• Tidak ada hasil yang ditemukan

Toksisitas Fraksi Aktif Steroid Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma Ulmifolia Lamk.) Terhadap Aktivitas Serum Glutamat Oksalat Transaminase (SGOT) Dan Serum Glutamat Piruvat Transaminase (SGPT) Pada Tikus Putih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Toksisitas Fraksi Aktif Steroid Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma Ulmifolia Lamk.) Terhadap Aktivitas Serum Glutamat Oksalat Transaminase (SGOT) Dan Serum Glutamat Piruvat Transaminase (SGPT) Pada Tikus Putih"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Toksisitas Fraksi Aktif Steroid Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma

Ulmifolia Lamk.) Terhadap Aktivitas Serum Glutamat Oksalat

Transaminase (SGOT) Dan Serum Glutamat Piruvat Transaminase

(SGPT) Pada Tikus Putih

Yosie Andriani HS

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Bengkulu, Indonesia

Diterima 18 Februari 2008; Disetujui 2 April 2008

Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat toksisitas fraksi aktif steroid daun Jati Belanda jika diberikan pada tikus putih yang diinduksi hiperkolesterolemia terhadap aktivitas SGOT dan SGPT darah hewan coba tikus, dan untuk memberikan informasi penunjang mengenai aspek keamanan penggunaan daun Jati Belanda jika dikonsumsi sebagai obat penurun kadar kolesterol. Penelitian dilakukan selama 5 minggu masa perlakuan. Digunakan sebanyak 15 ekor tikus yang dikelompokkan menjadi tiga, masing-masing terdiri dari 5 ekor. Kelompok A (non kolesterol) mengkonsumsi pakan standar, kelompok B (hiperkolesterolemia) mengkonsumsi pakan kolesterol (pakan standar, kolesterol dan PTU), dan kelompok C mengkonsumsi pakan kolesterol dan Fraksi aktif steroid daun Jati Belanda. Pengambilan darah dilakukan pada akhir masa adaptasi (base line) yaitu pada hari ke-0, dan masa perlakuan yaitu pada hari ke-7, 14, 21, dan 28 guna analisis kolesterol, trigliserida dan aktivitas GOT/GPT serum darah tikus putih. Penentuan kadar kolesterol dan Trigliserida dilakukan dengan metode CHOD-PAP (Trinder, 1969). Penentuan Aktivitas SGOT dan SGPT Darah Tikus Putih dengan metode IFCC (1980). Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi aktif Steroid menghambat kenaikan kadar kolesterol darah sebesar ~15-30% dibandingkan kelompok kontrol kolesterol. Fraksi aktif steroid ekstrak daun Jati Belanda juga mampu menghambat kenaikan kadar trigliserida hingga mencapai 34,32%. Setelah Wash Out kolesterol darah semua kelompok menurun mencapai normal, sehingga dapat dinyatakan bahwa sebagai langkah pencegahan, penggunaan fraksi aktif steroid ekstrak daun Jati belanda dapat menghambat peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida pada tikus yang diinduksi menjadi hiperlipidemia. Pengukuran toksisitas akibat penggunaan fraksi aktif steroid ekstrak daun Jati Belanda pada kelompok non kolesterol menunjukkan aktivitas SGOT sebesar 55,5-100,6 U/I dan aktivitas SGPT sebesar 41,0-76,5 U/I. Secara keseluruhan sampai dengan akhir masa perlakuan hingga masa Wash Out tidak terlihat perbedaan secara bermakna aktivitas SGOT dan SGPT diantara kelompok perlakuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemakaian fraksi aktif steroid ekstrak daun Jati Belanda pada percobaan ini tidak menimbulkan gangguan pada fungsi hati hewan coba tikus yang digunakan.

Kata Kunci : Kolesterol, Trigliserid, SGOT, SGPT, Guazuma ulmifolia Lamk.

1. Pendahuluan

Kolesterol merupakan salah satu jenis lipid yang dalam kadar tertentu diperlukan oleh tubuh untuk pembentukan komponen-komponen penting seperti hormon dan vitamin D, akan tetapi kadar kolesterol yang tinggi (>290 mg/dl) dapat menyebabkan penyakit karena turut berperan pada pembentukan plak aterosklerosis yang menjadi penyebab utama terkjadinya Penyakit Jantung Koroner (PJK). PJK merupakan penyebab kematian utama di banyak negara, termasuk Indonesia [1].

Berbagai macam tanaman obat telah digunakan secara empirik oleh nenek moyang kita, baik untuk penyembuhan

maupun pencegahan terhadap suatu penyakit. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, maka dituntut bukti kebenaran secara ilmiah penggunaan tanaman –tanaman obat tersebut [2]. Salah satu tanaman obat yang biasa digunakan secara empiris dan juga sudah mulai banyak penelitiannya secara ilmiah adalah Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.). Lestari dan Muhtadi [3] melaporkan bahwa ekstrak etanol daun Jati Belanda pada dosis 1 g/kgBB/hari mampu menurunkan kadar kolesterol darah tikus hingga 47,35%. Selain itu, Dilaporkan bahwa ekstrak air daun Jati Belanda pada dosis 1 g/kgBB/hari mampu menurunkan kadar kolesterol darah tikus sebesar 31,51% [4]. Monica dan farida juga mengamati adanya khasiat

(2)

antihiperkolesterolemia ekstrak daun Jati Belanda pada hewan coba kelinci jantan, dan melaporkan bahwa ekstrak air daun Jati Belanda mampu menurunkan kadar kolesterol darah kelinci hingga 60,57-70,76% [5]. Khasiat antihiperlipidemia ekstrak heksan dan ekstrak kloroform daun Jati Belanda pada hewan coba tikus [6] dan ekstrak air, ekstrak etanol dan fraksi aktif steroid daun Jati Belanda pada hewan coba kelinci juga telah dilaporkan [7].

Meskipun khasiat antihiperlipidemia ekstrak daun Jati Belanda secara invivo telah banyak digunakan, namun zat aktif apa yang berperan dan mekanisme apa yang terlibat dalam menurunkan kadar kolesterol darah masih belum jelas. Steroid merupakan salah satu contoh zat aktif sekaligus komponen utaman yang terkandung dalam ekstrak daun Jati Belanda yang dinilai berperan dalam menurunkan kadar kolesterol plasma darah [6][7]. Penggunaan obat penurun kadar kolesterol perlu dilakukan untuk menanggulangi kondisi hiperlipidemia, namun beberapa obat yang tidak diinginkan (toksik), karena dapat menyebabkan gangguan fungsi hati (gangguan GOT dan GPT) [8]. Penggunaan daun Jati belanda sebagai obat penurun kadar kolesterol juga perlu mendapat perhatian khusus. Beberapa penelitian melaporkan bahwa pemakaian daun Jati Belanda 500mg/kg BB selama tiga bulan tidak menyebabkan peningkatan secara bermakna aktivitas SGPT [9]. Juga terhadap SGOT normal hati tikus [10]. Donatus [11] dan Kristiani [6] menambahkan bahwa pemberian infus daun Jati Belanda pada dosis tertinggi dan pemakaian ekstrak heksan dan ekstrak kloroform daun Jati Belanda dalam jangka waktu 5 minggu masih aman untuk digunakan karena tidak meningkatkan aktivitas SGOT dan SGPT darah tikus yang diinduksi menjadi hiperlipidemia. Meskipun khasiat antihiperlipidemia ekstrak daun Jati Belanda secara In vivo telah dilakukan, dan zat aktif apa yang berperan serta toksisitas ekstrak daun juga sudah mulai diteliti, namun kajian tersebut dirasakan masih sangat kurang. Selain itu, penelitian mengenai toksisitas langsung senyawa aktif atau fraksi aktif ekstrak daun Jati Belanda terhadap hewan coba tikus belum pernah dilakukan untuk mendukung keamanan penggunaan daun Jati Belanda sebagai tanaman obat penurun kadar kolesterol, begitu juga dengan kajian mengenai toksisitas

fraksi aktif steroid juga belum pernah diteliti. Melihat hal ini, perlu dilakukan penelitian yang mendukung aspek keamanan daun Jati Belanda sebagai obat penurun kadar kolesterol. Adapun penelitian yang mungkin adalah dengan melakukan uji toksisitas fraksi aktif steroid ekstrak daun Jati Belanda terhadap aktivitas enzim SGOT dan SGPT pada tikus, sehingga akan diketahui tingkat toksisitas fraksi aktif steroid daun Jati Belanda dalam menurunkan kadar kolesterol darah.

2. Metode Penelitian

Hewan coba yang akan digunakan adalah tikus putih jantan galur Sparaque Dawley, dewasa, sehat dan memiliki aktivitas normal dengan bobot badan antara 150-300 gram, diperoleh dari Fakultas Peternakan Universitas Bengkulu. Sampel daun Jati Belanda diambil dari Hutan Raya Rajalelo Bengkulu. Pakan standar tikus diperoleh dari Fakultas Peternakan Universitas Bengkulu, sedangkan pakan kolesterol dibuat dari campuran antara kolesterol, minyak kambing, minyak goreng curah dan pakan standar. Reagen Kit untuk analisis kolesterol, trigliserida, GOT dan GPT diperoleh dari RandoxTM. Alat yang digunakan adalah mikropipet, eppendorf, neraca analitik,sentrifus, pengaduk magnetik, vorteks, homogenizer, penangas air, spektonik 20D Milton Roy Company, sonde oral, syring dan alat gelas.

a. Rancangan Percobaan

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, maka penelitian akan dilakukan mengikuti alokasi waktu dan desain penelitian seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 dan 2. Sebanyak 15 ekor tikus dikelompokkan menjadi tiga, masing-masing terdiri dari 5 ekor. Kelompok A (non kolesterol) mengkonsumsi pakan standar, kelompok B (hiperkolesterolemia) mengkonsumsi pakan kolesterol (pakan standar, kolesterol dan PTU), dan kelompok C mengkonsumsi pakan kolesterol dan Fraksi aktif steroid daun Jati Belanda.

Pada awal percobaan tikus diadaptasi dengan pakan standar (20g/ekor/hari) dan minum air secara adlibitum sampai mencapai bobot antara 200-300g (relatif homogen). Pengambilan darah dilakukan pada akhir masa

(3)

adaptasi (base line) yaitu pada hari ke-0, dan masa perlakuan yaitu pada hari ke-7, 14, 21, dan 28 guna analisis kolesterol darah, trigliserida dan aktivitas GOT/GPT serum darah tikus putih. Setelah masa perlakuan dilanjutkan dengan wash out selama satu minggu. Pada masa ini pemberian pakan kolesterol dihentikan dan diganti dengan pakan standar, cekok PTU dihentikan, sedangkan cekok fraksi aktif steroid daun Jati Belanda tetap dilakukan. Satu minggu setelah wash out dilakukan pengukuran kadar kolesterol, trigliserida, SGOT dan SGPT.

Gambar 1. Alokasi waktu perlakuan

Gambar 2. Desain penelitian b. Metode Analisis dan Penyiapan Bahan

Penyiapan Ekstrak Daun Jati Belanda. Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak dari fraksi aktif steroid. Fraksi aktif steroid diperoleh dengan cara sokletasi 50 gram sampel selama 8 jam atau sampai terbentuk larutan bening (maksimal 2 hari) pada suhu 700C dengan heksan, lalu cairan dibuang dan ampas diambil untuk diekstrak lebih lanjut dengan kloroform. Setelah itu cairan diambil untuk diekstrak lebih lanjut dengan metanol. Cairan yang diperoleh diuapkan untuk mendapatkan fraksi aktif steroid yang diinginkan.

Penyiapan pakan kolesterol (Modifikasi Metode KKI Phyto Medica, 1993). Pakan kolesterol dibuat dari

kolesterol 1,5%, lemak kambing 5%, minyak goreng curah 6% dan pakan standar sampai 100%. Semua bahan diaduk sampai tercampur rata, dan dijadikan dalam bentuk pelet seperti bentuk pakan standar [12].

Penyiapan sampel darah tikus. Sampel darah disiapkan dari darah yang diambil pada ekor tikus. Sebelum pengambilan darah, tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 18 jam. Bagian ekor disterilkan dengan alkohol 70% kemudian dipotong kira-kira 5 mm dari ujung menggunakan gunting yang dibersihkan dengan alkohol. Setelah dipotong,ekor diurut-urut sehingga darah keluar dan ditampung dalam sentrifus ± 1,5 ml lalu didiamkan selama setengah jam. Selanjutnya darah disentrifugasi pada kecepatan 700 g selama 10 menit menggunakan microfuge Becman. Supernatan yang diperoleh digunakan untuk penentuan konsentrasi kolesterol kadar lipid peroksida darah tikus.

Penentuan konsentrasi kolesterol (Metode CHOD-PAP; Trinder, 1969). Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 10 µl sampel serum darah dan 1000 µl reagen. Semua bahan dicampur dengan baik lalu diinkubai pada suhu kamar selama 10 menit. Serapanlarutan dibaca pada panjang gelombang 500 nm menggunakan spektronik 20D Milton Roy Company. Sebagai blanko digunakan 1000 µl reagen. Pengukuran suatu seri larutan standar kolesterol menggunakan 10 µl larutan kolesterol (berbagai konsentrasi) dan 1000 µl reagen. Hasil serapan larutan standar yang diperoleh dibuat persamaan kurva standar, kemudian konsentrasi kolesterol darah sampel ditentukan dari persamaan kurva standar yang diperoleh.

Penyiapan Konsentrasi Trigliserida (Metode CHOD-PAP; Trinder, 1969). Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 10

µl sampel serum darah dan 1000 µl reagen. Semua bahan dicampur dengan baik lalu diinkubai pada suhu kamar selama 10 menit. Serapanlarutan dibaca pada panjang gelombang 500 nm menggunakan spektronik 20D Milton Roy Company. Sebagai blanko digunakan 1000 µl reagen. Pengukuran suatu seri larutan standar trigleserida menggunakan 10 µl larutan trigliserida (berbagai konsentrasi) dan 1000 µl reagen. Hasil serapan larutan standar yang diperoleh dibuat persamaan kurva standar, kemudian konsentrasi trigliserida darah sampel ditentukan dari persamaan kurva standar yang diperoleh.

(4)

Penentuan Aktivitas SGOT Darah Tikus Putih (Metode IFCC, 1980). Ke dalam tabung reaksi dicampurkan 20-100 µl sampel serum darah dan 1000 µl reagen, dicampur dengan baik, kemudian diinkubasi dalam penangas air pada suhu kamar selama tepat 1 menit dan serapan dibaca pada panjang gelombang 365nm menggunakan spektronik 20D Milton Roy Company. Pembacaan diulangi sampai 3 kali tepat setiap satu menit. Selisih serapan setiap pengukuran dirata-rata, kemudian aktivitas SGOT dihitung.

Penentuan Aktivitas SGPT Darah Tikus Putih (Metode IFCC, 1980). Ke dalam tabung reaksi dicampurkan 20-100 µl sampel serum darah dan 1000 µl reagen, dicampur dengan baik, kemudian diinkubasi dalam penangas air pada suhu kamar selama tepat 1 menit dan serapan dibaca pada panjang gelombang 365nm menggunakan spektronik 20D Milton Roy Company. Pembacaan diulangi sampai 3 kali tepat setiap satu menit. Selisih serapan setiap pengukuran dirata-rata, kemudian aktivitas SGPT dihitung.

Analisis Data (AA. Matjik & M.Sumertajaya, 2000) dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dilanjutkan dengan uji Duncan pada alfa 5% [13].

3. Hasil dan Pembahasan a. Kadar Kolesterol

Tabel 1 menyajikan rata-rata perubahan kadar kolesterol darah selama masa perlakuan dan wash out. Dapat dilihat bahwa rata-rata kadar kolesterol pada hari ke-0 sebesar 69,27 mg/dl tergolong dalam keadaan normal. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Malole dan Pramono bahwa konsentrasi kolesterol darah tikus dalam kondisi normal antara 40-130 mg/dl. Pemberian pakan kolesterol meningkatkan konsentrasi kolesterol darah pada semua hewan kelompok B dan C yang diberi pakan kolesterol 20g/KgBB/hari dan PTU 0,5 mg/KgBB/hari dari keadaan awal setelah masa adaptasi. Peningkatan kadar kolesterol pada penelitian ini disebabkan oleh pemberian pakan tinggi kolesterol disertai cekok PTU [14]. Pemberian kolesterol dan PTU merupakan usaha untk menginduksi tikus sehingga dapat tercipta kondisi hiperlipidemia [12]. Diet tinggi kolesterol dapat meningkatkan kadar kolesterol

darah [15][16]. PTU merupakan suatu zat anti tiroid yang mampu menghambat pembentukan hormon tiroid. Hormon tiroid berperan dalam lipolisis, maka penghambatan hormon tiroid akan menyebabkan peningkatan kadar kolesterol darah melalui peningkatan biosintesis kolesterol endogen [17]. Selain itu penggunaan lemak kambing dan minyak goreng curah juga dapat memicu peningkatan kadar kolesterol darah. Karena kedua bahan tersebut banyak mengandung asam lemak jenuh. Diet asam lemak jenuh dapat menekan aktivitas reseptor-LDL, akan tetapi mekanisme pastinya masih belum diketahui. Diet kolesterol berlebih pada tikus dapat meningkatkan kadar kolesterol serum darah secara mencolok karena kebanyakan kolesterol yang baru diserap segera dikonversi menjadi asam empedu [18].

Pada langkah pencegahan, efek antihiperkolesterolemia fraksi aktif steroid ekstrak daun Jati Belanda secara bermakna baru terlihat pada hari ke-21 sampai akhir masa perlakuan atau hari ke-28 (p≤0,1). Fraksi aktif Steroid menghambat kenaikan kadar kolesterol darah sebesar ~15-30% dibandingkan kelompok kontrol kolesterol. Pada langkah pengobatan, saat pakan kolesterol dan PTU dihentikan pada kelompok perlakuan dengan tetap diberikan fraksi aktif steroid ekstrak daun Jati belanda, tidak terlihat lagi efek penghambatan oleh ektrak yang digunakan tersebu. Akibat Wash Out tersebut kolestero darah semua kelompok menurun mencapai normal (Tabel 1). Kemampuan hipolipidemia ekstrak kemungkinan diperankan oleh senyawa steroid yang merupakan komponen utama. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa sebagai langkah pencegahan, penggunaan fraksi aktif steroid ekstrak daun Jati belanda dapat menghambat peningkatan kadar kolesterol pada darah tikus yang diinduksi menjadi hiperlipidemia, akan tetapi tidak terlihat efek pengobatan akibat pemberian ekstrak tersebut.

(5)

b. Kadar Trigliserida

Tabel 2 menyajikan rata-rata perubahan kadar trigliserida darah selama masa perlakuan dan wash out. Kadar trigliserida darah tikus normal menurut Malole dan Pramono (1989) adalah berkisar antara 70-112 mg/dl.

Tabel 2. Rata-rata Kadar Trigliserida Selama Perlakuan

Rata-rata kadar trigliserida pada keadaan awal pada semua kelompok masih berada pada kisaran tersebut, yaitu sebesar 70,33 mg/dl. Kondisi hiperlipidemia kelompok B telah tercapai sejak hari ke-7 hingga hari ke-28 perlakuan, yaitu hingga mencapai ~398% pada akhir masa perlakuan. Meskipun demikian, efek pencegahan ektrak yang diberikan pada kelompok C jika dibandingkan dengan kelompok B sudah terlihat sejak hari 7 hingga hari ke-28 perlakuan. Fraksi aktif steroid ekstrak daun Jati Belanda mampu menghambat kenaikan kadar trigliserida hingga mencapai 34,32%.

Pada langkah pengobatan, setelah Wash Out masih terlihat efek hipotrigliseridemia kelompok C dibandingkan kontrol kolesterol (B), akan tetapi tidak berbeda secara bermakna (menurunkan kadar trigliserida hingga ~20%), dengan kata lain belum terlihat efek pengobatan fraksi aktif steroid yang diberikan terhadap kadar trigliserida darah tikus perlakuan.

c. Aktivitas SGOT

Pengukuran SGOT bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang toksisitas dari pemakaian fraksi aktif steroid ekstrak daun Jati Belanda pada dosis dan waktu penelitian, serta hewan coba tikus yang digunakan. Kisaran aktivitas SGOT tikus putih dalam keadaan normal berkisar antara 45,7-80,8 U/I (Girindra, 1989). Sementara pada penelitian ini tikus normal kelompok non kolesterol mempunyai kisaran aktivitas 55,5-100,6 U/I (data dapat dilihat pada Tabel 3 berikut).

Tabel 3. Rata-rata Aktivitas SGOT Selama Perlakuan

Aktivitas SGOT semua kelompok selama masa perlakuan masih termasuk dalam kisaran normal. Hal ini tidak berbeda jauh dengan penelitian yang telah dilakukan [6], bahwa penggunaan seduhan air daun Jati Belanda dan penggunaan ekstrak kloroform daun Jati belanda (komponen utama yang ada pada ekstrak kloroform tersebut adalah steroid).tidak berpengaruh terhadap aktivitas SGOT dan SGPT darah hewan coba tikus yang digunakan. Secara keseluruhan sampai dengan akhir masa perlakuan hingga masa Wash Out tidak terlihat perbedaan secara bermakna aktivitas SGOT diantara kelompok perlakuan. Glutamat Oksalat Transaminase (GOT) merupakan enzim kedua yang muncul jika ada kerusakan hati setelah enzim kreatin kinase [19]. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemakaian fraksi aktif steroid ekstrak daun Jati Belanda pada percobaan ini tidak menimbulkan gangguan pada fungsi hati pada hewan coba tikus yang digunakan.

d. Aktivitas SGPT

Pengukuran SGPT juga bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang toksisitas dari pemakaian fraksi aktif steroid ekstrak daun Jati Belanda pada dosis dan waktu penelitian, serta hewan coba tikus yang digunakan. Enzim Glutamat Piruvat Transaminase (GPT) muncul ketiga setelah enzim tirosin kinase dan GOT, sebagai indikator kerusakan hati (Nelson & Michael, 2000). Kisaran aktivitas SGPT normal pada penelitian ini adalah 41,0-76,5 U/I (Tabel 4). Pada keadaan awal masa perlakuan hingga akhir perlakuan rata-rata aktivitas SGPT hewan tikus yang digunakan tidak berada dalam kondisi normal (2,5 kali lebih tinggi), karena menurut Girindra nilai SGPT normal untuk hewan coba tikus putih berkisar antara 17,5-30,2 U/I. Pada hari ke-28 pada kelompok C pengaruh penggunaan ekstrak baru kelihatan mampu menurunkan aktivitas SGPT 33,6% lebih rendah dari kelompok kontrol kolesterol (B). Akan tetapi perubahan yang terjadi secara keseluruhan dianggap belum menyimpang karena

(6)

peningkatan belum mencapai 10-100 kali. Setelah Wash Out tidak terlihat lagi pengaruh penggunaan ekstrak yang digunakan. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Jeniwati (1984) bahwa penggunaan ekstrak daun Jati Belanda selama tiga bulan secara kontinyu dengan dosis 500 mg/kgBB hanya mampu meningkatkan aktivitas SGPT sebesar 2 kali. Selain itu dilaporkan bahwa penggunaan ekstrak kloroform daun Jati Belanda selama 5 minggu secara kontinyu dengan dosis 1g/kgBB hanya mampu meningkatkan SGPT 1,5 kali dari kelompok kontrol [6]. Oleh karena itu pada penelitian ini dapat dikatakan bahwa sampai dengan minggu terakhir pemakaian fraksi aktif steroid ekstrak daun jati belanda baik untuk usaha pencegahan maupun pengobatan terhadap hiperlipidemia, dan tidak menimbulkan toksisitas pada fungsi hati.

Tabel 4. Rata-rata Aktivitas SGPT Selama Perlakuan

4. Kesimpulan

Pemberian fraksi aktif steroid ekstrak daun Jati Belanda dengan dosis 1 gram/kg bobot badan/hari dalam jangka waktu 5 minggu masih aman untuk digunakan karena tidak meningkatkan aktivitas SGOT maupun SGPT darah tikus yang diinduksi menjadi hiperlipidemia.

Fraksi aktif steroid ekstrak daun Jati Belanda mampu menurunkan konsentrasi kolesterol dan trigliserida darah tikus yang diberi pakan tinggi kolesterol, jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan B (kelompok tinggi kolesterol) maupun kelompok kontrol.

Penelitian in vivo hendaknya dilanjutkan ke tingkat hewan yang lebih tinggi, khususnya dalam mengkaji khasiat ekstrak daun Jati Belanda sebagai obat antihiperlipidemia terhadap pembentukan plak aterosklerosis hewan coba yang digunakan.

Daftar Pustaka

[1]. Tono LI. 1992. Pokok-pokok Pengembangan penelitian

Kardiovaskuler di bagian Kardiologi FKUI. Jakarta:

Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran

[2]. Lestari K, A Muhtadi. 1997. Uji aktivitas antihiperlipidemia daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) pada tikus. [Laporan Penelitian]. Bandung:

Universitas Padjajaran.

[3]. Wahjoedi B. 2002. Perspektif penelitian tanaman obat di

Indonesia. Media Litbang Kedokteran.XII(2): 55-57.

[4]. Rachmadani. 2001. Ekstrak air daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) berpotensi menurunkan kadar

lipid darah pada tikus putih strain Wistar [Skripsi].Bogor:

IPB, Jurusan Kimia.

[5]. Monica WS, Farida. 2000. Pengaruh ekstrak daun jati

belanda (Guazuma Ulmifolia Lamk.) terhadap penurunan kadar kolesterol darah kelinci. Warta Tumbuhan Obat

Indonesia 6(2):12-13.

[6]. Kristiani EBE. 2003. Ekstrak daun jati belanda (Guazuma

Ulmifolia Lamk.) sebagai obat alternatif untuk hiper-lipidemia: kajian in vivo dan in vitro [Tesis}.Bogor:Institut

Pertanian Bogor, Program Studi Biokimia.

[7]. Andriani, Y. 2004 . Ekstrak daun Jati Belanda mencegah

hiperlipidemia dan perkembangan aterosklerosis eksperimen pada kelinci [tesis].Bogor: Institut Pertanian

Bogor.

[8]. Dalimartha S. 2000. 36 Resep Tumbuhan Obat untuk

Menurunkan Kolesterol. Jakarta:Penebar Swadaya.

[9]. Jeniwati. 1984. The Influences of Tradisional slimming

remedy and Guazuma ulmifolia leaves on the liver of white Wistar rats. Review of research on medical plant. Center

for Pharmaceutical Research & Development, Ministry of Health. Jakarta: Ministry of health of Republic of Indonesia.

[10]. Semedi SJ. 1987. Penelitian pendahuluan pengaruh

pemberian seduhan Guazuma ulmifoia Lamk. Terhadap aktivitas SGOT, SGPT, SGGT Kelinci. In. Dzulkarnain B et

al. (ed) (1994) Review of Researches on Medical Plant (Part VI). Center for Pharmaceutical Research & Development, Ministry of Health. Jakarta: Ministry of health of Republic of Indonesia.

[11]. Donatus A. 1997. Uji ketoksikan akut seduhan daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) pada mencit dan tikus. Bandung: Kelompok Kerja Nasional Tumbuhan Obat Indonesia.

[12]. [KKI] Kelompok Kerja Ilmiah Phyto Medica. 1993.

Pedoman Pengujian dan Pengembangan Fitofarmaka,

Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam. Jakarta:Phyto Medica.

[13]. Matjik AA & M. Sumertajaya. 2000. Perancangan

Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Jilid 1.Edisi

Ke-1.Bogor: IPB Press.

[14]. Malole MBM, SU Pramono. 1989. Penggunaan

Hewan-Hewan Percobaan di LAboratorium. Pusat Antar

Universitas. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

[15]. Grundy SM. 1991. Multifactorial etiology of hypercholesterolemia: implication for prevention of coronary heart disease. Arterioscler Thromb.

11:1619-1635.

[16]. Chambers CM, GC Ness. 1998. Dietary cholesterol

regulates hepatic 3-hydroxy-3-methylglitaryl coenzyme A reductase gene expression in rats primarily at the level of

(7)

translation. Archives of Biochemistry and Biophysics

354(2):317-322.

[17]. Murray R.K., D.K. Granner, P.A. Mayes, V.W. Rodwell,

Biokimia Harper, 24th Ed. 1996, penerjemah; AH Santoso, editor: Appleton & Lange, Terjemahan dari: Harper’s Biochemistry, Jakarta.

[18]. Girindra. 1989. Biokimia patologi-Petunjuk Praktikum

Bogor. PAU Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor.

[19]. Nelson Dl & MC Michael. 2000. Lehninger Principles of

Gambar

Gambar 2. Desain penelitian  b. Metode Analisis dan Penyiapan Bahan
Tabel  1  menyajikan  rata-rata  perubahan  kadar  kolesterol  darah selama masa perlakuan dan wash out
Tabel  2  menyajikan  rata-rata  perubahan  kadar  trigliserida  darah  selama  masa  perlakuan  dan  wash  out
Tabel 4. Rata-rata Aktivitas SGPT Selama Perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

konjugat steroid daun Jati Belanda pada hewan coba yang digunakan.. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

Kuersetin terdapat pada ekstrak daun jati belanda dengan kadar yang cukup tinggi dan memiliki khasiat terkait penurunan kadar kolesterol, oleh karena itu kuersetin

Telah dilakukan penelitian mengenai toksisitas subkronik ekstrak air daun Jati Blanda (Gua..""Umae u/mifo/ia, Lamk) selama 5 minggu terhadap fungsi hati

Kesimpulan : Ekstrak alkohol daun jati belanda adalah bahan yang praktis tidak toksik dan bermakna menurunkan berat badan pada kelompok yang mendapat

Dosis kombinasi sediaan uji didasarkan atas orientasi dengan variasi dosis yaitu kombinasi pertama ekstrak etanol daun jati belanda 1 g/kgBB tikus putih dan

Kesimpulan: Air perasan kunyit dapat mencegah kenaikan kadar SGOT, kadar SGPT, dan kadar Bilirubin Total Serum tikus putih yang diinduksi parasetamol dosis tinggi , (Sains Medika,

Penelitian yang dilakukan oleh Sukandar, Elfahmi dan Nurdewi telah membuktikan bahwa ekstrak infusa daun jati belanda sebanyak 50 mg/kgbb dapat menurunkan kadar

| Jurnal Sains dan Teknologi Peternakan 11 2019: 25-30 A B S T R A K Kata Kunci: Dislipidemia Ekstrak daun Jati Belanda Profil lipid Tikus Wistar Tujuan penelitian ini adalah