• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yudha Febrianta, 2 Gunawan 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Yudha Febrianta, 2 Gunawan 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

215

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS MELALUI

PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN STRATEGI PROBLEM POSING SISWA KELAS

VI SD NEGERI 1 PANINGKABAN 1Yudha Febrianta, 2Gunawan

1Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2 Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. K.H. Ahmad Dahlan Purwokerto

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas kelas VI SD Negeri 1 Paningkaban ditinjau dari kemandirian belajar. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri 1 Paningkaban yang berjumlah 28 peserta didik. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik purposive sampling. Dalam satu kelas dipilih 2 peserta didik dengan kategori kemandirian belajar mulai terlihat, 3 peserta didik dengan kategori kemandirian belajar mulai berkembang dan 2 peserta didik dengan kategori kemandirian belajar membudaya yang memiliki komunikasi baik agar dapat menggali informasi dengan mudah. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket, tes, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang diguakan meliputi reduksi data, penyajian data dan menarik kesmipulan. Uji validasi yang digunakan adalah triangulasi teknik. Hasil penelitian menunjukan bahwa peserta didik dengan kategori kemandirian belajar mulai terlihat belum menguasai semua indikator kemampuan berpikir kritis, yaitu kemampuan menganalisis, mensintesis, memecahkan maslaah, menyimpulkan dan mengevaluasi. Peserta didik dengan kategori kemandirian belajar mulai berkembang hanya mampu menguasai indikator kemampuan menganalis, mensintesis dan memecahkan masalah. Peserta didik dengan kategori kemandirian belajar membudaya sudah dapat menguasai semua indikator kemampuan berpikir kritis.

Pendahuluan

Pendidikan adalah suatu aspek yang penting untuk menentukan kualitas kehidupan seseorang maupun bangsa. Kualitas pendidikan sendiri sangat ditentukan oleh kemampuan sekolah dalam mengelola pembelajaran. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dalam dunia pendidikan karena matematika sebagai bagian dari pendidikan akademis dan merupakan ilmu dasar bagi disiplin ilmu yang lain sekaligus sebagai sarana bagi siswa agar mampu berfikir logis, kritis dan sistematis. Ada tiga aspek penilaian dalam matematika yaitu: (1) pemahaman konsep; (2) penalaran dan komunikasi; (3) pemecahan masalah (Jihad, 2012). Proses belajar mengajar ini banyak didominasi aktivitas menghafal. Matematika bukanlah pelajaran hafalan, untuk menguasai beberapa konsep matematika tidak cukup hanya dengan menghafal rumus dan mengerjakan contoh soal saja, namun siswa harus dapat menguasai konsep. Pemahaman konsep adalah pokok penting untuk mencapai pembelajaran matematika yang bermakna dan siswa dituntut untuk mengetahui kemampuan dasarnya terlebih dahulu.

Pemahaman konsep merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam pembelajaran, karena dengan memahami konsep siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam setiap materi pelajaran. Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Pemahaman adalah kemampuan mengenal, menjelaskan, dan menarik kesimpulan suatu situasi atau tindakan. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan dan meramalkan (Sagala, 2011). Pemahaman konsep matematika merupakan tingkat kemampuan siswa yang paham tentang konsep matematika serta dapat menjelaskan dan menyatakan ulang dengan bahasa sendiri konsep-konsep tersebut (Saltifa, 2012) Pemahaman konsep yang baik sangat penting dalam pembelajaran matematika, karena matematika merupakan ilmu tentang sesuatu yang memiliki pola dan keteraturan yang logis. Indikator dari kemampuan pemahaman konsep sebagai hasil belajar matematika yaitu: 1. Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep, 2. Kemampuan mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsep, 3. Kemampuan memberi contoh dan bukan contoh, 4. Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika, 5. Kemampuan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep, 6. Kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu, 7. Kemampuan mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah (Matematika, 2005),(Dafril, 2011).

(2)

216

Berdasarkan hasil observasi di kelas VI SD Negeri 1 Paningkaban terdapat beberapa masalah yang berkaitan dengan pemahaman konsep matematis. Siswa tidak menguasai konsep matematika yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah. Hal ini disebabkan karena kurangnya penguasaan konsep dasar yang berkaitan dengan materi tersebut. Selain itu, siswa tidak dapat memahami masalah dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan tidak mampunya menggunakan atau memanfaatkan apa yang diketahui di dalam masalah. Pengetahuan yang baik mengenai hal-hal yang terdapat di dalam soal dapat digunakan untuk memilih prosedur/langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan permasalahan. Pertimbangan lain yang digunakan adalah rata-rata nilai ulangan harian kelas VI SD Negeri 1 Paningkaban yang rendah. Terdapat pengaruh yang signifikan antara kemampuan pemahaman konsep matematis terhadap hasil belajar matematika (Novitasari & Leonard, 2017). Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika adalah kemampuan pemahaman konsep. Semakin baik kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, semakin baik hasil belajar matematika yang diperoleh. Begitu juga berlaku sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kelas tersebut belum menguasai konsep matematis dengan baik sehingga berakibat rendahnya nilai ulangan harian.

Untuk menumbuhkan pemahaman konsep matematika siswa, guru harus mempunyai inovasi dalam pembelajaran matematika. Salah satu inovasi dalam pembelajaran matematika adalah dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dengan strategi Problem Posing. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa menggunakan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional (Aripin, 2015).

Dengan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning), siswa belajar suatu konsep dan prinsip sekaligus memecahkan masalah (Suyatno, 2009). Model Problem Based Learning (PBL) dengan strategi Problem Posing merupakan pembelajaran dengan menggunakan tahapan-tahapan Problem Based Learning, namun di dalam pemecahan masalah menggunakan strategi Problem Posing yaitu dengan cara pengajuan masalah-masalah atau pengajuan soal oleh siswa yang disesuaikan dengan situasi yang diberikan atau berdasarkan contoh dan pernyataan guru. Problem Posing atau pengajuan masalah atau soal yang dituangkan dalam pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian diupayakan untuk dicari jawabannya baik secara individu maupun bersama (Suryosubroto, 2009). Pembelajaran melalui pendekatan Problem Posing

dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa secara signifikan (Ferdianto & Ghanny, 2014).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam pembelajaran matematika melalui Problem Based Learning dengan strategi Problem Posing, untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa kelas VI SD Negeri 1 Paningkaban.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang didasarkan pada permasalahan yang muncul dalam pembelajaran matematika di kelas. Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan sebanyak tiga siklus dimana setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan yaitu dua pertemuan pemberian materi dan satu pertemuan pemberian tes evaluasi.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kritis dan wawancara terhadap 7 peserta didik, peneliti dapat mengetahui kemampuan berpikir kritis yang dimiliki peserta didik berdasarkan kemandirian belajar, sebagai berikut:

1. Kategori Kemandirian Belajar Mulai Terlihat

Peserta didik dengan kategori kemandirian belajar mulai terlihat, memiliki kemampuan berpikir kritis yang kurang baik. Hal ini ditunjukkan dengan memberikan jawaban atas permasalahan pada soal yang disediakan, yaitu mereka kurang dapat menguasai indikator dari kemampuan berpikir kritis yaitu kemampuan menganalisis, kemampuan mensintesis, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan menyimpulkan, kemampuan mengevaluasi.Kemampuan berpikir kritis yang pertama yaitu kemampuan menganalisis. Kemampuan ini merupakan suatu ketrampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen yang ditujukan untuk mengetahui pengorganisasian dari permasalahan yang disajikan dalam soal. Peserta didik kategori kemandirian belajar mulai terlihat belum mampu menguasai

(3)

217

indikator kemampuan menganalisis dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari cara menjawab peserta didik kategori kemandirian belajar mulai terlihat dengan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, mereka kurang dapat menjabarkan informasi-informasi apa saja yang terdapat dalam sebuah struktur permasalahan dalam soal yang digunakan dalam menyelesaikan soal tersebut. Indikator kedua yaitu kemampuan mensintesis, merupakan kemampuan yang mengarahkan peserta didik untuk dapat menghubungkan satu masalah yang dihadapi dengan kondisi ideal yang diinginkan. Peserta didik kategori kemandirian belajar mulai terlihat kurang mampu menguasai indikator kemampuan mensintesis, hal ini dapat dilihat dari bagaimana peserta didik dengan kategori kemandirian belajar mulai terlihat ini menjawab soal yang diberikan dan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Mereka kurang mampu untuk menjelaskan dengan baik tentang pola penyelesaian yang digunakan dengan menghubungkan antara informasi-informasi yang ditemukan dalam permasalahan dengan kondisi ideal. Indikator ketiga yaitu kemampuan memecahkan masalah, kemampuan ini mengarahkan peserta didik untuk memahami sebuah permasalahan dengan kritis sehingga setelah mampu mempola sebuah penyelesaian selanjutnya peserta didik akan membuat konsep suatu penyelesaian dan sekaligus menerapkannya untuk menemukan sebuah nilai yang ditanyakan. Peserta didik dengan kategori kemandirian belajar mulai terlihat kurang mampu menguasai indikator ini. Hal ini dapat terlihat dalam penyelesaian yang diungkapkan oleh peserta didik kategori kemandirian belajar mulai terlihat yang masih menemui miss concept sehingga pemecahan masalah yang dipaparkan akan bernilai salah. Indikator keempat yaitu kemampuan menyimpulkan, kemampuan ini mengarahkan peserta didik untuk mampu menguraikan dan memahami berbagai aspek secara bertahap agar sampai kepada suatu simpulan. Peserta didik kategori kemandirian belajar mulai terlihat tidak mampu menguasai indikator kamampuan menyimpulkan. Hal ini dapat dilihat dalam penyelesaian masalah yang disajikan tidak terdefinisi adanya suatu tahapan berpikir untuk menyimpulkan dari peserta didik kategori kemandirian belajar mulai terlihat dan tidak mampu menjelaskan dengan baik pertanyaan yang diajukan oleh peneliti mengenai kemampuan menyimpulkan yang terdapat dalam soal yang disajikan. Indikator kelima yaitu kemampuan mengevaluasi, pada kemampuan ini peserta didik akan diarahkan untuk melakukan suatu penilaian terhadap nilai yang telah ditemukan sebelumnya dan menguji kebenaran suatu nilai tersebut dengan menggunakan konsep tertentu. Peserta didik kategori kemandirian belajar mulai terlihat tidak mampu menguasai indikator kamampuan mngevaluasi. Hal ini dapat dilihat dalam penyelesaian masalah yang disajikan tidak terdefinisi adanya suatu tahapan berpikir untuk mengevaluasi dari sebuah nilai oleh peserta didik kategori kemandirian belajar mulai terlihat dan tidak mampu menjelaskan dengan baik pertanyaan yang diajukan oleh peneliti mengenai kemampuan mengevaluasi yang terdapat dalam soal yang disajikan.

2. Kategori Kemandirian Belajar Mulai Berkembang

Peserta didik dengan kategori kemandirian belajar mulai berkembang, memiliki kemampuan berpikir kritis yang mulai mengarah baik. Hal ini ditunjukkan dengan memberikan jawaban atas permasalahan dengan cukup baik pada soal yang disediakan, mereka cukup dapat menguasai indikator dari kemampuan berpikir kritis yaitu kemampuan menganalisis, kemampuan mensintesis, kemampuan memecahkan masalah, namun masih belum mampu untuk menguasai kemampuan menyimpulkan dan kemampuan mengevaluasi. Kemampuan berpikir kritis yang pertama yaitu kemampuan menganalisis. Kemampuan ini merupakan suatu ketrampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen yang ditujukan untuk mengetahui pengorganisasian dari permasalahan yang disajikan dalam soal. Peserta didik kategori kemandirian belajar mulai berkembang sudah mampu menguasai indikator kemampuan menganalisis dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari cara menjawab peserta didik kategori kemandirian belajar mulai berkembang dengan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, mereka dapat menjabarkan informasi-informasi apa saja yang terdapat dalam sebuah struktur permasalahan dalam soal yang digunakan dalam menyelesaikan soal tersebut. Indikator kedua yaitu kemampuan mensintesis, merupakan kemampuan yang mengarahkan peserta didik untuk dapat menghubungkan satu masalah yang dihadapi dengan kondisi ideal yang diinginkan. Peserta didik

(4)

218

kategori kemandirian belajar mulai berkembang mampu menguasai indikator kemampuan mensintesis, hal ini dapat dilihat dari bagaimana peserta didik dengan kategori kemandirian belajar mulai berkembang ini menjawab soal yang diberikan dan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Mereka mampu untuk menjelaskan dengan baik tentang pola penyelesaian yang digunakan dengan menghubungkan antara informasi-informasi yang ditemukan dalam permasalahan dengan kondisi ideal. Indikator ketiga yaitu kemampuan memecahkan masalah, kemampuan ini mengarahkan peserta didik untuk memahami sebuah permasalahan dengan kritis sehingga setelah mampu mempola sebuah penyelesaian selanjutnya peserta didik akan membuat konsep suatu penyelesaian dan sekaligus menerapkannya untuk menemukan sebuah nilai yang ditanyakan. Peserta didik dengan kategori kemandirian belajar mulai berkembang cukup mampu menguasai indikator ini. Hal ini dapat terlihat dalam penyelesaian yang diungkapkan oleh peserta didik kategori kemandirian belajar mulai berkembang yang sudah baik namun beberapa permasalahan masih belum mencapai menemukan sebuah nilai walaupun konsep yang digunakan dalam memecahkan masalah sudah tepat. Indikator keempat yaitu kemampuan menyimpulkan, kemampuan ini mengarahkan peserta didik untuk mampu menguraikan dan memahami berbagai aspek secara bertahap agar sampai kepada suatu simpulan. Peserta didik kategori kemandirian belajar mulai berkembang tidak mampu menguasai indikator kamampuan menyimpulkan. Hal ini dapat dilihat dalam penyelesaian masalah yang disajikan hanya satu responden yang mencoba untuk menyimpulkan dari sebuah jawaban namun beberapa masih mengalami kesalahan dan sisanya tidak terdefinisi adanya suatu tahapan berpikir untuk menyimpulkan dari peserta didik kategori kemandirian belajar mulai berkembang dan tidak mampu menjelaskan dengan baik pertanyaan yang diajukan oleh peneliti mengenai kemampuan menyimpulkan yang terdapat dalam soal yang disajikan. Indikator kelima yaitu kemampuan mengevaluasi, pada kemampuan ini peserta didik akan diarahkan untuk melakukan suatu penilaian terhadap nilai yang telah ditemukan sebelumnya dan menguji kebenaran suatu nilai tersebut dengan menggunakan konsep tertentu. Peserta didik kategori kemandirian belajar mulai berkembang tidak mampu menguasai indikator kamampuan mengevaluasi. Hal ini dapat dilihat dalam penyelesaian masalah yang disajikan tidak terdefinisi adanya suatu tahapan berpikir untuk mengevaluasi dari sebuah nilai oleh peserta didik kategori kemandirian belajar mulai berkembang dan tidak mampu menjelaskan dengan baik pertanyaan yang diajukan oleh peneliti mengenai kemampuan mengevaluasi yang terdapat dalam soal yang disajikan.

3. Kategori Kemandirian Belajar Membudaya

Peserta didik dengan kategori kemandirian belajar membudaya, memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan memberikan jawaban atas permasalahan pada soal yang disediakan, yaitu mereka dapat menguasai indikator dari kemampuan berpikir kritis yaitu kemampuan menganalisis, kemampuan mensintesis, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan menyimpulkan, namun satu responden belum menguasai kemampuan mengevaluasi. Kemampuan berpikir kritis yang pertama yaitu kemampuan menganalisis. Kemampuan ini merupakan suatu ketrampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen yang ditujukan untuk mengetahui pengorganisasian dari permasalahan yang disajikan dalam soal. Peserta didik kategori kemandirian belajar mulai terlihat belum mampu menguasai indikator kemampuan menganalisis dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari cara menjawab peserta didik kategori kemandirian belajar mulai terlihat dengan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, mereka kurang dapat menjabarkan informasi-informasi apa saja yang terdapat dalam sebuah struktur permasalahan dalam soal yang digunakan dalam menyelesaikan soal tersebut. Indikator kedua yaitu kemampuan mensintesis, merupakan kemampuan yang mengarahkan peserta didik untuk dapat menghubungkan satu masalah yang dihadapi dengan kondisi ideal yang diinginkan. Peserta didik kategori kemandirian belajar membudaya mampu menguasai indikator kemampuan mensintesis, hal ini dapat dilihat dari bagaimana peserta didik dengan kategori kemandirian belajar membudaya ini menjawab soal yang diberikan dan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Mereka mampu untuk menjelaskan dengan baik tentang pola penyelesaian yang digunakan dengan menghubungkan antara informasi-informasi yang ditemukan dalam permasalahan dengan kondisi ideal. Indikator ketiga yaitu

(5)

219

kemampuan memecahkan masalah, kemampuan ini mengarahkan peserta didik untuk memahami sebuah permasalahan dengan kritis sehingga setelah mampu mempola sebuah penyelesaian selanjutnya peserta didik akan membuat konsep suatu penyelesaian dan sekaligus menerapkannya untuk menemukan sebuah nilai yang ditanyakan. Peserta didik dengan kategori kemandirian belajar membudaya mampu menguasai indikator ini. Hal ini dapat terlihat dalam penyelesaian yang diungkapkan oleh peserta didik kategori kemandirian belajar membudaya yang sudah baik namun beberapa permasalahan masih belum mencapai menemukan sebuah nilai walaupun konsep yang digunakan dalam memecahkan masalah sudah tepat. Indikator keempat yaitu kemampuan menyimpulkan, kemampuan ini mengarahkan peserta didik untuk mampu menguraikan dan memahami berbagai aspek secara bertahap agar sampai kepada suatu simpulan. Peserta didik kategori kemandirian belajar membudaya mampu menguasai indikator kamampuan menyimpulkan. Hal ini dapat dilihat dalam penyelesaian masalah yang disajikan teridentifikasi dengan baik adanya suatu tahapan berpikir untuk menyimpulkan dari peserta didik kategori kemandirian belajar membudaya yang baik dan mampu menjelaskan dengan baik pertanyaan yang diajukan oleh peneliti mengenai kemampuan menyimpulkan yang terdapat dalam soal yang disajikan. Indikator kelima yaitu kemampuan mengevaluasi, pada kemampuan ini peserta didik akan diarahkan untuk melakukan suatu penilaian terhadap nilai yang telah ditemukan sebelumnya dan menguji kebenaran suatu nilai tersebut dengan menggunakan konsep tertentu. Peserta didik kategori kemandirian belajar membudaya mampu menguasai indikator kamampuan mengevaluasi. Hal ini dapat dilihat dalam penyelesaian masalah yang disajikan terdapat suatu tahapan berpikir untuk mengevaluasi dari sebuah nilai oleh peserta didik kategori kemandirian belajar membudaya dan mampu menjelaskan dengan baik pertanyaan yang diajukan oleh peneliti mengenai kemampuan mengevaluasi yang terdapat dalam soal yang disajikan.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan mengenai deskripsi kemampuan berpikir kritis yang ditinjau dari kemandirian belajar pada materi bangun ruang sisi datar kubus dan balok peserta didik SN 1 Paningkaban, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Peserta didik kategori kemandirian belajar mulai terlihat Peserta didik dengan kategori kemandirian belajar mulai terlihat memiliki kemampuan berpikir kritis yang kurang baik dalam menyelesaikan masalah matematika. Hal ini dapat dilihat dari tes kemampuan berpikir kritis dan hasil wawancara yang menunjukan bahwa peserta didik kategori ini kurang menguasai kelima indikator kemampuan berpikir kritis, yaitu kemampuan menganalisis, kemampuan mensintesis, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan menyimpulkan, kemampuan mengevaluasi, 2) Peserta didik kategori kemandirian belajar mulai berkembang. Peserta didik dengan kategori kemandirian belajar mulai berkembang memiliki kemampuan berpikir kritis yang kurang dalam menyelesaikan masalah matematika. Hal ini dapat dilihat dari tes kemampuan berpikir kritis dan hasil wawancara yang menunjukan bahwa peserta didik kategori ini sudah dapat menguasai beberapa indikator kemampuan berpikir kritis, yaitu kemampuan menganalisis, kemampuan mensintesis, kemampuan memecahkan masalah, namun kurang menguasai kemampuan menyimpulkan, kemampuan mengevaluasi, 3) Peserta didik kategori kemandirian belajar membudaya. Peserta didik dengan kategori kemandirian belajar membudaya memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik dalam menyelesaikan masalah matematika. Hal ini dapat dilihat dari tes kemampuan berpikir kritis dan hasil wawancara yang menunjukan bahwa peserta didik kategori ini sudah dapat menguasai kelima indikator kemampuan berpikir kritis, yaitu kemampuan menganalisis, kemampuan mensintesis, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan menyimpulkan, kemampuan mengevaluasi.

Daftar Pustaka

(Jihad, 2012)(NCTM), N. C. of T. of M. (2000). Principle and Standars for School Mathematic. Indonesia: NCTM.

(6)

220

Aripin, U. (2015). Meningkatkan kemampuan pemahaman matematik siswa SMP melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah. Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, 2(1), 120–127.

Dafril, A. (2011). Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Peningkatan Pemahaman Matematika Siswa. In Prosiding PGRI. Palembang.

Ferdianto, F., & Ghanny. (2014). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Melalui Problem Posing. Euclide, 1(1), 47–54.

Jihad, A. (2008). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo. Jihad, A. (2012).

Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.

Kharida, L. A., Rusilowati, A., & Pratiknyo, K. (2009). Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan elastisitas bahan. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 5(2).

Lidinillah, D. A. M. (2013). Pembelajaran berbasis masalah ( problem based learning ).

Jurnal Pendidikan Inovatif, 5(1), 17.

Matematika, T. P. (2005). Materi Pembinaan Matematika SMP. Yogyakarta: Depdikbud. Novitasari, L., & Leonard. (2017). PENGARUH KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP

MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA. In

Prosiding Diskusi Panel Nasional Pendidikan Matematika. Fakultas Teknik, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indraprasta PGRI. (pp. 758–766).

Nurdyansyah, N., & Amalia, F. (2018). Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Pelajaran IPA Materi Komponen Ekosistem. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 1–8.

Sagala, S. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Saltifa, P. (2012). PENGGUNAAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) DALAM MEMAHAMI KONSEP MATEMATIKA. Jurnal Pendidikan Matematika, 1(1).

Shanti, W. N., Sholihah, D. A., & Martyanti, A. (2017). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis melalui Problem Posing. Literasi, 8(1), 49–59.

Silver, E. A., Mamona-Downs, J., Leung, S. S., & Kenney, P. A. (1996). Posing mathematical problems: An exploratory study. Journal for Research in Mathematics Education, 27(3), 293–309.

Suprijono, A. (2013). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Suyatno. (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.

Uno, H. (2011). Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Wahyu, Riyadi, & Daryanto, J. (2013). PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN

PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN OPERASI HITUNG PECAHAN. Urnal Mahasiswa PGSD, 1(4).

Wardhani, S. (2008). Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTS. Yogyakarta: PPTK Matematika.

(Sagala, 2011)(Saltifa, 2012)(Dafril, 2011)(Matematika, 2005)(Suyatno, 2009)(Suryosubroto, 2009)(Kharida et al., 2009)(Uno, 2011)(Wahyu et al., 2013)(Wardhani, 2008)(Suprijono, 2013)((NCTM), 2000)(Jihad, 2008)(Arikunto, 2002)(Shanti, Sholihah, & Martyanti, 2017)(Lidinillah, 2013)(Ferdianto & Ghanny, 2014)(Aripin, 2015)(Nurdyansyah & Amalia, 2018)(Novitasari & Leonard, 2017)

Referensi

Dokumen terkait

Autoreclose sukses bekerja di kedua sisi, pada saat kejadia cuaca hujan dan petir..

Dari beberapa penilaian tersebut menunjukkan bahwa modul pengayaan memiliki kualitas sangat baik berdasarkan penilaian ahli materi, media, dan guru, sedangkan

Metode yang digunakan adalah metode survey dengan menggunakan kuesioner tertutup (check list) yang berisi variabel yang diukur, yaitu identitas dokter penulis resep

Dilihat dari hasil jawaban siswa kode A25, kemampuan representasi matematis siswa dengan kategori motivasi belajar rendah, menjawab soal nomor 1 dan 2 yaitu mempresentasikan jawaban

- Aplikasi bakteri probiotik RICA mampu meningkatkan sintasan dan produksi udang windu di tambak ekstensif, semi-intensif, maupun intensif selama persiapan tambak,

Sebuah ukuran yang lebih langsung untuk evaluasi kualitas pelayanan yang disediakan oleh indeks keseluruhan, sering disebut "Indeks Kepuasan Pelanggan" (CSI)

16 Tidak adanya perbedaan status kebersihan mulut antara kelompok pemakai dan bukan pemakai alat ortodonti cekat pada penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh

Oleh karena itu, kurikulum pendidikan sekolah dasar (SD) menekankan pada bagaimana memfasilitasi belajar siswa untuk berpikir kreatif agar memiliki kompetensi untuk bekerja