• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan dari proses

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan dari proses"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan dari proses pengumpulan data tentang pengaruh gabungan sugesti dan musik instrumentalia terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia di Griya Lansia Santo Yosef Surabaya. Hasil penelitian terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, data umum (karakteristik responden), dan data khusus yang kemudian akan dilakukan pembahasan sesuai tujuan penelitian. Penelitian dilakukan pada tanggal 17 November sampai 2 Desember 2014. Pengukuran kualitas tidur menggunakan kuisioner kualitas tidur PSQI (Pittsburg Sleep Quality Index) yang diisi peneliti berdasarkan jawaban responden.

5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, hasil penelitian data umum/demografi responden, dan data khusus kualitas tidur pada responden sebelum dan sesudah intervensi.

5.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Griya Lansia Santo Yosef Surabaya yang berada di Jalan Jelidro II/33, Lontar, Surabaya, Jawa Timur. Griya ini memiliki luas tanah seluas 1900m2 termasuk gedung kantor, gedung serba guna, kamar para suster dari Kongregasi Suster Santo Yosef, pos keamanan, lapangan parkir, wisma klien yang terdiri dari 2 lantai, lantai dasar (pertama) untuk klien wanita dengan 24 kamar, sedangkan lantai 2 untuk klien laki-laki dengan 18 kamar ditambah 2

(2)

kamar untuk biarawati, tiap kamar memiliki jumlah tempat tidur yang berbeda yaitu ada 1 kamar isi 2 tempat tidur, ada yang 4 tempat tidur, dan ada yang 6 tempat tidur, kapel, taman dan kebun sayuran mini di tengah griya, ruang makan para lansia, ruang makan para biarawati, kantor, ruang tamu, ruang berkumpul, ruang pemeriksaan kesehatan, ruang terapi, dapur umum, kamar mandi tamu, gudang penyimpanan, tandon air. Griya Lansia Santo Yosef memiliki daya tampung sebanyak 140 orang, namun jumlah lansia saat ini adalah 120 orang.

Persyaratan untuk masuk ke griya adalah laki-laki atau perempuan berusia minimal 60 tahun, tidak ada penyakit menular dengan bukti foto Rontgen paru dan hasil laboratorium untuk pemeriksaan hati normal, tanpa ada unsur paksaan, memiliki penanggung jawab 2 orang dan keduanya atau salah satu berdomisili di Surabaya, administrasi telah dilunasi, mengisi formulir masuk calon oma dan opa di Griya Lansia Santo Yosef Surabaya. Biaya untuk tinggal di griya ini per bulannya sebesar Rp 2.000.000,-. Jumlah karyawan yang merawat lansia ada 45 orang dan jumlah biarawati ada 2 orang. Semua karyawan di griya memiliki jadwal kerja pagi, sore, malam.

(3)

Tabel 5.1 Jadwal Kegiatan Harian Lansia Griya Usila Santo Yosef Surabaya

Hari Jam Aktivitas

Senin – Sabtu 04.30 Bangun pagi 04.30-05.00 Senam pagi 05.00-06.00 MCK 06.00-06.30 Doa pagi 06.30-07.30 Sarapan pagi 08.00 – 10.00 Kegiatan / Hiburan 10.00-10.30 Snack

10.30-11.30 Istirahat dan mendengarkan musik klasik rohani 12.00-12.30 Doa siang 12.30-13.30 Makan siang 14.00 – 15.30 Tidur siang 15.30 – 16.30 MCK 17.00-18.00 Makan Malam 18.00-18.30 Doa Sore 19.00 Tidur

Minggu 08.00-09.30 Misa Pagi Catatan :

Selasa Rabu

10.00-11.00 11.00-13.00

Jadwal periksa mingguan pada dokter umum

Jadwal periksa pada psikiater

Kegiatan rutinitas di Griya Lansia Santo Yosef Surabaya hampir sama seperti kegiatan di panti wredha pada umumnya. Setiap hari Senin hingga Sabtu pagi selalu dilakukan olahraga pagi yaitu berupa senam yang terdiri dari senam otak, senam nadi, dan senam lansia. Perbedaannya yaitu pada hari Selasa dan Rabu diadakan pemeriksaan kesehatan bagi semua lansia. Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh dokter dan perawat berupa pemeriksaan kesehatan secara umum dan juga pemeriksaan psikologi. Kemudian pada hari Minggu pagi selalu diadakan ibadah mingguan. Setiap jam 06.00, 12.00, 18.00, selalu dilakukan doa bersama yang dipandu oleh biarawati atau pegawai griya melalui speaker sentral

(4)

yang berada di kantor griya, sedangkan para lansia berada di kamar masing-masing.

Berdasarkan observasi peneliti, kegiatan yang dilakukan lansia sebelum tidur malam sangat beragam. Beberapa lansia ada yang menonton TV hingga jam 22.00 WIB, membaca buku bertema keagamaan atau pengetahuan, berdiam diri di kamar atau berdoa hingga tertidur, ngobrol dengan teman sekamar atau wisma hingga mengantuk lalu meminta ijin untuk pergi tidur.

5.1.2 Data umum

Data umum menguraikan karakteristik responden yang meliputi usia, lama tinggal, kebiasaan sebelum tidur, dan pola tidur siang.

(5)

Tabel 5.2 Data Umum di Griya Lansia Santo Yosef Surabaya

Kode

Umur Lama Kebiasaan Pola

Responden Tinggal sebelum tidur

tidur siang P 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 3 2 2 4 1 4 2 2 4 1 5 2 2 1 2 6 2 2 1 2 7 2 2 4 1 8 2 2 2 1 9 2 2 2 1 10 2 1 4 1 11 2 1 4 1 K 1 1 3 2 2 2 2 2 1 2 3 2 1 2 1 4 2 1 4 1 5 2 1 4 1 6 2 1 2 1 7 2 1 2 1 8 2 2 4 1 9 2 1 4 1 10 2 2 4 1 11 2 1 4 1 Keterangan :

1. P = Perlakuan 4. Kebiasaan sebelum tidur

K = Kontrol 1 = Duduk-duduk /diam di kamar

2. Umur 2 = Melihat TV

1 = 60-65 tahun 3 = Berbincang dengan teman 2 = 66-74 tahun sekamar atau wisma

3. Lama Tinggal 4 = Lain-lain (membaca buku,berdoa) 1 = < 1 tahun 5. Pola Tidur Siang

2 = 1-5 tahun 1 = Tidur

3 = 6-10 tahun 2 = Tidak tidur

Berdasarkan tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 65-74 tahun dengan persentase 86,4% atau 19 orang dan usia 55-64 tahun sebesar 13,6% atau 3 orang. Jumlah responden yang tinggal di Griya

(6)

Lansia Santo Yosef Surabaya selama kurang dari 1 tahun sebanyak 6 orang atau 27,27%, 1-5 tahun sebanyak 15 orang atau 68,18%, dan yang tinggal selama 6-10 tahun sebanyak 1 orang atau 4,54%. Kemudian, kebiasaan responden sebelum tidur yaitu duduk atau diam diatas tempat tidur sampai tertidur sebanyak 3 orang atau 13,6%, melihat TV sebanyak 4 orang atau 18,18 %, berbincang dengan teman sekamar atau wisma sebanyak 4 orang atau 18,18%, serta 11 orang atau 50 % memilih untuk melakukan kegiatan lain yaitu membaca buku bertema keagamaan atau pengetahuan dan berdoa. Lalu sebanyak 4 orang atau 18,20% responden yang tidak mempunyai pola tidur siang hari, sedangkan sebanyak 18 orang atau 81,80% responden memiliki kebiasaan tidur pada siang hari.

5.1.3 Data Variabel yang Diteliti

Pada bab ini akan diuraikan data tentang kualitas tidur pada lansia sebelum dan sesudah diberikan intervensi gabungan sugesti dan musik instrumentalia pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

1. Kualitas tidur lansia sebelum dilakukan pemberian gabungan sugesti dan musik instrumentalia pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol Tabel 5.3 Kualitas tidur lansia sebelum dilakukan pemberian gabungan

sugesti dan musik instrumentalia

Perlakuan Persentase Kontrol Persentase

Baik - - - -

Buruk 11 100% 11 100%

Berdasarkan tabel 5.2 di atas, menunjukkan bahwa kualitas tidur responden pada kelompok perlakuan dan kontrol berada pada tingkat buruk..

(7)

2. Kualitas tidur lansia setelah dilakukan pemberian gabungan sugesti dan musik instrumentalia pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol Tabel 5.4 Kualitas tidur lansia setelah dilakukan pemberian gabungan

sugesti dan musik instrumentalia

Perlakuan Persentase Kontrol Persentase

Baik 9 81,18% 2 18,82%

Buruk 2 18,82% 9 81,18%

Berdasarkan tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa kualitas tidur responden setelah diberikan gabungan sugesti dan musik instrumentalia yaitu sebanyak 9 orang pada kelompok perlakuan meningkat menjadi baik, sedangkan 2 orang lainnya masih dalam tingkat buruk. Pada kelompok kontrol sebanyak 9 orang kualitas tidurnya buruk dan 2 orang baik.

3. Perbedaan kualitas tidur pada lansia kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

Tabel 5.5 Perbedaan kualitas tidur pada lansia kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

No Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol

Pre Post Perbedaan Pre Post Perbedaan Post Post

1 11 4 -7 13 4 -9 4 4 2 11 4 -7 12 4 -8 4 4 3 12 4 -8 12 11 -1 4 11 4 12 4 -8 12 11 -1 4 11 5 12 3 -9 12 11 -1 3 11 6 12 3 -9 12 11 -1 3 11 7 12 4 -8 12 11 -1 4 11 8 12 4 -8 12 11 -1 4 11 9 13 4 -9 12 11 -1 4 11 10 15 7 -8 12 10 -2 7 10 11 14 7 -7 13 10 -2 7 10 p=0,004 Mc Nemar Test p=≤0,05 Rata-rata peningkatan : p=0,5 Mc Nemar Test p=≤0,05 Rata-rata peningkatan : p=0,003 Chi-Square Test p=≤0,05

(8)

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan dari hasil uji statistik dengan menggunakan Mc Nemar Test ditemukan adanya peningkatan kualitas tidur pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah diberikan intervensi gabungan sugesti dan musik instrumentalia dengan nilai p=0,004, berarti p<0,05, maka H1 diterima artinya ada pengaruh yang signifikan pada pemberian gabungan sugesti dan musik instrumentalia terhadap peningkatan kualitas tidur. Namun pada kelompok kontrol didapatkan hasil p=0,5 yang berarti p>0,05, maka H1 ditolak. Hasil uji statistik Chi-Square Test, didapatkan p=0,009 yang berarti p<0,05, berarti ada pengaruh pemberian gabungan sugesti dan musik instrumentalia terhadap kualitas tidur pada hasil post test kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

5.2 Pembahasan

Seluruh responden dalam penelitian ini mengalami gangguan tidur dengan kualitas tidur dalam rentang buruk. Tingkat kualitas tidur dilakukan dengan wawancara yang berpedoman pada kuisioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang terdiri dari 7 komponen yaitu kualitas tidur secara objektif, latensi tidur (kesulitan memulai tidur), lama tidur malam (kuantitas), efisiensi tidur, gangguan ketika tidur malam, penggunaan obat-obatan tidur, dan terganggunya aktivitas di siang hari. Sebagian besar responden menyatakan bahwa kualitas tidurnya kurang, kesulitan memulai tidur lebih dari 30 menit, lama tidur kurang dari 6 jam, efisiensi tidur yang kurang, gangguan tidur pada malam hari yang meningkat, tidak ada penggunaan obat tidur, dan aktifitas siang hari yang terganggu lebih dari 3 hari dalam seminggu.

Intervensi yang diberikan untuk meningkatkan kualitas tidur lansia dalam penelitian ini adalah gabungan sugesti dan musik instrumentalia. Gabungan kedua

(9)

hal ini diberikan dalam bentuk rekaman dalam sebuah CD yang dimainkan setiap pukul 19.30-20.30 selama satu minggu. Rekaman ini berdurasi selama 30 menit dan diulang hingga dua kali setiap kali memainkannya. Tempo musik dalam rekaman ini adalah 50-60 beat per menit seperti yang dijelaskan oleh Campbell (2002) bahwa musik dengan tempo lambat sekitar 60 beat / menit, dapat mengubah tingkat kesadaran dari susunan gelombang beta ke gelombang alfa, sehingga meningkatkan tingkat rileks dan ketenangan.

Persiapan yang harus dilakukan sebelum memulai memainkan rekaman ini ada 2 (dua) hal yaitu persiapan lingkungan dan persiapan pasien. Ketika melakukan persiapan lingkungan, semua perawat griya yang sudah menandatangani persetujuan untuk menjadi perawat pengawas dalam penelitian ini, dikumpulkan dan diberi pengarahan secara singkat. Lalu semua peralatan yang diperlukan yaitu player, CD rekaman gabungan sugesti dan musik instrumentalia, speaker sentral, dan jam tangan, dipersiapkan. Sebelum memainkan rekaman tersebut, responden terlebih dahulu ditegur sapa, dilakukan cek kembali kesesuaian antara identitas yang telah didapatkan peneliti dengan identitas yang disebutkan secara langsung oleh responden, dan dijelaskan kembali mengenai tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan. Kemudian, pasien diminta untuk berbaring ditempat tidurnya masing-masing dengan memposisikan tubuhnya senyaman mungkin. Rekaman musik instrumentalia dan sugesti dimainkan hingga semua lansia benar-benar terlelap dalam rentang waktu satu jam dengan volume pada speaker sentral berada pada level 2 pada rentang 0-9.

Semua prosedur pelaksanaan intervensi ini dilakukan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol selama masing-masing satu minggu. Pelaksanaan

(10)

pada kelompok kontrol dilakukan setelah intervensi pada kelompok perlakuan. Semua lansia yang menjadi responden bekerjasama dengan baik dalam pelaksanaan intervensi ini. Prosedur ini dilakukan selama 2x30 menit karena proses fisiologi gelombang tidur. Pada menit ke 10-20 sejak awal lansia memulai tidur, terjadi proses tidur NREM (Non Rapid Eye Movement) tahap dua. Tidur tahap kedua ditandai dengan gelombang otak theta dengan disertai munculnya gelombang tunggal dengan amplitudo tinggi dan munculnya sleep spidle (jarum tidur, karena terlihat di monitor atau kertas perekam yang menunjukkan aktivitas otak). Pada tahap ini gerakan dan ketegangan otot menurun dan menandai permulaan tidur yang sebenarnya. Tahap selanjutnya setelah 20–30 menit adalah memasuki tahap ketiga yaitu kombinasi theta dan delta (tegangan tinggidengan frekuensi sangat rendah). Segera setelah tahap ke tiga ini dilanjutkan dengan tahap ke empat yaitu hilangnya sama sekali gelombang theta dan hanya tinggal gelombang delta dengan 0,5 – 2 putaran perdetik, amplitudo 100 – 200 mikrovolt. Dalam tidur delta ini relaksasi otot terjadi sepenuhnya, tekanan darah menurun, denyut nadi dan pernafasan melambat. Pasokan darah ke otak berada pada batas minimal (Setiyo, 2008).

Sebelum dilakukan intervensi pemberian gabungan sugesti dan musik instrumentalia, semua responden pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yaitu sebanyak 22 orang, berada dalam skor kualitas tidur yang buruk. Hal ini dikarenakan sebagian responden memiliki lama tinggal di griya kurang dari 1 tahun, memiliki pola tidur siang. Usia lansia merupakan usia yang beresiko tinggi megalami gangguan kualitas tidur. Menurut Darmojo (2009), seiring bertambahnya usia, terdapat penurunan periode tidur. Seorang usia lanjut

(11)

membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur (berbaring lama di tempat tidur sebelum tidur) dan mempunyai lebih sedikit waktu tidur nyenyaknya. Responden yang mengalami gangguan tidur pada penelitian ini sebagian besar berusia 66-74 tahun. Kecenderungan tidur siang meningkat secara progresif dengan bertambahnya usia. Peningkatan waktu siang hari yang dipakai untuk tidur dapat terjadi karena seringnya terbangun pada malam hari. Dibandingkan dengan jumlah waktu yang dihabiskan ditempat tidur menurun sejam atau lebih (Perry& Potter, 2005).

Pada penelitian ini, semakin lama lansia tinggal dipanti, lansia menjadi semakin mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan waktu tidurnya. Responden yang tinggal di panti lebih dari 1-5 tahun, memiliki kualitas tidur yang lebih baik. Lansia yang lebih lama tinggal di panti, memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik daripada penghuni panti yang baru. Gangguan tidur sering terjadi pada malam pertama di tempat perawatan jangka panjang atau hospitalisasi yang lama, tetapi sulit tidaknya lansia tidur berhubungan dengan kemampuan lansia dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru (Gitawati, 2007).

Responden dalam penelitian ini adalah wanita. Wanita lansia beresiko tinggi terjadi gangguan tidur karena tingkat stress dan peran hormonal wanita yang cukup tinggi dalam proses penuaan. Lansia wanita lebih mudah stress karena wanita memiliki hormon estrogen yang mempengaruhi tingkat stress dan lebih menonjolkan perasaannya. Wanita lansia, terutama wanita yang memiliki anak, dapat mengalami inkontinensia stress, yaitu terjadi pelepasan urine involunter saat batuk, bersin, atau pun saat tidur tanpa disadari mereka akan mengompol sehingga menyebabkan terbangun. Hal ini disebabkan karena melemahnya otot kandung

(12)

kemih pada lansia (Perry & Potter, 2005). Di Griya Lansia Santo Yosep, dari 22 responden, 18 orang menderita inkontinensia urin.

Setelah dilaksanakan pemberian gabungan sugesti dan musik instrumentalia selama 7 hari pada kelompok perlakuan, diperoleh skor responden dalam kriteria baik 9 orang dan kriteria buruk 2 orang. Meskipun masih ada responden yang mempunyai kriteria kualitas tidur buruk, tetapi responden mendapatkan penurunan skor dan merasa puas dengan tidurnya. Pada kelompok kontrol, didapatkan skor kualitas tidur dalam kriteria buruk sebanyak 9 orang dan sangat buruk sebanyak 2 orang.

Pada kelompok perlakuan, setelah dilakukan intervensi, skor PSQI mengalami penurunan, yang berarti telah terjadi perbaikan kualitas tidur responden. Responden 5P dan 6P mengalami peningkatan skor kualitas tidur yang cukup signifikan yaitu 9 poin karena kedua responden tersebut berpendapat bahwa intervensi yang diberikan cocok dengan mereka karena mereka menyukai musik klasik. Responden kelompok perlakuan lainnya mengalami penurunan skor 6-8 poin dengan kriteria tidur baik dan buruk. Sebagian besar responden mengalami perbaikan tidur dari segi kualitas tidur subjektif yang menjadi lebih baik, kesulitan untuk memulai tidur (latensi tidur) berkurang selama kurang dari 30 menit, lama tidur meningkat menjadi lebih dari 6 jam, efisiensi tidur juga meningkat, gangguan tidur malam berkurang, dan terganggunya aktifitas di siang hari menurun. Responden 10P dan 11P mengalami penurunan skor dan perbaikan kualitas tidur, tetapi masih dalam kriteria tidur buruk karena perubahan yang kurang signifikan pada latensi dan efisiensi tidur. Hal ini dapat terjadi karena masih banyak faktor yang mempengaruhi tidur responden , antara lain faktor lama

(13)

tinggal. Kedua responden ini adalah lansia yang kurang dari 1 tahun tinggal di griya. Penelitian yang dilakukan selama 7 hari pada kelompok perlakuan ini, tidak ada responden yang terserang sakit, sehingga penelitian berjalan dengan baik.

Pada kelompok kontrol, responden 1K dan 2K mengalami penurunan skor yang sangat tinggi yaitu 8-9 poin dan masuk dalam kriteria baik. Hal ini dikarenakan pada saat dilakukan intervensi untuk kelompok perlakuan pada 2 (dua) hari terakhir, responden 1K mendapat kunjungan dari keluarganya selama 1 (satu) hari dan responden berpendapat bahwa kondisi fisik atau psikisnya menjadi sangat baik dan tenang. Kondisi fisik atau psikis yang baik dapat menunjang tidur malam yang lebih efektif. Pada responden 2K juga mengalami penurunan skor yang tinggi karena 1 (satu) hari sebelum dilakukan intervensi pada kelompok kontrol, responden mendapat kiriman hadiah berupa baju dan beberapa foto anak serta cucu kesayangannya yang berada di luar negeri. Responden berpendapat bahwa hal tersebut mempengaruhi kondisi badan dan pikirannya menjadi sangat baik dan damai sehingga mendukung kenyamanan saat tidur malam.

Hasil dalam kuisioner PSQI yang tidak banyak mengalami perubahan baik sebelum atau setelah dilakukan intervensi gabungan sugesti dan musik instrumentalia yaitu gangguan tidur malam. Keluhan responden paling banyak dalam gangguan tidur malam hari yaitu terbangun karena keinginan ingin buang air kecil. Hal ini disebabkan melemahnya otot kandung kemih pada lansia (Perry & Potter, 2005). Faktor ini menyebabkan responden sering terbangun pada malam hari, sehingga komponen efisiensi tidur dan lama tidur berkurang. Jika kedua komponen ini berkurang, maka aktivitas responden pada siang hari dapat terganggu karena kantuk.

(14)

Berdasarkan uji statistik menggunakan Chi Square Test untuk menilai post test pada kedua kelompok, ditemukan hasil p=0,003 yang berarti bahwa ada pengaruh setelah diberikan intervensi gabungan sugesti dan musik instrumentalia terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia di Griya Lansia Santo Yosef Surabaya. Kemudian peneliti melakukan uji statistik dengan menggunakan McNemar, ditemukan adanya peningkatan kualitas tidur pada kelompok perlakuan sebelum dan setelah diberikan intervensi gabungan sugesti dan musik instrumentalia dengan nilai p=0,004. Pada kelompok kontrol didapatkan hasil p=0,5 yang berarti tidak ada pengaruh signifikan pada pre dan post test.

Penelitian ini menggunakan salah satu jenis musik instrumentalia berupa musik klasik. Menurut Nurseha dan Djaafar (2002), musik klasik mempunyai fungsi menenangkan pikiran dan katarsis emosi, serta dapat mengoptimalkan tempo, ritme, melodi, dan harmoni yang teratur dan dapat menghasilkan gelombang alfa serta gelombang beta dalam gendang telinga sehingga memberikan ketenangan yang membuat otak siap menerima masukan baru, efek rileks, dan menidurkan. Oleh karena itu, intervensi ini dilakukan saat lansia memasuki waktu tidur malam yaitu sekitar pukul 19.30-20.30 WIB.

Dasar utama penggunaan musik klasik dalam penelitian ini adalah gelombang otak dapat dimodifikasi oleh musik dan suara-suara yang ditimbulkannya. Semakin lamban gelombang otak, individu semakin merasa rileks, puas, dan tenang. Seperti halnya meditasi, yoga, sugesti dan latihan lain untuk menyatukan fisik dan pikiran. Musik klasik berfungsi mengatur hormon-hormon yang berhubungan dengan stres antara lain ACTH, prolaktin, dan hormon-hormon

(15)

pertumbuhan serta dapat meningkatkan kadar endorfin sehingga dapat mengurangi nyeri juga kecemasan (Champbell, 2001).

Musik yang memiliki karakteristik lembut dan santai, salah satu jenis musik ini yaitu musik klasik yang dipadukan dengan kalimat sugesti positif, dapat menstimulir otak sehingga membantu menjaga keseimbangan homeostasis tubuh melalui jalur HPA axis, yang dapat merangsang produksi β endorphin dan enkephalin yang merupakan neurotransmitter tidur. β endorphin dan enkephalin mampu membuat tubuh menjadi rileks, rasa nyeri berkurang, dan menimbulkan rasa senang sehingga lansia dapat lebih mudah tertidur (Nursalam, 2007). Menurut Profesor John Gruzelier, seorang pakar psikologi di Caring Cross Medical School, London, guna menginduksi otak dilakukan dengan memprovokasi otak kiri (pikiran sadar) untuk non aktif dan memberikan kesempatan kepada otak kanan (pikiran bawah sadar) untuk mengambil kontrol atas otak secara keseluruhan. Hal ini dapat dilakukan ketika aktivitas seseorang sedang berada dalam gelombang theta. Karakteristik aktivitas otak ketika berada dalam gelombang theta adalah peningkatan produksi katekolamin (sangat vital untuk pembelajaran dan ingatan), peningkatan kreatifitas, pengalaman emosional, berpotensi terjadinya perubahan sikap, peningkatan pengingatan materi yang dipelajari, meditasi mendalam, lebih dalam mengakses pikiran bawah sadar (unconscious). Pada saat itulah sugesti berhasil ditanamkan dalam pikiran seseorang (Yovan,2006).

Responden yang mendapatkan intervensi gabungan sugesti dan musik instrumentalia merasa lebih rileks dan nyaman. Responden merasakan dampak dari intervensi secara bertahap. Responden mengalami perbaikan tidur seperti

(16)

kualitas tidur lebih baik, kesulitan memulai tidur lebih dari 30 menit berkurang, lama tidur bertambah menjadi lebih dari 6 jam, efisiensi tidur lebih baik, gangguan tidur malam berkurang, tidak ada penggunaan obat tidur, dan aktifitas siang hari yang terganggu berkurang. Gabungan sugesti dan musik instrumentalia memberikan ketenangan dan kenyamanan yang dapat menginduksi rasa kantuk, sehingga responden dapat memulai tidur lebih awal dan tubuh menjadi bugar dan bersemangat setelah bangun tidur.

Gambar

Tabel 5.1 Jadwal Kegiatan Harian Lansia Griya Usila Santo Yosef Surabaya
Tabel 5.2 Data Umum di Griya Lansia Santo Yosef Surabaya
Tabel 5.5 Perbedaan kualitas tidur pada lansia kelompok perlakuan dan kelompok  kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Secara periodik, sistem administrasi PT.(Persero) Bank Rakyat Indonesia Cabang Pembantu Unit Keera harus di teliti atau di periksa oleh pihak yang bebas dari tugas rutin yaitu

Tabung berisi media pengayaan selektif dengan konsentrasi ganda [5.2.1 a] atau konsentrasi tunggal [5.2.1 b] yang diinkubasikan sesuai 9.2.2, dianggap positif, jika tabung

TENTANG PENGANGKATAN TIM AKREDITASI BORANG FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI 51 SISTEM KOMPUTER DAN 51 TEKNIK ETEKTRO menetapkan nama-nama sebagaimana lampiran l

Pada peta fasies model dari estuarine ini, tidal sand bar ini merupakan bagian terluar dari tide dominated estuarine, memanjang sejajar dengan arusnya, dan dari peta

Keberhasilan swasembada pangan akhir Tahun 1984 juga tidak terlepas dari kebijakan terhadap produksi padheras dan ini merupakan buah dari tata kebijakan yang dilakukan oleh

Pada penelitian ini, perbesaran optis dilakukan dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran masing-masing 6x pada lensa obyektif dan 10x pada lensa okuler,

Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah,Penatausahaan Keuangan Daerah Dan Pengelolaan Aset Tetap Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Penelitian ini menemukan bahwa terdapat delapan tupoksi dari 10 tupoksi TN yang penjabaran pelaksanaannya berupa pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk penyediaan