• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Hasil Belajar Biologi melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan Hasil Belajar Biologi melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE THINK PAIR SHARE

Suhaeni

Program Studi Biologi, Fakultas Sains Universitas Cokroaminoto Palopo

Email: enhiebio@yahoo.co.id

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap hasil belajar biologi siswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan pretest-postest control design yang melibatkan dua kelompok, yaitu satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bontoramba. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling) untuk penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol (pembanding) sehingga didapatkan kelas VII.2 sebagai kelompok eksperimen dan kelas VII.1 sebagai kelompok kontrol dengan jumlah masing-masing ± 21 orang siswa. Data hasil analisis statistik deskriptif dan inferensial (t test dengan α = 0,05) diuji dengan menggunakan program SPSS 17,0 for windows. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai hasil belajar siswa pada kelas eksperimen meningkat dari rata-rata 44,57 menjadi rata-rata 80,95. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share terhadap hasil belajar siswa.

Kata kunci : Model pembelajaran kooperatif, Think Pair Share, hasil belajar PENDAHULUAN

Kegiatan menyusun rencana pembelajaran merupakan salah satu tugas penting guru dalam memproses pembelajaran siswa. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam Permendiknas RI Nomor 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa salah satu komponen dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu adanya tujuan pembelajaran yang di dalamnya menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan

baik, maka seorang guru dituntut untuk mampu menyusun dan merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan tegas.

Model pembelajaran merupakan deskripsi strategi pembelajaran yang disiapkan untuk mencapai tujuan khusus pembelajaran. Pada prinsipnya, seluruh aktivitas pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru, bermuara pada terjadinya proses belajar siswa. Oleh karena itu, model-model pembelajaran yang dipilih dan dikembangkan guru hendaknya mendorong siswa untuk belajar dengan mendayagunakan potensi yang dimiliki secara optimal. Model-model pembelajaran dikembangkan atas dasar

(2)

adanya perbedaan karakteristik siswa, seperti kepribadian, kebiasaan-kebiasaan, modalitas belajar, kemampuan, motivasi, minat dan karakteristik pribadi lainnya (Aunurrahman, 2009).

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah model pembelajaran yang memberikan waktu kepada para siswa untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Think pair share memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain sehingga siswa bertanggung jawab dalam perolehan nilai individu dan kelompok sehinga berdampak pada peningkatan minat dan motivasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Salah satu keunggulan dari pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi peserta didik.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Rosmaini, dkk (2003) pada pokok bahasan Keanekaragaman Hewan di salah satu SLTPN di Pekanbaru menunjukan bahwa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa, dari hasil tes akhir diperoleh ketuntasan belajar mencapai 90,48% (kategori tuntas) dan tingkat aktivitas siswa adalah 69,27% (kategori baik) siswa aktif.

Penyajian materi yang kurang menarik dapat menimbulkan kebosanan dalam belajar, selain itu pembelajaran yang kurang melibatkan siswa dalam belajar juga dapat menjadi penyebab motivasi belajar siswa kurang dan pada akhirnya menyebabkan rendahnya hasil belajar yang diperoleh.

Dengan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa yang masih berada dibawah

KKM maka perlu ditinjau kembali model pembelajaran yang diterapkan. Untuk itu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dalam pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan pemahaman, dan hasil belajar siswa terhadap materi tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dalam meningkatkan hasil belajar biologi siswa. TINJAUAN PUSTAKA

a. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif, 2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan

(3)

rendah, 3) jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan 4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan (Doantara, 2008).

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Depdiknas tujuan pertama pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama.

Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang

agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

Model pembelajaran kooperatif terdiri dari banyak tipe dan mempunyai sintaks atau langkah–langkah pembelajaran yang berbeda pula. Beberapa pendekatan pada model pembelajaran kooperatif dan perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan beberapa pendekatan pada model pembelajaran kooperatif Pendekatan

Unsur

STAD Jigsaw TPS Pendekatan

Struktur Tujuan Kognitif Informasi

akademik sederhana Informasi akademik sederhana Informasi akademik sederhana Informasi akademik sederhana Tujuan Sosial Kerjasama

dalam kelompok Kerjasama dalam kelompok Kerjasama dalam kelompok kecil Keterampilan kelompok dan sosial Struktur Kelompok Kelompok heterogen dengan 4-5 orang Kelompok heterogen dengan 5-6 orang dan menggunakan kelompok asal dan kelompok ahli Kelompok dengan teman sebangku Kelompok heterogen dengan 4-6 orang Pemilihan topik Oleh guru Oleh guru Oleh guru Oleh guru Tugas utama Menggunakan

LKS dan saling membantu untuk

Mempelajari materi dalam kelompok ahli dan

Menggunakan LKS dan saling diskusi dengan Mengerjakan tugas yang diberikan

(4)

menuntaskan materi membantu kelompok asal mempelajari materi

teman sebangku baik sosial maupun kognitif Penilaian Tes mingguan,

jenis tes

biasanya berupa kuis

Bervariasi, misal tes mingguan, jenis tes biasanya

berupa kuis

Tes berupa kuis

b. Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

TPS yaitu teknik yang dikembangkan oleh Frank Lyman (Think-Pair-Share). Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan dan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Anonim, 2011).

Tahapan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah sebagai berikut. 1. Berpikir (Think): Guru/Dosen

mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri. Kelebihan dari tahap ini adalah adanya “think time” atau waktu berpikir yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri.

2. Berpasangan (Pair): Guru/Dosen meminta para siswa untuk

berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

3. Berbagi (Share): Pada langkah akhir ini guru/dosen meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru/dosen berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separo dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.

Model Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Ciri utama pada model pembelajaran kooperatif tipe think pair share adalah tiga langkah utamanya yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Yaitu langkah think (berpikir secara individual), pair (berpasangan dengan teman sebangku), dan share (berbagi jawaban dengan

(5)

pasangan lain atau seluruh kelas) (Siti, 2010).

Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share diharapkan dapat membantu siswa meningkatkan sikap positif dalam pembelajaran. Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah pembelajaran, sehingga akan mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa cemas yang banyak dialami para siswa.

c. Hasil Belajar

Menurut Bloom dalam Suprijono (2010), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),

comprehension (pemahaman,

menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analisis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasian, merencanakan, membentukbangunan baru) dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima) responding (memberikan respon), valuating (nilai) organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory,

pre-routine dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, social, manjerial dan intelektual. Sementara menurut menurut lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan , informasi, pengertian dan sikap.

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas tidak terlihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif (Suprijono, 2010).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang secara khusus menggunakan jenis penelitian quasi eksperimental design dengan nonequiptment sampled group Design. Pada penelitian ini, digunakan kelompok eksperimen berupa pembelajaran kooperatif dan kelompok kontrol berupa model pembelajaran konvensional. Adapun rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-postest control design (Sugiyono, 2010). Untuk lebih jelasnya desain penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Desain Penelitian

Kelompok Pre test Perlakuan Post test

A O1 X1 O2

B O3 X2 O4

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Bontoramba Kab.

Jeneponto, yang terdiri atas 4 kelas dengan jumlah keseluruhan ± 94 orang siswa.

(6)

Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara acak (random sampling) nama kelas yang akan dipilih untuk penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol (pembanding) sehingga didapatkan kelas VII.2 sebagai kelompok eksperimen dan kelas VII.1 sebagai kelompok kontrol dengan jumlah masing-masing ± 21 orang siswa. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar. Teknik pengumpulan data dengan melakukan pretes dan postes. Data dianalis dengan analisis statistik deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tes hasil belajar dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada saat

sebelum dan setelah perlakuan, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Soal-soal postes sama dengan Soal-soal-Soal-soal pretes.

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa secara deskriptif menunjukkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap hasil belajar biologi siswa SMP Negeri 2 Bontoramba. Hal tersebut terlihat pada tabel 3, yaitu rata-rata hasil belajar siswa pada postes kelas eksperimen sebanyak 52,4% pada kategori sangat tinggi dan 47,6 % pada kategori tinggi, sedangkan kelas kontrol hanya 4,8 % pada kategori sangat tinggi, 85,7 % pada kategori tinggi bahkan ada 9,5 % pada kategori cukup.

Tabel 3. Distribusi nilai hasil belajar siswa setelah dikelompokkan kedalam 5 kategori

Nilai Kriteria Eksperimen Kontrol

Pretest % Postest % Pretest % postest %

81–100 61 - 80 41 - 60 21 - 40 0 - 20 Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah 0 1 13 6 1 0 4,8 61,9 28,5 4,8 11 10 0 0 0 52,4 47,6 0 0 0 0 1 8 12 0 0 4,8 38,1 57,1 0 1 18 2 0 0 4,8 85,7 9,5 0 0 Jumlah 21 100 21 100 21 100 21 100

Jika hasil belajar ini dikelompokkan kedalam kriteria ketuntasan minimal yang digunakan di SMP Negeri 2 Bontoramba, maka siswa yang tuntas adalah 17 orang atau 80,95 % dan yang tidak tuntas sebanyak 4 orang atau 19,05 %. Sedangkan pada kelas kontrol siswa yang tuntas sebanyak 12 orang atau 57,14 %

dan yang tidak tuntas sebanyak 9 orang atau 42, 86 %.

Apabila distribusi skor hasil belajar siswa (postest) dikelompokkan dalam kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang digunakan di SMP Negeri 2 Bontoramba, maka rangkumannya dapat dilihat pada Tabel 4.

(7)

Tabel 4. Frekuensi dan kriteria ketuntasan minimal SMP Negeri 2 Bontoramba

Nilai Kriteria Frekuensi Persentase (%)

Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol ≥ 70 < 70 Tuntas Tidak tuntas 17 4 12 9 80, 95 19, 05 57, 14 42, 86 Jumlah 21 21 100 100

Menurut penelitian, hasil belajar yang tinggi dari pembelajaran yang diterapkan pada penelitian ini disebabkan karena pada siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share lebih bergairah dalam menerima pelajaran, karena siswa diarahkan untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran, sehingga materi akan lebih berkesan dan akan tersimpan lama dalam memori siswa yang akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Menurut Nurhayati (2004) melalui pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari akan lebih mengaktifkan indera daripada hanya mendengarkan. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan Vernon (dalam Faturrohman, 2007) bahwa kita belajar berdasarkan 10% dari apa yang kita baca, 20 % dari apa yang kita dengar, 30 % dari apa yang kita lihat, 50 % dari apa yang kita lihat dan dengar, 70 % dari apa yang kita katakan dan 90 % dari apa yang kita katakan dan lakukan.

Berdasarkan uraian diatas maka pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share merupakan metode yang baik digunakan dalam pembelajaran. Siswa dilatih untuk memaksimalkan potensi berfikir dan bekerja sama dengan teman dalam menyelesaikan soal. Dalam pembelajaran ini siswa juga dilatih dalam membuat kesimpulan untuk

dipresentasikan didepan seluruh teman kelas. Dengan metode pembelajaran ini siswa diharapakan dapat lebih memahami materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat menjadikan siswa aktif dalam kegiatan belajar, menumbuhkan rasa tanggung jawab dan motivasi siswa dalam belajar sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share berpengaruh terhadap hasil belajar siswa SMP Negeri 2 Bontoramba, yakni skor hasil belajar siswa pada konsep ekosistem meningkat dari rata-rata 44,57 menjadi rata-rata 80,95.

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman, 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Penerbit Alfabeta.

Achmad, A. 2007. Membangun Motivasi Belajar Siswa. Diakses pada tanggal 20 September 2012. Anonim. 2008. Metode Pembelajaran

Kooperatif. Diakses pada

tanggal 20

(8)

Badan Penerbit UNM. 2010. Pedoman Penulisan tesis dan Disertasi. Badan Penerbit UNM. Makassar. Faturrohman, P & M.S Sutikno. 2007.

Strategi Belajar Mengajar Melalui penanaman Konsep Umum dan Konsep islami. Bandung. Refika Aditama.

Firdaus, M. 2011. Model Pembelajaran

Koopertif. (Online),

(http://muhfida,com/2010/05/mod el-pembelajaran/,Diakses 23 November 2012)

Firman A. 2011. Pengaruh penggunaan Media Pemelajaran Compact Disk (CD) dan Soal–Soal Interaktif terhadap Motivasi, Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. Tesis tidak diterbitkan. Jurusan Biologi Universitas Negeri Makassar. Makassar.

Hadis, Abdul. 2008. Psikologi dalam Pendidikan. Jakarta. Alpabeta. Hamalik, O. 2001. Proses Belajar

Mengajar. Bandung. Bumi Aksara. Gredler M.E.B. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta. Rajawali Pers.

Israwahyuni. 2011. Pengaruh Pembelajaran Tandur terhadap Motivasi, Aktivitas dan Hasil Belajar siswa SD Islam Athirah. Tesis tidak diterbitkan. Jurusan biologi UNM. Makassar.

Mulyasa. 2002. KTSP Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta. PT. Bumi Aksara.

Muslimin, I. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Unesa. Nurhayati B. 2004. Strategi Pembelajaran

IPA Biologi. UNM. Makassar. Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar.

Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Rajia. 2011. Pengaruh Penggunaan

Powerpoint terhadap Motivasi, aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Sekolah Dasar. Tesis tidak diterbitkan. Jurusan Biologi UNM. Makassar.

Rosmaini,dkk. 2003. Penerapan Pendekatan structural TPS untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa kelas 1.7 SLTPN 20 Pekanbaru pada pokok bahasan Keanekaragaman Hewan. Jurnal Biogenesis. (online)Vol 1(1): 9-4 2004 (http://www.FKIP Riau, Diakses 23 Januari 2012).

Riduwan dan Sunarto. 2007. Pengantar Statistika. Bandung. Alpabeta. Safari. 2005. Penulisan Butir Soal

Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompotensi. Jakarta. Apsi Pusat. Sudjana, N. 1996. Metode Statistika.

Bandung. Tarsito.

Sudjana, N. 2006. Dasar Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Suprijono A. 2009. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM). Surabaya. Pustaka Belajar.

(9)

Sanjaya, W. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta. Kencana.

Slavin R.E. 2008. Cooperative Learning (Teori, Riset dan Praktik). Bandung. Nusa Media..

Siti, Y.F. 2010. Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (Online), (http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/12/mo

del-pembelajaran-kooperatif-tipe.html, Diakses 25 Desember 2012

Tiro. 1999. Pengenalan Biostatistika. Makassar. Andira Publisher. Uno, H.B. 2007. Model Pembelajaran.

Jakarta. Bumi Aksara.

Winkel W.S. 1989. Psikologi Pengajaran. Jakarta. PT. Gramedia.

Yasa, D. 2008. Metode Pembelajaran Kooperatif.(http://Ziddu.com/do wnload /5235567/metode pembelajaran kooperatif.doc .html. Diakses 20 November 2012.

Gambar

Tabel 1. Perbandingan  beberapa pendekatan pada model pembelajaran kooperatif Pendekatan
Tabel 2. Desain  Penelitian
Tabel  3.  Distribusi  nilai  hasil belajar  siswa  setelah  dikelompokkan  kedalam  5  kategori
Tabel 4. Frekuensi dan kriteria ketuntasan minimal SMP Negeri 2 Bontoramba

Referensi

Dokumen terkait

antara alkohol dengan suatu anhidrida asam atau klorida asam, yang lebih reaktif.. daripada asam karboksilat dan dapat bereaksi secara tak

Berdasarkan uraian di atas maka pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah dengan implementasi model pembelajaran Problem Posing dengan metode Brainstorming diharapkan dapat

Toha Anggoro (2007 : 4.3) menyatakan bahwa “Sampel adalah sebagian anggota populasi yang memberikan keterangan atau data yang diperlukan dalam suatu

Dengan tidak bekerja, seorang ibu hamil bisa mendapatkan informasi seputar kehamilan dan persalinan yang akan dihadapi baik melalui media elektronik atau cetak dan

Aplikasi sistem informasi geografis ini dapat menampilkan data- data yang berkaitan dengan informasi tempat wisata di wilayah DKI Jakarta, memberikan kemudahan

Metode studi lapangan dilakukan dengan melakukan wawancara dengan pihak perusahaan untuk mendapatkan data, serta menganalisa data tersebut, sedangkan metode studi pustaka

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan,

Hasil dari pengujian dapat disimpulkan bahwa metode Template Matching dapat diterapkan untuk mengidentifikasi penyakit Tuberkulosis paru dengan prosentase keberhasilan