• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pembelajaran Kontekstual Model Pengajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan Prestasi dan Penguasaan Materi Pelajaran Ekonomi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efektivitas Pembelajaran Kontekstual Model Pengajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan Prestasi dan Penguasaan Materi Pelajaran Ekonomi"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kinerja Kependidikan Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

Vol. 3, No.1 Mei 2021

pISSN 2715–7741 eISSN 2715–7423

175

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

Efektivitas Pembelajaran Kontekstual Model Pengajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan Prestasi dan Penguasaan Materi Pelajaran Ekonomi

Neneh Indrawati

Neneh Indrawati adalah Guru pada SMA Negeri 1 Banda Aceh, Indonesia Email : neneh12310@gmail.com

Abstrak

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efektifitas, bagaimana peningkatan prestasi siswa penguasaan materi pelajaran ekonomi pada siswa kelas X-IPS 2 SMA Negeri I Banda Aceh dengan penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar seperta SAP, tes dan lembaran observasi, Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa deskriptif kualitatif sedangkan Untuk ketuntasan belajar dilihat dengan dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Hasil penelitian menunjukkan Pembelajaran dengan kontekstual model pengajaran berbasis masalah memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I siswa memperoleh nilai rata-rata 69,67, siklus ke II meningkat menjadi 72,63, demikian juga dengan siklus ke III meningkat menjadi 73,77. ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (66,67%), siklus II (80,00%), siklus III (93,33%). Penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada siklus I siswa yang tuntas sebesar 66,67%, siklus II meningkat menjadi 80,00%, dan demikian juga pada siklus III meningkat menjadi 93,33%. Pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah memiliki dampak positif terhadap pemahaman materi pelajaran yang diajarkan, dimana dengan model pembelajaran ini siswa dipaksa untuk memecahkan masalah yang beruhubungan dengan materi palajaran yang diajarkan.

Kata Kunci : efektivitas, kontekstual model pengajaran berbasis masalah

PENDAHULUAN

Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumberdaya manusia Indonesia yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya yang sungguh-sungguh dan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Sumberdaya yang berkualitas akan menentukan mutu kehidupan pribadi, masyarakat, dan bangsa

(2)

Jurnal Kinerja Kependidikan Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

Vol. 3, No.1, Mei 2021

pISSN 2715–7741 eISSN 2715–7423

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information 176 dalam rangka mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.

Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk menigkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lain, dan peningkatan mutu manajemen sekolah, namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang memadai.

Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar, serta pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran.

Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar merupakan konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.

Apa yang menjadikan belajar aktif? Agar belajar menjadi aktif siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar akif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking

aloud)

Gaya Belajar

Kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didik memiliki bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya, mereka ini menyukai penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang dikatakan guru. Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu oleh kebisingan. Perserta didik visual ini berbeda dengan peserta didik auditori, yang biasanya tidak sungkan-sungkan untuk memperhatikan apa yang dikerjakan oleh guru, dan membuat catatan. Mereka menggurulkan kemampuan untuk mendengar dan mengingat. Selama pelajaran, mereka mungkin banyak bicara dan mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau kebisingan. Tentu saja, hanya ada sedikit siswa yang mutlak memiliki satu jenis cara belajar. Grinder (1991) menyatakan bahwa dari setiap 30 siswa, 22 diantaranya rata-rata dapat belajar dengan efektif selama gurunya mengahadirkan kegaitan belajar yang berkombinasi antara visual, auditori dan kinestik. Namun, 8 siswa siswanya sedemikan menyukai salah satu bentuk pengajaran dibanding dua lainnya. Sehingga mereka mesti berupaya keras untuk memahami pelajaran bila tidak ada kecermatan dalam menyajikan

(3)

Neneh Indrawati, Efektivitas Pembelajaran Kontekstual Model, ... Page 175-193

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information 177 pelajaran sesuai dengan ara yang mereka sukai. Guna memenuhi kebutuhan ini, pengajaran harus bersifat mulitsensori dan penuh dengan variasi.

Dimasa kini siswa dibesarkan dalam dunia yang segala sesuatunya berjalan dengan cepat dan banyak pilihan yang tersedia. Suara-suara terdengar begitu menghentak merdu, dan warna-warna terlihat begitu semarak dan menarik. Obyek, baik yang nyata maupun yang maya, bergerak cepat. Peluang untuk mengubah segala sesuatu dari satu kondisi ke kondisi lain terbuka sangat luas.

Pengajaran Berbasis Masalah

Pengajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) adalah suatu pandekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. “Pembelajaran berdasarkan masalah suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal akuisis dan interagrsi pengetahuan baru”( Cahyo,2013:2083).Belajar berbasis masalah adalah suatu bentuk pembelajaran yang berlandaskan paradigma konstruktifisme yang beorientasi pada proses belajar (Siregar,2014:119).

Pengajaran masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Menurut Ibrahim dan Nur (2000: 2)), “Pengajaran berbasis masalah dikenal dengan nama lain seperti Project-Based Teacihg (Pembelajaran Proyek), Experienced-Based Education (Pendidikan berdasarkan pengalaman), Authentic Learning (Pembelajaran Autentik), dan Achoered Instruction (Pembelajaran berakar pada kehidupan nyata)”.

Peran guru dalam pengajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Pengajaran berbasis masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Secara garis besar pengajaran berbasis masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan ikuiri.

Karakteristik Pembelajaran Masalah

Berbagai pengembangan pengajaran berbasis masalah telah mencoba menunjukkan cirri-ciri pengajaran berbasis masalah sebagai berikut.

a. Pengajuan pertanyaa atau masalah.

Pengajaran berbasis masalah bukan hanya mengorganisasikan prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan Ekonomi nyata yang autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi itu.

b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.

Meskipun pengajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (Ekonomi, Matematika, Ilmu Sosial), masalah yang akan diselidiki telah dipilih

(4)

Jurnal Kinerja Kependidikan Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

Vol. 3, No.1, Mei 2021

pISSN 2715–7741 eISSN 2715–7423

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information 178 yang benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.

c. Penyelidikan autentik.

Pengajaran berbasis masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari pemecahan masalah nyata. Mereka harus menganalisasi dan mendefinisikan masalah, mengembankan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat iferensi, dan merumuskan kesimpulan. Sudah barang tentu, metode penyelidikan yang digunakan bergantung pada masalah yang sesdang dipelajari.

d. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya.

Pengajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat berupa transkrip debat, laporan, model fisik, video atau program computer (Ibrahim & Nur, 2000:5-7).

Pengajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa bekerja sama satu sama lain (paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil). Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.

Tujuan Pembelajaran dan Hasil Belajar

Pengajaran berbasis masalah dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran berbasis masalah dikembangkan terutama untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual, belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadikan pembelajar yang otonom dan mandiri. Uraian rinci terhdap ketiga tujuan itu dijelaskan lebih jauh oleh Ibrahim dan Nur (2000:7-12) berikut ini.

Keteramplan Berpikir dan Keterampilan Pemecahan Masalah

Berbagai macam ide telah digunakan untuk menggambarkan cara seseorang berpikir, meliputi :

- Berpikir adalah proses yang melibatkan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan penalaran.

- Berpikir adalah proses secara simbolik menyatakan (melalui bahasa) objek nyata dan kejadian-kejadian dan penggunaan pernyataan simbolik itu untuk menemuan prinsip esensial tentang objek dan kejadian itu untuk menemukan prinsip-prinsip esensial tentang objek dan kejadian itu. Pernyataan simbolik (abstrak) seperti itu biasanya berbeda dengan operasi mental yang didasarkan pada tingkat konkret dari fakta dan kasus khusus.

- Berpikir adalah kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasar pada inferensi atau pertimbangan yang seksama.

Keterampilan proses dan berpikir tingkat tinggi bagaimanapun juga jelas dapat diajarkan, dan kebanyakan program dan kurikulum dikembangkan untuk tujuan ini

(5)

Neneh Indrawati, Efektivitas Pembelajaran Kontekstual Model, ... Page 175-193

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information 179 sangat mendasarkan diri pada pendekatan yang sama dengan pengajaran berbasis masalah yang memiliki unsur – unsur :

1. Pengajaran berbasis masalah memiliki unsur-unsur belajar magang. Hal tersebut mendorong pengamatan dan dialog dengan orang lain, sehingga secara bertahap siswa dapat memahami peran penting dari aktivitas mental dan belajar yang terjadi di luar sekolah.

2. Pengajaran berbasis masalah melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan siswa menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya tentang fenomena tersebut.

Tahapan Pengajaran Berbasis Masalah

Pengajaran berbasis masalah biasanya terdiri dari lima tahapan utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa.

Tahapan Tingkah Laku Guru

Tahap 1

Orientasi siswa kepada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya

Tahap 2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa

mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubugnan dengan masalah tersebut

Tahap 3

Membimbing penyelidikan individual dan kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informsi yang sesuai, melaksanakan

eksperimen, untuk

mendapatkan penyelasan dan pemecahan masalahnya.

Tahap 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siwa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka berbagai tugas dengan temannya.

Tahap 5

Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan maslah

Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Tidak seperti lingkungan belajar yang terstruktur secara ketat yang dibutuhkan dalam pembelajaran langsung atau penggunaan yang hati-hati kelompok kecil dalam

(6)

Jurnal Kinerja Kependidikan Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

Vol. 3, No.1, Mei 2021

pISSN 2715–7741 eISSN 2715–7423

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information 180 pembelajaran kooperatif, lingkungan belajar dan system manajemen dalam pengajaran berbasis masalah dicirikan oleh sifatnya yang terbuka, ada proses demokrasi, dan peranan siswa yang aktif. Meskipun guru dan siswa melakukan tahapan pembelajaran yang terstruktur dan dapat diprediksi dalam pengajaran berbasis masalah, norma di sekitar pelajaran adalah norma inkuiri terbuka dan bebas mengemukakan pendapat. Lingkungan belajar menekankan peranan sentral siswa, bukan guru yang ditekankan. Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain.Siswa perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan. Menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan prestasi dan penguasaan materi pelajaran ekonomi pada siswa kelas X-IPS 2 SMA Negeri I Banda Aceh dengan penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah”.

METODE PENELITIAN Setting dan Subjek Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SMA Negeri 1 Banda Aceh Tahun Ajaran 2019/2020.

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020. Dimulai pada bulan November 2019 hingga februari 2020.

Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi Kelas X-IPS 2 SMA Negeri 1 Banda Aceh yang terdiri 16 orang laki-laki dan 14 orang perempuan.

Rancangan Penelitian

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut :

(7)

Neneh Indrawati, Efektivitas Pembelajaran Kontekstual Model, ... Page 175-193

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information 181 Penjelasan alur di atas adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model kontekstual berbasis masalah. 3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari

tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. 4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat

rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar seperta SAP. Rencana Pelajaran (RP) Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.

Tes formatif, Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep Ekonomi pada Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan guru (objektif).

Observasi, Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini juga diperoleh melalui observasi pengolahan metode pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah, dan tes formatif.

Refleksi Tindakan/ Observasi Refleksi Tindakan/ Observasi Refleksi Tindakan/ Observasi Rencana awal/rancangan Rencana yang direvisi Rencana yang direvisi Putaran 1 Putaran 2 Putaran 3

(8)

Jurnal Kinerja Kependidikan Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

Vol. 3, No.1, Mei 2021

pISSN 2715–7741 eISSN 2715–7423

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information 182 Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu:

Untuk ketuntasan belajar dilihat dengan dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum revisi 2013, yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 70% atau nilai 70, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 70%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus statistic sederhana.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kondisi Awal

Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan metode pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan data pengamatan aktivitas siswa dan guru.

Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah.

Analisis Data Penelitian Persiklus Siklus I

a. Tahap Perencanaan dan Kegiatan dan Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan di Kelas

X-IPS 2 dengan jumlah siswa 30 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

(9)

Neneh Indrawati, Efektivitas Pembelajaran Kontekstual Model, ... Page 175-193

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information 183 Tabel 1

Nilai Tes Formatif Pada Siklus I

No Nama L/P KKM Nilai Ketuntasan

1 AFT L 70 78 T 2 AMS L 70 75 T 3 ARM P 70 75 T 4 CZJ P 70 75 T 5 CKI L 70 70 T 6 DAY P 70 70 T 7 DYA P 70 80 T 8 GME P 70 70 T 9 IHM L 70 55 TT 10 KNS P 70 60 TT 11 MRA L 70 60 TT 12 MAN P 70 70 T 13 MDY P 70 77 T 14 MGF P 70 60 TT 15 MNW L 70 70 T 16 MRR P 70 70 T 17 MSR L 70 61 TT 18 MTQ P 70 60 TT 19 MAA P 70 63 TT 20 NFN L 70 83 T 21 PSN P 70 70 T 22 RAF L 70 50 TT 23 RJN P 70 75 T 24 RCN P 70 65 TT 25 RSD L 70 68 TT 26 SNS L 70 77 T 27 SFS L 70 75 T 28 VNC L 70 78 T 29 NAN L 70 74 T 30 ZDI P 70 76 T Jumlah 2090 Nilai rata-rata 69,67 Persentase ketuntasan(%) 66,67%

Berdasarkan data tabel di atas maka dapat dilakukan rekapituasi data tingkat ketuntasan hasil belajar siswa sebagai berikut :

Tabel .2.

Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I

1 2 3

Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar

69,67 20 66,67 %

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar

(10)

Jurnal Kinerja Kependidikan Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

Vol. 3, No.1, Mei 2021

pISSN 2715–7741 eISSN 2715–7423

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information 184 siswa adalah 69,67 dan ketuntasan belajar mencapai 66,67% atau ada 20 siswa dari 30 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 hanya sebesar 66,67% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih asing dengan diterapkannya pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah.

Siklus II

Perencanaan dan Pelaksanaan Kegiatan

Pada tahap perencanaan ada beberapa tahapan kegiatan yang dilakukan untuk tindak lanjut pelaksanaan siklus II, meliputi :

1) Menyusun silabus untuk pembelajaran yang merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang wajib dilaksanakan oleh setiap guru.

2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran RPP sesuai dengan kurikulum revisi 2013 untuk digunakan pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

3) Menyiapkan materi pembelajaran yang mudah dimengerti

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada Kelas X-IPS 2 dengan jumlah siswa 30 siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalah atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: Kegiatan Deskripsi Kegiatan

Pendahuluan a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran ( Berdoa, Absensi , menanyakan kondisi peserta didik )

b) Apersepsi dan motivasi

 Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari

 Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran model Group Investigation

Inti 1. Kegiatan literasi

Untuk membangun konteks pembelajaran, dengan sikap peduli dan santun peserta didik mengamati slide yang ditayangkan mengenai konsep dasar manajemen

2. Critical Thinking

a) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari informasi lebih lanjut tentang hal yang berkaitan dengan materi pelajaran.

b) Dengan menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan santun, peserta didik menanyakan informasi yang berkaitan dengan materi tentang konsep dasar manajemen

(11)

Neneh Indrawati, Efektivitas Pembelajaran Kontekstual Model, ... Page 175-193

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information 185 3. Colloboration

a) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok

b) Guru menjelaskan maksud dan tujuan pembelajaran kepada siswa.

c) Guru menentukan diskusi kelompok dengan memberikan batasan-batasan diskusi.

d) Guru memanggil ketua-ketua kelompok dan membagi tiap-tiap kelompok dengan materi yang berbeda-beda.

4. Communication

a) Setelah menerima topik yang akan didiskusikan, masing-masing kelompok dengan bimbingan guru membahas materi yang diberikan.

5. Creativity

a) Setelah selesai diskusi guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan / mempresentasikan hasil dari diskusi

b) Peserta didik menyampaikan / mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya didepan kelas dan peserta didik yang lain mengajukan pertanyaan ataupun memberikan tanggapan

Penutup 1. Siswa diminta menyimpulkan mengenai pengertian konsep manajemen

2. Dengan bantuan presentasi komputer, guru menayangkan apa yang telah dipelajari dan disimpulkan mengenai konsep manajemen.

3. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan memberikan pesan untuk tetap belajar.

4. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya

5. Guru memberikan tugas secara individu untuk mencari sumber atau bahan belajar dari internet atau sumber lainnya yang berkaitan dengan materi tentang fungsi manajemen dan tingkatan manajer

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.Tabel 3.

Tabel 3

Nilai Tes Formatif Pada Siklus II

No Nama L/P KKM Nilai Ketuntasan

1 AFT L 70 80 T 2 AMS L 70 76 T 3 ARM P 70 75 T 4 CZJ P 70 75 T 5 CKI L 70 80 T 6 DAY P 70 80 T

(12)

Jurnal Kinerja Kependidikan Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

Vol. 3, No.1, Mei 2021

pISSN 2715–7741 eISSN 2715–7423

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information 186

7 DYA P 70 80 T 8 GME P 70 75 T 9 IHM L 70 70 T 10 KNS P 70 75 T 11 MRA L 70 60 TT 12 MAN P 70 75 T 13 MDY P 70 77 T 14 MGF P 70 65 TT 15 MNW L 70 75 T 16 MRR P 70 75 T 17 MSR L 70 78 T 18 MTQ P 70 78 T 19 MAA P 70 63 TT 20 NFN L 70 83 T 21 PSN P 70 75 T 22 RAF L 70 65 TT 23 RJN P 70 75 T 24 RCN P 70 65 TT 25 RSD L 70 68 TT 26 SNS L 70 80 T 27 SFS L 70 78 T 28 VNC L 70 78 T 29 NAN L 70 74 T 30 ZDI P 70 76 T Jumlah 2179 Nilai rata-rata 72,63 Persentase ketuntasan(%) 80,00%

Berdasarkan tabel distribusi hasil tes di atas dapat direkap hasil ketuntasan pada siklus pembelajaran II ini sebagai berikut:

Tabel 4

Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II

1 2 3

Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar

72,63 24 80,00 %

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 72,63 dan ketuntasan belajar mencapai 80,00% atau ada 24 siswa dari 30 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I namun belum mencapai ketuntasan klasikal seperti yang diharapkan dapat mencapai 85,00%,sehingga penulis perlu mengadakan pengajaran untuk siklus ke III.

Refleksi Siklus II

Berdasarkan pengamatan berbagai aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung, ditemukan berbagai kelemahan yang akan direfleksikan dan diperbaiki pada siklus III.

(13)

Neneh Indrawati, Efektivitas Pembelajaran Kontekstual Model, ... Page 175-193

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information 187 Proses pembelajaran telah berjalan lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada tes siklus I. Namun pada siklus II terdapat beberapa hal yang masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan pada siklus selanjutnya antar lain, guru harus mampu meningkatkan penguasan kelas sehingga seluruh siswa lebih memperhatikan penjelasan guru. Guru harus menyajikan materi dalam bentuk lebih menarik agar siswa senang dalam mengikuti pembelajaran. Guru harus meningkatkan kerjasama yang terjalin dalam kelompok. Guru harus meningkatkan rasa percaya diri siswa agar mereka tidak malu dalam mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

Siklus III

Perencanaan dan Pelaksanaan

Berdasarkan hasil refleksi tahap siklus II maka disusun langkah-langkah berikut sebagai implimentasi siklus III meliputi kegiatan-kegiatan berikut: Menyusun silabus untuk pembelajaran yang merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang wajib dilaksanakan oleh setiap guru,. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran RPP sesuai dengan kurikulum revisi 2013 untuk digunakan pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan Menyiapkan materi pembelajaran yang mudah dimengerti.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada Kelas X-IPS 2 dengan jumlah siswa 30 siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklusII, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: Kegiatan Deskripsi Kegiatan

Pendahuluan c) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran ( Berdoa, Absensi , menanyakan kondisi peserta didik )

d) Apersepsi dan motivasi

 Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari

 Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran model

Group Investigation

Inti 6. Kegiatan Literasi

Untuk membangun konteks pembelajaran, dengan sikap peduli dan santun peserta didik mengamati slide yang ditayangkan mengenai konsep dasar manajemen

7. Critical Thinking

c) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari informasi lebih lanjut tentang hal yang berkaitan dengan materi pelajaran.

(14)

Jurnal Kinerja Kependidikan Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

Vol. 3, No.1, Mei 2021

pISSN 2715–7741 eISSN 2715–7423

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information 188 dan santun, peserta didik menanyakan informasi yang

berkaitan dengan materi tentang konsep dasar manajemen

Collaboration

e) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok f) Guru menjelaskan maksud dan tujuan pembelajaran

kepada siswa.

g) Guru menentukan diskusi kelompok dengan memberikan batasan-batasan diskusi.

h) Guru memanggil ketua-ketua kelompok dan membagi tiap-tiap kelompok dengan materi yang berbeda-beda. 8. Communication

b) Setelah menerima topik yang akan didiskusikan, masing-masing kelompok dengan bimbingan guru membahas materi yang diberikan.

9. Creativity

c) Setelah selesai diskusi guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan / mempresentasikan hasil dari diskusi

d) Peserta didik menyampaikan / mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya didepan kelas dan peserta didik yang lain mengajukan pertanyaan ataupun memberikan tanggapan

Penutup 6. Siswa diminta menyimpulkan mengenai pengertian konsep manajemen

7. Dengan bantuan presentasi komputer, guru menayangkan apa yang telah dipelajari dan disimpulkan mengenai konsep manajemen.

8. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan memberikan pesan untuk tetap belajar.

9. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya

10. Guru memberikan tugas secara individu untuk mencari sumber atau bahan belajar dari internet atau sumber lainnya yang berkaitan dengan materi tentang fungsi manajemen dan tingkatan manajer

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut:

(15)

Neneh Indrawati, Efektivitas Pembelajaran Kontekstual Model, ... Page 175-193

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information 189 Nilai Tes Formatif Pada Siklus III

No Nama L/P KKM Nilai Ketuntasan

1 AFT L 70 80 T 2 AMS L 70 76 T 3 ARM P 70 75 T 4 CZJ P 70 75 T 5 CKI L 70 80 T 6 DAY P 70 80 T 7 DYA P 70 80 T 8 GME P 70 75 T 9 IHM L 70 70 T 10 KNS P 70 75 T 11 MRA L 70 70 T 12 MAN P 70 75 T 13 MDY P 70 77 T 14 MGF P 70 65 TT 15 MNW L 70 75 T 16 MRR P 70 75 T 17 MSR L 70 78 T 18 MTQ P 70 78 T 19 MAA P 70 70 T 20 NFN L 70 83 T 21 PSN P 70 75 T 22 RAF L 70 65 TT 23 RJN P 70 75 T 24 RCN P 70 75 T 25 RSD L 70 75 T 26 SNS L 70 80 T 27 SFS L 70 78 T 28 VNC L 70 78 T 29 NAN L 70 74 T 30 ZDI P 70 76 T Jumlah 2213 Nilai rata-rata 73,77 Persentase ketuntasan(%) 93,33%

Berdasarkan tabel distribusi hasil tes di atas dapat direkap hasil ketuntasan pada siklus pembelajaran II ini sebagai berikut:

Tabel 6

Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III

No Uraian Hasil Siklus III

1 2 3

Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar

73,77 28 93,33 %

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 73,77 dan dari 30 siswa yang telah tuntas sebanyak 28 siswa dan 2 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 93,33% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan siswa mempelajari materi pelajaran yang telah

(16)

Jurnal Kinerja Kependidikan Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

Vol. 3, No.1, Mei 2021

pISSN 2715–7741 eISSN 2715–7423

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information 190 diterapkan selama ini. Disamping itu dengan adanya metode pembelajaran ini siswa dapat bertanya dengan sesama temanya, dan ternyata dari proses bertanya antar siswa ini, siswa lebih mudah menerima penjelasan dari temannya yang lebih paham tengtang materi pelejaran tersebut. Juga dari hasil pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah ini murid jadi lebih mudah untuk bekerja sama dengan sesama temanya.

Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan metode pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:

Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar, dengan tingkat ketuntasan mencapai 93,33% tuntas.

Revisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan metode pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Pembahasan Tiap siklus dan antar siklus

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah memiliki dampak positif dalam meningkatkan daya ingat siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru selama ini (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 66,67%, 80,00%, dan 93,33%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

Dalam proses pembelajaran Ekonomi dengan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah metode pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk

(17)

Neneh Indrawati, Efektivitas Pembelajaran Kontekstual Model, ... Page 175-193

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information 191 aktivitas di atas cukup besar.Secara keseluruhan peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah dapat dilihat pada terapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah dapat dilihat pada Diagram berikut ini:

Berda sakan diagram diatas

terlihat jelas peningkatan antar siklus setelah diterapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah,pada siklus I ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal adalah 66,67%,hasil ini jauh dari yang diharapkan, kemudian peneliti melanjutkan pembelajaran pada siklus ke II. Pada akhir siklus ke II ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal adalah 80,00%, ketuntasan yang diharapkan oleh peneliti belum tercapai, oleh karena itu peneliti melanjutkan pembelajaran ke siklus III.

Pada akhir siklus III peningkatan hasil belajar kembali terlihat meningkat dengan pesat yaitu ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 93,33%.Dengan hasil yang demikian pembelajaran dianggap telah berhasil. Secara rinci perbandingan peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut:

Tabel 7

Perbandingan data hasil belajar siswa Kegiatan Perolehan hasil belajar

( KKM 70) Ketuntasan % Nilai 70 Keatas Nilai 70 kebawah Tuntas Tidak tuntas Siklus I 20 10 66,67% 33,33% Siklus II 24 6 80,00% 20,00%

(18)

Jurnal Kinerja Kependidikan Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information

Vol. 3, No.1, Mei 2021

pISSN 2715–7741 eISSN 2715–7423

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information 192

Siklus III 28 2 93,33% 6,67%

Berdasarkan tabel 4.7 terlihat peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus. Peningkatan hasil belajar siswa setiap siklus menandakan bahwa penerapan metode pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah memberi pengaruh yang positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.Secara keseluruhan penerapan model pembelajaran berbasis masalah telah mencapai indicator ketuntasan hasil belajar secara klasikal yang ditetapkan oleh guru.

Sehubungan dengan penelitian yang telah peneliti lakukan maka terdapat beberapa perubahan yang nampak pada diri peneliti sebagai guru, pada diri siswa dan pada kelas secara keseluruhan.

Pada diri peneliti sebagai guru dimana peneliti telah dapat menggunakan waktu pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditetapkan (efisien). Sebelumnya peneliti selalu merasakan bahwa waktu selalu kurang dalam membahas materi pelajaran.

Perubahan pada diri siswa dalam pembelajaran, dimana siswa telah dapat ikut berpatisipasi scara aktif dalam pembelajaran dibandingkan dengan yang sebelumnya siswa dalam pembelajaran selalu menunggu dari guru.

Demikian juga dengan kelas terjadi perubahan yang signifikan dimana suasana pembelajaran telah mulai hidup,anggota kelompok yang satu menanggapi kelompok yang tampil atau yang bermain peran. Berbeda dengan sebelumnya dimana anggota kelompok hanya tenang-tenang saja mengikuti ceramah dari guru.

Peneliti merasa sangat puas terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam pembelajaran,disamping peneliti sebagai guru tidak banyak lagi

KESIMPULAN

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan kontekstual model pengajaran berbasis masalah memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I siswa memperoleh nilai rata-rata 69,67, siklus ke II meningkat menjadi 72,63, demikian juga dengan siklus ke III meningkat menjadi 73,77.

2. ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (66,67%), siklus II (80,00%), siklus III (93,33%).

3. Penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada siklus I siswa yang tuntas sebesar 66,67%, siklus II meningkat menjadi 80,00%, dan demikian juga pada siklus III meningkat menjadi 93,33%.

4. Pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah memiliki dampak positif terhadap pemahaman materi pelajaran yang diajarkan, dimana dengan model pembelajaran ini siswa dipaksa untuk memecahkan masalah yang beruhubungan dengan materi palajaran yang diajarkan.

(19)

Neneh Indrawati, Efektivitas Pembelajaran Kontekstual Model, ... Page 175-193

Jurnal Kinerja Kependidikan

Facilities of Educator Career and Educational Scientific Information 193 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.

Cahyo,A.M.2013 Instrumen Perangkat Pembelajaran.Bandung :Remaja Rosdakarya.

Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu.

Dayan, Anto. 1972. Pengantar Metode Statistik Deskriptif, tt. Lembaga Penelitian Pendidian dan Penerangan Ekonomi.

Hadi, Sutrisno. 198. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi UGM.

Melvin, L. Siberman. 2004. Aktif Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia dan Nuansa.

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Riduwan. 2000. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.

Bandung: Alfabeta.

Siregar,E. 2014.”Teori Belajar dan pembelajaran”.Bogor:Ghalia Indonesia.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2000. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Persepsi Personil Salon Kecantikan tentang Kompetensi Afektif dalam Pelaksanaan Pengalaman Lapangan Industri Prodi Pendidikan Tata Rias dan Kecantikan Jurusan KK FT-UNP

trainer voltmeter digital. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data meliputi: 1) pengujian dan pengamatan unjuk kerja, 2) kuisioner (angket) untuk mengetahui tingkat

Hambatan lainnya yang terjadi dalam proses komunikasi antara Reny dan Magdalena adalah hambatan semantik, Reny yang biasanya ngomong dengan bahasa Jawa, sering kali

Ketiga tabel di atas terlihat bahwa prevalensi serangan masing-masing jenis parasit pada lokasi III adalah yang paling parah, hal ini berbanding lurus dengan nilai dari faktor

Hasil penelitian ini adalah untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan dan diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah untuk menertibkan PKL untuk dapat menjual makanan dan

Hasil perhitungan OR menunjukkan bahwa responden yang kadar kesadahan air bersihnya tidak memenuhi syarat mempunyai risiko terkena penyakit batu ginjal dan saluran kemih

VPD:n mukaisen vesimuodostumien luokituksen mukaan Suomenlahdella ei ole ekologiselta tilaltaan erinomaisia tai hyviä vesimuodostumia, ja huonoon ja välttävään luokkaan kuuluu yli

Pada saat ini tersedia aneka jenis susu bubuk dan susu cari dengan beragam kemasan. Aneka susu tersebut mudah diperoleh di mini market yang berkembang sampai tingkat