• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Risiko dan Kesiapsiagaan Rumah Tangga dalam Menghadapi Bencana Tanah Longsor di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Persepsi Risiko dan Kesiapsiagaan Rumah Tangga dalam Menghadapi Bencana Tanah Longsor di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Hompage: http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/sosio

Persepsi Risiko dan Kesiapsiagaan Rumah Tangga dalam Menghadapi Bencana

Tanah Longsor di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor

Hayatul Khairul Rahmat 1)*, Hendro Pratikno 2), Fitri Andrianti Indah Gustaman 3), Dirhamsyah 4) 1) 2) 3) 4) Fakultas Keamanan Nasional, Universitas Pertahanan

Kawasan Indonesian Peace and Security Center, Sentul, Sukahati, Citeureup, Bogor, Jawa Barat, 16810 *email: hayatul.rahmat@idu.ac.id

Info artikel

Abstract

Article History Naskah diterima: 25 Maret 2020

This study aims to examine the effect of risk perception on household preparedness in dealing with landslides in Sukaraja District, Bogor Regency. This research uses quantitative methods. The samples in this study were 30 people using purposive sampling technique. Based on the calculation results of a simple linear regression analysis can be obtained the equation Y = 16,308 + 1,006X. This shows the perception of risk has a positive effect on household preparedness in dealing with landslides in the District of Sukaraja, Bogor Regency. Meanwhile, the magnitude of the effect of risk perception on household preparedness is 47.1%, seen from the coefficient of determination (R Square) of 0.471. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh persepsi risiko terhadap kesiapsiagaan rumah tangga dalam menghadapi longsor di Kabupaten Sukaraja, Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang menggunakan teknik purposive sampling. Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi linier sederhana dapat diperoleh persamaan Y = 16.308 + 1.006X. Hal ini menunjukkan persepsi risiko berpengaruh positif terhadap kesiapsiagaan rumah tangga dalam menghadapi longsor di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Sementara itu, besarnya pengaruh persepsi risiko terhadap kesiapan rumah tangga adalah 47,1%, terlihat dari koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,471.

Naskah direvisi: 30 Mei 2020 Naskah disetujui: 31 Mei 2020 Kata kunci: Persepsi Risiko Kesiapsiagaan Rumah Tangga Tanah Longsor

PENDAHULUAN

Indonesia terletak di antara tiga lempeng utama dunia yaitu Lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat menuju barat laut dengan kecepatan sekitar 10 cm per tahun, Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke arah utara menuju timur laut dengan kecepatan sekitar 7 cm pertahun, serta Lempeng Eurasia yang relatif diam, namun resultan sistem kinematiknya menunjukkan gerakan ke arah barat daya dengan kecepatan mencapai 13 cm pertahun (Adriyani et al., 2012: 1;

Rahmat, 2018: 224;Priambodo et al., 2020: 308). Interaksi antar lempeng-lempeng tersebut lebih

lanjut menempatkan Indonesia sebagai wilayah yang memiliki aktivitas kegunungapian dan kegempa bumian yang cukup tinggi. Lebih dari itu, proses dinamika lempeng yang cukup intensif juga membentuk relief permukaan bumi yang khas dan sangat bervariasi, dari wilayah pegunungan dengan lereng-lerengnya yang curam dan seakan menyiratkan potensi longsor yang tinggi hingga wilayah yang landai sepanjang pantai dengan potensi banjir, penurunan tanah, dan tsunaminya.

(2)

Secara geografis, Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dengan morfologi yang beragam dari daratan sampai pegunungan tinggi (Malik, 2010: 1;Rahmat et al., 2020: 455). Keragaman morfologi ini banyak dipengaruhi oleh faktor geologi. Peristiwa tanah longsor atau dikenal sebagai gerakan massa tanah, batuan atau kombinasinya, sering terjadi pada lereng-lereng alam atau buatan, dan sebenarnya merupakan fenomena alam, yaitu alat mencari keseimbangan baru akibat adanya gangguan atau faktor yang mempengaruhinya dan menyebabkan terjadinya pengurangan kuat geser serta peningkatan tegangan geser tanah. Kontribusi pengurangan kuat geser tanah pada lereng alam yang mengalami longsor disebabkan oleh faktor yang dapat berasal dari alam itu sendiri, erat kaitannya dengan kondisi geologi antara lain jenis tanah, tekstur (komposisi) dari pada tanah pembentuk lereng sangat berpengaruh terjadinya longsoran, misalnya sensivitas sifat-sifat tanah lempung, adanya lapisan tanah shale, loess, pasir lepas, dan bahan organik.

Tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang mengakibatkan banyak korban jiwa serta kerugian dalam bidang perekonomian (Susanti & Miardini, 2019: 98). Thornbury

(dalam Nasiah & Invanni, 2014: 110) menyebutkan tanah longsor sebagai gerakan massa dari

rombakan batuan yang tipe geraknya meluncur atau menggeser (sliding/ slipping), berputar (rotational) yang disebabkan oleh gaya gravitasi sehingga gerakannya lebih cepat dan kandungan airnya lebih sedikit. Longsor terjadi karena proses alami dalam perubahan struktur muka bumi, yakni adanya gangguan kestabilan pada tanah atau batuan penyusun lereng. Gangguan kestabilan lereng ini dipengaruhi oleh kondisi geomorfologi terutama faktor kemiringan lereng, kondisi batuan ataupun tanah penyusun lereng, dan kondisi hidrologi atau tata air pada lereng. Meskipun longsor merupakan gejala fisik alami, namun beberapa hasil aktifitas manusia yang tidak terkendali dalam mengeksploitasi alam juga dapat menjadi faktor penyebab ketidakstabilan lereng yang dapat mengakibatkan terjadinya longsor, yaitu ketika aktifitas manusia ini beresonansi dengan kerentanan dari kondisi alam yang telah disebutkan di atas. Faktor-faktor aktifitas manusia ini antara lain pola tanam, pemotongan lereng, pencetakan kolam, drainase, konstruksi bangunan, kepadatan penduduk dan usaha mitigasi. Dengan demikian dalam upaya pembangunan berkelanjutan melalui penciptaan keseimbangan lingkungan diperlukan pedoman penataan ruang kawasan rawan bencana longsor.

Menurut Arsyad (2016: 35) terdapat syarat-syarat terjadinya longsor yaitu lereng cukup curam sehingga volume tanah dapat bererak atau meluncur ke bawah, terdapat lapisan di bawah permukaan tanah yang agak kedap air dan lunak yang berfungsi sebagai bidang luncur, dan terdapat cukup air dalam tanah sehingga lapisan tanah tepat di atas lapisan kedap air tersebut menjadi jenuh. Lapisan kedap air juga biasanya terdiri dari lapisan liat yang tinggi atau lapisan batuan dan napal liat (clay shale). Gea & Pinem (2017: 43) menambahkan bahwa ada tipe longsor sebanyak enam tipe yaitu rotasi, translasi, pergerakan blok, rayapan tanah, runtuhan batu, serta aliran bahan rombakan yang dikenal sebagai tipe yang sangat mematikan. Adapun tipe longsor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

(3)

Gambar 1 : Tipe Longsor (Gea & Pinem, 2017).

Bencana longsor kerap menimbulkan banyak korban jiwa dan harta, juga turut merusak lingkungan. Banyaknya korban pada bencana tersebut menggambarkan kurangnya kesiapan dan antisipasi masyarakat khususnya masyarakat yang tinggai di daerah rawan bencana. Hal ini mencerminkan kurangnya pengetahuan dan minimnya informasi fenomena bencana alam yang terjadi di daerah tersebut (Hidayati et al., 2008: 40). Meningkatkan kesiapsiagaan bencana akan membuat masyarakat mengetahui cara merespon dalam menghadapi situasi darurat sehingga dapat mengurangi risiko jatuhnya korban jiwa, kerugian harta bencana, dan berubahnya tata hidup masyarakat.

Sukaraja merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Dahulu kecamatan ini merupakan bagian dari Kecamatan Kedunghalang, Kabupaten Bogor. Kecamatan Sukaraja saat ini terdiri dari 13 desa, yaitu Desa Cadas Ngampas, Desa Cibanon, Desa Cikeas, Desa Nagrak, Desa Cilebut Barat, Desa Cilebut Timur, Desa Cijujung, Desa Cimandala, Desa Sukaraja, Desa Sukatani, Desa Pasir Jambu, Desa Gunung Geulis, dan Desa Pasirlaja (Wikipedia, 2020).

Selama tahun 2019 sudah terjadi tanah longsor sebanyak 16 kali di Kabupaten Bogor yang mengakibarkan 11 orang meninggal, 5 orang luka-luka, dan 209 orang terdampak dan mengungsi. Hingga saat ini warga di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor mulai menganggap tanah longsor sebagai sesuatu yang perlu diperhatikan. Pengetahuan yang dimiliki rumah tangga tentang tanah longsor akan mempengaruhi sikap dan kepedulian untuk siap dan siaga dalam mengantisipasi longsor. Oleh karena itu, rumah tangga seharusnya berpartisipasi dan memiliki pemahaman tentang kesiapsiagaan menghadapi tanah longsor, untuk mengurangi risiko, mengantisipasi bencana dan mengurangi dampak negatif yang kemungkinan bisa terjadi di lingkungan tempat tinggal mereka (Murbawan et al., 2017: 61).

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh persepsi risiko terhadap kesiapsiagaan rumah tangga dalam menghadapi tanah longsor di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor. Kegunaan dari penelitian diharapkan (1) Menjadi sumber informasi bagi rumah tangga dan masyarakat pada umumnya dalam mengantisipasi terjadinya tanah longsor guna meminimalisir korban dan kerugian material pada saat terjadi bencana, dan (2) Menjadi rujukan penelitian selanjutnya tentang kesiapsiagaan rumah tangga dan persepsi risiko.

METODE

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang prosesnya banyak menggunakan angka-angka dari

(4)

mulai pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan hasil (Arikunto, 2011: 104). Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor. Populasi yang ada yaitu seluruh rumah tangga yang tinggal di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor. Penentuan besar sampel sebanyak 30 orang dengan menggunakan metode purposive sampling sesuai dengan kriteria yang digunakan penulis. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah kuisioner.

Adapun kuisioner penelitian ini berisikan pertanyaan-pertanyaan terkait pengaruh variabel persepsi risiko (X1) terhadap kesiapsiagaan rumah tangga dalam menghadapi bencana tanah

longsor (Y) di Desa Sukajaya, Kabupaten Bogor. Pada kuisioner menggunakan skala Likert yang digunakan untuk pertanyaan terkait dengan persepsi risiko (X1) dan kesiapsiagaan rumah tangga

dalam menghadapi bencana tanah longsor (Y). Kuisioner tersebut disusun berdasarkan pernyataan positif dan negatif pada kuisioner, dengan pilihan Sangat Tidak Setuju (1), Tidak Setuju (2), Kurang Setuju (3), Setuju (4), dan Sangat Setuju (5).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Kecamatan Sukaraja

Kecamatan Sukaraja merupakan salah satu kecamatan yang termasuk daerah pengembangan wilayah barat, yang mempunyai luas wilayah sekitar ± 4.202 km2 dan secara

administratif terbagi dalam tiga belas desa. Kecamatan ini secara geografis berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojong Gede di sebelah utara, Kecamatan Bogor Utara dan Kecamatan Mega Mendung di sebelah selatan, Kecamatan Tanah Sareak Kota Bogor di sebelah barat, dan Kecamatan Babakan Madang di sebelah timur (Nawawi, 2018).

Dari segi topografi, Kecamatan Sukaraja beriklim sedang dengan temperature suhu rata-rata 32 oC pada malam hari dengan ketinggian antara 200 m sampai 750 mdpl. Jumlah penduduk

Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor berdasarkan laporan kelahiran, pindah, dan datang pada tahun 2014 sebanyak 167.948 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 85.997 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 81.951 jiwa, dan dengan jumlah kepada keluarga sebanyak 52.237 kepala keluarga. Adapun Kecamatan Sukaraja dapat dilihat dalam peta berikut:

(5)

Gambar 2 : Peta Kecamatan Sukaraja, Bogor

Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana untuk mengetahui pengaruh variabel persepsi risiko (X) terhadap kesiapsiagaan rumah tangga (Y) dalam menghadapi bencana tanah longsor di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor. Adapun berdasarkan analisis regresi sederhana didapatkan hasil berupa:

Variabel R R Square Adjusted R

Square Persepsi Risiko

dengan Kesiapsiagaan Rumah Tangga

0,686 0,471 0,441

Tabel 1: Model Summary

Nilai R yang diperoleh sebesar 0,686 yang menunjukkan terjadinya hubungan yang sedang antara persepsi risiko dengan kesiapsiagaan rumah tangga. Perolehan R Square sebesar 0,471 atau (47,1%) menjelaskan bahwa 47,1% variabel kesiapsiagaan rumah tangga dapat dijelaskan oleh variabel persepsi risiko. Sedangkan sisanya 52,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh dan persamaan dan persamaan regresi yang diberikan oleh persepsi risiko terhadap kesiapsiagaan rumah tangga dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Variabel Constant Coefficient Persepsi Risiko dengan

Kesiapsiagaan Rumah Tangga

16.136 1.006

Tabel 2: Coefficient

Berdasarkan hasil uji coefficientsa didapatkan hasil bahwa persepsi risiko mempengaruhi

kesiapsiagaan rumah tangga secara signifikan dengan persamaan regresi untuk persepsi risiko dan kesiapsiagaan rumah tangga adalah Y = 16.308 + 1,006X. Artinya jika persepsi risiko mengalami kenaikan maka tingkat kesiapsiagaan juga akan mengalami kenaikan sebesar 1,006. Koefisien yang bernilai positif menunjukkan terjadinya hubungan yang positif antara persepsi risiko dengan kesiapsiagaan rumah tangga, sehingga semakin tinggi nilai variabel persepsi risiko maka kesiapsiagaan semakin tinggi juga yang harus disiapkan.

Pembahasan

Bencana alam merupakan suatu peristiwa yang dapat mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat (Rahmat et al., 2018: 672), bagi masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana seperti Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor tentu memiliki risiko yang akan mengancam kehidupan masyarakat di sana. Kesiapsiagaan bencana menjadi suatu hal yang sangat penting karena dapat memininmalisir risiko yang mungkin saja diterima seperti jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan berubahnya tatanan hidup masyarakat ketika bencana alam.

terjadi

. Menurut Febriana (dalam Lenawida, 2011), kesiapsiagaan rumah tangga merupakan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan dalam rumah tangga untuk mempersiapkan diri sebelum terjadinya suatu bencana agar dapat mengurangi dampak risiko bencana. Tindakan tersebut berdasarkan parameter yang dikemukakan oleh LIPI-UNESCO/ISDR (2016) adalah seperti adanya pengetahuan tentang manajemen bencana, tanda-tanda terjadinya suatu bencana,

(6)

lalu kebijakan di dalam keluarga dalam melakukan penyelamatan diri, rencana untuk keadaan darurat sepertinya menyiapkan perlengkapan-perlengkapan tanggap bencana atupun pelatihan tanggap darurat bencana, memiliki sistem peringatan bencana dan mobilisasi sumber daya terkait keuangan ataupun sarana-prasaran penting yang dapat menunjang ketika dalam situasi darurat.

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dalam penelitian ini diperoleh hasil yaitu Ho ditolak dan Ha diterima yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh persepsi risiko terhadap kesiapsiagaan rumah tangga dalam menghadapi bencana tanah longsor di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa antar variabel kesiapsiagaan rumah tangga menghadapi bencana tanah longsor dan persepsi risiko, memiliki pengaruh positif yang signifikan, artinya semakin tinggi persepsi risiko bencana yang seseorang miliki maka tingkat kesiapsiagan bencananya juga akan semakin meningkat.

Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Goddard (2017)

dengan judul penelitian “Disaster Preparedness Knowledge, Beliefs, Risk-Perceptions, and Mitigating Factors of Disaster Preparedness Behaviors of Undergraduate Students at a Large Midwest”. Hasil dari penelitian ini adalah siswa dengan pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana, persepsi risiko yang tinggi dan kemampuan untuk mempersiapkan diri untuk bencana memiliki tingkat kesiapsiagaan bencana yang lebih baik daripada siswa dengan pengetahuan dasar, persepsi risiko yang rendah dan self-efficacy yang rendah. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dantzler (2013) dalam menganalisis faktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhi kesiapsiagaan bencana dan salah satu faktor tersebut adalah persepsi risiko akan bencana. Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi persepsi risiko bencana, dalam penelitiannya yang berjudul “Risk Perception”, Bodemer & Gaissmaier (2015) telah menganalisis berbagai faktor yang dapat memengaruhi persepsi risiko berdasarkan pendekatan psikometri, sosial dan budaya, yaitu dread risk, the role of affect, avalibility heuristic, optimism bias, representation of risk, dan media.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh persepsi risiko terhadap kesiapsiagaan rumah tangga dalam menghadapi bencana tanah longsor di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor didapatkan hasil bahwa persepsi risiko mempengaruhi kesiapsiagaan rumah tangga dalam menghadapi bencana tanah longsor. Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung sebesar 4,002 dan t tabel sebesar 2,085 dengan tingkat signifikansi sebesar 5%. Hasil perhitungan analisis regresi linear sederhana dapat diperoleh persamaan Y = 16.308 + 1,006X. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan besarnya pengaruh persepsi risiko terhadap kesiapsiagaan rumah tangga adalah sebesar 47,1 % dilihat dari nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,471.

DAFTAR PUSTAKA

Adriyani, G., Kahar, S., Awaluddin, M., & Meilano, I. (2012). Kajian Regangan Selat Bali Berdasarkan Data GNSS Kontinu Tahun 2009-2011. Jurnal Geodesi,1(1), 1-12.

Arikunto, S. (2011). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arsyad, S. (2016). Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Bodemer, N., & Gaissmaier, W. (2015). Risk Perception. Los Angeles California, Sage.

Dantzler. (2013). Basic Household Disaster Preparedness Decisional Influences Among Male Federal Employees in The National Capital Region. Minneapolis: Capella University.

(7)

Gea, N. M. S. & & Pinem, K. (2017). Agihan Daerah Rawan Longsor Lahan di Sebagian Wilayah Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 9(1), 42-56.

Goddard, S. (2017). Disaster Preparedness Knowledge, Beliefs, Risk-Perceptions, and Mitigating Factors of of Disaster Preparedness Behaviors of Undergraduate Students at a Large Midwest. Journal of Public Health Issues and Practices, 2(1), 92-100.

Hidayati, N. & Purwaningsih. (2008). Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Mengantisipasi Bencana Alam di Kabupaten Cilacap. Jakarta: LIPI Press.

Lenawida. (2011). Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Dukungan Anggota Keluarga Terhadap Kesiapsiagaan Rumah Tangga Dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi di Desa Deyah Raya Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh. Banda Aceh: Program Studi Magister Ilmu Kebencanaan Universitas Syiah Kuala.

LIPI-UNESCO/ISDR. (2006). Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi & Tsunami. Jakarta: LIPI – UNESCO/ISDR.

Malik, Y. (2010). Penentuan Tipologi Kawasan Rawan Gempabumi untuk Mitigasi Bencana di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Jurnal Geografi Gea, 10(1), 59-70.

Murbawan, I., Ma’ruf, A. & Manan, A. (2017). Kesiapsiagaan Rumah Tangga dalam Mengantisipasi Banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Wanggu (Studi Bencana Banjir di Kelurahan Lepo-lepo Kota Kendari. Ecogreen, 3(2), 59-69.

Nasiah & Invanni, I. (2014). Identifikasi Daerah Rawan Bencana Longsor Lahan sebagai Upaya Penanggulangan Bencana di Kabupaten Sinjai. Jurnal Sainsmat, 3(2), 109-121.

Nawawi, Makmun. (2014). Rencana Strategis Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor Tahun

2013-2018. Retrieved from

https://bogorkab.go.id/uploads/images/Bogorkab/Rencana%20Strategis%202015/kecamat an/sukaraja.pdf, diakses tanggal 14 Maret 2020.

Priambodo, A., Widyaningrum, N., & Rahmat, H. K. (2020). Strategi Komando Resor Militer 043/ Garuda Hitam dalam Penanggulangan Bencana di Provinsi Lampung, PERSPEKTIF, 9(2), 307-313.

Rahmat, H. K. (2018). Traumatic Counseling Services as an Effort to Improve Resilience of Natural Disaster Victims. Proceeding The 1st International Conference on Islamic Guidance and Counseling 2018, 223-229.

Rahmat, H. K., Kasmi, & Kurniadi, A. (2020). Integrasi dan Interkoneksi antara Pendidikan Kebencanaan dan Nilai-Nilai Qur’ani dalam Upaya Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah Menengah Pertama. Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam dan Sains, 2, 455-461

Rahmat, H. K., Nurmalasari, E., & Basri, A. S. H. (2018). Implementasi Konseling Krisis Terintegrasi Sufi Healing untuk Menangani Trauma Anak Usia Dini pada Situasi Krisis Pasca Bencana. Prosiding Seminar Nasional PIT ke- 5 Riset Kebencanaan IABI, 671-678. Susanti, P. D. & Miardini, A. (2019). Identifikasi Karakteristik dan Faktor Pengaruh pada

Berbagai Tipe Longsor. Agritech, 32(2).

Wikipedia. (2019). Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Retrieved from https://id.wikipedia.org/wiki/Sukaraja,Bogor, diakses tanggal 14 Maret 2020.

Gambar

Gambar 1 : Tipe Longsor (Gea & Pinem, 2017).

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian adalah persepsi masyarakat tentang pengurangan risiko bencana tanah longsor di Desa Cibangkong Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas tergolong

Dengan demikian hasil penelitian dapat dikatakan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat

Berdasarkan hasil dari uji koefisien korelasi menunjukkan nilai yg positif, artinya Ho ditolak dan Ha diterima maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang

Berdasarkan hasil pengujian statistik yang telah dilakukan diperoleh signifikansi sebesar 71, 237 < 3,252, ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, maka terdapat

Dari hasil penelitian tersebut diperoleh hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat pengaruh signifikan antara urgensi

4. Hasil uji analisis menggunakan Wilcoxon didapatkan data bahwa nilai Asymp. Hasil tersebut menunjukkan.. bahwa Ha ditolak Ho diterima yang berarti tidak ada pengaruh

Berdasarkan nilai statistic uji F yang diperoleh menunjukkan nilai signifikan yaitu 0,000 < alpha 0,05 sehingga dapat disimpulkan Ha diterima Ho ditolak yang berarti terdapat pengaruh

Sebaran Rumah Tangga Usaha Pertanian RTUP di Kalimantan Timur Tahun 2003 Hasil analisis data menunjukkan bahwa zhitung 3,95 > ztabel 0,49 berarti H0 ditolak dan Ha diterima atau rumah