• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian pengembangan masyarakat ini berupaya mengetahui peran PHBM, mengkaji dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas PHBM,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian pengembangan masyarakat ini berupaya mengetahui peran PHBM, mengkaji dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas PHBM,"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN

PAMBUDIARTO, Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan(LMDH) : Suatu Kajian Penguatan Kapasitas LMDH dan Efektivitas PHBM di Desa Glandang, Kecamatan Bantarbolang, Kabupaten Pemalang. Ketua Komisi Pembimbing : Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS. dan Anggota Komisi Pembimbing : Drs. Muhammad Fadhil Nurdin, MA, PhD.

Untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat seperti yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945, berbagai program pengembangan masyarakat di Desa Glandang telah di lakukan oleh pemerintah, yang bertujuan meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat melalui berbagai pendekatan partisipatif. Pada era pembangunan masa lalu proses pengembangan masyarakat mulai dari tahap identifikasi masalah dan kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi program dilakukan oleh pemerintah dengan orientasi pada hasil atau produksi (production centered development) tanpa melibatkan masyarakat, sehingga telah mengakibatkan kerusakan terhadap sumberdaya alam yang mengancam keberlanjutan pembangunan itu sendiri serta mengabaikan aspek-aspek pemerataan dan keadilan sosial bagi masyarakat, sehingga menimbulkan persoalan-persoalan bagi masyarakat, seperti kemiskinan dan ketimpangan struktur sosial yang tajam antara lapisan masyarakat bawah yang semakin miskin dan termarjinalkan dengan lapisan masyarakat atas yang semakin kaya. Tetapi dengan diberlakukannya otonomi daerah pada semua tahap pengembangan masyarakat sekarang diserahkan pada masyarakat dengan paradigma pembangunan yang berorientasi pada pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat keseluruhan (people centered development), sedangkan pihak pemerintah berfungsi memfasilitasi terciptanya lingkungan yang mendukung pertumbuhan ekonomi dengan menggali inisiatif dan partisipasi masyarakat lokal serta memelihara dan menjaga kelestarian sumberdaya alam sehingga pembangunan dapat dilaksanakan secara berkelanjutan (sustainable development).

Sehubungan dengan itu, diperlukan langkah-langkah baik oleh pemerintah maupun masyarakat (stakeholders) sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dalam mengembangkan potensi sumberdaya alam yang tersedia pada tingkat lokal, dengan tetap menjaga dan memelihara kelestarian potensi sumberdaya alam tersebut. Hal ini dapat dijadikan model bagi terciptanya pembangunan berbasis kompetensi masyarakat lokal dan model pembangunan berkelanjutan.

Di Desa Glandang, Kecamatan Bantarbolang, Kabupaten Pemalang, terdapat sebuah sistem pengelolaan sumberdaya hutan bersama masyarakat melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang dibentuk pada tanggal 30 Nopember 2004. Ide pembentukan LMDH berasal dari aspirasi warga Desa Glandang sendiri secara bottom up, dengan difasilitasi oleh pemerintah Desa Glandang. Tujuan didirikannya LMDH adalah pengelolaan sumber daya hutan pangkuan Desa Glandang yang mengarah kepada peningkatan ekonomi masyarakat dan keseimbangan ekologi.

(2)

Kajian pengembangan masyarakat ini berupaya mengetahui peran PHBM, mengkaji dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas PHBM, mengkaji dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas kelembagaan LMDH, dan mengkaji kinerja LMDH, serta merumuskan strategi dan program yang tepat dalam upaya penguatan kapasitas LMDH dan peningkatan efektivitas PHBM di Desa Glandang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program PHBM di Desa Glandang telah memberikan pengaruh positif terhadap perubahan taraf hidup pesanggem (penggarap). Namun demikian dalam implementasinya PHBM belum efektif, hal ini dipengaruhi faktor belum diimplementasikannya program kerja PHBM dengan baik, rendahnya peran serta LMDH dan pesanggem (penggarap), serta belum luasnya jaringan kerjasama. Kapasitas LMDH masih rendah, hal ini dipengaruhi oleh faktor rendahnya SDM pengurus, rendahnya kapasitas anggota, rendahnya ketaatan pesanggem terhadap norma/ aturan yang ada, serta rendahnya kinerja LMDH.

Kinerja LMDH belum mampu menumbuhkembangkan kapasitasnya untuk melayani tuntutan kebutuhan nyata dari pesanggem (penggarap). Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya kwalitas pelayanan LMDH, pengurus LMDH belum mampu mengelola organisasi LMDH dengan baik, kepemimpinan LMDH belum mencerminkan keterwakilan seluruh unsur yang ada dalam LMDH, manajemen LMDH belum menerapkan prinsip-prinsip manajemen dengan baik.

Berdasarkan identifikasi masalah bersama disimpulkan bahwa permasalahan yang pokok yang dihadapi adalah rendahnya kapasitas LMDH dan belum efektifnya program PHBM. Melalui Focus Group Discussion (FGD) dilakukan penyusunan program secara partisipatif yang melibatkan unsur pesanggem (penggarap), LMDH, perangkat desa, dan Perum Perhutani. Dari kegiatan tersebut dapat disusun program aksi penguatan kapasitas LMDH dan peningkatan efektivitas program PHBM.

Upaya penguatan kapasitas LMDH dapat diakukan melalui restrukturisasi kelembagaan LMDH dan pelatihan manajemen bagi pengurus dan anggota LMDH. Sedangkan peningkatan efektivitas PHBM dapat dilakukan melalui penataan struktur akses dan kontrol SDA hutan, serta pengawasan manajemen LMDH. Berbagai langkah pembaharuan di atas diharapkan mampu membawa program PHBM dan LMDH Desa Glandang dalam pengelolaan hutan menjadi mandiri dan dapat digunakan sebesar-besarnya untuk perubahan taraf hidup pesanggem (penggarap) di Desa Glandang.

(3)

ABSTRAK

PAMBUDIARTO, Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan(LMDH) : Suatu Kajian Penguatan Kapasitas LMDH dan Peningkatan Efektivitas PHBM di Desa Glandang Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang. Ketua Komisi Pembimbing : Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS. dan Anggota Komisi Pembimbing : Drs.. Muhammad Fadhil Nurdin, MA, PhD.

Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, dimanfaatkan oleh masyarakat petani hutan (pesanggem) di Desa Glandang dengan membentuk Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) pada tanggal 30 Nopember 2004. Maksud dan Tujuan dibentuknya LMDH adalah : sebagai wadah penyalur aspirasi masyarakat, mengenai kelestarian sumberdaya hutan, sebagai wadah/ kegiatan dalam rangka aktivitas sumberdaya hutan yang mengarah kepada peningkatan ekonomi masyarakat dan keseimbangan ekologi.

Pelaksanaan program PHBM melalui LMDH ternyata belum berjalan secara optimal dan sesuai dengan yang diharapkan. Ada faktor-faktor penghambat yaitu faktor struktur akses dan kontrol SDA hutan, serta kinerja LMDH. Solusi mengatasi hambatan adalah melakukan kajian pengembangan masyarakat.

Kajian pengembangan masyarakat tersebut berupaya mengkaji penguatan kapasitas LMDH dan peningkatan efektivitas PHBM. Diharapkan dengan dilakukannya kajian ini, dapat disusun suatu rencana program penguatan kapasitan LMDH dan peningkatan efektivitas PHBM yang sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat.

Berdasarkan hasil identifikasi potensi, permasalahan, dan kebutuhan yang diperoleh, diperoleh gambaran komprehensif berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Desa Glandang dan LMDH, yaitu belum optimalnya kapasitas LMDH didalam peningkatan taraf hidup para petani hutan (pesanggem).

Upaya penguatan kapasitas LMDH yang dapat diakukan adalah perbaikan kinerja LMDH Sedangkan untuk peningkatan efektivitas program PHBM dapat

(4)

dilakukan melalui perbaikan struktur akses dan perbaikan kontrol SDA hutan, Berbagai langkah pembaharuan di atas diharapkan mampu membawa hutan menjadi lestari dan dapat digunakan sebesar-besarnya untuk peningkatan taraf hidup masyarakat Desa Glandang.

, yang meliputi perbaikan dalam hal : 1) Penerapan manajemen yang tegas dalam Perum Perhutani, 2) perbaikan kinerja lembaga supervisi program PHBM di KPH Perum perhutani, 3) memodifikasi tugas pengamanan kawasan hutan, 4) perbaikan kinerja dan kualitas komunikasi publik tentang kegiatan Perum Perhutani.

: 1) sosialisasi, 2) membangun kepercayaan, 3) membangun kesepahaman akan perlunya sebuah kerjasama yang mampu mempertemukan kepentingan kedua belah pihak secara proporsional, 4) melakukan perencanaan partisipatif, 5) membangun jejaring, 6) mempersiapkan masyarakat untuk melakukan kerjasama secara kelembagaan, 7) melakukan monitoring dan evaluasi bersama.

(5)

ABSTRACT

PAMBUDIARTO. Community Based Forest Management (CBFM) through Community Forest Organization (CFO): An Analysis for Strengthening the Capacity of CFO and the Effectiveness of CBFM the Glandang Village, Bantarbolang Sub-district, and Pemalang District. Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS., as Lead Adviser; and Drs. Muhammad Fadhil Nurdin, MA, PhD., as Co-Adviser.

The objectives of this study are, first, to in-depth analyze the role of CBFM particularly factors that influence the effectiveness of CBFM. Second, to analyze factors that influence the capacity of CFO. Lastly, third, to formulate strategy and programmes for strengthening the capacity of CFO as well as the effectiveness of CBFM of the Glandang Village. Data were collected through in-depth interview, direct observation, focus group discussion as well as collection of CFO’s documents. Data are analyzed through qualitative method.

The result show that, first, al through the CBFM of Glandang Village has

already been positively contribute to the livelihood of the forest farmers (or pesanggem), however, due to not well implemented program, limited

networks, and weak role of CFO as well as the participation forest farmers, the CBFM worked ineffectively. Second, the leverage capacity of CFO was so limited due to inadequate capacity of the human resource of the management as well as member of organization., unproper management of the organization, and weak to comply to agreed norm and rules among the forest farmers. As a result, the capacity of CFO and the effectiveness of the CBFM were in low condition.

Third, to increase the capacity of CFO two important agendas have to put into action, namely restructure the management of CFO and carry out educational and management training for strengthening the new management. In order to make more effective role of CBFM, two aspects have to address i.e. changes the management regime for access and control to forest resource, and increase control to the management of CFO.

(6)

ABSTRACT

PAMBUDIARTO. Community Based Forest Management (CBFM) through Community Forest Organization (CFO): An Analysis for Strengthening the Capacity of CFO and the Effectiveness of CBFM the Glandang Village, Bantarbolang Sub-district, and Pemalang District. Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS., as Lead Adviser; and Drs. Muhammad Fadhil Nurdin, MA, PhD., as Co-Adviser.

The objectives of this study are, first, to in-depth analyze the role of CBFM particularly factors that influence the effectiveness of CBFM. Second, to analyze factors that influence the capacity of CFO. Lastly, third, to formulate strategy and programmes for strengthening the capacity of CFO as well as the effectiveness of CBFM of the Glandang Village. Data were collected through in-depth interview, direct observation, focus group discussion as well as collection of CFO’s documents. Data are analyzed through qualitative method.

The result show that, first, al through the CBFM of Glandang Village has

already been positively contribute to the livelihood of the forest farmers (or pesanggem), however, due to not well implemented program, limited

networks, and weak role of CFO as well as the participation forest farmers, the CBFM worked ineffectively. Second, the leverage capacity of CFO was so limited due to inadequate capacity of the human resource of the management as well as member of organization., unproper management of the organization, and weak to comply to agreed norm and rules among the forest farmers. As a result, the capacity of CFO and the effectiveness of the CBFM were in low condition.

Third, to increase the capacity of CFO two important agendas have to put into action, namely restructure the managementof CFO and carry out educational and management training for strengthening the new management. In order to make more effective role of CBFM, two aspects have to address i.e. changes the management regime for access and control to forest resource, and increase control to the management of CFO.

Based on the collaborative problem identification, it is concluded that the main problem exists is the low capacity of CFO and ineffectiveness of CBFM programs. By implementing Focus Group Discussion (FGD), integrated programs are set up by involving farmers, CFO, village official board, and the State owned enterprise managing State Forests (Perum Perhutani). Those efforts yield in empowering CFO capacity and improving CBFM program actions.

The efforts to empower the CFO capacity can be carried out through restructuring the CFO organization and management training for its board and members. Meanwhile, the improvement of CBFM effectiveness can be implemented by access structure rearrangement, forest resource control, and also CFO management supervisory. Those various improvement efforts are aimed at well conserved forest which in turn gives a better quality life of Glandang society.

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

Prinsip Restorasi Hidrologi di lahan gambut adalah menaikkan muka air tanah gambut setinggi mungkin, yang pada akhirnya diharapkan dapat: menurunkan laju oksidasi dan

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Siapkan serai yang masih segar dan kering masing-masing 600 gram Cuci sampai bersih Rebus serai tersebut dengan air bersih secukupnya Minum air serai tersebut setiap hari.8.

THE USE OF PICTURE BOOK IN TEACHING READING FOR JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

G. DAFTAR PUSTAKA...100 Lampiran-lampiran.. vii Badan Penanggulangan Bencana Aceh)”. Aceh sebagai daerah rawan bencana sudah semestinya memiliki langkah antisipatif yang

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan