• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Karate internasionsal di BKC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah Karate internasionsal di BKC"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

gertian yang sebenarnya, didirikan di Bandung pada tanggal 16 Juni 1966 oleh Iwa Rahadian Arsanata. BKC berpusat di kota Bandung, Jawa Barat Indonesia dengan cabang-cabangnya tersebar di seluruh wilayah Tanah Air Indonesia. Sejak tahun 1962, telah dirintis pendiriannya dengan nama Bandung Karate School for Self Defence. Gedung Mardisantosa yang terletak di Jalan sunda No. 2 Bandung adalah tempat pertama BKC didirikan. Tercatat sebagai anggota pertama terdiri dari siswa-siswi Sekolah Guru Pendidikan Jasmani, SMAN Jalan Belitung, STMN I jalan Rajiman serta beberapa orang mahasiswa UNPAD dan ITB. Sejak tahun 1967 hingga tahun 1972 tempat latihan pindah ke pendopo sekolah Tinggi Olah raga Jalan Van

Deventer Bandung.

DASAR DAN TUJUAN PENDIRIAN BKC

Menghimpun para pemuda, pelajar, mahasiswa dan karyawan sipil maupun militer yang mempunyai kegemaran dalam bidang Ilmu Bela Diri Karate pada khususnya dan kegemaran berolahraga pada umumnya serta berbagai kalangan dalam pembinaan olah raga beladiri berdasarkan kekeluargaan hormat-mengahormati serta saling mencintai antara satu dan sesamanya. Secara umum BKC bertujuan untuk membina setiap anggota menjadi Insan Beladiri yang Mandiri, yang

memahami makna hidup dan kehidupan. Sehingga pada akhirnya, ilmu yang diperolehnya dapat bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat. Setiap anggota BKC dituntut untuk mampu melaksanakan Tri Ratna Keanggotaan berdasarkan kiprahnya. Mendidik dan membina setiap anggota dalam kekuatan fisik dan mental, karakter, kedisiplinan dan keterampilan agar kelak dengan ilmu yang diperolehnya dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan masyarakat serta bertanggung jawab demi kepentingan Bangsa, Negara dan Kemanusiaan. Membantu dan berpartisipasi terhadap usaha Program Pemerintah dalam bidang pendidikan pada khususnya, dan pengembangan olah raga pada umumnya. Serta turut membantu mensukseskan Program Pemerintah dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.

DASAR PENDIDIKAN BELA DIRI BKC

(2)

TEKNIK PELAJARAN BKC

Teknik pelajaran sepenuhnya berdasarkan kepada Tuntunan Ajaran Jalaksana yang merupakan Ilmu Teturunan dari Pendiri Perguruan BKC. Pada perinsipnya tidak bersifat Jepang minded, tidak semua dasar pendidikan serta kedisiplinan Jepang diterapkan atau ditiru dengan begitu saja, akan tetapi disesuaikan dengan alam kepribadian Bangsa Indonesia yang luhur, dengan menggunakan bahasa pengantar sehari-hari dalam latihan ialah Bahasa Indonesia disamping bahasa Jepang sebagai pengetahuan. Mengutamakan mutu dan prestasi di bidang teknik, kekuatan, fisik dan mental dengan menerapkan dan penggemblengan disesuaikan kondisi fisik, tingkat, usia, jenis kelamin serta norma susila dan keagamaan. Mempunyai corak dan ciri khas tersendiri, berdiri sendiri dengan tidak menginduk pada perguruan karate yang lain, baik yang ada di Indonesia maupun yang ada di luar Indonesia. Menjalin kerjasama antar Perguruan, atas dasar kekeluargaan, hormat

menghormati, baik yang ada di luar Indonesia, BKC cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan. BKC tidak bernaung pada organisasi sejenis yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

PARA PIMPINAN BKC DARI TAHUN KE TAHUN

Tercatat sebagai Ketua Umum BKC angkatan pertama Mardisantosa, yaitu Budiarjo, S.H. kemudian dari tahun 1968-1970 BKC dipimpin oleh Kolonel (Purn) H. Anwar Tamim. Dari tahun 1971-1972 Kolonel (Purn) R. Oetje Djunjunan alm. Wali

Kotamadya Bandung waktu itu berkenan menjadi Ketua Umum BKC, selanjutnya dari tahun 1973-1980 kembali BKC dipimpin oleh H. Anwar Tamim. Dan dari tahun 1981-1982 dipimpin oleh Kolonel (Purn) saleh M. Yoenoes. Dari tahun 1983 hingga sekarang ini Ir.H. Awal Kusumah M.S alm. (Putra dari H. Anwar Tamim) terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar BKC.

KEGIATAN-KEGIATAN BKC

(3)

apapun yang dilaksanakan, BKC senantiasa berpedoman pada Dua Sesanti Perguruan : “ Pribadi Budi Ciri Mandiri Dan Mandiri Kharsa Puja Walagri “

Tujuan Seseorang Belajar Beladiri

Beladiri pada saat ini bukanlah dianggap sebagai alat untuk mempertahankan diri dari keadaan genting tapi cenderung lebih ke arah gaya hidup.

Banyak yang belum tahu sama sekali tentang apa itu beladiri, kebanyakan orang awam hanya melihatb beladiri sebagai teknik untuk berkelahi... walau

kenyataannya seperti itu namun beladiri itu sangat dalam dan banyak fungsinya sesuai tujuan...

Banyak juga alasan orang mempelajari beladiri mulai dari ingin menjadi kuat, sekedar hobi, prestasi, bahkan jalan hidup. Namun untuk tujuan berbeda akan menghasilkan hasil yang berbeda...

Sebenarnya beladiri memiliki banyak sekali philosophy kehidupan yang bisa

dijadikan sebagai pegangan hidup atau pencarian makna hidup.. inilah yang dicari oleh orang yang menghayati jalan beladiri..

Tahapan belajar beladiri adalah mulai dari

mengenal : dimana kita mulai tau seperti apa beladiri itu dalam bayangan kasar mempelajari: kita mulai mempelajari dasar dan bentuk beladiri tersebut dan seperti apa

menekuni: disini adalah tahapan dimana kita melatih apa yang sudah kita pelajari berkali-kali

mencintai: dimana kita sudah sangat menyukai dan nyaman dalam mempelajari dan menekuni beladiri yang kita miliki

menghayati: dimana seluruh philosophy kehidupan dan inti dari beladiri tersebut berusaha kita resapi dalam diri

Sedangkan tahap pribadi seseorang dalam belajar beladiri adalah sebagai berikut 1. untuk melukai orang lain

2. untuk menunjukan kebanggan diri/ kekuatan diri. 3. untuk menjadi yang terkuat

(4)

5. untuk menjadi tujuan hidup 6. mencari pencerahan

Sayangnya kebanyakan mereka yang menekuni beladiri hanya sampai pada tahap mempelajari dan untuk kebanggan diri

Beladiri sendiri dalam tujuan umum dibagi menjadi dua yaitu SPORT dan TRADISIONAL, dimana ;

Beladiri SPORT bertujuan untuk meraih prestasi tentunya ada jurus-jurus atau gerakan yang dihilangkan dan dilarang sehingga jika digunakan maka akan

berakibat pelanggaran. Karena itulah dalam pelatihannya beladiri SPORT memang ditujukan untuk bertarung mengikuti aturan-aturan yang berlaku, untuk

memenangkan pertandingan, bukan memenangkan pertarungan.

Sedangkan beladiri tradisional lebih mengutamakan ke jalan hidup, yang dipelajari masih gerakan-gerakan untuk melumpuhkan, membunuh dan menghabisi, namun pada tingkatan tertinggi pada beladiri tradisional kita akan diarahkan untuk bersatu dengan alam dan mencapai pencerahan karena tujuan beladiri tradisional adalah sebagai jalan hidup.

Diposkan oleh karate di 03.290 komentar

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

TENAGA KI DALAM KARATE

(5)

Sebagai praktisi dari suatu seni beladiri tentunya Kita sering mendengar

tentang Ki (dalam seni beladiri Jepang). Apakah Ki itu? Ki atau tenaga dalam, dalam seni beladiri adalah gabungan pikiran, hati, dan semangat. Seorang praktisi seni beladiri yakin akan adanya kekuatan yang mengalir lewat alam dan hal itu bisa membuka jalan kekuatan ini menjadi selaras dengannya. Ki ini bisa dilatih untuk mencapai keselarasan oleh praktisi beladiri dengan melatih raga dan pikiran hanya memfokuskan pada apa yang sebetulnya penting saat itu. Seorang praktisi seni beladiri harus melatihnya hingga bisa melakukan ini diluar sadar, dan seorang praktisi bila ia merasakan ketegangan mental berarti ada yang kurang dalam Ki. Bila raga, hati, dan semangat dalam keselarasan ini sudah menyatu pada praktisi seni beladiri maka segala kehidupan yang dijalaninya relatif lebih dikuasai dan orang lain akan merasakan keyakinan yang kuat ini sebagai kehadiran, sebagai kekuatan yang tak terlihat.

Dalam psikologi orang yang mampu menguasai dirinya dan mengembangkan kepribadian sesuai dengan keinginan dirinya sendiri dan lingkungan sosialnya disebut mencapai aktualisasi diri, yang dalam teori yang dikembangkan oleh Maslow merupakan hirarki tertinggi apa yang harus dicapai oleh manusia. Bila ditinjau dari pembahasan tentang Ki tadi maka aktualisasi diri

merupakan Ki tertinggi yang bermanfaat bagi kehidupan.

Tentunya untuk mencapai Ki atau aktualisasi diri kita senantiasa harus mengasahnya dengan belajar dan melatihnya.

Terlepas pengertian Ki yang bersifat kekuatan supranatural, penulis di sini mencoba mengambil pendekatan yang agak filosofi dan ilmiah agar semua praktisi beladiri dapat melatih sehingga dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai hidup yang selaras dan mampu mencapai aktualisasi diri.

Untuk melatih Ki ini kita harus melatih keseimbangan kekuatan dengan melatih dan membentuk empat pilar.

Empat pilar itu adalah: 1. Kejujuran

2. Disiplin 3. Kreativitas

4. Menguasai diri dari rasa takut

KEJUJURAN

Kejujuran merupakan seluruh karakter moral yang harus dijalankan dengan ketulusan, berarti benar terhadap visi dan tujuan anda sendiri.

(6)

Disiplin adalah belajar dan latihan, orang yang sukses dalam bidang apapun apalagi dalam seni beladiri dan bisa menjadi yang terbaik atau terhebat selalu orang-orang yang membebankan dirinya sendiri dengan disiplin yang lebih keras dari apa saja yang dibebankan oleh orang lain.

KREATIVITAS

Kreativitas, orang selalu terkesan dengan kreativitas, bila kita melakukan sesuatu diluar kebiasaan, terutama sekali jika kita memperlihatkan bahwa kita peduli orang melihatnya. Kreativitas harus menjadi bagian dari kita untuk bertindak.

MENGUASAI DIRI DARI RASA TAKUT

Menguasai diri dari rasa takut, satu-satunya yang harus ditakutkan adalah rasa takut itu sendiri untuk menguasai diri dari rasa takut dengan menghilangkan ketidakpedulian terhadap rasa takut dengan membentuk pilar lain yaitu kejujuran, disiplin, dan kreativitas.

Dalam halnya menguasai diri dari rasa takut, di karate ada suatu konsep/falsafah lama yang berbunyi” Mizu no Kokoro (pikiran layaknya air), Tsuki no Kokoro (pikiran layaknya bulan)’, yang mengajarkan bagaimana mengatasi rasa takut dengan pikiran layaknya permukaan air yang tenang dan bulan. Dalam kaitannya dengan prinsip bertarung ala Karate, Ungkapan:

(7)

maka tidak mampu membaca keinginan lawan. Akhirnya justru menciptakan sebuah peluang bagi lawan untuk menyerang.

2. Tsuki no Kokoro (pikiran layaknya bulan)

mengandung arti pentingnya kesadaran total kepada lawan berikut gerakannya, mirip cahaya bulan yang menerangi semua benda dalam jangkauannya. Dengan mengembangkan kemampuan ini sepenuhnya, kesadaran kita akan selalu waspada saat pertahanan lawan terbuka.

Awan yang menutupi cahaya bulan serupa dengan rasa gugup atau gangguan untuk memahami gerakan lawan yang benar. Dan hal itu berarti mustahil menemukan sebuah celah untuk melancarkan teknik yang sesuai.

KEKUATAN KESEIMBANGAN

Untuk memancarkan Ki yang baik tentunya seorang praktisi beladiri harus

menyeimbangkan antara kejujran, disiplin, kreativitas, dan menguaasai rasa takut secara seimbang dan selaras.

ORANG-ORANG YANG BERHASIL MENCAPAI KI TERTINGGI

Morihei Ueshiba, tokoh Aikido, bekerja keras dan lama sekali untuk

menyempurnakan Ki-nya. Di akhir usia tujuhpuluhan, ia sering mendemonstrasikan kebolehannya dengan melawan lima atau enam lawan sekaligus dan selalu dapat mengalahkan lawannya. Beliau menjelaskan, "Tidak peduli bagaimana cepatya lawan menyerang atau betapa lambatnya saya bertindak, saya tidak bisa

dikalahkan, ini bukan berarti teknik saya lebih cepat….. ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan kecepatan, saya menang dari awalnya. Begitu pikiran

menyerang melintasi pikiran lawan saya, ia sudah kalah tidak peduli bagaimanapun cepatnya menyerang. Saya melihat dengan jelas bahwa gerakan dalam seni beladiri berkobar-kobar bila pusat Ki dikonsentrasikan dalam pikiran dan raga seseorang. Semakin tenang, semakin jelas pikiran saya jadinya. Saya bisa melihat pikiran-pikiran dengan intuitif, termasuk maksud-maksud kekerasan dari orang lain". Demikian pula dengan tokoh-tokoh karateka legendaris, seperti Yasutsune Ankoh Itosu yang pada usia 75 tahun masih melakukan pertarungan dan selalu

(8)

Semua contoh di atas ini diperoleh dari hasil kejujuran, disiplin, kreativitas, dan menguasai diri dari rasa takut. Mereka berhasil mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan keinginannya.

Diposkan oleh karate di 02.350 komentar

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Kamis, 04 Agustus 2011

Pengalaman Pertama Ikut Beladiri Karate.

Awalnya sih.. saya malas Menerbitkan Entri ini , tetapi dari pada bosan di rumah, mending nulis ini aja deh,... heheh.... :D

ya...kita mulai sekitar 8 tahun yang lalu, waktu itu saya masih kelas 3 SD. ya...gitu de... namanya juga anak-anak, jdi saya sering berkelahi dengan teman saya. Sampai-sampai saya pernh mengalami beberapa kali Hampir patah tulang. ckck...sungguh tragis..:'(

ya...hingga suatu hari ni ya... saya selalu saja ditindas sama temanku.. sampe2 membuat saya nangis.. haha,... ( maklum masih anak anak. hehe. :D ) ya saya ngadu de ke orng tua gue....

so, pace ku datang deh kesekolah . hha...

Jadi, karena kejadian itu orang tua saya menyuruh saya Ikut beladiri Karate, awalnya sih tdk mau. Tapi saya terus dipaksa dan dipaksa. akhirnya ikut juga deh,...huft..-__-'

awalnya sih, gak betah.. soalnya malu karena gerakannya kayak orang menari ( maaf ya :D) tpi sewaktu saya diperlihatkan BUNKAI dri setiap gerakan, wah..saya kagum.... setiap gerakan memiliki fungsi yg berbeda.... akhirnya saya tumbuh hingga mendapatkan sabuk cokelad di salah satu Ranting DI SUDIANG. Dan saya putuskan untuk keluar dri ranting tersebut, untuk mencari pengalaman dan latihn d tempat yg berbeda... kayak Nomaden gitu.. saya berpindah2 ranting dri ranting satu ke ranting lainnya.

DAn akhirnya saya menetap di ranting SMA Negeri 5 Makassar.

(9)

INI CERITAKU, APA CERITAMU... ???????? :D Diposkan oleh karate di 23.111 komentar

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Melatih Kekuatan Kuda-Kuda

Ketika kita belajar Beladiri, maka kita pasti akan belajar berlatih kuda2. Tidak perduli baik seorang pemula maupun senior sekalipun dalam beladiri dituntut untukberlatih terus belajar dan berlatih kuda2. Kenapa kita perlu mempelajari dan berlatih kuda2 secara terus menerus? Karena beladiri tanpa kuda-kuda ibarat rumah tanpa pondasi.Karena hampir seluruh beladiri mempunyai kuda-kuda, baik kuda-kudaumum maupun kuda-kuda khusus.

Sedemikian pentingnya kuda-kuda bagi beladiri khususnya Karate maka pelajaran mengenai hal ini sudah harus mulai dilatih dengan serius pada tingkat dasar.

Banyak ragam metode untuk menguatkan kuda-kuda, misalnya dengan berdiam diri dengan posisi kuda-kuda dengan waktu yang lama. Di beladiri tertentu bahkan terdapat jurus khusus untuk menguatkan kuda-kuda,semakin tinggi tingkatan maka penguatan kuda-kuda dapat ditingkatkan dengan

menggunakan beban. Metode yang juga sangat penting adalah dengan

(10)

statis misalnya di atas perahu, metode penguatanyang lain adalah dengan

cara berlatih di laut dengan menahan hantaman ombak, jenis latihan ini harus hati-hati karena kalau belum kuat dan tidak didampingi rekan latihan bisa membawa petaka yaitu terseret ombak laut. Yang sedikit lebih aman adalah dengan berlatih di bawah air terjun dengan cara menahan diri dari terjangan air terjun. Dan masih banyak lagi metode untuk menguatkan kuda-kuda,

Kuda-kuda mempunyai fungsi yang sangat esensial dalam setiap serangan,

pertahanan maupun langkah hindaran, dimana semua gerakan ini terangkum dalam jurus (KATA) yang sudah formulasikan dalam setiap tingkatannya. Tanpa kuda-kuda yang kokoh maka serangan akan menjadi lemah karena tidak adanya penopang yang kuat, demikian juga ketika menahan serangan, tanpa

kuda-kuda yang kokoh maka akan mudah robohlah pertahanan kita dan ketika melakukan langkah hindaranpun keberadaan kuda-kuda sangat diperlukan, karena tidak

mungkin langkah hindaran ini dapat dilakukan dengan lincah dan cepat tanpa adanya kuda-kuda yang kokoh.

Diposkan oleh karate di 22.361 komentar

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Melatih Pukulan Karate

Pada tingkat awal, jurus pertama yang diperkenalkan dalam Karate adalah Tsuki (pukulan). Cukup banyak jenis pukulan yang diajarkan, mulai dari pukulan lurus (choku tsuki) ,Pukulan pisau tangan (Shuto Uchi), pukulan melebar U (Yama tsuki), pukulan tinju ke atas (Tate Tsuki) dan lain-lain. Jenis pukulan akan semakin bertambah banyak pada tingkatan selanjutnya. Dalam tahap

pengenalan pukulan, hal pertama yang diajarkan pembimbing adalah

bagaimana memukul dengan benar, dimulai dari cara menggenggam, perputaran gerakan, posisi tangan ketika memukul dan juga cara penyaluran tenaganya. Setelah bentuk dari pukulan benar maka masuk ketingkat berikutnya yaitu meningkatkan kekuatan, kecepatan serta ketepatan dalam

mempergunakan pukulan dalam berjurus (KATA) maupun bertanding (KUMITE). Melatih pukulan sebenarnya bukan sesuatu yang sulit, karena struktur tangan yang pendek dan sendi yang sangat elastik sehingga tidak memerlukan senam khusus untuk membuat tangan menjadi lentur, hal ini sangat berbeda ketika melatih tendangan karena perlu senam khusus untuk mendapatkan kelenturan. Beberapa hal penting ketika melatih pukulan adalah menggenggamlah dengan benar, karena sering sekali hal ini kurang diperhatikan. Jika anda terbiasa mengendurkan

(11)

melakukan pukulan dengan benar adalah melatih kekuatan. Sebagai alat tambahan untuk menambah kekuatan pukulan bisa juga dipakai:

1. Sandsack, berupa target yang diisi dengan bubuk kayu atau potongan karet. 2. Beras/gabah, pasir atau bahkan pasir panas, alat ini digunakan untuk tingkat lanjutan dengan

tujuan untuk memperkuat jari tangan, sehingga ketika menggunakan jurus yang memerlukan cakar, jari, tapak dan lain-lain akan tetap dahsyat hasilnya.

3. Lilin yang juga bisa dijadikan target keberhasilan pukulan, pukullah lilin dari jarak sekitar 5 cm, apabila lilin padam maka pukulan kita sudah lumayan baik, dan untuk seterusnya tambahkan jarak pukulan dari lilin, dari 5cm, menjadi 7 cm, 10 cm dan seterusnya.

4. Kayu/papan (Makiwara), yaitu satu papan kayu berukuran 4 x 4 inci dengan panjang 8 kaki yang ditanam ke dalam tanah kira 3 s/d 4 kaki, dengan target menggunakan bantalan jerami, atau bantalan yg diisi busa padat dan dilapisi oleh kalaf atau kulit yang tebalnya sekitar 2 inci. Catatan: Seorang pemula dalam Karate sebaiknya berlatih memukul Makiwara, dari berbagai posisi (Seiken, uraken, hiji, shuto), minimal 100 kali perhari. Setelah tiga sampai enam bulan berlatih,

(12)

dengan menggunakan Makiwara adalah bukan suatu cara metoda latihan yang terbaik. Berikut adalah kutipan dari pernyataan Oyama dalam bukunya “ what is karate” terbitan tahun 1963:” Saya telah melakukan metode ini (memukul makiwara) untuk melatih kepalan tangan saya selama 20 tahun, memukul rata-rata300 kali perhari. Sebelumnya saya merasa sangat bangga dengan ukuran dan kekerasan dari ‚kapalan2’ yg terbentuk di kepalan saya, apalagi kapalan2 itudapat dipukul dengan palu tanpa saya merasa sakit. Ini adalah fakta bahwa, pukulan dari kepalan tangan saya sangatlah kuat sekali. Saya mengikuti metode2 tersebut karena „Master Karate“ terdahulu, berlatih dengan cara tersebut. Akhir2 ini, bagaimanapun, saya mulai percaya bahwa metode ini bukanlah yang terbaik, dan sebetulnya terbukti menghasilkan tenaga yang lebih sedikit dibandingkan metode2 lain. Saya percaya bahwa saya dapat menjadi seseorang yg jauh lebih kuat dari sekarang ini apabila saya mengadopsi metode2 yang lebih masuk akal dalam latihan. Sungguh, latihan memukul Makiwara berguna untuk memperkuat

pergelangan dan kepalan; bagaimanapun, saya telah menemukan bahwa latihan dengan memukul sesuatu yang keras akan memperlambat pengembangan kecepatan. Saya tergerak untuk mengembangkan suatu metode latihan baru

dimana bukannya Makiwara, melainkan sebuah spon tebal yang digunakan. Training dengan spon tidak hanya mengembangkan kekuatan pergelangan, tapi kecepatan akan meningkat pula. Metode yang sama dapat digunakan juga untuk latihan

Tendangan. Cara lain untuk meningkatkan kecepatan adalah menusuk dan memukul dengan kepal tangan pada selembar kertas yang tergantung. Manfaat dari metode ini akan ditunjukkan lewat contoh berikut. Saya memilih dua orang murid, dan meminta salah satunya untuk berlatih dengan kertas yang digantung. Sementara murid lainnya berlatih dengan Makiwara dengan cara yang biasa. Setahun

kemudian, saya membandingkan mereka. Murid yang berlatih dengan Makiwara, memang, nampak terlihat sebagai seorang Karateka sejati, dengan kapalan di kepalannya. Namun, dalam percobaan memecahkan genteng, batu dan papan, keduanya sama kuat. Keduanya berhasil memecahkan sepuluh buah genteng, batu dan papan dengan ketebalan yang sama. Dalam pandangan saya, murid yang berlatih dengan memukul kertas jauh lebih gesit dalam pergerakannya (body movement), dan tangannya lebih cepat, mengungguli murid yang satunya.

Diantara banyak orang yang berlatih karate, beberapa menganggap dirinya sebagai Karateka papan atas, hanya karena mereka mempunyai kepal tangan yang ada kapalannya, hasil latihan dengan Makiwara. Mereka bangga pada kekerasan

kepalannya dan berusaha mengatur-atur yg lain dalam ber-Karate. Sedihnya, saya menemukan orang-orang tersebut, khususnya di Amerika.”

5. Kertas yang digantung seperti yang dilakukan Master Masutatsu Oyama di atas. Tahapan ketiga adalah melatih kecepatan, dalam tahap ini biasakan melatih

(13)

atas dan jenis pukulan lurus. Dengan caramelatih kecepatan dan variasi pukulan seperti ini maka lawan sulit untuk menghindar atau

menangkis pukulan kita. Cara sederhana untuk melatih kecepatan pukulan adalah dengan cara push-up dengan genggaman di samping badan bukan di depan pundak, push up ini harus dilakukan dengan agak cepat layaknya

melakukan pukulan pada posisi yang benar. Sebagai tambahan dan bisa juga dijadikan target keberhasilan pukulan, pukulah lilin dari jarak sekitar 5 cm, apabila lilin padam maka pukulan kita menjadi sudah lumayan baik, dan untuk seterusnya tambahkan jarak pukulan dari lilin, dari 5 cm, 7 cm, 10 cm dan seterusnya.

Diposkan oleh karate di 22.340 komentar

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Pentingnya Beladiri Bagi Pelajar

Tawuran antar pelajar sekolah sering kita temukan sehari-hari di jalan. Entah apa yang menjadi pemicunya yang jelas aktivitas ini sangat merugikan remaja itu sendiri disamping berdampak buruk bagi lingkungan, orang tua, bahkan tentunya korban tawuran itu sendiri.Mungkin penyebabnya hanya masalah sepele, tapi dasar anak abg energi mereka meluap-luap, jika tidak disalurkan pada tempatnya maka akan meledak dan dimuntahkan pada sarana dan tempat yang tidak tepat, yang ujung2nya merugikan mereka sendiri serta orang lain di sekitarnya. sehingga gagallah tercapainya tujuan pendidikan itu sendiri. Masa2 muda adalah masa yang penuh dengan energi, oleh karena itu energi yang penuh tersebut harus disalurkan ke berbagai kegiatan yang positif, sebab bila tidak maka energi tersebut akan menjadi destruktif. Pada masa2 remaja emosi pelajar belum stabil alias masih labil atau masih gampang tersulut emosi dengan hanya hal yang sepele saja, yang ujung2nya dapat melakukan tindak kekerasan. Oleh karena itu dengan adanya kelas2 Beladiri yang ada di sekolah2 pada jam2 sehabis pelajaran sekolah atau pada hari libur sangat membantu untuk menyalurkan energi2 yang berlebihan tersebut. Kelas beladiri seperti belajar Karate akan membantu siswa sekolah dalam hal pengelolaan emosi mereka sehingga mereka tidak mudah untuk terjun dalam tindak2 kekerasan seperti halnya tawuran. Berikut ini adalah penelitian tentang mamfaat latihan beladiri khususnya Karate terhadap pengelolaan emosi pelajar.

Masa remaja sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa menyebabkan munculnya perubahan-perubahan dalam diri individu, salah satunya adalah

perubahan emosional. Emosi yang sering kali menimbulkan masalah bagi remaja bila tidak dikendalikan dan diekspresikan secara tepat adalah emosi marah. Emosi marah dapat muncul melalui situasi-situasi di sekeliling remaja (anteseden), dimana pemaknaannya bila merujuk pada teori yang dikembangkan oleh Spielberger

(14)

pengekspresian (expression) maupun pengendalian (control) rasa marah. Sejalan dengan itu, pada masa remaja, individu mulai terlibat aktif di berbagai aktivitas baik di dalam maupun di luar sekolah, salah satunya adalah kegiatan olahraga beladiri. Olahraga beladiri memiliki berbagai nilai positif dalam melatih pengelolaan emosi, ketahanan fisik dan sportifitas. Gerakan-gerakan yang dipelajari juga

merepresentasikan gerakan yang ditemui jika remaja sedang merasa marah, seperti menyerang, memukul atau menjatuhkan lawan. Keuntungan lain khususnya dalam membina aspek spiritual juga membedakan olahraga beladiri dengan kegiatan lain seperti bidang musik, sains bahkan olahraga lainnya. Walaupun demikian, kegiatan non-beladiri ternyata juga memberikan kontribusi dalam menciptakan emosi yang lebih positif saat remaja menghadapi masalah, misalnya dengan suasana yang lebih santai, detil kegiatan yang unik dan menantang, serta kepopuleran yang mereka dapatkan bila terlibat di dalamnya.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perbedaan anteseden, pengalaman, ekspresi dan kontrol marah pada kelompok remaja yang mengikuti olahraga beladiri dengan kelompok remaja yang tidak mengikuti olahraga beladiri, peneliti

menggunakan 2 (dua) kuesioner yakni kuesioner Anteseden Kemarahan yang dirancang Dewi (2004) dan STAXI-2 yang dikembangkan oleh Spielberger &

Reheiser (2003). Karakteristik sampel penelitian ini adalah remaja laki-laki usia 16- 18 tahun di wilayah Jakarta serta terlibat secara rutin dalam olahraga beladiri. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan pada trait marah khususnya sub skala Temperamen serta Anger Expression-out antara remaja laki laki yang mengikuti olahraga beladiri dengan remaja laki-laki yang tidak mengikuti olahraga beladiri. Di sisi lain, tidak terdapat perbedaan pada anteseden subjektif, objektif, interpersonal; State marah; Anger Expression-in, Anger Control-in dan Anger Control-Out antara remaja laki-laki yang mengikuti olahraga beladiri dengan remaja laki-laki yang tidak mengikuti olahraga beladiri. Dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

olahraga beladiri memiliki nilai lebih dibandingkan kegiatan-kegiatan lain yang diikuti remaja khususnya dalam membantu meredam rasa marah yang muncul tanpa stimulus tertentu (traittemperamen) dan mengekspresikan rasa marah ke luar diri (anger expression-out). Kesimpulan ini tidak menjadikan olahraga beladiri sebagai satu-satunya sarana bagi

remaja untuk mengelola emosi. Kegiatan-kegiatan non beladiri lainnya seperti bidang musik, sains, dan jenis olahraga lain juga sama pentingnya dalam

membentuk aspek emosional remaja. Penelitian lebih lanjut yang dilengkapi dengan metode kualitatif diperlukan agar secara lebih spesifik mampu melihat bagaimana remaja memaknai setiap kegiatan yang dilakukan di luar jam sekolah sebagai sarana

(15)

Beladiri zaman dahulu bahwa latihan beladiri itu banyak mamfaat, nah bagaimana dengan anda? :D

29 Things About Karate You

Ought To Know

By Jesse Enkamp

Internet is great and all, but sometimes I’m thinking that there’s one huge

drawback.

Everything is recorded…

Forever.

So, this means that what I wrote

two years ago

can be read by somebody

today. And naturally, what I wrote two years back wasn’t what I would write

today. Sometimes it’s even the opposite!

I’ve evolved, just like you and everyone else.

(16)

And that’s why I’m always trying to write more “timeless” stuff. With timeless, I

mean an article that is thought-provoking, interesting, informative, a little bit

disturbing and a bit funny.

It’s universal.

And if you read it in two years, it will (hopefully) still be as true at it is today.

So, with that being said, today I decided to put together some general

thoughts, or guidelines, of Karate that will probably never be old. A

timeless

list of statements and facts

(?) that hopefully just reinforces what any

half-decent Karateka already knows.

Written yesterday on a plane from Amsterdam.

With my lap full of tomato juice.

Here goes.

29 Things About Karate You Ought

To Know

1.

No matter what they tell you, Karate is easy. The hard part is being good at

it.

2.

Two techniques remembered is worth more than twenty techniques

forgotten.

(17)

4.

Karate attracts all kinds of strange and unusual people. Accept this.

5.

A black belt is not the end. It is the very beginning.

6.

Comparing two equally technical fighters, my money is on the stronger one.

7.

Comparing two equally strong opponents, my money is on the more

technical one.

8.

Kata is stone dead. It is your job to make it live. Not many people succeed.

9.

A black belt tells as much about your skills in Karate as a Rolex tells about

your skills in reading the time.

10.

A gi is great. No gi is even greater.

11.

Understand the straight punch and you’ve come a long way to

understanding Karate.

12

. Sometimes it’s more important to be kind than to be right. People train

Karate because it makes them feel good. Don’t ruin that.

13.

We all need a brutal awakening now and then.

14

. Observe, analyze, and think.

15.

Don’t think, just do.

(18)

17.

Anybody can find a fault. Few can find the reason to a fault, and how to

improve a fault.

18.

The purpose of Karate is to flip out and kill people. (Just wanted to see if

you’re still awake!)

19

. It’s not what you do, it’s how you do it.

20

. Actually, sometimes it’s not how you do it, it’s what you do.

21.

Finding similarities is twice as hard as finding differences. It also gives you

twice as much.

22.

Karate is one of a few activities where young and old people interact. Use

this opportunity.

23.

The more you dislike competing, the more it will give you.

24

. Karate makes us see sides of ourselves that we either neglect or

intentionally hide. The sooner you start working on these, the better.

25

. Karate can make you lose weight, become stronger, healthier, happier and

feel better. But so can jogging, ice hockey, baseball, soccer, golf, basketball

and swimming.

26

. A good sensei teaches you what you need. Not what you want.

27.

Trying harder and trying smarter are two sides of the same coin.

(19)

29.

Do what your sensei says, not what your sensei does. Everyone is human.

Facebook

Twitter

Email

(20)
(21)

The 3 Habits of Highly Effective Karate Fighters

5 Ways to Get a Fantabulous Shiko-Dachi Stance: Looking Beyond Static Stretching

(22)

Batman

June 27, 2010 at 6:37 pm

Excellent list, plenty of good stuff to ponder on.

REPLY

gary

June 28, 2010 at 12:06 am

Brilliant, Jesse.

REPLY

Diego Romero

June 28, 2010 at 4:26 am

awesome!

(23)

Alan

June 28, 2010 at 4:53 pm

I don't get number 23? any comments?

REPLY

Jesse

June 29, 2010 at 12:34 pm

Well, my idea went something like this: The reason that many

people might dislike competing is in fact because they

fear it.

Fear

is related to the specific behaviors of escape and avoidance, which

makes it easy to cover up the fear by saying "I dislike/hate

competing". It is a basic survival mechanism. We do this all the

time.So, what is there to be afraid of then? Well, competing

(24)

in our example).So how do we fight this disguised fear? The best

method to fight any fear is to take

positive action

against whatever

it is that you are afraid of. Like competing.

Who doesn't dislike

public speaking?

A politician.

Who doesn't dislike spiders?

A zoo

owner.

It's the same principle.

This is one interpretation.

REPLY

Leo

July 7, 2010 at 5:14 pm

Your comment got me thinking. I am not very

(25)

be a good way to learn to handle this fear, but

..#25.Just my two eurocents.And by the way, your

articles are worth my time in gold (I won't pay you).

Informative and entertaining. Thanks, I'm having a good

read here.

REPLY

Tibz

July 7, 2010 at 5:42 pm

Have you actually competed? I thought like

you before but had the opportunity to

compete a couple times. The fear wasn't so

much of a factor to me, but I could see

during these events very talented people,

and that made me want to work even harder

to be on-par with them. It's true it comes

from "the ideal of getting better than others",

but are both ideals really mutually

exclusive? I think if you want to improve,

you have to want to be better than

(26)

doesn't mean you have to be crazy about

beating your sensei, just that you have to try

your best to reach their skills. Like climbing

a mountain is certainly more beneficial than

climbing a hill.

REPLY

Leo

July 8, 2010 at 2:19 am

(27)

false conclusion -applied on

improvement of personality. It is

just so deep buried in western

ideology, that we don't even

notice; Nietzsche brought it on

point: "What doesn't kill me,

makes me stronger." If one

should mix western traditions

with Karate, if it is a possible

thing to do or an impossible

thing not to do, I don't want to

discuss here. What I want to

discuss is: does it reflect the

origin? This question is

important, because it helps to

understand the circumstances,

under which Karate developed. I

want to compare it to Japanese

archery (based on Eugen

(28)

shooting at a target only few

metres away. This is not to

frustrate the student on the

Japanese way, but to make him

only (be able to) think about one

task -and that with full

concentration and commitment.

The desire to hit the target is

counterproductive in this way of

practicing, because it is a way to

distract from current happening

to a world of illusion (in the

sense of "I want to hit the target"

instead of just doing it). In a

similar way I see Karate

competition. I would maybe fix

my counsciousness on

something that's around me, but

not myself. Propably the hope of

getting a medal or the fear of

emberassing myself by a loss. I

want to practice "moved

(29)

possible in competition, but I

think it is as likely as singing a

perfect octave in a hurricane.

You get my point?If you choose

competition as your way of

Karate, I want to be the last one

condemning this. Still I can't

appreciate competition for what

it is.

Jesse

July 8, 2010 at 11:56 am

I'd rather lose a match, knowing I

did my very best, than to win a

match, knowing I didn't perform

at my best. This is why I

personally compete. Many of my

most memorable tournament

experiences are

losses

, because

I felt that I had done my

very

best

, and if that wasn't enough to

win - it didn't matter. It still

(30)

story when you're a

professional

,

and your paycheck depends on

your medal... :/

Drew

June 28, 2010 at 5:30 pm

Great list Jesse!

REPLY

frank

June 29, 2010 at 1:19 am

Fantastic. How simple, yet deep!

REPLY

(31)

June 29, 2010 at 3:44 pm

My thoughts of #23 are similar. I'm always nervous but with each tournament

that I compete, I always leave with at least some satisfaction. Even if its

something as simple as one judge telling me that he liked my kata. There's

always going to be the fear of failure to some extreme. For example, there will

always be somebody at the tournament who will see you compete for the first

time...if that makes sense.

Referensi

Dokumen terkait

Sistem ini dirancang untuk berjalan pada perangkat mobile smartphone berbasis Android, untuk pertama kali menjalankan aplikasi ini, dari sisi user mahasiswa dan

mahasiswa praktikan untuk belajar menjadi guru yang lebih inovatif, provisional dengan gaya. mengajar yang menarik

Mengingat karya yang diciptakan semata-mata tidak mengedepankan bentuk dan teknik belaka, melainkan juga memperkuat isi atau pesan yang hendak disampaikan, maka, apa yang

Prasasti mempunyai sifat resmi sebagai suatu keputusan atau perintah yang diturunkan oleh seorang raja atau penguasa, sehingga dalam penulisannya ada aturan- aturan penulisan

dan n %u %u&u &u. ;ntu& itu< &ami menghara,&an &e&urangan dan masih !auh dari &esem,urnaan.. #alah satu su% sistem &esehatan nasional

Pelaksanaan kegiatan, setelah bahan dan peralatan disiapkan, maka tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan kegiatan yaitu dilakukan kegiatan berupa pengoperasian/

Tegasnya, Syaykh Abd Aziz bin Abd Salam telah memberi suatu sumbangan yang besar terhadap metodologi pentafsiran kepada pengajian tafsir di Malaysia.. Sumbangan

Sebagian besar anak yang menderita TB paru adalah anak yang memiliki status gizi yang tidak normal dan terdapat pengaruh yang signifikan antara status gizi