• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. kerja bukanlah hal yang sederhana, baik dalam arti konsep maupun dalam analisis,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. kerja bukanlah hal yang sederhana, baik dalam arti konsep maupun dalam analisis,"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kepuasan Kerja

Pembahasan mengenai kepuasan kerja perlu didahului bahwa kepuasan kerja bukanlah hal yang sederhana, baik dalam arti konsep maupun dalam analisis, karena ”kepuasan” merupakan konotasi yang beraneka ragam dan bersifat individual.

Kepuasan kerja menjadi masalah yang cukup menarik dan penting bagi karyawan, perusahaan dan masyarakat. Robert Kreitner dan Angelo Kinicki (dalam Robbins, 2003) menyatakan kepuasan kerja adalah suatu efektifitas atau respon emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan.

1. Pengertian Kepuasan Kerja

Robbins (1996) mendefenisikan kepuasan kerja sebagai suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang, selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang pekerja dan banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima. Sementara menurut Berry (1998), kepuasan kerja adalah sikap kerja yang meliputi elemen kognitif, afektif, dan perilaku, yang diperkirakan memberi pengaruh pada sejumlah perilaku kerja. Locke (dalam Berry, 1998) mengatakan bahwa kepuasan kerja sebagai reaksi individual terhadap pengalaman kerja dan diartikan sebagai komponen kognitif dari pengalaman kerjanya.

(2)

Sedangkan Tiffin (dalam Anoraga, 1992) mengatakan kepuasan kerja berhubungan dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaan itu sendiri, situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dan sesama karyawan. Wexley & Yulk (1988) menyatakan:

”Job Satisfaction is the way an employee feels about his/her job”.

Ini berarti kepuasan kerja merupakan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Hal sama juga dikatakan Davis dan Newstrom (1995) bahwa:

“Job satisfaction is the favorableness or unfavorableness with employes view their work”.

Kepuasan kerja berarti perasaan mendukung atau tidak mendukung yang dialami karyawan dalam bekerja. Selain itu Wether & Davis (1996) mendefenisikan kepuasan kerja sebagai perasaan karyawan yang berhubungan dengan pekerjaannya, yaitu perasaan senang atau tidak senang dalam memandang dan menjalankan pekerjaannya. Sejalan dengan hal tersebut Handoko (2001) mengatakan kepuasan kerja merupakan keadaan emosional yang menyenangkan dimana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah suatu sikap atau perasaan karyawan terhadap aspek-aspek yang menyenangkan atau tidak menyenangkan mengenai pekerjaan sesuai dengan penilaian masing-masing pekerja.

(3)

2. Aspek-aspek Kepuasan Kerja

Menurut Robbins (1996) ada lima aspek kepuasan kerja, yaitu: 1. Kerja yang secara mental menantang

Karyawan cenderung menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan tugas tersebut. Karakteristik ini membuat kerja secara mental menantang. Pekerjaan yang kurang menantang menciptakan kebosanan, sebaliknya jika terlalu banyak pekerjaan menantang dapat menciptakan frustrasi dan perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalamai kesenangan dan kepuasan dalam bekerja.

2. Ganjaran yang pantas

Para karyawan menginginkan pemberian upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan adil dan sesuai dengan harapan mereka. Bila upah dilihat adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar upah karyawan, kemungkinan besar akan mengahsilkan kepuasan. Tentu saja, tidak semua orang mengejar uang. Banyak orang bersedia menerima uang yang lebih kecil untuk bekerja dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang kurang menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang mereka lakukan dan jam-jam kerja. Intinya bahwa besarnya

(4)

upah bukanlah jaminan untuk mencapai kepuasan, namun yang lebih penting adalah persepsi keadilan. Sama dengan karyawan yang berusaha mendapatkan kebijakan dan promosi yang lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu individu-individu yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dalam cara yang adil kemungkinan besar akan mendapatkan kepuasan dari pekerjaan mereka. 3. Kondisi kerja yang mendukung

Karyawan perduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas. Studi-studi memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai lingkungan kerja yang tidak berbahaya. Seperti temperatur, cahaya, kebisingan, dan faktor lingkungan lain harus diperhitungkan dalam pencapaian kepuasan kerja. 4. Rekan kerja yang mendukung

Karyawan akan mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu sebaiknya karyawan mempunyai rekan sekerja yang ramah dan mendukung. Hal ini penting dalam mencapai kepuasan kerja. Perilaku atasan juga merupakan determinan utama dari kepuasan. Umumnya studi mendapatkan bahwa kepuasan karyawan ditingkatkan bila atasan langsung bersifat ramah dan dapat memahami, menawarkan pujian untuk kinerja yang baik, mendengarkan pendapat karyawan, dan menunjukkan suatu minat pribadi

(5)

5. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan

Pada hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya sama dengan pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut, dan lebih memungkinkan untuk mencapai kepuasan yang tinggi dari pekerjaan mereka.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja ada banyak, namun secara umum Greenberg dan Baron (1995) membaginya ke dalam dua kelompok besar, yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan individu dan faktor-faktor yang berhubungan dengan organisasi. Faktor-faktor tersebut adalah:

a. Faktor-faktor yang berkaitan dengan individu

Faktor-faktor yang berkaitan dengan individu adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu, yang membedakan antara satu individu dengan individu yang lain, yang menentukan tingkat kepuasan kerja yang dirasakan. Faktor-faktor dari diri individu yang mempengaruhi tingkat kepuasan kerja adalah:

1. Kepribadian

Yang termasuk kepribadian di sini adalah cara individu berfikir, bertingkah laku, dan memiliki perasaan. Kepribadian merupakan determinan pertama bagaimana perasaan dan pikiran individu terhadap

(6)

pekerjaannya dan kepuasan kerja yang dirasakan individu. Kepribadian individu mempengaruhi positif atau negatifnya pikiran individu terhadap pekerjaannya. Dari beberapa penelitian terdahulu ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara kepribadian dengan tingkat kepuasan kerja individu. Di samping itu kepribadian merupakan aspek yang paling sulit untuk diubah oleh organisasi dan manajer dalam waktu yang singkat. 2. Nilai-nilai yang dimiliki individu

Nilai memiliki pengaruh pada kepuasan kerja karena nilai dapat merefleksikan keyakinan dari pekerja, mengenai keluaran dari pekerjaan dan bagaimana seseorang bertingkah laku dalam pekerjaannya. Contohnya adalah individu yang memiliki nilai yang tinggi pada sifat dari pekerjaan cenderung untuk memiliki tingkat kepuasan kerja yang tinggi pula dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki nilai tersebut.

3. Pengaruh sosial dan kebudayaan

Sikap dan tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya, termasuk pengaruh dari orang lain dan kelompok tertentu. Individu yang berasal dari keluarga yang memiliki tingkat kesejahteraan hidup yang tinggi cenderung untuk merasa tidak puas terhadap pekerjaan yang memiliki penghasilan atau gaji yang rendah dan tidak sesuai dengan standar kehidupannya.

Kebudayaan yang ada di lingkungan dimana individu tinggal juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepuasan kerja yang dirasakan oleh individu. Individu yang tinggal di lingkungan yang

(7)

menekankan pada kekayaan akan merasa puas dengan pekerjaan yang memberikan upah/gaji yang tinggi. Sedangkan individu yang tinggal di lingkungan yang menekankan pada pentingnya membantu orang lain akan merasa tidak puas pada pekerjaan yang menekankan pada kompetisi dan prestasi.

4. Minat dan penggunaan keterampilan

Minat sangat berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Artinya bila individu bekerja pada bidang kerja yang sesuai dengan minatnya maka individu tersebut akan merasa puas bila dibandingkan dengan individu yang bekerja pada bidang kerja yang tidak sesuai dengan minatnya. Fricko dan Behr (dalam Greenberg dan Baron, 1995) menemukan bahwa kepuasan kerja individu berhubungan erat dengan kesesuaian antara pekerjaan, minat pekerja, dan jurusan yang dipilih saat kuliah. Semakin sesuai ketiganya maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan kerjanya. Selain itu pekerja juga akan merasa lebih puas jika mempunyai kesempatan untuk dapat menggunakan keterampilannya dalam bekerja.

5. Usia dan pengalaman kerja

Hubungan antara kepuasan kerja, pengalaman kerja dan usia biasanya merupakan hubungan yang paralel. Biasanya, pada awal bekerja para pekerja cenderung merasa puas dengan pekerjaannya. Hal ini disebabkan karena para pekerja baru tersebut merasa adanya tantangan dalam bekerja dan mereka mempelajari keterampilan-keterampilan baru. Namun, setelah beberapa tahun bekerja biasanya para pekerja akan mengalami penurunan

(8)

tingkat kepuasan kerja. Hal ini disebabkan karena mereka mengalami stagnansi, merasa dirinya tidak maju dan berkembang. Namun setelah enam atau tujuh tahun bekerja biasanya tingkat kepuasan kerja akan kembali meningkat. Hal tersebut terjadi karena individu merasa sudah memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan tentang pekerjaannya dan sudah mampu untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaannya dan lingkungan kerjanya.

Usia memiliki hubungan yang signifikan dengan kepuasan kerja. Pekerja yang lebih tua umumnya merasa lebih puas dibandingkan dengan para pekerja yang lebih muda usianya. Seorang pekerja yang mencapai usia 30 tahun mempunyai tingkat kepuasan kerja yang meningkat. Hal tersebut terjadi karena biasanya pekerja pada usia tersebut sudah merasa puas dengan kondisi keluarganya dan keuangan yang dimilikinya.

6. Jenis kelamin

Penelitian-penelitian sebelumnya menemukan hubungan antara kepuasan kerja dengan jenis kelamin, walaupun terdapat perbedaan hasil. Ada yang menemukan bahwa wanita merasa lebih puas dibandingkan pria, dan ada juga yang sebaliknya. Terdapat indikasi bahwa wanita cenderung memusatkan perhatian pada aspek-aspek yang berbeda dengan pria. Selain itu terdapat perbedaan pria dan wanita, sehingga antara pria dan wanita terdapat perbedaan arti pentingnya perbedaan. Biasanya pria mempunyai nilai pekerjaan yang memberikan kesempatan untuk mengarahkan diri dan memperoleh imbalan secara sosial. Bukti lain menunjukkan bahwa wanita

(9)

memperoleh sedikit uang dan kesempatan untuk dipromosikan dibandingkan pria. Sehingga hal ini membuat wanita puas dengan pekerjaannya.

7. Tingkat Inteligensi

Inteligensi seseorang bukan merupakan faktor utama dan menentukan kepuasan kerja, namun berhubungan erat dan menjadi faktor yang penting dalam unjuk kerja. Dalam pekerjaan, terdapat asosiasi antara tingkat inteligensi (IQ) dengan efisiensi unjuk kerja dan kepuasan kerja. Individu dengan IQ yang tinggi, di atas 120 skala Weschler, akan mudah mengalami kebosanan atau frustasi dan juga ketidakpuasan kerja.

Salah satu faktor yang berhubungan dengan inteligensi adalah tingkat pendidikan. Adanya tingkat kepuasan kerja yang rendah pada pekerja muda yang berpendidikan biasanya disebabkan karena mereka memiliki kemampuan yang lebih daripada yang diharapkan pekerjaannya sehingga merasa bosan dan tidak tertantang. Pekerja yang berpendidikan juga mempunyai tingkat kepuasan kerja yang tinggi dibandingkan dengan pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan lebih rendah. Hal ini dikarenakan pekerja dengan tingkat pendidikan tinggi mengerjakan pekerjaan yang penting dan terlibat di dalamnya.

8. Status dan senioritas

Pada umumnya semakin tinggi posisi seseorang pada tingkatan dalam organisasi, maka semakin orang tersebut mengalami kepuasan kerja. Hal ini dikarenakan orang dengan status lebih tinggi biasanya lebih menikmati

(10)

pekerjaanya dan imbalan yang didapatnya dibandingkan dengan pekerja yang memiliki tingkatan yang lebih rendah.

b. Faktor-faktor yang berhubungan dengan organisasi

Yang dimaksud dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan organisasi adalah faktor dari dalam organisasi dan dari lingkungan organisasi yang mempengaruhi kepuasan kerja individu. Faktor-faktor tersebut adalah: 1. Situasi dan kondisi pekerjaan

Yang dimaksud dengan situasi pekerjaan di sini adalah tugas dari pekerjaan, interaksi dengan orang-orang tertentu, lingkungan pekerjaan, dan cara organisasi memperlakukan pekerjanya, serta imbalan atau gaji yang didapat. Setiap aspek dari pekerjaan merupakan bagian dari situasi kerja dan dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa para pekerja yang bekerja dengan lingkungan kerja yang tidak teratur, gelap, bising, memiliki temperatur yang ekstrim, kualitas air yang rendah, akan memiliki tingkat kepuasan kerja yang rendah.

2. Sistem imbalan

Sistem ini mengacu pada bagaimana pembayaran, keuntungan, dan promosi didistribusikan. Kepuasan dapat timbul dengan penggunaan sistem imbalan yang dipercaya adil, dengan adanya rasa hormat terhadap apa yang diberikan oleh organisasi dan mekanisme yang digunakan untuk menentukan pembayaran. Ketidakpuasan kerja dapat muncul karena gaji

(11)

yang diterima terlalu kecil dibandingkan dengan gaji yang dipersepsikan akan diterima.

3. Penyelia dan komunikasi

Penelitian terdahulu menemukan hasil bahwa pekerja yang percaya bahwa penyelia mereka adalah orang yang kompeten, mengetahui minat mereka, perhatian, tidak mementingkan diri sendiri, memperlakukan mereka dengan baik dan menghargai mereka, cenderung akan mempunyai tingkat kepuasan kerja yang tinggi pula. Kualitas penyelia juga mempengaruhi kepuasan kerja. Kualitas tersebut adalah gaya pengawasan, teknik pengawasan, kemampuan hubungan interpersonal, dan kemampuan administrasi.

Komunikasi merupakan aspek lain dari penyelia yang memiliki kualitas yang baik. Pekerja akan merasa lebih puas dengan pekerjaannya jika mereka memiliki kesempatan untuk berkomunikasi dengan penyelianya. 4. Pekerjaan

Pekerja akan merasa lebih puas bila dipekerjakan pada jenis pekerjaan yang menarik, memberikan kesempatan belajar, dan pemberian tanggung jawab. Selain itu para pekerja akan merasa lebih puas dengan pekerjaan yang bervariasi, tidak lambat yang dapat membuat mereka menjadi bosan dan tidak tertantang. Faktor-faktor ini terdapat pada individu yang melihat pekerjaan sebagai karir, berlawanan dengan pekerja yang melihat pekerjaannya untuk waktu singkat dan temporer.

(12)

5. Keamanan

Faktor keamanan berhubungan dengan kestabilan dari pekerjaan dan perasaan yang dimiliki individu berkaitan dengan kesempatan untuk bekerja di bawah kondisi organisasi yang stabil. Keamanan menimbulkan kepuasan kerja karena dengan adanya rasa aman individu dapat menggunakan kemampuannya dan memperoleh kesempatan untuk tetap bertahan pada pekerjaannya.

6. Kebijaksanaan perusahaan

Kebijaksanaan perusahaan sangat mempengaruhi kepuasan kerja karyawannya karena perusahaan memiliki prosedur dan peraturan yang memungkinkan individu untuk memperoleh imbalan. Selain itu individu yang mempunyai konflik peran atau peran yang ambigu dalam pekerjaannya karena keijaksanaan perusahaan cenderung untuk merasa tidak puas.

7. Aspek sosial dari pekerjaan

Aspek sosial dari pekerjaan terbukti memberikan kontribusi terhadap kepuasan dan ketidakpuasan kerja. Aspek ini adalah kebutuhan-kebutuhan untuk kebersamaan dan penerimaan sosial. Karyawan yang bekerja dalam kelompok kerja yang kohesif dan merasa apa yang mereka kerjakan memberikan kontribusi terhadap organisasi akan merasa puas. Tapi bila karyawan merasa tidak cocok dengan kelompok kerjanya dan tidak dapat saling bekerja sama maka karyawan tersebut merasa tidak puas.

(13)

Rekan kerja juga memberikan kontribusi terhadap perasaan puas atau tidak puas. Rekan kerja yang memberikan perasaan puas adalah rekan kerja yang ramah dan bersahabat, kompeten, memberikan dukungan, serta bersedia untuk membantu dan bekerja sama.

8. Kesempatan untuk pertumbuhan dan promosi

Kesempatan untuk pertumbuhan dan promosi berbeda-beda dalam setiap tingkatan ekonomi dan tingkat sosial. Seorang profesional dan eksekutif pada perusahaan melihat faktor ini sebagai faktor yang sangat penting. Demikian pula bagi karyawan pada posisi manajemen tingkat menengah faktor ini cukup mendapat perhatian. Kesempatan untuk dipromosikan ini berhubungan dengan terdapatnya kesempatan untuk maju dan yang menjadi dasar dari promosi tersebut.

4. Ciri-ciri karyawan yang memiliki kepuasan kerja tinggi

Beberapa ciri-ciri karyawan yang memiliki kepuasan kerja yang tinggi menurut Munandar, Sjabahni dan Wutun (2004) antara lain:

1. Adanya kepercayaan bahwa organisasi akan memuaskan dalam jangka waktu yang lama

2. Memperhatikan kualitas kerjanya 3. Lebih mempunyai komitmen organisasi 4. Lebih produktif

(14)

B. Penyesuaian Diri

1. Pengertian Penyesuaian Diri

Pengertian penyesuaian diri pada awalnya berasal dari suatu pengertian yang didasarkan pada ilmu biologi yang di utarakan oleh Charles Darwin yang terkenal dengan teori evolusinya. Mutadin (2002) mengatakan:

"Genetic changes can improve the ability of organisms to survive, reproduce, and, in animals, raise offspring, this process is called adaptation".

Calhoun dan Acocella (1995), mendefenisikan penyesuaian diri sebagai interaksi terus menerus dengan diri sendiri, orang lain, dan dunianya. Ketiga faktor tersebut secara terus menerus bereaksi dan saling mempengaruhi. Selain itu terdapat juga sifat timbal balik, karena manusia juga bereaksi terhadap ketiga faktor tersebut. Sementara Tidjan (1990) mengatakan bahwa penyesuaian diri merupakan usaha individu untuk mengubah tingkah laku, agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara dirinya dengan lingkungan. Sejalan dengan hal tersebut Fahmi (dalam Sobur, 2003) berpendapat bahwa penyesuaian diri adalah suatu proses dinamis yang terus-menerus dan bertujuan untuk mengubah kelakuan guna mendapatkan hubungan yang lebih serasi antara diri dan lingkungan.

Davidoff (1991) menambahkan banyak karyawan yang tidak mampu mencapai kepuasan dalam bekerja, karena ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri dalam lingkungan kerja. Menurut Davidoff (1991) penyesuaian diri erat kaitannya dengan interaksi dengan atasan, karyawan baik itu karyawan yang mempunyai pekerjaan yang sama ataupun yang berbeda jenis pekerjaan.

(15)

mengadakan interaksi dengan lingkungan, dimana individu dapat mengubah diri sesuai dengan lingkungan ataupun mengubah lingkungan sesuai dengan keadaannya sendiri. Dengan demikian penyesuaian diri ada yang berarti pasif maupun yang aktif. Pasif berarti semua kegiatan yang dilakukan individu ditentukan oleh lingkungan, sementara yang aktif berarti individu mempengaruhi lingkungan sesuai dengan keadaan dirinya. Sejalan dengan hal tersebut Gunarsa (2003) mengatakan bahwa penyesuaian diri merupakan faktor yang penting dalam dunia kerja.

Seorang karyawan harus berusaha menyesuaikan diri terhadap berbagai situasi agar dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi dan mampu berhubungan dengan orang lain. Penyesuaian diri yang baik sangat dibutuhkan untuk mendapatkan kepuasan dalam pekerjaan. Gerungan (1988) menambahkan bahwa manusia itu senantiasa berusaha untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Menyesuaikan diri dapat berarti mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan dan juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri. Sementara Haber dan Runyon (1984) berpendapat bahwa penyesuaian diri merupakan proses yang terus berlanjut sepanjang kehidupan seseorang. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan situasi hidup yang menuntut seseorang untuk berubah.

Hurlock (dalam Gunarsa & Gunarsa, 2000) menyatakan bahwa seseorang yang mampu menyesuaikan diri kepada umum atau kelompoknya dan orang tersebut memperlihatkan sikap dan perilaku yang menyenangkan, berarti orang tersebut diterima oleh kelompok dan lingkungannya. Sementara menurut Allport

(16)

(dalam Suryabrata, 1998) kepribadian merupakan hal yang mendasari seseorang dalam berperilaku. Kepribadian sebagai suatu organisasi dinamis dalam diri individu yakni suatu sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.

Mowen dan Minor (1999) yang menyebutkan kepribadian merupakan pola tingkah laku yang berbeda termasuk pemikiran dan emosi yang menjadi karakter khusus seorang individu dalam beradaptasi terhadap situasi yang ada dalam kehidupannya. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Schiffman dan Kanuk (1994) dimana mereka menyatakan kepribadian merupakan karakteristik yang terdalam yang menentukan dan merefleksikan bagaimana seseorang merespon lingkungannya. Sedangkan menurut Cattel (dalam Chaplin, 2001) kepribadian merupakan segala sesuatu yang memungkinkan suatu peramalan dari apa yang akan dilakukan seseorang dalam satu situasi tertentu dalam pekerjaannya.

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah suatu proses yang dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku seseorang agar terjadi hubungan yang lebih baik antara individu dengan lingkugannya.

(17)

2. Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri

Gunarsa (1992) berpendapat bahwa secara umum ada dua macam bentuk penyesuaian diri yang bisa dilakukan individu dalam menyesuaikan dirinya dengan situasi atau lingkungan baru, yaitu:

1. Adaptasi

Adaptasi adalah bentuk penyesuian diri dari suatu makhluk atau individu secara aktif terhadap lingkungan baik secara fisik maupun sosial. Penyesuaian disini lebih difokuskan pada sesuatu hal dan bisa sesaat.

2. Penyesuaian

Penyesuaian adalah suatu bentuk penyesuaian diri terhadap suatu lingkungan yang baru dengan cara membuat penyesuaian diri secara psikologis. Penyesuaian disini terus menerus berkesinambungan dalam berbagai hal dan cenderung menetap.

3. Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Menurut Fahmy (dalam Sobur, 2003) penyesuaian diri mempunyai dua aspek, yaitu:

1. Penyesuaian Pribadi

Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi

(18)

ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggung jawab, dongkol, kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.

2. Penyesuaian Sosial

Penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompoknya pada khususnya. Biasanya orang yang berhasil melakukan penyesuaian sosial dengan baik, akan dapat mengembangkan sikap sosial yang menyenangkan.

Penyesuaian sosial berarti kemampuan untuk memberi reaksi yang positif dan efektif terhadap situasi-situasi sosial, sehingga kebutuhan-kebutuhan sosial dapat terpuaskan dengan cara-cara yang dapat diterima.

(19)

C. Penyesuaian Diri dalam Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja merupakan faktor luar bagi manusia, baik bersifat fisik maupun nonfisik dalam suatu organisasi. Fieldman (1983) menyatakan bahwa antara lingkungan kerja dengan kepuasan kerja terdapat hubungan yang positif, dan lingkungan kerja mempengaruhi produktivitas kerja suatu organisasi. Pembentukan lingkungan kerja sangat terkait dengan kemampuan individu yang ada didalammya dan produktivitas kerja sangat dipengaruhi oleh faktor fisik, biologis, fisiologis, mental, dan sosial ekonomi dari seorang individu yang bekerja (Sumamur, 1986).

Jika terdapat kesesuaian dengan lingkungan kerja maka individu akan berusaha untuk mempertahankannya. Jika tidak, individu akan berusaha untuk melakukan penyesuaian diri. Bila individu mengalami kegagalan, maka individu tersebut akan meninggalkan lingkungan kerjanya. Proses inilah yang disebut sebagai penyesuaian diri dalam lingkungan kerja.

D. Pengaruh Penyesuaian Diri dengan Kepuasan Kerja

Individu adalah manusia yang senantiasa berubah baik dengan lingkungan fisik maupun dengan lingkungan sosial. Mereka harus mampu menerima segala perubahan yang terjadi, dan diharapkan mampu pula untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Maka, individu diharapkan mampu menjelaskan dirinya dengan lingkungan fisik maupun psikis yang senantiasa mengalami suatu perubahan dengan menggunakan penyesuaian diri (Gerungan, 1986).

(20)

Dalam teori penyesuaian diri dalam lingkungan keja yang dikemukakan oleh Dawis, Lofquist dan Weiss (dalam Dawis & Lofquist, 1984) memandang bahwa kepuasan kerja sebagai bagian dari penyesuaian diri terhadap pekerjaan, dimana pekerja yang dapat menyesuaikan diri dengan baik akan merasakan kepuasan terhadap pekerjaanya. Pekerja yang menganggap bahwa aspek-aspek dalam pekerjaannya menyenangkan, akan memiliki penilaian positif terhadap pekerjaannya sehingga mengarah pada kepuasan kerja. Pekerja yang mengalami kepuasan kerja akan menampilkan kemampuan melalui produktivitas, dimana produktivitas dan kepuasan kerja merupakan dua hal yang saling mempengaruhi (Luthans, 1998).

Para karyawan yang merasa puas dalam suatu pekerjaannya, akan memegang teguh komitmenya terhadap perusahaan bila nilai-nilai yang mereka pegang mempunyai kesesuaian dengan nilai-nilai perusahaan tempat ia bekerja. Perusahaan sendiri dapat menjadi tekanan bagi karyawan bila keadaan menuntut diri mereka untuk bertindak berlawanan dengan apa yang dianggapnya sebagai kepentingannya sendiri. Agar karyawan bertingkah laku sesuai dengan tuntutan perusahaan, maka harus ada kesesuaian antara kebutuhan mereka sendiri dan permintaan perusahaan. Untuk mencapai kepuasan kerja karyawan dan kesuksesan perusahaan maka harus ada kesesuaian antara karyawan dan pihak perusahaan (Anoraga & Suyanti, 1995).

Kepuasan kerja memiliki pengaruh yang penting terhadap kesuksesan suatu organisasi, sebab pekerja yang merasa puas akan lebih betah dalam pekerjaannya, lebih jarang absen, dan memiliki unjuk kerja yang lebih baik

(21)

(Jewell, 1985; Berry, 1998). Pekerjaan yang diberikan pada karyawan sangat berhubungan dengan kepribadian mereka, hal ini demi kesuksesan dan kepuasan dalam bekerja. Bagi karyawan yang penyesuaian kepribadiannya tidak baik, akan mengalami kesukaran penyesuaian diri di dalam situasi kerja (Anoraga & Suyati, 1995).

E. Hipotesa

Ada pengaruh penyesuaian diri dalam lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja. Semakin baik penyesuaian dirinya maka semakin tinggi kepuasan kerja yang diperoleh.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui keadaan Yogyakarta pada masa kolonial, (2) mengetahui proses integrasi kasultanan dan pakualaman ke Republik

Apabila jumlah permintaan calon pelanggan yang akan disisipkan adalah kurang dari atau sama dengan sisa muatan kendaraan, maka pelanggan tersebut dapat disisipkan

Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara strategi regulasi emosi cognitive reappraisal dengan kecenderungan gaya pengambilan keputusan hypervigilance

Apabila persediaan barang yang dimiliki perusahaan mencukupi pesanan customer, maka sales counter akan memeriksa credit limit dari customer yang melakukan pemesanan..

Menerusi peluang penajaan daripada kerajaan, syarikat swasta atau agensi tertentu, pelajar-pelajar cemerlang di Malaysia berpeluang untuk belajar di universiti ternama dan

(2) Permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi atas SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD sebagaimana

4 Tahun 2004, badan peradilan agama sebagai salah satu badan dalam lingkup kekuasaan kehakiman memasuki babak baru, selanjutnya untuk melaksanakan pengalihan

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta karunianya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul