Tahun 1994.xv
xv.
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahywutsrponmlkjihgfedcbaSPIDB
Indonesia adalah negara agraris di mana penduduk sangat tergantung pada
sektor pertanian sehingga sektor pertanian mempunyai peranan penting. Sebagian
penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dengan mata pencaharian di sektor
pertanian. Di sektor pertanian inilah penduduk terbagi atas pemilik lahan dan
buruh tani.
Berdasarkan sensus penduduk (BPS) pada tahun 1990, rumah tangga yang
menguasai lahan pertanian kurang dari 0,50 ha termasuk di dalamnya rumah
tangga yang tidak memiliki lahan pertanian sebanyak 597.489 rumah tangga atau
81,92 %. Sedangkan rumah tangga yang menguasai lahan pertanian lebih dari
0,50 ha sekitar 131.489 rumah tangga atau 18,08 %.
Dengan kepadatan penduduk yang relatif tinggi secara kasar terdapat
ketimpangan yang menyolok dalam hal pemilikan tanah karena sebagian besar
masyarakat hanya memiliki tanah yang sempit. Pemilikan tanah pertanian yang
sempit karena banyak lahan digunakan untuk perumahan serta berlangsungnya
proses pragmental atau dipecah-pecah untuk dibagikan secara malwaris.
Distribusi pemilikan lahan tersebut merupakan masalah serius jika dihubungkan
dengan penyediaan lapangan kerja dan urbanisasi. Dengan demikian berdampak
kesempatan kerja menurun, pendapatan petani menurun, banyak tenaga kerja
2
pengangguran serta hasil produksi pertanian menurun. Pemilik lahan sempit
dihadapkan pada kenyataan untuk tetap meningkatkan sektor pertanian atau tetap
mempertahankannya dengan risiko tanpa adanya perubahan nasib ke arah yang
lebih baik.
Kondisi yang meliputi semakin menyempitnya lahan pertanian atau
berlipatnya petani gurem, tidak kontinunya waktu kerja di sektor pertanian dan
rendahnya tingkat upahlpendapatan serta ketidakmampuan sektor industri modern
menyerap tenaga kerja yang melimpah telah mendorong dicarinya alternatif lain
dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup. Alternatif ini adalah
pengembangan industri kecil atau industri rumah tangga yang mempunyai
hubungan dengan sektor pertanian. Jenis industri ini adalah agroindustri.
Pengembangan agroindustri di pedesaan pertama-tama perlu disadari sebagai
bagian dari strategi industrialisasi. Unsur strategi pengembangan agroindustri yaitu':'
1. Industri ini dipikirkan dalam kaitannya dengan sektor pembangunan
pertanian. Alasannya karena selama ini kurang dikaitkan dengan
pembangunan pertanian. Industri yang dilaksanakan tidak mengolah hasil
pertanian, apalagi bahan setempat.
2. Pelaksanaan agroindustri tersebut harus dilaksanakan di pedesaan dengan
alas an :
a. Selama ini industrialisasi pada umumnya di sekitar kota-kota besar.
Agroindustri adalah industri yang mengolah hasil pertanian, sedangkan
1JDawan Rahardja : Pengemba~~!!!lMoindust.riiddiPedesaan, Republika, September, 1993.
(
-,
3
hasil pertanian dihasilkan di daerah pedesaan. Karena itu, berdasarkan
prinsip mendekati bahan baku atau bahan mentah, maka agroindustri
dilaksanakan di pedesaan.
b. Masalah pengangguran timbul karena berbagai hal seperti pertumbuhan
penduduk yang tinggi dan sempitnya lahan pertanian, penggunaan
teknologi dan perubahan sistem so sial. Dengan harapan industri di
pedesaan selain mendekati bahan baku juga mendekati sumber tenaga
kerja.
c. Agroindustri pedesaan berkaitan dengan penciptaan lapangan usaha di
pedesaan, berarti sebagai lahan atau arena usaha bagi penduduk pedesaan.
d. Pengembangan agroindustri di pedesaan berfungsi menciptakan nilai
tambah bagi hasil pertanian. Dengan adanya agroindustri itu pendapatan
bam yang diciptakan oleh industri dapat tetap ditahan di pedesaan.
Pembangunan perindustrian pada tahun 1970-an yang diprioritaskan pada
industri penghasil barang-barang mewah, berteknologi padat modal dan
dikonsentrasikan di kota-kota besar telah mampu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang cepat. Namun di lain pihak ternyata pengangguran dan kemiskinan
meningkat dengan cepat pula. Hasil positif industrialisasi di kota yang dulu
diharapkan menetes imbas atau berkahnya ke sektor lain yaitu sektor tradisional di
desa-desa, ternyata harapan akan dampak "menetes ke bawah"wtronlkifecTED(Trickle Down
Effect) tidak terbukti. Maka perlu adanya pengembangan industri kecil atau
industri rumah tangga yang berkaitan dengan sektor pertanian.i'
2.' Soedarno P.,M.Sc. Ilmu Sosial Dasar. APTIK, Jakarta, 1988.
4yutsrponmlkjihgfedcbaUPMKDA
Dengan adanya industri kecil atau industri rumah tangga sangat dirasakan
manfaatnya dalam meningkatkan kesej ahteraan hidup petani yaitu meningkatkan
pendapatan, kesempatan kerja, pemerataan kesempatan berusaha, mengurangi
kemiskinan di pedesaan dan mendorong industrialisasi di pedesaan.usnmlhaRMB
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :
1. Masalah Umum
Apa saja dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan industri batu bata di
Desa Pakahan ?
2. Masalah Khusus
a. Apakah pendapatan pengrajin industri batu bata di Desa Pakahan lebih
besar dari pendapatan petani di sektor pertanian ?
b. Apakah pendapatan buruh industri batu bata di Desa Pakahan lebih
besar dari pendapatan buruh di sektor pertanian "/
c. Apakah kesempatan kerja pengrajin industri batu bata di Desa Pakahan
lebih besar dari kesempatan kerja petani di sektor pertanian ?
d. Apakah kesempatan kerja buruh industri batu bata di Desa Pakahan
lebih besar dari kesempatan kerja buruh di sektor pertanian ?
e. Apakah nilai tambah industri batu bata di Desa Pakahan lebih besar dari
nilai tambah di sektor pertanian ?
f. Apakah upah buruh pada industri batu bata d1 Desa Pakahan sudah
layak?
5
g. Apakah jumlah penderita kemiskinan industri batu bata di Desa
Pakahan kurang dari jumlah penderita kemiskinan di sektor pertanian ?
h. Apakah kesenjangan distribusi pendapatan antara masyarakat des a kota
pada industri batu bata di Desa Pakahan kurang dari kesenjangan
distribusi pendapatan desa kota di sektor pertanian ?C
C.utnljieaTPTujuan Penelitian
Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah :
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apa saja dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan industri
batu bata di Desa Pakahan
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apakah pendapatan pengrajin industri batu bata di Desa
Pakahan lebih besar dari pendapatan petani di sektor pertanian
b. Untuk mengetahui apakah pendapatan buruh industri batu bata di Desa
Pakahan lebih besar dari pendapatan buruh di sektor pertanian
c. Untuk mengetahui apakah kesempatan kerja pengrajin industri batu bata di
Desa Pakahan lebih besar dari kesempatan kerja petani di sektor pertanian
d. Untuk mengetahui apakah kesempatan kerja buruh industri batu bata di
Desa Pakahan lebih besar dari kesempatan kerja buruh di sektor Pertanian
e. Untuk mengetahui apakah nilai tambah industri batu bata di Desa Pakahan
lebih besar dari nilai tambah dj-sektor pertanian
6
fyutsrponmlkjihgfedbaUPHDUntuk mengetahui apakah upah buruh industri batu bata di Desa Pakahan
sudah layak
g. Untuk mengetahui apakah jumlah penderita kemiskinan industri batu bata
di Desa Pakahan kurang dari jumlah penderita kemiskinan di sektor
pertanian
h. Untuk mengetahui apakah kesenjangan distribusi pendapatan antara
masyarakat desa kota di industri batu bata di Desa Pakahan kurang dari
kesenjangan distribusi pendapatan an tara masyarakat desa kota di sektor
pertanian
\
tnlifeaPDD. l\lanfaat Penelitian
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Pengrajin.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengembangan dalam
usahanya sehingga pendapatannya dapat ditingkatkan.
2. Pemerintah Desa, khususnya urusan ekonomi pembangunan.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan dalam
penyusunan sasaran pengembangan potensi di bidang ekonomi.
3. Dinas Perindustrian.
- Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bimbingan dan
pennyuluhan di bidang industri keeil.
7
4. Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa.
Basil penelitian ini dapat digunakan sebagai alat informasi dan komunikasi JiLI
L
timbal balik dengan masyarakat gun a meningkatkan pastisipasi masyarakat
., \
I
.i
I
I
I
I • I
I
,dalam pembangunan desa.
5. Lembaga Keungan (BRI).
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data untuk pertimbangan modal
atau kredit.
7. Departemen Tenaga Kerja.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan ketenagakerjaan.
\
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKt\AN, KERANGKA TEORITIK,
DAN HIPOTES IS
A. Tinjauan KepustakaanywvutsrponmlkjihgfedcbaUTSRPMKJIDCBA
Pengertian industri kecil di setiap negara berbeda-beda. Menurut menteri
Soehoed, ciri umum industri kecil yaitu"
1. Sistem manejemen industri kecil merupakan single manager yaitu dipimpin oleh seorang atau group kecil yang merupakan pemilik sendiri.
2. Rubungan majikan dengan buruh bukan hubungan formal.
3. Tidak ada pengaturan penggajian yang pasti.
4. Tenaga kerja masih ada hubungan keluarga atau tetangga.
5. Perputaran dana tidak bisa banyak.
6. Kegiatan industri kecil merupakan kerja tangan.
7. Modal industri kecil tidak bisa diperoleh dari bank, karena sistem pembukuan tidak dalam pengembangan industri kecil.
Ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang digunakan, menurut BPS di Indonesia
terdapat kelompok-kelompok industri sebagai berikut :
1. Industri kerajinan - 4 karyawan per perusahaan 2. Industri kecil 5 - 19 karyawan per perusahaan
3. Industri sedang 20 - 99 karyawan per perusahaan
4. Industri besar di atas 100 karyawan per perusahaan
31Menteri Soehoed. Mcrosotnva Industri Kecil Merupakan Akibat Pcrputaran Uangnya Tidak Cepat
Jakarta. Kcmpas. 31 mei 1979
8
9ywvutsrponmlkjihgfedcbaTSRPONMLKJIGEDCBA
Menurut Mubyarto dan Sudarsono, em-em industri pedesaan sebagai berikut'" :
1. Bentuknya industri rumah tangga atau cottage-industry dengan tenaga kerja kurang dari lima (5) orang.
2. Kebanyakan tenaga kerja diperoleh dari rumah tangga sendiri, dari saudara atau sanak keluarga lain sebagai tenaga kerja tidak diupah, walaupun mereka tenaga kerja yang dibayar, hubungan antara tenaga kerja dengan pemilik atau manajer adalah formal.
3. Teknologi yang digunakan adalah bersifat tradisional, sangat sederhana dengan menggunakan banyak tenaga kerja tanpa mesin (manual process).
4. Bahan dasar umumnya terdapat dari pedesaan setempat atau sekitarnya.
5. Pemasaran hasil produksi tidak didasarkan pada promosi atau iklan dan pada
umumnya sudan di tangan tengkulak.
6. Industri ini selalu merupakan kegiatan pekerjaan tambahan untuk menambah
pendapatan keluarga.
Sedangkan industri kecil di Indonesia adalah industri dengan kriteria fisik yaitu investasi modal untuk mesin-mesin dan peralatan tidak lebih dari Rp.70.000.000,00 dan investasi tenaga kerja tidak lebih dari Rp.650.000,OO.
Pemilik usaha adalah orang Indonesia. Kriteria non fisik untuk industri kecil Indonesia meliputi macam produk, ciri kepemimpinannya, sistem pembiayaan, permodalan dan hubungan antara majikan dan buruh bercorak tertentu."
4) Christian Lempelius. Gery Thoma, Industri Kecil Dan Kerajiann Rakvat Pendekatan Kebutuhati
Pokok. LP3Es. Jakarta. hal. 79
5)Gunawan Sumodiningrat, Industri Pedesaan Indonesia. Masalah Dan Prospekoya Dalam Penverapall
Tenaga Kerja, Agro Ekonomi, Jakarta, No. 22. 1983, hal. 22
10yxwvutsrponmlkjihgedcbaVUTSRPLKJFCBA
1. Keuntungan.
Untuk mengetahui besar-kecilnya keuntungan pengrajinlpengusaha terlebih
dulu harus mengetahui besar-kecilnya penerimaan total dan biaya total. Antara
penerimaan total dengan biaya total dibandingkan, selisih keduanya
menunjukkan rugi atau laba pengrajinlpengusaha.
a. Penerimaan total atau total revenue yaitu jumlah seluruh penerimaan yang
diperoleh dari hasil produksi (jumlah produksi dikalikan barang ).
b. Biaya Produksi
Seluruh biaya yang telah dikeluarkan untuk memproduksi barang disebut
biaya total (TC =Tota! Cost). Biaya total terdiri dari :
b.l. BiayaTetap (Fixed Cost) yaitu biaya yang jumlah keseluruhan tetap,
tidak berubah . jika ada perubahan dalam besar-kecilnya jumlah produksi
(sampai batas tertentu) misalnya sewa tanah, sewa bangunan dan lain-lain.
b.2. Biaya Variabel (Variabel Cost = VC) yaitu biaya yang jumlahnya
berubah-ubah sesuai dengan besar-kecilnya jumlah produksi, misalnya
bahan baku, bahan pembantu dan lain-lain. Jadi biaya total adalah biaya
tetap (FC) ditambah biaya Variabel (VC).
b.3. Rugi atau laba
Rugi
Laba
lmpas
total penerimaan <total biaya
total penerimaan >total biaya
=
total penerimaan=
total biaya atau tidak rugi dantidak laba.
11ywutsrponmlkjihgfedcbaYUSPMLJIGFEDB
2. Penghasilan sebagai balas jasa faktor produksi.
Maksudnya adalah penghasilan yang diterima oleh pemilik faktor produksi,
sebagai balas jasa atas sumbangannya dalam proses produksi. Faktor produksi
terdiri dari : tenaga kerja, pengusaha, modal dan sumber-sumber alam yang
ada. Untuk perhitungan pendapatan nasional, balas jasa faktor produksi dirinci
sebagai berikut 6) :
a. Upah atau gaji yaitu jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan dalam
hubungan kerja dengan orang lain (sebagai karyawan yang dibayar).
b. Laba usaha sendiri yaitu balas karya atas pekerjaan yang dilakukan oleh
pengusaha yaitu mengorganisir faktor produksi, mengambil keputusan
tentang kombinasi faktor produksi serta menanggung resiko. Jadi tidak
hanya penghasilan seorang maj ikan akan tetapi hasil usaha sendiri entah
sebagai tukang/petani/pedagang dan sebagainya.
c. Laba perusahaan atau perseroan yaitu laba yang diperoleh perusahaan
berbentuk perseroan atau badan hukum.
d. Sewa yaitu balas jasa untuk pemakain faktor produksi uang. Besarmya balas
jasa ini biasanya dihitung sebagai prosentase (%) dari pokok modal dan
disebut tingkat dasar bunga (rate ofinterestlr).
e. Sewa yaitu balas jasa yang diterima pemilik untuk pemakaian harta seperti
tanah, rumah atau barang-barang tahan lama.
6)Drs. T.Gilarso, Ekonomi Indonesia Sebuah Pengantar, kanisins, Yogyakarta, 1986, hal.371
12
fyxwutsrponmlkjihgfedcbaUTSPOMLKJIFEDBAPenghasilan campuran (mixed income).
Jenis balas jasa ini diterima oleh orang yang berusaha sendiri (sebagai petani, tukang, warung, pengusaha kecil dan sebagainya). Penghasilan yang diterima seperti ini bukan laba (biarpun dalam percakapan sehari-hari disebut laba) melainkan dari kombinasi unsur-unsur pendapatan.
- Pendapatan sewa - Upah tenaga kerja - Bunga atas modal - Laba usaha
Karena penghasilan tersebut sulit dirinci maka diambil dan diringkas dengan nama mixed income.
3. Pengertian Tenaga Kerja, Angkatan Kerja, Bukan Angkatan Kerja dan Pengangguran.
a. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain s-perti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Pengertian tenaga kerja di setiap negara berlainan. Di Indonesia yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih7) Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan
angkatan kerja."
b. Angkatan Kerja atau Labour Force
Angkatan Kerja adalah bagian tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat atau berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang
7)Payaman 1. Simanjuntak Pengalltar Ekonomi Sumber Oaya Manusia. lPFE-UI, 1985. hal. 21
8) Payaman J.Simanjuntak Ibid. hal.196
13ywutsrponmlkjihgfedcbaUSMKIGFEDBA
dan jasa. Besarnya angkatan kerja secara demografi tergantung dari tingkat partisipasi angkatan kerja atau labour force partisipation yaitu berapa persen dari tenaga kerja yang menjadi angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari : 1) Golongan yang bekerja yaitu orang yang aktif dalam kegiatannya yang
menghasilkan barang dan jasa. Dalam sensus penduduk tahun 1971
definisi bekerja adalah orang yang bekerja dengan maksud memperoleh
penghasilan paling sedikit 2 hari dalam seminggu sebelum hari
pencacahan. Dalam sensus penduduk tahun 1980 definisi bekerja adalah
orang yang dinyatakan bekerja bila selama seminggu sebelum
penca-cahan ia melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan paling
sedikit 1 jam. Kelompok angkatan kerja yang digolongkan bekerja adalah 9)
Mereka yang selama semmggu sebelum pencacahan melakukan
suatu pekerjaan dengan maksud mcmperoleh atau membantu
rnem-peroleh penghasilan, keuntungan dan lama bekerja paling sedikit dua
hari (Sensus 1971).
- Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan tidak
melaku-kan pekerjaan atau bekerja kurang dari dua hari (Sensus 1971) tetapi
mereka adalah
a) pekerja tetap, pegawai pemerintah atau swasta yang tidak masuk
bekerja karena cuti, sakit, mogok, mangkir dan sebagainya.
9)Sisdjiatmo Kusumosuwido, Dasar-Dasar Delllo~, FE-UI, 1981, hal. 194
14
b) petani-petani yang mengusahakan tanah pertanian yang tidak bekerja karena menunggu panen atau menunggu untuk menggarap sawah dan sebagainya.
c) orang-orang yang bekerja dalam bidang keahlian seperti dokter, tukang cukur dan sebagainya.
- Mereka yang selama satu minggu sebeium pencacahan melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan paling sedikit selama satu jam (Sensus 1980).
Penggolongan mengenai bekerja dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
- Setengah menganggur yaitu orang kurang dimanfaatkan dalam bekerja dilihat dari jam kerja, produktivitas kerja dan pendapatan.
- Bekerja penuh atau cukup dimanfaatkan. Setengah menganggur dibedakan :
1) Setengah menganggur kentara adalah mereka yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu,
2) Setengah menganggur tidak kentara atau menganggur terselubung adalah mereka yang produktivitasnya rendah. 2. Golongan yang menganggur adalah mereka yang siap bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan. Golongan mencari pekerjaan adalah : a. Mereka yang bekerja pada saat pencacahan sedang menganggur
dan berusaha mencari pekerjaan.
b. Mereka yang belum bekerja yang sedang berusaha mencan pekerjaan.
15
c. Bukan angkatan kerja terdiri dari :
1. Golongan yang masih bersekolah yaitu mereka yang kegiatannya hanya
bersekolah.
2. Golongan yang mengurus rumah tangga yaitu mereka yang mengurus
rumah tangga tanpa memperoleh pendapatan.
3. Golongan lain-lain:
a) Penerima pendapatan yaitu mereka yang tidak melakukan kegiatan
ekonomi tetapi memperoleh pendapatan seperti pensiun, sewa, bunga
simpanan dan sebagainya.
b) Mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain seperti lanjut usia,
cacat, dalam penjara atau sakit kronis.
4. Nilai tambah
a Pengertian nilai tambah
Nilai tambah adalah selisih antara nilai (harga jual) hasil produksi atau
output dengan nilai bahan-bahan atau input yang dibeli dari pihak lain.IO)
Atau dengan kata lain nilai produksi kotor dikurangi dengan nilai barang
dan jasa dari sektor lain untuk mendapatkan nilai produksi yang sebenarnya.
Cara lain untuk menghitung besarnya nilai tambah dapat dicari dengan cara:11)
Vas = OPs-IPs
Keterangan
Vas
=
tarnbahan nilai masing-rnasing sektorytrokga10) Drs. T Gilarso, Op.cit, ha1.348
11JH.G. Suseno T W, Indikator Ekonomi. Dasar Perhitungan Perekonomian Indonesia. Kanisius,
yogyakarta, 1990
16ywutsrponmlkjihgfedcbaUTPONMLKJIHGFEDCBA
OPs
=
keluaran sektorIPs masukan sektor
Dalam penelitian ini nilai tambah yang dihitung adalah nilai tambah antara
sektor yaitu antara sektor primer (pertanian yang bersifat ekstratif) dengan
sektor industri (batu bata).
1
'I
1) Nilai tambah sektor adalah selisih antara nilai (harga barang) produksi
dengan bahan baku,
2) Nilai tambah sub-sektor adalah selisih antara nilai (harga barang)
produksi dengan nilai bahan baku dikurangi lagi dengan bahan
pembantu. Nilai bahan pernbantu ini akan diterirna oleh sub-sektor lain,
5. Upah
Beberapa pengertian mengenai upah dapat kami kutipkan sebagai berikut :
a. Menurut Gary Dessler12)
Upah berarti semua bentuk penggajian atau ganjaran yang mengalir kepada
pegawai dan timbul timbul dari kepegawaian mereka.
b. Menurut Edwin Flippol3)
Upah adalah harga untuk jasa-jasa yang telah diberikan seseorang kepada
orang lain.
c. Menurut undang-undang kecelakaan tahun 1947 no. 33 pasal 7 14)
Upah adalah setiap pembayaran berupa uang yang diterima buruh sebagai
ganti atas pekerjaan.
leI Gary Dessler. Manajc!nen Personalia, Edisi Ketiga Erlaugga. Jakarta. 1986.Terjemahaan Agus
Dharama. hal. 3-1-9,
131Edwin Flipo. Principle of Personal Manajemen, Mc. Graw-Hill Book Company. 196 L P. 308
1~1Biro Taw Hukum dan Hubungan Lembaga-lembaga Negara. Dcpartemen Tenaga Kerja, Himpunan
Tenaga Kerja, Cetakan ketiga, Erlangga. Jakarta. 1974. haU7.
17ywutsrponmlkjihgfedcbaYUTSRPOMKIHGFEDB
d Menurut Heidjrahman Ranupranjoyo dan Suad Husnan 15)
~..
Upah adalah pengganti atas jasa yang diserahkan pekerja pada pihak lain. Upah
yang layak adalah upah yang diterima karyawan yang sudah dapat memenuhi
kebutuhan hidup mimmumnya. Kebutuhan hidup mmimum ditentukan oleh
Depnaker dengan memakai tingkat harga yang berlaku di daerah yang
bersangkutan. Dengan demikian kebutuhan hidup minimum antara daerah yang
satu dengan daerah yang lain berbeda. Data kebutuhan hidup minimum yang
dikeluarkan Depnaker dikelompokkan menjadi empat yaitu :
a. Kebutuhan hidup minimum untuk karyawan lajang
b. Kebutuhan hidup minimum untuk karyawan ditambah satu istri
c. Kebutuhan hidup minimum karyawan ditambah satu istri dengan satu anak
d. Kebutuhan hidup minimum karyawan ditambah satu istri dengan dua anak
6) Kemiskinan dan garis kemiskinan
\
. Secara Teoritis kemiskinau dapat dibedakan menjadi dua mac am yaitu 16)a. Kemiskinan "rnutlak"yvutsrqonlifebaRPIA(Absolut Poverty) yaitu ketidakmampuan seseorang
atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan dasarnya bahkan kebutuhan
hidup minimumnya.
b. Kemiskinan "relatif (Relatif Inequality) yaitu ketidakmampuan kesempatan
dan ketidakmampuan diantara lapisan masyarakat untuk mendapatkan
barang dan jasa atau pelayanan dalam menikmati kehidupan makmur.
Tentang ukuran dan garis kemiskinan di Indonesia yang dikernukakan
beberapa ahli adalah dalam tabel berikut :
15) Heidjrahman R.dan Suad Husnan, Manajemen Personalia, Edisi Ketiga, BPFE, UGM, Yogyakarta,
1984
16) Soedarno F. Op.cit, hal. 149
18zyvutsrponmlkjihgfedcbaYWUTSRPMKJIHGEDBA
Tabel 1. Kriteria dan Garis Kemiskinan
Pcnetiti Kriteria Kota Desa Kota+Desa
1. Esmara a. Konsumsi beras/kapita/th/kg 125
Th 196911970
2. Sayogyo a. Tingkat pengeluaran
1971 - Miskin (m) 480 320
- Miskin sekali (ms) 360 240
- Paling miskin (pm) 270 180
3. Ginikan a. Kebutuhan gizi rnin/org/hari
- Kalori 2000
- Protein (gram) 50
4 Anne Both a. Kebutuhan gizi nun/org/hari
1961)/1970 - Kalori 2000
- Protein (gram) 50
5. Gupita a. Kebutuhan gizi min/th (Rp) 2400
1923
6. Hasan a. Pendapatan min/kapita/th 125 95
(US $)
7. BPS b. Konsumsi kalori 2100
(kapita )/hari
8. Sayogvo b. Pengeluaran/kapita/bln (Rp) 8240 6585
1984
9. Bank Dunia b. Pengeluaranlkapita 6917 4479
1984
10. Sutjipto Wiro c. Tingkat pengeluaran
sardjono - Miskin (m) 600 440
1991 - Miskin sekali (ms) 480 360
- Paling miskin (pm) 390 300
Keterangan :
a. Hendra Esmara, Perencanaan dan Pembangunan di Indonesia PT. Gramedia,
Jakarta, 1986, hal. 312 - 312.
b. Kompas, Senin 9 Mei 1986.
c. Kompas, 13 Desember 1991.
Kriteria garis kemiskinan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari
Sayogyo yang telah disempurnakan oleh Soetjipto Wirosardjono untuk
menentukan garis kemiskinan untuk masyarakat desa yaitu ekuivalen dengan
konsumsi beras sebanyak 360 kg/kapita/tahun.l "
1'7) Soetjipto Wirosardjono, Allgka Yang Digl.lgat Sritua Arief, Kornpas, 13 Desember 1991
19ywutsrponmlkjihgfedcbaXTSPONMKJIHDB
- Orang yang mernpunyai pendapatan/pengeluaran lebih kecil dari 440 kg
nilai tukar beras/kapitaltahun digolongan sebagai orang miskin.
- Orang yang mempunyai pendapatanlpengeluaran lebih kecil dari 360 kg
nilai tukar beras/kapitaltahun digolongkan sebagai orang miskin sekali.
- Orang yang mempunyai pendapatanlpengeluaran lebih kecil dari 300 kg
nilai tukar beras/kapitaltahun digolongkan sebagai orang paling miskin.
7) Distribusi Pendapatan
Pertumbuhan ekonomi tidak selalu berarti perbaikan dalam distribusi
pendapatan masyarakat.i'" Pada kenyataannya pembangunan yang berorientasi
pada pertumbuhanywtronlkihfedcTOGED(Growth Orrientedy pada banyak hal tidak mampu
meningkatkan taraf hidup seluruh masyarakat di suatu negara sehingga teori
"menetes ke bawah" (Trickle Down Effect) yang berasumsi bahwa lapisan
bawah akan juga memperoleh tetesan kemakmuran sebagi akibat pertumbuhan
ekonomi, belum menunjukkan kebenarannya.
- Pemerataan pendapatan.
Pemerataan pendapatan antara penduduk/rumah tangga mengandung dua segi :19)
a. Meningkatkan tingkat hidup mereka yang masih berada di bawah garis
kemiskinan.
a. Pemerataan pendapatan secara menyeluruh, dalam arti mempersempit
perbedaan tingkat pendapatan antar rumah tangga.
18)1. Supranto, KemiskinandanDistribusi Pendapatm. Businees News, No. 4019. 3januari 1996
\91Hananto Sigit, Masa1ah Perhitwlgan Distribusi Pendapatan eliIndonesia. Prisnm, Tahnn IX, Januari
1980. hal. 45
20
Menurut GBHN pemerataan pembagian pendapatan dimaksudkan untuk 20)
a. Mempertinggi penghasilan kelompok-kelompok masyarakat dengan
mata pencaharian yang penghasilannya sangat rendah.
b. Mengarahkan segala kebijaksanaan ekonomi di pembangunan agar
segalanya yang berpenghasilan rendah terangkat hidupnya.tronkigeaTKB
B. Kerangka Teoretik
Tujuan pembangunan nasional adalah menciptakan suatu masyarakat adii dan
makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan pancasila dar. UUD
1945. Sebagai negara berkembang Indonesia belum mampu menyediakan
Japangan kerja bagi angkatan kerja baik dari segi pendapatan maupun kesesuaian
pekerjaan terhadap keahlian. Mengingat sektor pertanian menimbulkan
pengangguran dengan adanya pembagian lahan pertanian antar anggcta yang
semakin sempit dan tidak dapat diatasi dengan industri modern. Industri modem
bersifat substitusi impor maka tergantung pada bahan baku dari luar negeri yang
memerlukan biaya yang mahal untuk membelinya selain itu tidak ada keterlibatan
dengan hasil pertanian. Padahal Indonesia sendiri sebenarnya menpunyai potensi
dan kekayaan alam cukup besar. Untuk itu diperlukan berbagai kebijaksanaan
pembangunan guna menunjang proses ke arah yang lebih maju. Industri yang
merupakan salah satu pemecahan masalah pembangunan mendapat tempat yang
baik untuk dipikirkan. Dengan demikian exsistensi industri mengambil peranan
20)GBHN. Bagian PembangunaniI<IiBidanz Ekonomi. BP-7 Pusat, 1990, hal 123
21zyvutsrponmlkjihgfedcbaTSPOMLKIHFEDBA
sangat penting dalam masalah kesempatan kerja dan merupakan ketergantungan di
negara berkembang.i?
Industri yang berkembang di sektor pertanian adalah industri yang bersifat
Agroindustri. Keterkaitan industri kecil dengan sektor pertanian yang mampu
meningkatkan pendapatan petani. Karena peranan industri pedesaan yang
demikian maka pengembangan industri pedesaan mempunyai arti penting dalam
usaha mengurangi tingkat kemiskinan di pedesaan. Pengembangan industri
pedesaan harus mendapat prioritas utama.22)
1. Letak di pedesaan, maka diharapkan tidak menambah migrasi ke kota dengan
kata lain mengurangi urbanisasi.
2. Sifatnya yang padat karya (tenaga kerja) akan memberikan daya serap lebih
besar per unit yang diinvestasikan.
3. Masih dimungkinkan bagi tenaga kerja yang terserap untuk kembali berburuh
tani dalam usaha tani khususnya menjelang saat-saat sibuk karena letak
berdekatan.
4. Penggunaan teknologi yang sederhana, mudah terlaksana dan dipelajari,
Disamping itu industri kecil juga mempunyai manfaat sosial yang berarti bagi
k . . 23)
pere onorman, yartu
a. Industri kecil dapat menciptakan peluang berusaha dengan biaya yang lebih
murah.
b. Industri kecil turut mengambil peranan dalam meningkatkan dan mobilitas
tabungan domestik.
ell Irzan Ashary Saleh, Industri Kecil Sebuah Tinjauan danPerbandingan, LP3ES, 1986, hal. I
~~l Hadi Prayitno danLincoln Arsyad, Petani Desa danKerniskinan, BPFE, 1981. hal. 65
~3.1Irzan Ashary Saleh, Op.cit. hal.5
22ywutsrponmlkjihgfedcbaPIHDBA
c. Industri kecil mempuanyai kedudukan komplementer terhadap industri
sedang, besar karen a menghasilkan produk yang relatif murah dan
sederhana yang biasanya tidak dihasilkan oleh industri yang besar
Bila kita tinjau dari pola pengembangan industri nasional maka pengembangan
industri kecil yang tangguh merupakan hal yang sangat penting. Dengan
pengembangan industri kecil dapat meningkatkan peran serta masyarakat yang
semakin luas sehingga masyarakat siap menghadapi perubahan besar dalam
proses industrialisasi.
Berkembangnya industri kecil di pedesaan ini berarti industri kecil tersebut
mendekati tenaga kerja dan bahan baku/mentah sehingga biaya produksi lebih
murah dan dapat meningkatkan keuntungan pengusaha. Pengembangan industri
kecil di pedesaan membutuhkan tenaga kerja yang cukup dimana dapat dipenuhi
di pedesaan, sehingga masalah pengangguran teratasi. Adanya peningkatan
pendapatan setidaknya layak untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga
jumlah penderita kemiskinan berkurang yang pada gilirannya tingkat
kesejahteraan masyarakar meningkat.tspoieHC
C. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan sebagai jawaban sementara untuk dijadikan pedoman
guna mencari kebenaran adalah sebagai berikut :
1. Pendapatan pengrajin industri batu bata di Desa Pakahan lebih besar dari
pendapatan petani di sektor pertanian
2. Pendapatan buruh industri batu bata di Desa Pakahan lebih besar dari
pendapatan buruh di sektor pertanian.
3. Kesempatan kerjarpnmjgeapengrajm industri batu bata di Desa Pakahan lebih besar
dari kesempatan kerja petani di sektor pertanian.
4. Kesempatan kerja buruh industri batu bata di Desa Pakahan lebih besar dari
kesempatan kerja buruh di sektor pertanian.
5. Nilai tambah industri batu bata di Desa Pakahan lebih besar dari nilai tambah
di sektor pertanian.
6. Upah buruh industri batu bat? di Desa Pakahan sudah layak.
7. Jumlah penderita kemiskinan industri batu bata di Desa Pakahan kurang dari
jumlah penderita kemiskinan di sektor pertanian.
8. Kesenjangan distribusi pendapatan antara masyarakat desa kota industri batu
bata di Desa Pakahan kurang dari kesenjangan distribusi pendapatan antara
masyarakat desa kota di sektor pertanian.
BABIll
METODA PENELITIAN
A. Jenis PenelitianywutsrponmlkjihgfedbaSPDA
Penelitian yang dilakukan penulis adalah jenis penelitian studi kasus yaitu
penelitian yang dilakukan dengan mengambil suatu daerah yang telah
ditentukan sebalumnya sebagai subyek penelitian. Sedangkan sifat
penelitiannya adalahxtspofecaex post facto yaitu data yang dikumpulkan setelah semua
kejadian berlangsung.
B. Subyek Penelitian dan Lokasi Penelitian
1. Populasi penelitian
Populasi adaiah sekumpulan obyek penelitian yang dapat berupa manusia,
benda, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa sebagai sumber daya yang
memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini
yang menjadi populasi sebesar 38 pengrajin/pengusaha dan buruh pengrajin
industri batu batao
2. Sampel Penelitian
'Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang dapat mewakli
seluruh populasi. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebesar
semua populasi yang terdiri dari 38 pengrajin/pengusaha dan buruh
pengrajin industri batu batao
24
25
3. Lokasi Penelitian
Di dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi penelitian di Oesa
Pakahan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten. Adapun alasan
penulis memilih lokasi penelitian di daerah tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Masyarakat desa Pakahan sebagian besar hidup mengandalkan sektor
pertanian, tetapi tidak didukung oleh pemilikan lahan yang memadai.
b. Di des a Pakahan terdapat banyak industri Batu bata sehingga banyak
petani sebagai pengraj in.
c.
usrpnmlkigfedbaVTSPDTeknik Pengambilan SampelDalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengambilan sam pel acak
sederhanasrponmligeda(simple random sampling) untuk mendapatkan sampel buruh pengrajin.
Dengan cara acak dipilih 25% dari buruh yang dipekerjakan pengrajin. Adapun
jumlah sampel sebesar 38 buruh didapat dari :
Buruh = 25% X 4 buruh X 38 pengrajin =38 buruh
D. Variabel Penelitian :Definisi dan Pengukuran
Variabel adalah sebagai sesuatu yang dapat menjadi subyek pengamatan atau
fakta-fakta yang berperanan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti. Adapun
variabel dalam penelitian ini adalah
26
yutsrponmlkjihgfedbaPK1. Pendapatan sebagai balas jasa faktor produksi
a. Pendapatan yang diterima oleh pengrajin industri batu bata selama satu
tahun dalam rupiah.
b. Pendapatan yang diterima petani di sektor pertanian selama satu tahun
dalam rupiah.
2. Pendapatan sebagai balas jasa faktor produksi
a. Pendapatan yang diterima buruh industri batu bata selama satu tahun
dalam rupiah
b. Pendapatan yang diterima buruh di sektor pertanian selama satu tahun
dalam rupiah.
3. Kesempatan kerja adalah peluang untuk mendapatkan pekerjaan.
a. Kesempatan kerja bagi pengrajin industri batu bata yang dinyatakan
dalam jumlah hari kerja per orang selama satu tahun.
b. Kesempatan kerja bagi petani di sektor pertanian yang dinyatakan dalam
jumlah hari kerja per orang selama satu tahun.
4. Kesempatan kerja adalah peluang untuk mendapatkau pekerjaan.
a. Kesempatan kerja bagi buruh industri batu bata yang dinyatakan dalam
jumlah hari kerja selama satu tahun.
b. Kesempatan kerja bagi buruh di sektor pertanian yang dinyatakan dalam
jumlah hari kerja selama satu tahun.
27
ywutsrponmlkjihgedcbaUTSPNMKID5. Nilai tambah
Maksudnya adalah selisih antara nilai hasil produksiutponi(output) dengan nilaiI
'.'I
-·-1
I
I
I
I
'I
I
'1
bahan baku (input) yang dinyatakan dalam rupiah. Dalam penelitian ini akan
diukur :
- Nilai tambah sektor pertanian yang dihasilkan oleh sektor industri
selama satu tahun yang dinyatakan dalam rupiah.
6. Upah atau pendapatan yang layak,
Upah atau pendapatan yang layak adalah upah yang diterima tenaga kerja
sesuai dengan kebutuhan hidup minimum yaitu nilai dalam rupiah yang
harus dimiliki seorang kepala keluarga agar dapat hidup selama satu bulan.
Kebutuhan hidup minimum ditentukan berdasarkan keputusan Departemen
Tenaga Kerja setempat (Tingkat KabupatenIKotamadya)
a. Kebutuhan hidup minimum untuk karyawan lajang.
b. Kebutuhan hidup minimum umuk karyawan ditambah satu istri.
c. Kebutuhan hidup minimum untuk karyawan ditambah satu istri dengan
satu anak.
d. Kebutuhan hidup minimum untuk karyawan ditambah satu istri dengan
dua anak.
7. Penderita Kemiskinan
Penderita kemiskinan adalah jumlah rumah tangga yang pendapatan per
kapitanya di bawah garis kemiskinan. Kriteria garis kemiskinan yang
dipakai sebagai tolok ukur dalam penelitian ini adalah kriteria gans
28ywvutsrponmlkjihgedcbaYWSPNMKJD
Wirosardjono yaitu ekuivalen dengan konsumsi beras sebanyak 360
kg/kapita/tahun.Y"
a. Jumlah penderita kemiskinan dari rumah tangga pengrajm dan buruh
industri batu batu.
b. Jumlah penderita kemiskinan dari rumah tangga petani dan buruh di
sektor pertanian.
8. Kesenjangan distribusi pendapatan antara masyarakat desa kota
Maksudnya adalah perbedaan pendapatan rata-rata masyarakat desa dengan
masyarakat kota.
a. Pendapatan rata-rata masyarakat desa selama satu tahun.
b. Nilai tambah industri batu Data selama satu tahun.ytrnigcaED
E. Data yang Dicari.
1. Data Primer.
yaitu data yang dikumpulkan dari hasil wawancara langsung dengan
responden Data ini meliputi :
a. Pendapatan yang diterima selama satu tahun dalam rupiah
a.l. Pendapatan yang diterima pengrajin industri batu bata selama satu
tahun dalam rupiah.
a.2. Jumlah bahan baku yang digunakan untuk usaha industri batu bata
a.3. Jumlah hari kerja selam satu tahun
a.4. Jumlah produksi per hari, per minggu, per bulan, per tahun
24.' Soetjipto Wirosardjono,pOOpcit.
29
a. 5. Pekerjaan pokok atau sambi Ian
a.6. Jumlah pendapatan yang diterima per bulan
b. Pendapatan yang diterima petani di sektor pertanian selama satu tahun dalam rupiah.
b.l. Jumlah anggota keluarga b.2. luas lahan untuk pertanian
b.3. Jumlah biaya untuk tanam-panen dalam rupiah meliputi : - biaya mencangkul
- biaya membajak - biaya menanam - biaya menyiangi
- biaya pupuk
- biaya obat-obatan
- biaya mengairi
- biaya sewa
b.4. Jumlah hasil produksi satu kali panen
b. 5. Harga perkilograml kuintal
b.6. Jumlah nilai penjualan
2. Pendapatan yang diterima selama satu tahun dalam rupiah.
a. Pendapatan yang diterima buruh industri batu bata selama satu tahun
dalam rupiah.
a. 1. Pendapatan rata-rata selama satu minggu
a.2. Jumlah hari kerja selama satu minggu
30
b. Pendapatan yang diterima buruh di sektor pertanian selama satu tahun
dalam rupiah.b
b.1. Luas lahan yang digarap
b.2. Cara pembagian hasil dan biaya antara pemilik dengan penyewa b.3. Hasil yang diperoleh dalam satu kali panen
3. Kesempatan kerja yaitu peluang untuk mendapatkan pekerjaan selama satu
tahun dalam jumlah jam kerja.
a. Jumlah hari kerja selama satu tahun sebagai pengrajin indusrti batu bata
a.I. Waktu kerja : pagi/siang/sore/malamJpagi-sore/pagi-malam a.2. Jumlah jam kerja Ihari
a.3. Jumlah jam kerja per minggu, per bulan, per tahun
a.4. Jumlah jam kerja untuk membuat luluhan a.S. Jumlah jam kerja untuk mencetak batu bata
a.6. Jumlah jam kerja untuk menjemur batu bata
a.7. Jumlah jam kerja untuk menata batu bata a.8. Jumlah jam kerja untuk membakar batu bata
a.9. Jumlah jam kerja untuk membongkar batu bata
b. Jumlah jam kerja selama satu tahun sebagai petani di sektor pertanian
sekali musim panen.
b. 1. Luas lahan untuk pertanian
b.2. Jurnlah jam kerja/harib
b.3. Jumlah jam kerja per minggu, per bulan, per tahun b.4. Jumlah jam kerja untuk mencangkul
b 5. Jumlah jam kerja untuk membajak
31
~,yutsrponmlkjihgedcbaWSOLKJI
b.6. Jumlah jam kerja untuk menanam b.7. Jumlah jam kerja untuk menyiangi
b.8. Jumlah jam kerja untuk memupuk b.9. Jumlah jam kerja untuk mengairi
b.IO. Jumlah jam kerja untuk memanen
4.Kesempatan kerja
a. Jumlah hari kerja selama satu tahun sebagai buruh industri batu bata
a.l Waktu kerja : pagilsianglsore/malamlpagi-sore/pagi-ma!am
a.2. Jumlah jam kerja /hari
a.3. Jumlah jam kerja per minggu, per bulan, per tahun
a.4. Jumlah jam kerja untuk membuat luluhan a.5. Jumlah jam kerja untuk mencetak batu bata a.6. Jumlah jam kerja untuk menjemur batu bata
a.7. Jumlah jam kerja untuk menata batu bata a.S. Jumlah jam kerja untuk mernbakar batu bata
a.9. Jumlah jam kerja untuk membongkar batu bata
b. Jumlah jam kerja selama satu tahun sebagai petani di sektor pertanian
sekali musim panen.
b.l. Luas lahan untuk pertanian
b.2. Jumlah jam kerja/hari
b.3. Jumlah jam kerja per minggu, per bulan, per tahun b.4. Jumlah jam kerja untuk mencangkul
b.5. Jumlah jam kerj a untuk membaj ak b.6. Jumlah jam kerja untuk menanam
b. 7. Jumlah jam kerja untuk menyiangi b.8. Jumlah jam kerja untuk memupuk b.9. Jumlah jam kerja untuk mengairi b.lO. Jumlahjam kerja untuk memanen
5. Nilai tambah yang dihasilkan selama satu tahun, data yang dicari meliputi : a. Nilai tambah produklharga jual industri batu bata selama satu tahun.
a.l. Jumlah nilai produk/harga jual selama satu bulan dalam rupiah a.2. Jumlah nilai bahan baku selama satu bulan dalam rupiah a.3. Jumlah nilai bahan pembantu selarna satu bulan dalam rupiah b. Nilai tambah yang dihasilkan sektor pertanian selama satu tahun
b.l. Jumlah nilai produklharga jual sektor pertanian selama satu tahun b.2. Jumlah biaya yang dikeluarkan
- biaya bibit - biaya pupuk
b.3. harga per kilogram hasil pertanian
o'k-4t
1
Upah atau pendapatan yang layak, data yang dicari meliputi :a. Jumlah upah yang diterima tenaga kerjalburuh industri batu bata selama
satu bulan dalam rupiah
b. Jumiah anggota keluarga
c. Upah pembanding untuk regional Jawa Tengah yaitu Upah Minimum
Regional. Data diperoleh dari Depnaker.
d. Kebutuhan Hidup Minimum Kabupaten Klaten. Data diperoleh dari
Depnaker.
..,.., _)_,
7. Jumlah penderita kemiskinan, data yang dicari meliputi
a Jumlah pendapatan yang diterima rumah tangga pengrajin dan buruh
industri batu bata selama satu tahun, ekuivalen dengan konsumsi beras
sebesar 360 kglkapitaltahun.
b. Jumlah pendapatan yang diterima rumah tangga petani dan buruh di
sektor pert anian selama satu tahun, ekuivalen dengan konsumsi beras
sebesar 360 kg/kapitaltahun.
8. Kesenjangan distribusi pendapatan antara masyarakat desa kota, data yang
dicari meliputi •
a. Pendapatan rata-rata masyarakat desa
b. Nilai tambah industri batu bata selama satu tahun
c. Nilai tambah sektor pertanian selama satu tahun
2. Data Sekunder
Yaitu data yang ada di Desa Pakahan, data ini meliputi keadaan geografi
desa, penduduk dan struktur penduduk dan lain sebagainya.utpnmlkigeaTPFD
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik wawancara berpedoman (berstruktur) yaitu teknik pengumpulan
data dengan wawancara lang sung pada responden berdasarkan pedoman
wawancara (pedoman wawancara terlampir).
2. Teknik dokumenter
yaitu teknik pengumpulan data dengan cara meJihat atau mempelajari data
34
G. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan studi perbandinganvutrpomifedaSCBA(Comparative Studi) dengan
analisis "Before-After" (sebelum dan sesudah) yaitu membandingkan dua
perilaku dimana perilaku satu sebelum industri batu bata dan sesudah kedua
industri kecil.nX
1.Untuk hipotesis I sampai IV, analisis yang digunakan adalah anal isis Uji
beda Z dengan rumus sebagai berikut :25)
Z= XI-X2 S 2 S 2
_.!.._ +_2_ nl n2
Keterangan untuk hipotesis pendapatan industri batu bata lebih besar dari
pendapatan di sektor pertanian.
Z
=
distribusi zX, = jumlah pendapatan rata-rata industri kecil batu bataoX
X
2 = jumlah pendapatan rata-rata sektor pertanianS12
=
varians industri kecil batu bataoslsl
= varians sektor pertanian.n1
=
jumlah sampel industri kecil batu batao n2 = jumlah sampel sektor pertaniandimana S2 dengan rumus sebagai berikut.f'"
25) Drs. Djarwanto. Ps. Dan Pangestu Subagyo, Statistik Indonesia, Yogyakarta, BPFE-UGM,
cetakan II.haU2
26) Anton Dajan, Pengantar Metode Statistik, Cetakan II, Jakarta, LP3ES, hal. 2!
35
} I,(X - XI)2
S'
=
-,-,---'-'-n -1 KeteranganS
S
2 vanansXi jumlah pendapatan rata-rata ke iXI
X jumlah pendatan rata-rata seluruh sampel
n
=
jumlah sampelKeterangan untuk hipotesis kesempatan kerja industri batu bata lebih
besar dari kesempatan kerja di sektor pertanian.
Z distribusi z
XI jumlah hari kerja rata-rata industri kecil batu batao
X2
=
jumlah hari kerja rata-rata sektor pertanian.S12 varians industri kecil batu batao
S22 varians sektor pertanian.
n, jumlah sampel industri kecil batu batao
n2 = jumlah sampel sektor pertanian.
dimana S2 dengan rumus sebagai berikut :
S2 =I,(Xi - XJ2
n-l
keterangan : S2 vanans
Xi jumlah hari kerja rata-rata ke i
X jumlah hari kerja rata-rata seluruh sampel
n jumlah sampel
36
::,.
':"
Langkah-langkah umum dalam pengujian hipotesis II dan IV: a. menentukan hipotesis nihil dan hipotesis alternatif.
Ho : MxP, =MxP2
b. taraf signifikan =0,05 (5%)
c. kriteria penerimaan
Ho diterima , jika z hitung 0z tabel
Ho ditolak, jika z hitung
>
z tabeld. mencari nilai z hitung, jika z tabel =1,645 e. kesimpulan
2. Untuk menguji hipotesis V yang mengatakan bahwa nilai tambah industri batu bata lebih besar dari nilai tambah di sektor pertanian. Hipotesis ini
dibuktikan dengan cara rnenghitung nilai barang dan jasa yaitu nilai barang( produksi ) dikurangi dengan nilai bahan baku dikurangi lagi dengan nilai bahan pernbantu. Apabila nilai tarnbah rata-rata hasil
industri batu bata lebih besar dari nilai tambah rata-rata sektor pertanian rnaka hipotesis ini benar.
3. Untuk menguji hipotesis VI rnengatakan bahwa upah tenaga kerja atau
buruh industri batu bata sudah layak dengan cara rnernbandingkan antara upah tenaga kerja atau buruh dengan pengeluaran yang dibutuhkan oleh
tenaga kerja beserta keluarganya untuk rnemenuhi kebutuhan hidup minimum (KHM). Data tentang KHM diperoleh dari Departemen Tenaga Kerj a pada bulan diadakan penelitian.
37
4, Hipotesis VII mengatakan bahwa jumlah penderita kemiskinan industri
batu bata kurang dari jumlah penderita kemiskinan di sektor pertanian.
"
Cara membuktikan hipotesis ini dengan menggunakan kriteria garis
kemiskinan dari Prof Sayogyo yang telah disempurnakan oleh Soetjipto
Wirosardjono dengan membandingkan tingkat pengeluaran rumah tangga
petani dan buruh tani sesudah dan sebelum adanya industri batu bata
ekuivalen dengan pengeluaran untuk beras/kapita/tahun.
S, Hipotesis VIII mengatakan bahwa kesenjangan distribusi pendapatan
antara masyarakat desa kota industri batu bata kurang dari kesenjangan
distribusi pendapatan antara masyarakat desa kota di sektor pertanian.
Untuk membuktikan hipotesis ini dengan membandingkan pendapatan
rata-rata masyarakat desa dengan masyarakat kota. Dalam penelitian ini
penulis tidak melakukan penelitian di kota maka dengan asumsi bahwa
pendapatan rata-rata masyarakat kota dianggap tetap. Semakin tinggi
nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor industri yang ditahan di
pedesaan maka semakin tinggi tingkat pendapatan desa tersebut. Asumsi
pendapatan rata-rata masyarakat kota tetap dengan rumus :27)
Urban Rural Income Disparitas =Yu - YR maka
a, Urban Rural Income Disparitas akan tetap jika pendapatan rata-rata
masyarakat desa
(YR)
tetap.27) The Kian Wie, Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan: Beberam Pendekatan AlternatiL
LP3ES, Jakarta, 1981.
38
b. Urban Rurala Income Disparitas akan berkurang jika pendapatan
rata-rata masyarakat desa (YRR ) naik.
c. Urban Rural income Disparitas akan meningkat jika pendapatan
rata-rata masyarakat desa (YR ) turun.
BABIV
DESKRIPSI DAERAH DAN SAMPEL PENELITIAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian.
1. Keadaan Geografi.
a. Lokasi Penelitian.
Lokasi penelitian ini terletak di Desa Pakahan, Kecamatan Jogonalan,
Kabupaten Klaten. Adapun letak Desa Pakahan berbatasan dengan desa-desa
sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Trunuh, Kecamatan Klaten Selatan.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kali Tengah, Kecamatan Wedi.
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sumyang, Kecamatan Jogonalan.
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pandes, Kecamatan Wedi.
Sedangkan jarak Desa Pakahan dengan :
Pusat pemerintahan Kecamatan Jogonalan adalah 2mkkm.
Pusat pernerintahan Kabupaten Klaten adalah 21rm.
Pusat pemerintahan Propinsi Jawa T engah adalah 120km.
Desa Pakahan mempunyai wilayah pemerintahan yang terdiri dari 15 Dusun
yaitu:
1. Dusun Pakahan.
2. Dusun Dukuh Lor.
3. Dusun Tobayan.
4. Dusun Dukuh Kidul.
39
40
5 Dusun Kalibajing
6 Dusun Ledok.
:....
7. Dusun Krapyak Kidul.
8. Dusun Bunder.
9. Dusun Krapyak Lor.
10. Dusun Sompilan.
11. Dusun Gedong.
12. Dusun Kantolan.
13. Dusun Sentono.
14. Dusun Majasem.
15. Dusun Tegal Krapyak.
b. Luas Wilayah Desa Pakahan
Sesuai dcngan data monografi Desa Pakahan pada tahun 1998 adalah seluas
• 135.6015 ha. Adapun perinciannya dapat dilihat dalarn tabel berikut :
Tabel 2. Perincian Luas Tanah Desa Pakahan pada Tahun 1998.
No. Jenis Tanah Luas
1. Perumahan dan Pekarangan 18.0930
2. Bangunan Umum 16.7320
3. Sawah dan Ladang 82.2210
4. Pekuburan 2.7218
5. Jalan 2.3321
6. Lain-lain 0.5011
Sumber : Data Monografi Desa Pakahan, 1998.
41
Luas Wilayah Desa Pakahan sebesar 82.2210 ha. Berupa sawah dan ladang.
Tanah atau sawah di Desa Pakahan subur sehingga mudah untuk ditanami
sampai tiga kali musim tanam panen dalam satu tahun. Pekarangan kebanyakan
ditanami kelapa, jambu, rambutan, mlinjo dan tanaman lainnya yang memberikan
hasil.
C. Keadaan Iklim.
Wilayah Desa Pakahan merupakan daerah dataran rendah, dengan ketinggian
rata-rata 150-300 m. dari permukaan laut. Suhu udara rata-rata 27°-37°CC.
2. Keadaan Penduduk.
a. Jumlah Penduduk.
Jumlah penduduk Desa Pakahan pada tahun 1998 berjumlah 3.750 jiwa
terdiri dari l. 860 laki-laki dan l.890 perempuan. Sedangkan jumlah kepala
keluarga ada 634 kk. Jumlah penduduk menurut umur dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Tabel3. Jumlah Penduduk Desa Pakahan Menurut Umur Tahun 1998.
No. Umur ( Tahun)_ lumlah Prosentase ('Yo)
l. 00-03 295 7,8
2. 04-06 341 9,1
3. 07-12 477 12,7
4. 13-15 419 11,2
5. 16-18 573 15,3
6. 19- ke atas 1645 43,9
Jumlah 3750 100
Sumber: Data Monografi Desa Pakahan, Tahun 1998.
42
Tabel 4 Jumlah Penduduk Desa Pakahan Menurut Umur Berdasarkan
Kelompok Tenaga Kerja Pada Tahun 1998.
No. Umur (Tahun) lumlah Prosentase (%)l
l. 10-14 295 10,2
2. 15-19 415 14,4
3. 20-26 575 20
4. 27-40 799 27,8
5. 41-56 459 15,9
6. 57- ke atas 336 11,7
lumlah 2879 100
Sumber : Data Monografi Desa Pakahan, Tahun 1998.
b. Jenis Mata Pencaharian Penduduk.
Yang dimaksud dengan mata pencaharian adalah pekerjaan sehari-hari yang
dilakukan oleh masing-masing penduduk guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
Jenis mata pencaharian yang dimiliki oleh warga Desa Pakahan bervariasi.
Adapun perinciannya dapat diiihat dalam tabel berikut :
Tabel 5. Jenis Ma!a Pencaharian Penduduk Desa Pakahan Tahun 1998.
No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah Prosentase (%)
l. TanilPetani 186 12,92
2. Buruh Tani 308 21,39
3. Pegawai Negri Sipil 179 12,43
4. Jasa 65 4,51
5. Swasta 190 13,20
-6. WirswastaiPedagang_ 94 6,53
7. Pensiunan 33 2,29
8 Pertukang_an 373 25,90
9. ABRI 12 0,83
Jumlah 1440 100
Sumber : Data Monografi Desa Pakahan, Tahun 1998.
Data di atas meuunjukkan bahwa sektor pertanian di Desa Pakahan
memberikan lapangan pekerjaan bagi sebagian besar masyarakat sebagai petani
43
pertanian banyak masyarakat sebagai buruh tani vaitu sebesar 308 jiwa atau
21,39l %.
c. Tingkat Pendidikan.
Tabe16. Jumlah Penduduk Desa Pakahan Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 1998.
No. Jenis Pendidikan Jumlah Prosentase (%)
l. Tidak Tamat SD 497 16,73
2. Sekolah Dasar 1024 34,48
3.TSPML SMP/SLTP 730 24,58
4. SMA/SLTA 652 21,95
5. PT/Akademi 67 2,26
lumlah 2970 100
Sumber: Data Monografi Desa Pakahan, Tahun 1998.
Tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk di Desa Pakahan sebagian besar
telah menikrnati/mengenyam pendidikan, walaupun tingkat pendidikan yang
mampu ditempuh oleh masyarakat sebagian besar adalah tingkat pend