Proceeding SenadimasUndiksha 2020 | 1849
PEMBERDAYAAN MENUJU KEMANDIRIAN KELOMPOK PETANI
KOPI “LEKET SARI” MELALUI PENDAMPINGAN MANAJEMEN
USAHA DI DESA WANAGIRI, KABUPATEN BULELENG
Ni Luh Wayan Sayang Telagawathi1, Ni Made Dwi Arini Mayasari2, Rahutama Atidira3ABSTRACT
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Komoditas Kopi Bali kini telah menjadi salah satu komoditi primadona di dunia internasional. Oleh sebab itulah perlu upaya lebih signifikan untuk meningkatkan produksi sekaligus meningkatkan kualitas dari komoditas yang banyak diusahakan perkebunan rakyat ini. Petani kopi Bali dituntut untuk menghasilkan produk yang selain bermutu tinggi, juga ramah
lingkungan serta organik, di tengah persaingan global di bidang hasil produksi pertanian. Jika merunut sejarah kopi di Bali sudah berlangsung lama. Sampai saat ini di beberapa kabupaten di Provinsi Bali berkembang kawasan kopi Arabika hingga 13.000 Ha. Eksistensi Proyek Rehabilitasi dan Pengembangan Tanaman Ekspor (PRPTE) tahun 1979 membangkitkan kembali kejayaan kopi di Provinsi Bali ini melalui pemberian
1,2,3 Program Studi Manajemen FE UNDIKSHA Email: wayan.sayang@undiksha.ac.id
The Leket Sari coffee farmer group is located in Wanagiri Village, Buleleng Regency, with 46 coffee farmers as members. The people of Wanagiri Village who owned coffee plantations previously depended on their livelihoods on plantation products such as coffee, fruits and vegetables. The situation that occurs in Wanagiri Village is the strong position of the Leket Sari Group, which supports many coffee farmers to process coffee together. Although this seems good for the group's capacity, it turns out that the coffee farmers are not able to independently process their coffee. The situation in the field shows dependence on the group and removes the independence of the farmers for the ability to process coffee. The productivity of Leket Sari Group's coffee processing is actually not a problem. They produce productivity according to their abilities. Instead, what happened was the excessive demand for their coffee. The problem that arises is that they cannot meet the demand due to lack of production. One of the causes is the changing orientation of coffee farmers due to the presence of tourism in Wanagiri which affects the existence of coffee farmers.
Keywords: empowerment, independence, mentoring, business management
Kelompok petani kopi Leket Sari berada di Desa Wanagiri, Kabupaten Buleleng, beranggotakan 46 petani kopi. Masyarakat Desa Wanagiri yang memiliki lahan perkebunan kopi sebelumnya menggantungkan hidupnya kepada hasil perkebunan seperti kopi, buah-buahan, dan sayuran. Situasi yang terjadi di Desa Wanagiri adalah kuatnya posisi Kelompok Leket Sari yang menanungi banyak petani kopi untuk mengolah kopi secara bersama-sama. Meski ini tampak bagus untuk kapasitas kelompok, ternyata para petani kopi tidak mampu mandiri untuk mengolah kopinya. Situasi yang terjadi di lapangan menunjukkan ketergantungan terhadap kelompok dan menghilangkan kemandirian dari para petani untuk kemampuan mengolah kopi. Produktivitas pengolahan kopi Kelompok Leket Sari sebenarnya tidak menjadi masalah. Mereka menghasilkan produktifitas yang sesuai dengan kemampuannya. Justru yang terjadi adalah permintaan terhadap kopi mereka yang sangat berlebihan. Permasalahan yang muncul adalah mereka tidak dapat memenuhi permintaan tersebut karena kekurangan produksi. Salah satu penyebabnya adalah berubahnya orientasi petani kopi karena kehadiran pariwisata di Wanagiri yang mempengaruhi eksistensi petani kopi.
Proceeding SenadimasUndiksha 2020 | 1850 bantuan bibit unggul dengan berbagai varietas
seperti: lini S 795; Usda klon 762 dan Kartika dan kopi Kopyol. Dengan pengawalan teknologi budidaya beserta unit pengolahan hasil (UPH) dengan sistem olah basah, menyebabkan produk ekpor Bali unggul dalam citarasa dan disenangi para bayer luar negeri dengan harga yang sangat kompetitif.
Meski masih rendah dalam kuantitas (1000 kg Ose/Ha/tahun) dibandingkan dengan kopi robusta yang mencapai produktivitas rata- rata 700-800 kg /Ha. Dalam perjalanan waktu kopi Arabika di kabupaten Bangli mulai berkembang ke beberapa daerah Kabupaten lainnya di Provinsi Bali yang meliputi : Buleleng, Badung bahkan sampai Karangasem dan kabupaten lainnya. Kini berdasarkan data statistik Dinas Perkebunan Provinsi Bali Tahun 2015 di wilayah ini perkebunan kopi rakyat mencapai 23. 000 Ha jenis Robusta dan 9.448 ha jenis Arabika serta teridentifikasi potensi luas peruntukan (kesesuaian agroklimat) masing-masing 31.017 Ha dan 22.974 Ha.
Hal ini menunjukkan sebagai besaran potensi komoditas kopi Arabika dan peluang bisnis kedepan. Namun secara relatif kerap terjadi pasang surut luas produksi, yang disebabkan oleh dinamika alih fungsi lahan akibat fluktuasi harga kopi dunia. Dinamika luas produksi kopi di Provinsi Bali (sentra Arabika) baik karena alih fungsi lahan maupun harga ekpor menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah. Komitmen pemerintah yang kuat mampu memotivasi petani kopi kembali melalui upaya rehabilitas, intensifikasi dan peremajaan tanaman disertai penataan terorganisir secara kelembagaan dalam bentuk Subak Abian (290 Subak Abian) dan disertai penguatan fasilitas pengolahan di 46 UPH diseluruh Bali.
Situasi yang terjadi secara umum di Provinsi Bali menujunkan produktivitas kopi yang berbeda-beda. Untuk itu, diperlukan upaya-upaya dalam meningkatkan produktivitas petani kopi di Bali sekaligus mencegah terjadinya
underproduction atau pun overproduction yang dapat merugikan petani. Adapun upaya nyata
yang telah dilakukan pemerintah Bali melalui dinas perindustrian dan perdagangan Provinsi
Bali sejak tahun 2015 mengupayakan
pengembangan industri agro unggulan salah
satunya kopi (Sarjana dkk, 2017).
Kelompok petani kopi Leket Sari berada di Desa Wanagiri, Kabupaten Buleleng yang beranggota 46 petani kopi. Mereka ini adalah masyarakat Desa Wanagiri yang memiliki lahan perkebunan kopi dan menggantungkan hidupnya pada kopi. Masyarakat Desa Wanagiri sebelumnya menggantungkan hidupnya kepada hasil perkebunan seperti kopi, buah-buahan, dan sayuran. Mereka mengolah kopi secara organik dan secara mandiri. Beberapa diantara warga lainnya mengolah kopi tidak secara organik. Kopi memang menjadi salah satu sumber penghidupan masyarakat.
Situasi yang terjadi di Desa Wanagiri adalah kuatnya posisi Kelompok Leket Sari yang menanungi banyak petani kopi untuk mengolah kopi secara bersama-sama. Meski ini tampak bagus untuk kapasitas kelompok, ternyata para petani kopi tidak mampu mandiri untuk mengolah kopinya. Ada situasi di lapangan yang menunjukkan ketergantungan terhadap kelompok dan menghilangkan kemandirian dari para petani untuk kemampuan mengolah kopi. Produktivitas pengolahan kopi Kelompok Leket Sari sebenarnya tidak menjadi masalah. Mereka menghasilkan produktifitas yang sesuai dengan kemampuannya. Justru yang terjadi adalah permintaan terhadap kopi mereka yang sangat berlebihan. Mereka tidak dapat memenuhi permintaan tersebut karena kekurangan produksi. Salah satu penyebabnya adalah berubahnya orientasi petani kopi karena kehadiran pariwisata di Wanagiri yang mempengaruhi eksistensi petani kopi.
METODE
Metode yang digunakan untuk kegiatan ini adalah metode pelatihan dan pendampingan karena kegiatan ini adalah melatih dan mendampingi kelompok pengerajin dalam hal
Proceeding SenadimasUndiksha 2020 | 1851 manajemen usaha (produksi, pemasaran dan
keuangan) tahap-tahap pelatihannya adalah 1) Tahap Persiapan. 2) Tahap Pelaksanaan, tahap pelaksanaan pelatihan ini dengan model pelatihan keterampilan berkelanjutan dan 3). Evaluasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ketua petani kopi Kelompok Leket Sari, I Ketut Ngembang mengungkapkan bahwa kendala yang mereka hadapi adalah manajemen produksi kopi dan pemasaran yang bisa mereka lakukan secara mandiri. Manajemen usaha menjadi sangat penting bagi mereka untuk memahami manajemen produksi, keuangan, dan pemasaran. Selama ini yang terjadi adalah mereka tidak mampu secara mandiri mengelola produksi kopinya. Yang justru terjadi adalah kopi mereka langsung diambil oleh sebuah perusahaan kopi Indo Korp di Sidoarjo, Jawa Timur. Mereka sebenarnya sangat berkeinginan untuk mengolah dan mengelola manajemen kopi mereka secara keseluruhan dari mulai produksi hingga pemasarannya. Selama ini mereka sudah mencoba untuk melakukan usaha mandiri menuju tujuan tersebut. Namun selalu saja terhalang pada terbatasnya kemampuan mereka dalam bidang manajemen usaha, keuangan, dan pemasaran. 1
Upaya yang dilakukan dalam pengembangan
kopi diantaranya melakukan intensifikasi
tanaman kopi; peremajaan tanaman kopi; pengadaan dan penyaluran bantuan kepada
petani kopi; pembinaan, pengendalian,
pengawalan, dan pendampingan; monitoring,
evaluasi, dan pelaporan; pembiayaan
pengembangan tanaman kopi. Dengan
dilakukannya upaya ini diharapkan
masalah-masalah yang merugikan perindustrian
1 Hasil observasi awal di Kelompok Petani Kopi
Leket Sari di Desa Wanagiri, Buleleng, 6 Desember 2019.
unggulan di Bali dapat teratasi dan dapat meningkatkan kesejahteraan petani kopi di Bali.
Gambar 1. Kemasan sederhana produk petani kopi organic Leket Sari di Desa Wanagiri (foto: Ni Luh Wayan Sayang Telagawathi ) Selain itu, untuk mendukung eksistensi kopi
Bali sekaligus mendorong perkembangan
UMKM di Bali, pemerintah perlu melakukan upaya-upaya dalam mengembangkan usaha-usaha yang mengolah kopi Bali seperti industri pengolahan kopi Bali atau pun kedai-kedai kopi
yang menyajikan kopi khas Bali (Sarjana dkk,
2017).
Ketua petani kopi Kelompok Leket Sari, I Ketut Ngembang mengungkapkan bahwa kendala yang mereka hadapi adalah manajemen produksi kopi dan pemasaran yang bisa mereka lakukan secara mandiri. Manajemen usaha menjadi sangat penting bagi mereka untuk memahami manajemen produksi, keuangan, dan pemasaran. Selama ini yang terjadi adalah mereka tidak mampu secara mandiri mengelola produksi kopinya.
Produksi kopi Leket Sari langsung diambil oleh sebuah perusahaan kopi Indo Korp di Sidoarjo, Jawa Timur. Mereka sebenarnya sangat berkeinginan untuk mengolah dan mengelola manajemen kopi mereka secara keseluruhan dari mulai produksi hingga pemasarannya.
Proceeding SenadimasUndiksha 2020 | 1852 Selama ini mereka sudah mencoba untuk
melakukan usaha mandiri menuju tujuan tersebut. Namun selalu saja terhalang pada terbatasnya kemampuan mereka dalam bidang manajemen usaha, keuangan, dan pemasaran.2
Gambar 2. Kondisi dengan kelompok petani kopi Leket Sari di Desa Wanagiri (foto: Ni Luh
Sayang Telagwathi)
Program pengabdian yang sudah dilakukan adalah melakukan pendampingan manajemen usaha kelompok petani kopi Leket Sari terutama berkaitan dengan peningkatan kapasitas anggota kelompok untuk memproduksi kopi secara mandiri. Hal ini sangat penting agar individu petani kopi bisa mengolah kopi secara mandiri tanpa ketergantungan dengan kelompok secara terus-menerus.
Program pengabdian lainnya adalah pendampingan dan memfasilitasi untuk penemuan dan perluasan sistem pemasaran. Petani kopi Kelompok Leket Sari masih terkungkung dengan pemasaran ke perusahaan kopi Indo Korp di Sidoarjo, Jawa Timur. Hal ini menyebabkan mereka tidak bisa mengolah kopi mereka secara mandiri ke pemasaran. Hal ini mengakibatkan keuntungan mereka terbatas karena ketidakmampuan untuk mengolah kopi secara mandiri.
2 Hasil pengabdianobservasi awal di Kelompok
Petani Kopi Leket Sari di Desa Wanagiri, Buleleng, 6 Desember 2019.
Pendampingan kepada Kelompok petani kopi Leket Sari Wanagiri dalam penguasaan manajemen usaha (produksi, keuangan, dan pemasaran) yang mandiri dan jelas sehingga target dan sasaran usaha belum memiliki arah kepada pengembangan usaha yang lebih terarah.
Gambar 3. Kelompok petani kopi organic Leket Sari di Desa Wanagiri (foto: Ni Luh Wayan
Sayang Telagawathi)
Tujuan akhir kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah menumbuhkan kemandirian Kelompok Petani Kopi Leket Sari melalui pendampingan manajemen usaha di Desa Wanagiri, Kabupaten Buleleng. Pelaksanaan perogram tersebut bermanfaat untuk peningkatkan kapasitas anggota kelompok petani kopi Leket Sari dalam produksi dan pemasaran kopi. Peningkatkan pengetahuan tentang manajemen usaha kelompok dan petani kopi yang meliputi manajemen produksi, pemasaran, dan keuangan. Peningkatkan kemandirian para petani dan kelompok petani kopi untuk berhasil mengelola produksi kopi hingga pemasaran.
Proceeding SenadimasUndiksha 2020 | 1853
SIMPULAN
Program pengabdian masyarakat ini telah mampu meningkatkan kapasitas anggota kelompok petani kopi Leket Sari dalam produksi dan pemasaran kopi. Kelompok petani kopi Leket Sari juga mampu untuk meningkatkan pengetahuan tentang manajemen usaha kelompok dan petani kopi yang meliputi manajemen produksi, pemasaran, dan keuangan. Kelompok petani kopi Leket Sari berhasil untuk meningkatkan kemandirian para petani dan kelompok petani kopi untuk berhasil mengelola produksi kopi hingga pemasaran.
DAFTAR RUJUKAN
Hasbullah, Malayu S.P. (2009). Dasar-Dasar
Ilmu Pendidikan. Jakarta: Bumi
Persada.
Hasibuan, H. Malayu S.P. (2009). Manajemen: Dasar-dasar, Pengertian, dan Masalah.
Bumi Aksara: Jakarta
Kotler, & Amstrong. (2000). Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jakarta: Erlangga
Kuncoro, Mudrajad. (2000). “Usaha Kecil di Indonesia: Profil, Masalah dan Strategi
Pemberdayaan” Makalah yang
disajikan dalam Studium Generale dengan topik “Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil di Indonesia”, di STIE Kerja Sama, Yogyakarta, 18 Nopember 2000.
Sarjana, I Dewa Gede Raka. (2017). Merunut Potensi Kopi Arabika Sebagai Pengusung Utama Komoditas, Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 5, No. 1, Mei 2017 ISSN: 2355-0759
Tambunan, Tulus. (1994). Mengukur Besarnya Peranan Industri Kecil dan Rumah Tangga di dalam Perekonomian Regional: Beberapa Indikator, Jurnal Agro Ekonomika No. 1 Thn. XXIV, Yayasan Agro Ekonomika, Yogyakarta.