• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Di Rote Timur, Kabupaten Rote Ndao, Taman Nasional Perairan Laut Sawu Menggunakan Metode Manta Tow

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Di Rote Timur, Kabupaten Rote Ndao, Taman Nasional Perairan Laut Sawu Menggunakan Metode Manta Tow"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 211-219 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

211

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI ROTE TIMUR, KABUPATEN ROTE NDAO, TAMAN NASIONAL PERAIRAN LAUT SAWU MENGGUNAKAN METODE MANTA TOW

Andy Achmad R*), Munasik, Diah Permata W

Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedharto, SH, Tembalang Semarang. 50275

Telp/Fax (024) 7474698 Email : andymarine06@gmail.com

ABSTRAK

Perairan Laut Sawu bermakna strategis bagi pembangunan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Lebih dari 65 % potensi lestari sumberdaya ikan di Provinsi ini disumbang oleh Laut Sawu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi ekosistem terumbu karang dengan menggunakan metode Manta Tow di perairan Kecamatan Rote Timur, Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang masuk dalam rencana kawasan konservasi Taman Nasional Perairan Laut Sawu. Hasil penelitian menunjukkan persentase tutupan karang keras hidup Rote Timur di 3 lokasi penelitian masuk dalam kategori buruk. Bagian sisi barat memiliki rata – rata tutupan sebesar 23,98%. Selat Mulut Seribu memiliki persentase tutupan karang keras hidup sebesar 15,8% dan sisi bagian timur memiliki persentase paling rendah dengan tutupan rata - rata 12,33%.

Kata Kunci : Rote Timur; Taman Nasional Perairan Laut Sawu; Manta Tow ABSTRACT

Waters of the Savu Sea serves strategic means for the development of East Nusa Tenggara province, because most of the district / city in the province is highly dependent on the Savu Sea. The purpose of this study was to determine the condition of coral reef ecosystems using the Manta Tow in the waters of the East Rote, District of Rote Ndao, province of East Nusa Tenggara in the plan of conservation areas Savu Sea Marine National Park. The results show the percentage of hard coral life cover in the East Rote 3 study sites in the category of bad. The west side has average cover of 23.98%. Mulut Seribu Strait have hard coral life cover percentage of 15.8% and eastern side has the lowest percentage to hard coral life cover average by 12.33%.

Keywords : East Rote; Savu Sea Marine National Park; Manta Tow Pendahuluan

Laut Sawu yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah wilayah yang berbatasan langsung dengan pesisir Timor Leste dan beberapa pulau terdepan yang berbatasan dengan Australia. Perairan Laut Sawu bermakna strategis bagi pembangunan Provinsi NTT, karena hampir sebagian besar Kabupaten/kota di NTT sangat tergantung pada Laut Sawu. Lebih dari 65 % potensi lestari sumberdaya ikan di provinsi ini disumbang oleh Laut Sawu. Selain potensi yang ada pada kawasan tersebut, juga terdapat beberapa permasalahan dan ancaman seperti perusakan terumbu karang, penurunan populasi hewan penting, praktek penangkapan ikan yang tidak ramah

lingkungan dan lain sebagainya. Salah satu upaya yang telah ditempuh adalah pencadangan kawasan konservasi Taman Nasional Perairan Laut Sawu.

Saat ini upaya pengembangan kawasan Taman Nasional Perairan Laut Sawu sudah mencapai tahap penyusunan rencana pengelolaan yang didalamnya terdapat rencana Zonasi. Hasil analisis data pemetaan awal menunjukkan terdapatnya 3 ekosistem penting dalam satu lokasi (terumbu karang, mangrove dan lamun) yaitu di daerah Rote Timur Kabupaten Rote Ndao

Terumbu karang di daerah Rote Timur diduga memiliki kondisi yang bagus dengan tutupan karang hidup yang tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Nagelkerken et al. (2000) bahwa keterkaitan ekosistem antara *) Penulis penanggung jawab

(2)

Volume Online d

mangrove, lamun dan ter menciptakan suatu variasi mempertinggi keanekara organisme. Hal ini membu pengaruh tepi yang m struktur populasi suatu ek bertemu dalam satu lokasi

Tujuan penelitian in mengetahui kondisi ekosis karang dengan menggun Manta Tow di perairan Ke Timur, Kabupaten Rote N Nusa Tenggara Timur. Materi dan Metode A. Materi Penelitian

Materi penelitian ekosistem terumbu karang pada puncak terumbu di Timur dengan pengamatan Pengamatan tersebut m persentase tutupan karang (HCL), karang keras mati ( lunak (SC), pasir (SA), makro alga (MA), rock (RO (OT) seperti kima atau S itu diambil juga data m slope, dan kerusakan bentuk pertumbuhan k dominan (Hard Coral Grow B. Metode Penelitian

Secara umum m digunakan dalam penelitia metode penelitian sur pendekatan deskriptif, ya pengamatan secara sistem dan akurat mengenai fakt sifat – sifat populasi tertentu (Nazir, 1985). C. Metode Sampling

Metode sampling ya adalah metode Manta Tow Metode ini merupakan m assesment yang dapa wilayah yang luas. Metod adalah suatu teknik terumbu karang dengan pengamat di belakang bermesin dengan meng sebagai penghubung an dengan pengamat. Denga perahu yang lambat km/jam) dan melintas di karang dengan lama tari pengamat akan melihat be yang terlintas serta nila

ume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 211-e di: http://211-ejournal-s1.undip.ac.id/ind211-ex.php

212

terumbu karang riasi habitat yang aragaman jenis buktikan adanya mempengaruhi ekosistem yang asi

ini adalah untuk osistem terumbu gunakan metode Kecamatan Rote te Ndao Provinsi

ian ini adalah rang yang berada di perairan Rote tan secara visual. meliputi nilai rang keras hidup ati (HCD), karang A), rubble (RB), (RO) dan lain-lain u Sponge. Selain mengenai reef karang, serta karang hidup rowth). metode yang elitian ini adalah survey dengan yaitu membuat istematis, faktual fakta – fakta dan si atau daerah

g yang digunakan ow (Bass, 1996). n metode rapid apat mencakup tode Manta Tow ik pengamatan an cara menarik g perahu kecil enggunakan tali antara perahu engan kecepatan t (maksimal 5 di atas terumbu tarikan 2 menit, t beberapa obyek nilai persentase penutupannya. Dat dicatat pada lemb kertas anti air den nilai kategori ata persentase bilangan al, 2011).

Pengamatan presentase tutupan secara visual yang diperkiraan persentas masing jenis substra total 100%. Untuk yang maksimaL dan dari perkiraan maka dilakukan persamaan perkiraan presentas cara mendata melalu video tersebut ke tutupan substrat den yang terdapat pada G

Gambar 1. Katego penutupan karang un persentase tutupanny D. Analisa Data

Data yang dip menjadi satu dalam kemudian diolah u kategori kondisi teru dengan kriteria baku karang sesuai Keputu Lingkungan Hidup (dimodifikasi).

-219 php/jmr

Data yang diamati mbar data berbahan dengan menggunakan atau dengan nilai an bulat (Munasik et.

an mengenai

an substrat dilakukan ang kemudian dapat ntase tutupan masing – strat hingga mencapai uk mendapatkan hasil dan mengurangi bias aka sebelum penelitian aan persepsi mengenai tasi substrat dengan lalui sebuah video. Dari kemudian disepakati dengan bantuan tabel da Gambar 1.

egori dan persentase g untuk menilai berapa nnya (Sukmara, 2001)

diperoleh dikumpulkan am program excel yang untuk memperoleh terumbu karang sesuai aku kerusakan terumbu putusan Menteri Negara p No 4 tahun 2001

(3)

Volume Online d

Tabel 4. Parameter kerusakan terumbu ka Keputusan Menteri Negar Hidup No 4 tahun 2001 (dim

Kategori Buruk Sekali Buruk Sedang Baik Baik sekali

Kemudian dari hasil krit diolah dengan mengguna ArcGIS untuk menget tutupan karang keras bentuk peta.

Hasil dan Pembahasan Rote Timur adalah Pulau Rote yang dipengaru barat dan musim timur (B Pada saat dilaksanakann kondisi perairan sudah dip musim timur yang berlan bulan Juni – Agustus, sehin bagian timur mengal gelombang besar. Kond menyebabkan penelitian tidak dapat dilaksanaka lokasi kemudian dipilih untu dilakukannya penelitian de informasi terlebih dahu nelayan sekitar. Total pa Tow yang dilaksanakan km.

Gambar 2. Peta lokasi pen Timur, Kabupaten Rote Nda

ume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 211-e di: http://211-ejournal-s1.undip.ac.id/ind211-ex.php

213

r kriteria baku karang sesuai egara Lingkungan (dimodifikasi). Presentase (%) 0 – 10% 11 – 25% 26 – 50% 51 – 75% 76 – 100% kriteria tersebut unakan software getahui persen s hidup dalam

alah bagian dari aruhi oleh musim r (BKKPN, 2010). annya penelitian dipengaruhi oleh rlangsung antara ehingga sisi pulau galami kondisi Kondisi tersebut an di sisi timur akan. Alternatif untuk tetap dapat dengan mencari ahulu terhadap l panjang Manta an adalah 61,36 penelitian di Rote Ndao A. Kondisi Ekos Karang di Sisi B Lokasi pene Bolatena, Desa So Kambing, Rotedale Fukuafu yang masu Daiama memiliki kes sisi barat pulau. Be pada saat penelitian nelayan, sisi ini di memiliki gelombang karena lokasinya yan sebaliknya saat mus mempunyai gelomb besar, karena lokas (YPPL, 2011). Wilaya di sisi ini mendapatk cukup signifikan dari barat, sehingga mem terumbu karang di w ini sesuai dengan dilakukan Suharsono Banda yang menu karang di daera dipengaruhi energi akan mengakibatkan terumbu karang. karang ditentukan keterbukaan dari ene diterima. Perairan sisi b dataran terumbu sehingga rute/lintasa lebih kurang 1 km da saat penelitian d perairan sedang m timur, sehingga per relatif tenang. Kondi oleh warga Pulau R lain di sekitar Pulau R rumput laut. Karakte ini masih terdapat se yang terekspose saat pantainya terdapat v Berdasarkan peng bekas-bekas aktivita perairan ini. Kerusak ikan dengan bahan halnya dengan kon Manggarai terutama (Munasik et. al, 2 kerusakan akibat bo kerusakan secara je bongkahan – bongk pecahan karang ya -219 php/jmr kosistem Terumbu si Barat penelitian di Desa Sotimori dan Pulau dale serta Tanjung asuk di wilayah Desa kesamaan berada pada Berdasarkan keadaan tian dan informasi dari i disaat musim timur ang yang relatif kecil yang terlindung, tetapi musim barat, lokasi ini ombang yang cukup kasinya yang terbuka layah terumbu karang patkan pengaruh yang dari gelombang musim mempengaruhi kondisi di wilayah ini. Kondisi gan penelitian yang sono (2002) di Pulau enunjukkan terumbu aerah terbuka dan rgi gelombang besar tkan rendahnya variasi . Variasi komunitas kan oleh tingkat energi gelombang yang isi barat pulau memiliki u yang relatif luas tasan towing berjarak dari garis pantai. Pada dilakukan, kondisi mengalami musim perairan di lokasi ini disi ini dimanfaatkan u Rote maupun pulau au Rote untuk budidaya akteristik lain di lokasi t sejumlah karang tepi saat surut dan di bagian at vegetasi mangrove. engamatan terdapat ivitas pengeboman di sakan akibat pencarian han peledak ini sama kondisi di Kabupaten ma di Pulau Nuca Molas , 2011). Ciri – ciri t bom adalah adanya jelas dengan adanya ngkahan karang atau yang luas. Substrat

(4)

Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 211-219 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

214

tersebut kemudian banyak ditumbuhi oleh algae atau Soft Coral (SC) seperti halnya di perairan sisi barat Rote Timur yang soft coralnya mencapai 17,72%. Gambar 3. Diagram Pie kondisi tutupan ekosistem terumbu karang dengan metode Manta Tow di sisi Barat Rote Timur.

Keterangan : HCL : Hard Coral Life; HCD : Hard Coral Dead; SC : Soft Coral; MA : Macro Algae; RB : Rubble; RO : Rock; SA : Sand; OT : Other.

B. Kondisi Ekosistem Terumbu Karang di Selat Mulut Seribu

Sisi bagian Selat Mulut Seribu selalu terlindung sepanjang tahun. Di lokasi ini terdapat banyak sekali budidaya rumput laut yang menyebabkan kualitas air menjadi menurun karena adanya sedimen yang terjebak di lokasi budidaya sehingga menyebabkan kecerahan menurun secara signifikan. Perairan Selat Mulut Seribu adalah perairan yang tenang karena daerah dan merupakan perairan tertutup sehingga hanya perairan di bagian luar selat ini yang terpengaruh oleh perubahan musim. Karakteristik kelerengan perairan ini tergolong dangkal hingga curam (15-75°). Selat Mulut Seribu memiliki tingkat sedimentasi perairan yang tinggi (Munasik et. al, 2011). Hal ini terlihat dari kondisi kecerahan yang tergolong dalam kategori 1 (>6m).

Aktivitas manusia banyak terjadi di Mulut Seribu terutama budidaya rumput laut yang berlangsung sepanjang tahun. 38.58 25 9.09 0 21.36 7.27 18.63 3.63

Bolatena

HCL HCD SC MA RB RO SA OTH 23.99 13.12 16.3 1.01 14.42 16.96 11.3 2.9

Namoina

HCL HCD SC MA RB RO SA OTH 17.5 17.5 32.08 0 15 10.83 7.08 0

Pulau Kambing

HCL HCD SC MA RB RO SA OTH 29 5.66 20.33 0 25.33 8.33 9 2.33

Rotedale

HCL HCD SC MA RB RO SA OTH 10% 12% 11% 0% 15% 15% 37% 0%

Tj. Fukuafu

HCL HCD SC MA RB RO SA OTH

(5)

Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 211-219 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

215

Aktivitas ini menyebabkan sebagian besar perairan di dalam Mulut Seribu dipenuhi oleh pelampung rumput laut dan sangat mempengaruhi ekosistem terumbu karang di lokasi ini. Menurut data dari BKKPN (2010), perairan NTT sangat cocok untuk budidaya rumput laut karena memiliki salinitas yang tinggi dan stabil sepanjang tahun. Selama periode 2000 – 2007 produksi rumput laut meningkat dengan pesat. Relatif mudahnya pemeliharaan dan investasi yang rendah, tersedianya pasar untuk produk serta cepatnya memperoleh uang menarik minat masyarakat untuk membudidayakannya. Hal tersebut tentu saja mempengaruhi kondisi ekosistem terumbu karang karena rumput laut merupakan kompetitor ruang dan cahaya bagi karang (Edward dan Gomez, 2008).

Gambar 4. Diagram Pie kondisi tutupan ekosistem terumbu karang dengan metode Manta Tow di sisi dalam Mulut Seribu, Rote Timur.

Keterangan : HCL : Hard Coral Life; HCD : Hard Coral Dead; SC : Soft Coral; MA : Macro Algae; RB : Rubble; RO : Rock; SA : Sand; OT : Other. 15 25 9.09 0 21.36 7.27 18.63 3.63

Tj. Mondo

HCL HCD SC MA RB RO SA OTH 15.33 18 3.33 0 15.67 16 28 3.67

Lokonamo

HCL HCD SC MA RB RO SA OTH 18.26 19.78 14.57 1.09 13.91 10 20 2.39

Tj. Mandoi

HCL HCD SC MA RB RO SA OTH 22.78 19.44 18.33 0 10.56 7.22 17.22 4.44

P. Boti

HCL HCD SC MA RB RO SA OTH

(6)

Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 211-219 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

216

C. Kondisi Ekosistem Terumbu Karang di Sisi Timur

Sisi Timur Rote Timur diwakili oleh Teluk Papela. Lokasi penelitian dilaksanakan pada titik Nusa Lai dan dari Desa Daiama – Batu Keko. Lokasi ini pada saat penelitian berlangsung merupakan lokasi yang berhadapan langsung dengan gelombang besar musim timur. Kondisi tutupan karang keras hidup di sisi timur lebih buruk dibandingkan kondisi di sisi barat maupun sisi Selat Mulut Seribu, hal ini diduga dipengaruhi oleh aktivitas manusia dan energi gelombang yang besar. Menurut BKKPN (2010) kekuatan angin pada musim timur bisa mencapai 1 – 5 meter/detik. Hal ini menyebabkan hempasan gelombang mampu menghasilkan kerusakan yang cukup signifikan di wilayah terumbu yang berhadapan langsung dengan gelombang. Setia Permana (1997) menyatakan bahwa daerah yang menghadap langsung dengan arah datangnya angin akan mendapat angin. Terumbu karang di Nusa Lai terindikasi mengalami kerusakan akibat aktifitas manusia. Selain karena lokasinya yang dekat dengan pemukiman dan menjadi lokasi penangkapan ikan (YPPL, 2011), lokasi ini juga menjadi lokasi masyarakat untuk mencari kerang – kerangan pada saat surut terendah. Hal ini terlihat dari tutupan karang keras hidup (HCL) yang hanya berada pada angka 17,78%. 4.67 10.67 13.67 4 9.33 11.67 42.67 3.33

Peus

HCL HCD SC MA RB RO SA OTH 9.83 11.72 11.72 22.24 1.03 6.21 33.1 4.14

Peubilba

HCL HCD SC MA RB RO SA OTH 24.29 24.29 15 2.5 0 5.36 22.14 6.43

Mulut Dua - kalpenon

HCL HCD SC MA RB RO SA OTH 16.25 20 16.25 2.5 7.5 16.25 20 1.25

Batu Kapal

HCL HCD SC MA RB RO SA

(7)

Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 211-219 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

217

energi gelombang yang lebih besar daripada daerah yang membelakangi

Perairan sekitar Desa Daiama hingga ke Teluk Papela, meskipun tidak terpengaruh oleh gelombang musim timur namun karena posisinya yang berada di teluk menyebabkan lokasi peneitian di Desa Daiama – Batu Keko sangat terpengaruh oleh transport sedimen akibat gelombang dan arus yang mengaduk substrat sehingga perairannya menjadi sangat keruh. Seperti halnya di Selat Mulut Seribu, bentuk pertumbuhan karang yang dominan di lokasi penelitian ini adalah karang berbentuk batu / massive. Karang bentuk ini cenderung lebih tahan terhadap kondisi perairan yang tidak mendukung (Supriharyono, 2000). Gambar 5. Diagram Pie kondisi tutupan ekosistem terumbu karang dengan metode Manta Tow di Sisi Timur, Rote Timur.

Keterangan : HCL : Hard Coral Life; HCD : Hard Coral Dead; SC : Soft Coral; MA : Macro Algae; RB : Rubble; RO : Rock; SA : Sand; OT : Other

D.Persentase Tutupan Karang Keras Hidup

Persentase tutupan karang keras hidup di Rote Timur masuk dalam kategori buruk. Tutupan tertinggi terletak di sisi barat dengan tutupan rata – rata 23,98%. Selat Mulut Seribu memiliki persentase tutupan sebesar 15,8%,Bagian timur memiliki persentase paling rendah dengan tutupan rata - rata 12,33%.

Gambar 6. Peta tutupan karang keras hidup di Kecamatan Rote Timur.

Gambar 7. Diagram Batang Persentase tutupan karang keras hidup di Rote Timur 17.78 18.89 20.37 0.00 7.96 12.22 17.78 5.00

nusalai

HCL HCD SC MA RB RO SA OT 6.88 9.38 13.13 15.00 0.00 23.13 24.38 8.13

batukeko

HCL HCD SC MA RB RO SA OT 23.98 15.8 12.33 0 5 10 15 20 25 30

Sisi Barat Mulut Seribu Sisi Timur

P e rs e n ( % ) Lokasi Penelitian HCL

(8)

Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 211-219 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

218

E. Persentase Tutupan Karang Lunak dan Makro Algae

Persentase tutupan karang lunak (SC) tertinggi di Rote Timur berada di wilayah sisi barat dengan persentase 17,72%. Namun pada lokasi ini makro algae sangat sedikit ditemukan, dengan persentase 0,2%. Kondisi perairan yang relatif tenang dilokasi ini menyebabkan suksesi soft coral terhadap karang – karang yang mati saat gelombang besar di musim barat terjadi. Pada lokasi Selat Mulut Seribu, karang lunak berada pada angka 12,74% dan macro algae pada 4,04%. Jumlah tutupan Soft Coral yang tidak berbeda jauh dengan tutupan karang keras hidup menandakan dilokasi ini juga banyak terjadi suksesi dari karang keras hidup yang mati kemudian digantikan oleh soft coral yang lebih cepat tumbuh. Soft coral di sisi timur berada pada 16,75% dan macro algae berada pada 7,5%. Macro algae yang tinggi ini hanya di temukan di Stasiun Daiama – Batu Keko sebesar 15%. Lokasi yang bersubstrat lumpur dan sangat keruh menandakan wilayah tersebut tidak layak untuk tumbuh berkembangnya terumbu karang.

Gambar 8. Diagram Batang Persentase tutupan karang lunak dan makro alga di Rote Timur

F. Kerusakan Terumbu Karang

Kerusakan Terumbu Karang di Rote Timur memiliki presentase yang cukup tinggi, hal ini dilihat dari tingginya jumlah Hard Coral Dead (HCD), Rubble (RB), dan Rock (RO) di ketiga lokasi penelitian. Di Sisi Barat, presentase HCD berada pada 14,76%, RB berada pada 18,22% dan RO berada pada 11,68%.

Kerusakan yang terjadi di Sisi Barat diakibatkan oleh faktor manusia yaitu bom ikan dan racun sianida, hal itu diperparah dengan kondisi alam yang bergelombang pada saat musim barat berlangsung. Persentase HCD di Mulut Seribu berada pada 18,61% RB berada pada 9,92% dan RO berada pada 10%. Faktor terbesar kerusakan karang di Mulut Seribu adalah akibat banyaknya aktivitas manusia di wilayah ini untuk budidaya rumput laut. Wilayah Sisi Timur mengalami kerusakan terumbu karang yang cukup parah dimana tutupan karang keras mati (HCD) berada pada 14,13%, RB pada 3,98% dan RO pada 17,67%. Penyebab kerusakan terumbu karang di lokasi ini adalah perairan yang keruh akibat dari transport sedimen. Lokasi penelitian yang merupakan teluk menyebabkan sedimen juga menumpuk di wilayah ini sehingga dengan adanya gelombang yang besar menyebabkan perairan di lokasi ini menjadi keruh.

Gambar 9. Diagram Batang Persentase tutupan kerusakan terumbu karang di Rote Timur

Kesimpulan

Kondisi tutupan karang keras hidup di Rote Timur berada pada kondisi buruk (11 - 25%) dengan nilai sebesar 23,98% untuk sisi barat, 15,8% untuk selat Mulut Seribu dan 12,33% untuk sisi timur. Kerusakan Terumbu Karang di Rote Timur memiliki persentase yang cukup tinggi. Faktor yang berpengaruh adalah faktor alam seperti gelombang dan sedimentasi, serta aktifitas manusia 17.72 12.74 16.75 0 5 10 15 20

Sisi Barat Mulut Seribu Sisi Timur

P e rs e n ( % ) Lokasi Penelitian SC MA 14.76 18.61 14.13 18.22 9.92 3.98 11.68 10 17.67 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Sisi Barat Mulut Seribu Sisi Timur

P e rs e n ( % ) Lokasi Penelitian HCD RB RO

(9)

Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 211-219 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

219

yang meliputi budidaya rumput laut dan penangkapan ikan yang merusak seperti bom ikan, potassium dan aktivitas mencari crustacea dan mollusca (makameting).

Ucapan Terimakasih

Penulis menyampaikan terima kasih kepada The Nature Conservancy (TNC) Savu Sea Project, Tim P4KKP Laut Sawu dan semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini. Terima kasih pula untuk seluruh tim Manta Tow TNP Laut Sawu, A. Tomi Prasetyo W, Juwita Agung P, H. Adri, Rudi Kiswantoro, Yusuf Budiman M, Eko P. Hartono, Erta A. Kusuma, Galdi Ariyanto yang telah membantu dalam pengambilan data penelitian ini.

DAFTAR PUSATAKA

BKKPN Kupang. 2010. Rencana Pengelolaan 20 Tahun Taman Nasional Perairan Laut Sawu (2011–2030).

Edwards, A.J. & Gomez, E.D. 2008. Konsep dan panduan restorasi terumbu : membuat pilihan bijak diantara ketidak pastian. Terj. dari Reef Restoration Concepts and Guidelines : making sensible management

choices in the face of uncertainty. Oleh : Yusri, S., Estradivari, N. S. Wijoyo, & Idris. Yayasan Terangi, Jakarta : iv + 38 hlm.

Munasik; H. Adri; ATP Wibowo; R. Kiswantoro; Y. Fajariyanto; H. Sofyanto. 2011. Kondisi Terumbu Karang di Taman Nasional Perairan Laut Sawu Provinsi Nusa Tenggara Timur. LPPM Universitas Diponegoro. Semarang

Nagelkerken, I., Dorenbosch, M.,

Verberk, W. C. E. P.,

Cocheret de la Morinie`re,

E. & van der Velde, G. 2000

Day-night shifts of fishes

between shallow-water biotopes

of a Caribbean bay, with

emphasis on the nocturnal

feeding of Haemulidae and

Lutjanidae. Marine Ecology

Progress Series 194, 55–64.

Setiapermana,D. 1997. Peranan Disturbansi pada

Keanekaragaman Jenis

Terumbu pada Perairan Dangkal. Oseana,3:17-24.

Sukmara, A., A.J. Siahainenia., C. Rotinsulu. 2001. Panduan Pemantauan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat Dengan Metode Manta Tow. Proyek Pesisir CRMP. Jakarta. Indonesia. Suharsono. 2002. Report on the

Condition of the Coral Reefs of the Banda Inslands. LIPI. Jakarta

Supriharyono. 2000. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Penerbit Djambatan. Jakarta. YPPL, 2011. Laporan Akhir Pemetaan

Partisipatif Taman Nasional Perairan Laut Sawu. TNC IMP – Savu Sea Project.

Gambar

Gambar 1.    Katego penutupan  karang  un persentase tutupanny D. Analisa Data
Tabel  4.  Parameter  kerusakan  terumbu  ka Keputusan  Menteri  Negar Hidup No 4 tahun 2001 (dim
Gambar  6.    Peta  tutupan  karang  keras  hidup di Kecamatan Rote Timur.
Gambar 8.  Diagram Batang Persentase  tutupan  karang lunak  dan  makro  alga  di  Rote Timur

Referensi

Dokumen terkait

Peripheral Component Interconnect (PCI) merupakan bus yang memiliki Peripheral Component Interconnect (PCI) merupakan bus yang memiliki kecepatan tinggi yang

Penelitian ini bertujuan mengetahui lama fermentasi yang terbaik dalam fermentasi Jerami padi dengan mikroorganisme lokal terhadap Bahan Kering, dan Bahan Organik, dan Abu

mengembangkan menerapkan pendekatan realistik dalam proses belajar mengajar, diharapkan dapat menciptakan kegiatan interaktif, menarik perhatian siswa, melatih

Sedangkan konsep Tri Hita Karana pada 3 buah gelungan yang terdapat di jembatan penghubung ke Balai Gili diinterpretasikan pada 3 buah busana di mana ready to wear yang

yaitu etik dalam hal kemamuan enamilan ker"a dan yaitu etik dalam hal kemamuan enamilan ker"a dan etik dalam hal erilaku manusia)i! Etik yang

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan

penelitian dengan menguraikan isi dari objek yang diteliti. 4) Pendidik menugasi peserta didik untuk mendiskusikan unsur intrinsik dan nilai pendidikan akhlak pada

Data primer mencakup data karakteristik keluarga (umur ayah dan ibu, pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan ibu, ukuran keluarga, pendapatan per kapita