• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saverinus Suhardin, S.Kep, Ns

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Saverinus Suhardin, S.Kep, Ns"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun :

Saverinus Suhardin, S.Kep, Ns

YAYASAN MARANATHA NUSA TENGGARA TIMUR

AKADEMI KEPERAWATAN MARANATHA KUPANG

2016

Pengaturan posisi tidur pasien

Pemberian oksigen

Teknik napas dalam

(2)

PRAKTIK TINDAKAN KEPERAWATAN SISTEM PERNAPASAN

1. PENGATURAN POSISI TIDUR PASIEN a. Posisi Fowler

1) Pengertian

Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.

2) Tujuan

 Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.

 Meningkatkan rasa nyaman

 Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada dan ventilasi paru

 Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap

3) Indikasi

 Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan

 Pada pasien yang mengalami imobilisasi 4) Cara:

 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

 Dudukkan pasien

 Berikan sandaran/bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur untuk posisi semifowler (30-45 derajat) dan untuk fowler (90 derajat)

(3)

b. Posisi Sim 1) Pengertian

Posisi sim adalah posisi miring kekanan atau miring kekiri. Posisi ini dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria).

2) Tujuan

 Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi

 Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang

 Memasukkan obat supositoria

 Mencegah dekubitus 3) Indikasi

 Pasien dengan pemeriksaan dan pengobatan daerah perineal

 Pasien yang tidak sadarkan diri

 Pasien paralisis

 Pasien yang akan dienema

 Untuk tidur pada wanita hamil 4) Cara:

 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

 Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kiri lurud lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada

 Tangan kiri di atas kepala atau di belakang punggung dan tangan kanan di atas tempat tidur.

 Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahkan ke dada.

 Tangan kanan di atas kepala atau di belakang punggung dan tangan kiri di atas tempat tidur.

(4)

c. Posisi Trendelenberg 1) Pengertian

Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah dari pada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak

2) Tujuan

 Pasien dengan pembedahan pada daerah perut.

 Pasien shock.

 pasien hipotensi. 3) Indikasi

 Pasien dengan pembedahan pada daerah perut

 Pasien shock

 Pasien hipotensi 4) Cara:

 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

 Pasien dalam keadaan telentang, letakkan bantal di antara kepala dan ujung tempat tidur pasien, dan berikan bantal di bawah lipatan lutut.

 Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien.

Figure 3 Posisi tidur trendelenberg d. Posisi Dorsal Recumben

1) Pengertian

Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa serta pada proses persalinan.

(5)

2) Tujuan

Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung belakang.

3) Indikasi

 Pasien dengan pemeriksaan pada bagian pelvic, vagina dan anus

 Pasien dengan ketegangan punggung belakang. 4) Cara:

 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

 Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah dibuka

 Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat tidur, dan renggangkan kedua kaki.

 Pasang selimut.

Figure 4 Posisi Dorsal Recumben e. Posisi lithotomi

1) Pengertian

Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.

2) Tujuan

 Memudahkan pemeriksaan daerah rongga panggul, misal vagina,taucher, pemeriksaan rektum, dan sistoscopy

 Memudahkan pelaksanaan proses persalinan, operasi ambeien, pemasangan alat intra uterine devices (IUD), dan lain-lain.

(6)

3) Indikasi

 Pada pemeriksaan ginekologis

 Untuk menegakkan diagnosa atau memberikan pengobatan terhadap penyakit pada uretra, rektum, vagina dan kandung kemih. 4) Cara:

 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

 Pasein dalam keadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua pahanya dan tarik kea rah perut.

 Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha

 Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomi.

 Pasang selimut

Figure 5 Posisi lithotomi f. Posisi Genu Pectoral

1) Pengertian

Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.

2) Tujuan

Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina. 3) Indikasi

 Pasien hemorrhoid

(7)

4) Cara:

 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

 Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada kasur tempat tidur.

 Pasang selimut pada pasien.

Figure 6 Posisi Genu Pectoral g. Posisi orthopeneic

1) Pengertian

Posisi pasien duduk dengan menyandarkan kepala pada penampang yang sejajar dada, seperti pada meja

2) Tujuan

Memudahkan ekspansi paru untuk pasien dengan kesulitan bernafas yang ekstrim dan tidak bisa tidur terlentang atau posisi kepala hanya bisa pada elevasi sedang.

3) Indikasi

Pasien dengan sesak berat dan tidak bisa tidur terlentang. h. Supinasi

1) Pengertian

Posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya agar dasar tubuh sama dengan kesejajaran berdiri yang baik.

2) Tujuan

Meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi penyembuhan terutama pada pasien pembedahan atau dalam proses anestesi tertentu.

(8)

3) Indikasi

 Pasien dengan tindakan post anestesi atau penbedahan tertentu

 Pasien dengan kondisi sangat lemah atau koma.

Figure 7 Posisi supinasi i. Posisi pronasi

1) Pengertian

Pasien tidur dalam posisi telungkup Berbaring dengan wajah menghadap ke bantal

2) Tujuan

 Memberikan ekstensi maksimal pada sendi lutut dan pinggang

 Mencegah fleksi dan kontraktur pada pinggang dan lutut 3) Indikasi

 Pasien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan

 Pasien dengan pemeriksaan pada daerah bokong atau punggung

(9)

j. Posisi lateral 1) Pengertian

Posisi miring dimana pasien bersandar kesamping dengan sebagian besar berat tubuh berada pada pinggul dan bahu.

2) Tujuan

 Mempertahankan body aligement

 Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi

 Meningkankan rasa nyaman

 Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi yang menetap.

3) Indikasi

 Pasien yang ingin beristirahat

 Pasien yang ingin tidur

 Pasien yang posisi fowler atau dorsal recumbent dalam posisi lama

 Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi.

(10)

2. PEMBERIAN OKSIGEN NASAL KANUL DAN MASKER Pemberian lewat nasal kanul:

a. Pengertian

Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan oksigen dengan konsentrasi lebih tinggi disbanding oksigen atmosfer (21%) ke dalam paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen.

b. Tujuan

Memberikan transport yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernapas dan mengurangi stres pada miokardium.

c. Alat dan sarana

1) Tabung oksigen atau oksigen sentral 2) Regulator

3) Humidifier 4) Nasal kanul

d. Pelaksanaan tindakan Persiapan:

1) Cek atau periksa adanya istruksi medis pada rekam medis klien tentang jumlah pmeberian oksigen.

2) Perawat mencuci tangan

3) Atur privasi klien dan pasang sampiran bila perlu 4) Persiapkan peralatan (cek flowmeter dan humidifier) Prosedur:

1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

2) Atur posisi klien secara semifowler/fowler dan yakini ekspansi paru sudah maksima.

3) Letakkan kanula ke dalam rongga hidung sedalam ½ cm 4) Jaga posisi selang agar posisinya baik, tidak tertekuk.

5) Atur aliran selang oksigen dengan batas maksimal 6 liter/menit. Variable kosentrasi oksigen dengan prediksi mendapatkan FiO2 melalui kanul:

 1-2 l/menit = FiO2: 24-38%

 3-4 l/menit = FiO2: 30-35%

(11)

6) Monitor tanda vital dan kondisi umum klien secara berkala

7) Berikan rasa aman pada klien yang mengalami ketakutan atau kecemasan.

8) Cuci tangan

Figure 10 Pemberian oksigen dengan nasal kanul (sumber gambar: slide presentasi Dr. Zulkarnain Hamzah dengan judul “Terapi oksigen pada pasien kritis”)

Pemberian lewat masker: a. Pengertian

Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan oksigen dengan konsentrasi lebih tinggi disbanding oksigen atmosfer (21%) ke dalam paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen.

b. Tujuan

Memberikan transport yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernapas dan mengurangi stres pada miokardium.

c. Alat dan sarana

1) Tabung oksigen atau oksigen sentral 2) Regulator

3) Humidifier

(12)

d. Pelaksanaan tindakan Persiapan:

1) Cek atau periksa adanya istruksi medis pada rekam medis klien tentang jumlah pmeberian oksigen.

2) Perawat mencuci tangan

3) Atur privasi klien dan pasang sampiran bila perlu

4) Persiapkan peralatan dengan menyesuaikan jenis masker yang akan dipakai dan ukuran yang sesuai (cek flowmeter dan humidifier)

Prosedur:

1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

2) Atur posisi klien secara semifowler/fowler dan yakini ekspansi paru sudah maksimal.

3) Pasang masker oksigen

4) Atur kecepatan sesuai kebutuhan klien

5) Perhatikan posisi selang agar tidak tertekuk, pastikan alirannya adekuat.

6) Monitor tanda vital dan kondisi umum klien secara berkala 7) Observasi adanya perubahan pada klien

8) Berikan rasa aman pada klien yang mengalami ketakutan atau kecemasan.

9) Lepas masker oksigen dang anti dengan kanul pada klien makan 10) Cuci tangan

Figure 11 Pemberian oksigen dengan masker sederhana (Sumber gambar: slide presentasi Dr. Kusnanto, S.Kp.,M.Kes dengan judul "Pemenuhan Kebutuhan Oksigen"

(13)

Ringkasan Alat Terapi Oksigen Alat Kecepata n (l/menit) Perkiraan oksigen (%) Keuntungan Kerugian 1 23-24 Ringan, nyaman, murah, dapat terus digunakan saat makan dan berkaktivitas

Kekurangan mukosa nasal, FiO2 beragam. 2 24-28 3 28-32 4 32-36 5 40 6 Max. 44 Sama seperti nasal

kanul

Murah FiO2 beragam, sering diganti, dapat terjadi distensi

lambung, tidak untuk dewasa.

5 40 Mudah untuk digunakan dan

murah

FiO2 beragam, tidak terpasang dengan baik, harus dilepas ketika makan. Harus diatas 5 l/m untuk mendorong CO2 dari masker.

6 45-50 8 55-60

6 35 Konsentrasi O2 sedang

Hangat, menyekap bila tidak terpasang baik, kantong dapat terlipat, harus dilepas

saat makan, perlu segel pengikat. 8 40-50 10 60 12 60 15 60 6 55-60 Konsentrasi O2 tinggi

Tiidak terpasang baik, semua diafragma karet harus pada tempatnya dan tanpa tongkat. 8 60-80 10 80-90 12 90 15 90 4-6 24,26,28 Memberikan suplemen O2 rendah.

Harus dilepas ketika makan. 6-8 30-35, 40

(14)

Tanggung jawab keperawatan dalam pemberian oksigen (Francis, 2011):

1) Ketahui penggunaan terapeutik dari oksigen, dosis normalnya, efek samping, hal-hal yang harus diperhatikan, kontraindikasi, dan bahayanya.

2) Pastikan identitas pasien yang menerima oksigen 3) Pastikan resep/adivice tidak ambigu dan tertulis jelas.

4) Pertimbangkan metode, waktu, dan dimulainya terapi oksigen sehubungan dengan latar belakang pasien.

5) Hubungi pemberi resep, atau orang lain yang tepat, jika ditemukan kontraindikasi terhadap oksigen yang diresepkan.

6) Dokumentasi dengan jelas, akurat, dan segera saat oksigen diberikan, ditahan, atau ditolak oleh pasien.

7) Pantau TTV, observasi perubahan lainnya.

8) Catatlah waktu, tanggal, metode pemberian, laju aliran, dan konsentrasi oksigen.

3. TEKNIK NAPAS DALAM a. Pengertian

Latihan napas dalam merupakan cara memperbaiki ventilasi alveoli atau memelihara pertukaran gas, mencegah atelectasis, meningatkan efisiensi batuk, dan mengurangi stress. Penting diketahui perawat yang menghadapi klien dengan masalah kapasitas dan ventilasi paru.

b. Tujuan

Mengatasi masalah keperawatan, terutama ketidakefektifan pola napas dan bersihan jalan napas.

c. Alat dan Sarana

1) Tempat tidur yang bisa untuk posisi fowler atau tempat duduk untuk klien mampu melakukan pernapasan abdomen.

2) Bantal untuk penyangga. d. Pelaksanaan tindakan

Persiapan :

1) Perawat mencuci tangan

(15)

3) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 4) Atur posisi (duduk atau tidur telentang)

Prosedur :

1) Demonstrasikan pernapasan dalam tahap demi tahap. Persilakan pasien bertanya tiap langkahnya.

2) Letakkan tangan pada sisi bawah iga (terutama pada klien pascabedah abdominal)

3) Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara menarik napas melalui hidung dengan mulut tertutup.

4) Perhatikan kontraksi otot-otot interkostalis dan diafragma

5) Anjurkan untuk menahan napas selama 1-1,5 detik, kemudian disusul dengan menghembuskan napas melalui bibir dengam bentuk mulut mencucu atau seperti orang meniup.

6) Catat respon yang terjadi, terutama:

 Pascabedah toraks dan abdominal, dilakukan setiap 4 jam sekali, dengan 5-10 x napas dalam setiap latihan.

 Klien dengan masalah PPOM. Cystic fibrosis, dilakukan tiap jam dengan 1-5 x napas dalam tiap latihan.

7) Cuci tangan..

4. TEKNIK BATUK EFEKTIF a. Pengertian

Latihan batuk efektif merupakan cara melatih pasien untuk membersihkan sekresi pada jalan napas. Dilaksanakan terutama pada klien dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas dan masalah risiko infeksi saluran napas bawah yang berhubungan dengan akumulasi secret pada jalan napas.

b. Tujuan:

1) Meningkatkan mobilisasi sekresi

2) Membersihakan laring, trakea, dan bronkiolus dari secret atau benda asing di jalan napas.

3) Mencegah risiko tinggi retensi sekresi (pneumonia, atelectasis, dan demam)

(16)

c. Alat dan Sarana

1) Tempat tidur yang bisa untuk posisi fowler atau tempat duduk untuk klien mampu melakukan pernapasan abdomen.

2) Bantal untuk penyangga. d. Pelaksanaan tindakan

Persiapan:

1) Perawat mencuci tangan

2) Atur privasi klien dan pasang sampiran bila perlu 3) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

4) Atur posisi pasien dengan duduk di tepi tempat tidur atau kursi. Prosedur:

1) Atur posisi klien duduk dan bagian depan disangga dengan bantal, atur bagian atas tubuh dengan sikap yang lentur.

2) Anjurkan untuk menarik napas secara pelan dan dalam (2-3 x melalui hidung), kemudian mengeluarkannya secara pasif.

3) Anjurkan untuk menarik napas secara pelan dan dalam dengan menggunakan pernapasan diafragma.

4) Setelah itu, tahan napas kurang lebih 2 detik

5) Batukkan menggunakan otot abdominal dan otot pernapasan lainnya (2 kali) dengan mulut terbuka. Batuk menggunakan seluruh isi pernapasan (bukan menggunakan isi akhir pernapasan dalam)

6) Sangga sisi insisi abdominal pascabedah tanpa membuka balutan pembadahan.

7) Tarik napas dengan ringan 8) Istirahat

9) Catat respon yang terjadi 10) Cuci tangan

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Buku 1. Jakarta: Salemba Medika

---. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Buku 2. Jakarta: Salemba Medika

Francis, Caia. 2011. Perawatan Respirasi. Jakarta: Penerbit Erlangga

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Trend Ilmu. 2015. “Macam-macam Posisi Pasien Lengkap dengan Gambarnya”, (Online), diakses dari http://www.trendilmu.com/2015/04/macam-macam-posisi-pasien.html, pada tanggal 18 April 2016.

Gambar

Figure 4 Posisi Dorsal Recumben  e.  Posisi lithotomi
Figure 5 Posisi lithotomi  f.  Posisi Genu Pectoral
Figure 6 Posisi Genu Pectoral  g.  Posisi orthopeneic
Figure 7 Posisi supinasi  i.  Posisi pronasi
+5

Referensi

Dokumen terkait

6. Lakukan las ikat pada bagian sambungan di tiga tempat yaitu, kedua bagian ujung dan tengah dengan memberi celah sambungan selebar 2 mm. Atur posisi di atas kepala dengan

1) Duduk dengan posisi tubuh condong ke depan dan jangan baringkan korban karena bisa menyebabkan darah mengalir ke dalam dan menyumbat sistem pernapasan. 2) Menghentikan

Pemaparan exposure score untuk operator amplas mesin pada Gambar 2, untuk bagian punggung dihasilkan score 1 berdasarkan posisi punggung dan beban adalah 4,

3 Gangguan citra tubuh b/d Penampang kulit tidak bagus d/d Klien mengeluh bentol kemerahan dan gatal pada bagian tubuh tertentu, Klien mengatakan rasa gatal