• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI METODE PENANGANAN LIMBAH LABORATORIUM (3RH) DALAM PENGOLAHAN SAMPAH DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BANYUMALA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI METODE PENANGANAN LIMBAH LABORATORIUM (3RH) DALAM PENGOLAHAN SAMPAH DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BANYUMALA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

I Dewa Putu Subamia 1), Ni Wayan Rati2), I Gusti Ayu Nyoman Sri Wahyuni3)

ABSTRACT

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Desa Sambangan merupakan salah satu desa destinasi wisata yang memiliki daerah aliran sungai (DAS) yaitu sungai Banyumala. Keberadaan DAS tersebut sangat penting dan bermanfaat bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat

serta bagi lingkungan sekitarnya. (https://jagoanilmu.net/daerah-aliran-sungai-das/). Namun ironisnya, daerah aliran sungai tersebut justru sering dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah. Kebiasaan membuang sampah ke anak sungai (selokan) dan got sering dijumpai. Perilaku (kebiasaan) masyarakat

IMPLEMENTASI METODE PENANGANAN LIMBAH

LABORATORIUM (3RH) DALAM PENGOLAHAN SAMPAH

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BANYUMALA

1Jurusan Kimia FMIPA UNDIKSHA,2Jurusan PGSD FIP UNDIKSHA, 3Jurusan Fisika dan Pengajaran IPA FMIPA UNDIKSHA

Email: idewaputusubamia@gmail.com

The existence of garbage in the Banyumala River Basin (DAS) of Sambangan Village can have a negative impact on the community. The aim of the science and technology application program is to increase awareness and concern for the community to participate in an integrated movement to care for waste management and to improve skills in processing waste into compost. The method applied is the implementation of laboratory waste treatment technology, namely the 3RH (reduce, reuse, recycle and handle) method in an integrated manner. Using the PALS (Participatory Action Learning System) approach, involving waste management groups and the community to participate in overcoming waste. The implementation stages are awareness, empowerment, and sustainability of independent waste management. The results of the activity are 1) there was an increase in community awareness / concern for the waste problem; 2) The “Alam Lestari” waste management group is skilled at processing waste into compost. The outputs are scientific articles, video of activities, papers presented at national seminars.

Key words: waste processing, integrated

Keberadaan sampah di Daerah Aliran Sungai (DAS) Banyumala desa Sambangan dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Tujuan program penerapan IPTEKS ini untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat berpartisifasi dalam gerakan terpadu peduli atasi sampah dan meningkatkan keterampilan mengolah sampah menjadi kompos. Metode yang diterapkan adalah implementasi teknologi pengolahan limbah laboratorium, yakni metode 3RH (reduce, reuse, recycle dan handle) secara terintegrasi terpadu. Menggunakan pendekatan PALS (Participatory Action Learning System), pelibatan kelompok pengelola sampah dan masyarakat berpartisipasi mengatasi sampah. Tahap pelaksanaannya: 1) penyadaran, (a) penyuluhan penanganan sampah secara mandiri, (b) gerakan terpadu peduli atasi sampah (Gardu PAS). 2) Pemberdayaan, (a) pemberian bantuan peralatan/bahan pembuatan biokompos, (b) pelatihan pengolahan sampah menjadi biokompos. 3) Keberlanjutan, pendampingan (scaffolding) pembiasaan pengolahan sampah mandiri. Hasil kegiatan: 1) terjadi peningkatan kesadaran/kepedulian masyarakat terhadap permasalahan sampah; 2) Kelompok pengelola sampah “Alam Lestari” terampil mengolah sampah menjadi kompos. Luaran: artikel ilmiah, video kegiatan, makalah yang dipresentasikan pada seminar nasional.

(2)

tersebut menimbulkan dampak buruk bagi kebersihan sungai yang berimbas pada masyarakat sekitar, lingkungan, serta citra pariwisata (Sutrisnawati, Ni Ketut dan Ribeka M.Purwahita, A.A.A. 2018). Sementara upaya pengolahan sampah belum dilakukan secara optimal. Gerakan penanganan sampah belum dilakukan secara terintegrasi dan terpadu dari hulu hingga hilir. Usaha pengelolaan sampah yang dilakukan hanya sebatas memindahkan sampah ke TPS, itu pun terbatas pada sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga yang mau berlangganan dengan membayar jasa pengangkut sampah. Sebagian lainnya masih banyak yang membuang sampah ke sungai atau ke got. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya timbunan sampah di sepanjang bantaran sungai Banyumala. Juga belum ada upaya untuk mengolah sampah menjadi produk bermanfaat yang dapat memberi nilai tambah (Rai Sudiatmika, A.A. Istri Agung.2016).

Akibatnya, pada saat musim hujan air sungai/got akan meluap karena saluran got maupun sungai tersumbat oleh sampah. Jika kondisi ini dibiarkan terus menerus maka akan beresiko pada terjadinya kerusakan lingkungan yang menyebabkan terjadinya bencana alam seperti banjir. Akibat lainnya adalah dapat berpengaruh pada buruknya kualitas air sungai yang menjadi sumber kehidupan bagi sebagian besar masyarakat. Dampak negatif yang ditimbulkan tidak saja bagi masyarakat di lingkungan daerah aliran sungai, namun juga bagi masyarakat luas. Untuk menanggulangi agar dampak negatif yang ditimbulkan tidak semakin luas, sangat penting dilakukan upaya penanganan sampah dari hulu hingga hilir secara terintegrasi dan terpadu untuk mengatasi masalah sampah tersebut.

Berdasarkan identifikasi masalah yang dilakukan, dirumuskan permasalahan sebagai berikut. Perlu ditingkatkan keterampilan mengelola sampah dengan menerapkan metode pengelolaan limbah

laboratorium yakni metode 3RH (reduce, reuse, recycle dan handle) dalam penanganan masalah sampah. Penanganan sampah harus dilakukan secara terintegrasi dan terpadu dari hulu hingga hilir. Upaya pengolahan sampah menjadi produk yang dapat memberi nilai tambah secara ekonomis sekaligus membantu mengatasi masalah sampah. Permasalahan lain adalah kurangnya kesadaran dan kepedualian masyarakat (terutama di Daerah Aliran Sungai) berperan aktif dalam gerakan terpadu peduli atasi sampah (Gardu PAS).

Tujuan umum program penerapan IPTEKS ini adalah untuk mengatasi masalah sampah sekaligus meningkatkan nilai ekonomis sampah dan menjaga lingkungan Desa Sambangan sebagai destinasi wisata yang bersih dan asri. Secara rinci tujuan kegiatan ini sebagai berikut: (1) meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat berperan aktif dalam gerakan terpadu peduli atasi sampah (Gardu PAS) dalam rangka mendukung Desa Sambangan sebagai destinasi wisata; (2) meningkatkan keterampilan mengelola sampah dengan metode 3RH (reduce, reuse, recycle dan

handle) secara terintegrasi dan terpadu.

METODE

Metode yang diterapkan adalah metode teknologi pengolahan limbah laboratorium kimia, yakni metode 3RH (reduce, reuse, recycle dan handle) secara terintegrasi dan terpadu. Pendekatan yang digunakan adalah PALS (Participatory Action Learning System), yakni pelibatan anggota kelompok pengelola sampah dan unsur-unsur masyarakat dalam pelaksanaan program penanganan sampah secara

(3)

partisipasi aktif ((dalam Pujani, Ni Made,dkk. 2019).

Pelaksanaannya berupa inservice dalam bentuk pelatihan, workshop dan pendampingan alih teknologi dan program aksi dengan pendekatan partisipatori edukatif. Tahapan pelaksanaannya sebagai berkut: 1 Penyadaran: (a) sosialisasi program pengabdian serta koordinasi dengan aparat desa dinas dan desa pakraman serta unsur masyarakat lainnya,

(b) penyusunan materi

penyuluhan/penyadaran dan panduan teknis pemanfaatan teknologi tepat guna (bioteknologi) mengolah sampah menjadi biokompos; (c) Road show memberi penyuluhan/penyadaran kepada unsur masyarakat (sekolah, PKK, Desa Pakraman) untuk menumbuh dan mengembangkan serta meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penanganan sampah secara mandiri; (d) Penyuluhan tentang gerakan terpadu peduli atasi sampah (Gardu PAS) untuk mewujudkan daerah aliran sungai Banyumala yang bersih dan asri; 2 Pemberdayaan: (a) Pemberian bantuan peralatan/bahan pendukung pembuatan biokompos; (b) Pelatihan pengolahan sampah dengan penerapan metode 3RH (reuse, reduce, recycle, dan handle) dari hulu hingga hilir secara terintegrasi dan terpadu, pelatihan dan pendampingan pengolahan sampah menjadi biokompos; 3 Keberlanjutan: pendampingan (scaffolding) bagi kelompok pengelola sampah “Alam Lestari”. Pendampingan juga dilakukan bagi ibu-ibu rumah tangga (PKK) untuk pembiasaan pengelolaan sampah mandiri. Evaluasi pelaksanaan program ini dilakukan terhadap proses dan produk kegiatan. Evaluasi proses berkaitan dengan keterlaksanaan program, peran aktif, dan kontribusi mitra serta kerjasama selama

kegiatan berlangsung. Evaluasi produk dilakukan terhadap output kegiatan (peningkatan/perb aikan kondisi lingkungan daerah aliran sungai, produk pengolahan sampah), dan respon mitra/masyarakat terhadap pelaksanaan program. Keberhasilan pelaksanaan program dinilai dari adanya peningkatan kesadaran/kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan sampah, peningkatan kebersihan DAS dan lingkungan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Realisasi program penerapan IPTEK ini secara garis besarnya dipilah menjadi tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi/pelaporan.

Pada tahap persiapan dilakukan koordinasi dan sosialisasi dengan pihak-pihak terkait, Kepala Desa Sambangan, Kelian Adat Desa Pekraman Sambangan, pengurus kelompok pengelola sampah “Alam Lestari”, Pok Darwis Desa Sambnagan, sekolah-sekolah SD dan SMP yang ada di wilayah Desa Sambangan, serta ibu-ibu PKK desa Sambangan perihal rencana pelaksanaan kegiatan P2M penerapan IPTEKS. Mohon ijin/permakluman serta dukungan pelaksanaan kegiatan P2M kepada pihak-pihak terkait.

Persiapan lainnya adalah penyusunan modul materi pelatihan dan instrumen penilaian pelaksanaan kegiatan, rapat koordinasi tim pelaksana: finalisasi persiapan pelaksanaan kegiatan P2M, serta pengadaan alat/bahan, sarana/prasarana penunjang pelaksanaan kegiatan P2M. Kegiatan inti meliputi pelatihan, workshop dan pendampingan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah penyuluhan (penyajian materi pelatihan) tentang pengolahan sampah dengan metode 3RH terintegrasi terpadu

(4)

(Subamia, ddkk. 2016). Kegiatan ini dirangkai dengan diskusi serta workshop/praktek memilah dan mengolah sampah rumah tangga. Kegiatan praktek yang dilaksanakan adalah mengolah sampah rumah tangga menjadi kompos. Kegiatan penyajian materi dan diskusi yang telah dilaksanakan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran peserta tentang pentingnya pengelolaan sampah secara terintegrasi dan terpadu. Disamping itu, juga bertujuan untuk melatih keterampilan peserta mengolah sampah menjadi produk yang bermanfaat seperti kompos. Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan unsur-unsur masyarakat yakni anggota kelompok pengelola sampah “Alam Lestari” desa Sambangan, unsur Pok Darwis, warga masyarakat, perwakilan dari SD dan SMP. Hasil penyajian materi dan diskusi yang telah dilakukan pada bagian inservice

kegiatan P2M ini dapat dideskripsikan sebagai berikut.

(1) Secara umum kegiatan berlangsung sangat baik dengan tetap menerapkan disiplin protokol kesehatan. Peserta sangat antusias dan bersungguh-sungguh mengikuti sesion demi sesion sajian materi pelatihan yang disajikan oleh narasumber.

(2)Demikian pula kegiatan diskusi berlangsung sangat baik. Respon peserta maupun tanggapan dari narasumber berlangsung baik. Banyaknya pertanyaan yang muncul dari peserta menunjukkan adanya respon positif dari peserta terhadap materi pelatihan, disamping juga menunjukkan bahwa permasalahan sampah merupakan masalah bersama. Peserta juga mengaku senang memperoleh keterampilan teknik

pemilahan dan pengolahan sampah, terutama sampah rumah tangga.

(3) Hal lain yang dapat direkam dari kegiatan diskusi adalah bahwa pengetahuan awal peserta tentang pemilahan dan pengolahan sampah masih kurang. Setelah diberikan pelatihan, tingkat pemahaman peserta pelatihan menunjukkan hasil yang lebih baik. Hal tersebut dapat dilihat dari sudah dilakukannya pemilahan dan pengolahan sampah menjadi kompos di masing-masing rumah tangga. Berikut disajikan foto dokumentasi kegiatan penyuluhan dan workshop pemilahan dan pengolahan sampah.

Pelatihan dan workshop pengolahan sampah mandiri; memilah dan mengolah sampah rumah tangga. Selanjutnya dilaksanakan workshop memilah dan mengolah sampah rumah tangga. Kegiatan ini bertujuan mengenalkan jenis-jenis sampah, cara memilah sampah dan cara mengolah sampah menjadi kompos

Setelah dilakukan pemilahan, sampah organik diolah menjadi pupuk kompos dengan bantuan EM4. Sedangkan sampah anorganik, dikumpulkan selanjutnya diangkut oleh petugas ke TPA. Proses pembuatan kompos dari sampah organik adalah sebagai berikut:

- Sampah organik dimasukkan ke dalam wadah pengomposan (bisa menggunakan karung atau ember) secara bertahap/ berlapis.

- Tiap lapisan disirami dengan larutan EM4 secara merata

- Pembuatan larutan EM4 dilakukan dengan terlebih dahulu membuat larutan gula sebagai media awal perkembangbiakan mikrobia pada EM4.

- Sampah yang sudah disirami dengan EM4 dimasukkan ke dalam wadah (tempat) fermentasi/pengkomposan. - Disimpan di tempat yang teduh - Tiap 3-4 hari dilakukan proses

(5)

memberikan sirkulasi udara yang bertujuan agar proses pengomposan bisa merata.

Setelah 14 hari sampah akan berubah warna menjadi kehitaman dan menjadi lebih lunak. Kompos sampah telah cukup matang. Kompos selanjutnya dipanen dan bisa dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman

(Cara membuat Pupuk Kompos Organik

Dengan Mudah.

http://alamtani.com/cara-membuat-kompos. html. diakses: 5

Nopember 2019)..

Pelatihan dan workshop mengolah sampah menjadi kompos dengan bioteknologi

EM4. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mendampingi kelompok pengelola sampah “Alam Lestari” desa Sambnagan melakukan pengolahan sampah menjadi pupuk kompos. Kegiatan dipusatkan di lokasi pembuangan akhir sampah (TPA) desa Sambangan. Di sini dilakukan proses pengkomposan skala besar. Sampah organik yang diangkut dari masing-masing rumah tangga diolah menjadi kompos. Pembuatan kompos dilakukan dengan bantuan teknologi

bioaktivator EM4 (Effective

Microorganisme).

Gambar 1. Alur Pengolahan Sampah menjadi Kompos

Effective Microorganism (EM4) merupakan suatu cairan berwarna kecoklatan dan beraroma manis asam (segar) yang di dalamnya berisi campuran beberapa mikroorganisme hidup yang

menguntungkan bagi proses

penyerapan/persediaan unsur hara dalam tanah. Mikroorganisme atau kuman yang berwatak “baik“ itu terdiri dari bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi, aktinomydetes, dan jamur peragian. Apabila mikroorganisme EM4 berada dalam tanah, maka mikroorganisme menguntungkan sejenis yang sudah ada di dalam tanah berkembang dengan baik.sedangkan mikroorganisme yang merugikan yang dapat menimbulkan penyakit dapat ditekan. EM4 mampu mengolah atau menguraikan bahan-bahan

organik dengan cepat secara fermentasi menjadi kompos sehingga tidak menimbulkan bau bususk melainkan menimbulkan aroma yang segar.

(6)

Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan kompos ini adalah sebagai berikut:

1) Limbah organik/sampah dipotong-potong dengan ukuran 5-10 cm sebanyak 100 kg

2) Dedak sebanyak 5 kg

3) Sekam/serbuk gergaji sebanyak 10-20 kg

4) Gula pasir(± 200 gram dilarutkan dalam 1 liter air)

5) Cairan EM4(biang), diambil sebanyak 5 sendok makan

6) Air bersih secukupnya (kurang lebih 3 ember)

Langkah-langkah pembuatan kompos sdengan bioteknologi EM4 adalah sebagai berikut.

1) Bahan-bahan sampah/limbah,dedak dan sekam dicampur dan diaduk secara merata

2) EM4 dicampur dengan larutan gula dalam ember yang telah disediakan dan diaduk secara merata

3) Larutan EM 4 disiramkan ke bahan organik sambil diaduk-aduk hingga campuran bahan organik basah secara merata (bila adonan dikepal dengan tangan,air tidak menetes dan bila kepalan dilepas adonan akan mekar/kadar air ± 30%

4) Adonan tadi digundukan di atas lantai (kering) kemudian ditutup dengan karung goni/terpal selama 3-5 hari 5) Pada hari ke-3 kompos dibolak balik

dan dibiarkan sampai 10 menit sampai panasnya berkurang, kemudian gundukan ditutup kembali sperti semula

6) Pada hari ke-4 kompos telah matang (terfermentasi), sehingga panas tidak tinggi lagi, nampak ditumbuhi jamur berwarna putih dan terasa hangat. Kompos ini sudah bisa digunakan tetapi belum hancur sehingga bentuk dan ukuran masih seperti bahan baku. Untuk menjadikan kompos halus harus menunngu selama 21 hari. Selama Proses penghancuran gundukan

kompos diaduk setiap satu minggu sekali.

Kegiatan berikutnya adalah

pendampingan. Pada tahap ini dilakukan pendampingan untuk memantau dan mengawal keberlanjutan pelaksanaan program. Proses pemantauan dilakukan dengan melakukan kunjungan ke lokasi pengolahan sampah untuk memastikan kegiatan tetap berlangsung dengan baik. Pemantauan juga dilakukan secara daring, komunikasi intensif lewat WA dengan kelompok pengelola sampah.

Pada kegiatan ini lebih menekankan pada ajakan/imbauan bagi anggota kelompok pengelola sampah dan masyarakat daerah aliran sungai (DAS) untuk membiasakan menerapkan 3RH untuk menangani sampah. Melalui pembiasan tersebut diharapkan tumbuh sebuah kebiasaan perilaku baik dalam menyikapi masalah sampah. Pada gilirannya pembiasaan tersebut diharapkan manjadi sebuah budaya baru yang disebut budaya hidup bersih dan sehat.

Evaluasi pelaksanaan program ini dilakukan terhadap proses dan produk kegiatan. Evaluasi proses berkaitan dengan keterlaksanaan program, peran aktif, dan kontribusi mitra serta kerja sama selama kegiatan berlangsung. Evaluasi produk dilakukan terhadap output kegiatan (peningkatan/perbaikan kondisi lingkungan daerah aliran sungai, produk pengolahan sampah), dan respon mitra/masyarakat terhadap pelaksanaan program.

Berdasarkan hasil penilaian, secara umum kegiatan berlangsung sangat baik. Hal ii dapat diukur berdasarkan indicator

keterlaksanaan program yang

direncanakan. Semua program yang direncanakan dapat berlangsung dengan baik. Indikaor lainnya adalah antusias atau kesungguhan peserta dalam mengikuti program ini. Peserta sangat antusias dan bersungguh-sungguh mengikuti setiap kegiatan yang direncanakan sehinga terlaksana dengan baik.

(7)

Demikian pula dukungan sepenuhnya dari pihak aparat desa dinas maupun desa adat menunjukkan bahwa program pengabdian masyarakat tersebut memang sangat bermanfaat. Hal ini diperkuat dengan pernyataan yang disampaikan oleh kepala desa Sambangan bahwa kehadiran program pengabdian masyarakat ini selaras dan sangat dibutuhkan oleh desa. Pernyataan serupa juga disamapikan oleh Kelian Adat Desa Pekraman Sambangan, menyatakan sangat berteima kasih atas diselenggarakan program pengabdian masyarakat mengenai pengelolaan sampah ini.

Terdapat peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan sampah dapat diukur dari telah dilakukannya proses pemilahan dan pengolahan sampah di riumah tangga. Disamnping itu, juga dapat dilihat dari peningkatan kebersihan areal di daerah aliran sungai (DAS) Banyumala dan lingkungan desa Sambangan.

PEMBAHASAN

Berdasarkan deskripsi hasil capaian kegiatan yang dipaparkan di atas, jika diukur dengan target dan indikator capaian dapat dinyatakan semua target kegiatan dapat dicapai dengan baik. Telah terjadi peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap permasalahan sampah menunjukkan telah terjadi perubahan pola pandang mind set

masyarakat dari kebiasaan buang sampah ke sungai menjadi kebiasaan memilah, mengolah sampah secara mandiri. Secara keseluruhan DAS Banyumala kini nampak bersih dan asri. Lingkungan desa Sambangan sebagai kawasan desa wisata nampak kian bersih. Demikian pula kelompok pengelola sampah “Alam Lestari” sudah bisa (terampil) mengolah sampah menjadi kompos.

Hal ini sesuai dengan indicator target capaian yang ingin dicapai dalam program ini. Masyarakat tidak buang sampah sembarangan ke sungai/anak sungai. Air sungai/anak sungai tampak bersih dan

bening. Air sungai/anak sungai tidak meluap saat hujan. Sampah sudah dipilah dari sumber penghasil sampah 9dari masing-masing rumah tangga). Ada bioreaktor pengolahan sampah di sentra pembuangan sampah (TPA) desa Sambangan. Di sini sampah diolah menjadi produk yang bermanfaat (kompos), tidak sekedar dipindahkan tapi diolah.

Salah satu faktor yang merupakan kendala dalam pengelolaan DAS adalah kurangnya keterpaduan dan koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan pengelolaan DAS termasuk dalam hal pembiayaannya. Kondisi ini terjadi karena banyaknya instansi yang terlibat dalam pengelolaan DAS seperti Departemen Kehutanan, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Pertanian, Departemen Dalam Negeri, Bakosurtanal dan Kementerian Lingkungan Hidup, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, perusahaan swasta, LSM dan masyarakat.

Dengan banyaknya pihak yang terlibat dan panjangnya birokrasi yang perlu ditempuh, baik secara administrasi, perencanaan dan teknis dilapangan, maka diperlukan adanya koordinasi intensif berbagai pihak terkait baik lintas sektoral maupun lintas daerah (Fitrijani Anggraini, Elis Hastuti. 2017)1.

Untuk menangani masalah sampah di daerah aliran sungai (DAS) sangat dibutuhkan gerakan terpadu. Keterpaduan mengandung pengertian terbinanya keserasian, keselarasan, keseimbangan dan koordinasi yang berdaya guna dan berhasil guna. Keterpaduan pengelolaan DAS memerlukan partisipasi yang setara dan kesepakatan para pihak dalam segala hal mulai dari penyusunan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian hasil-hasilnya. Keterpaduan juga dilakukan antar usur-unsur masyarakat untuk menghasilkan gerakan yang satu visi satu arah (Subamia, I.D.P, dkk. 2016).

(8)

Lemahnya koordinasi antar berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) dalam menjalankan program-program pengelolaan DAS terpadu merupakan

focus masalah yang harus dipecahkan bersama. Dalam hubungannya dengan otonomi daerah, penguatan kapasitas dari para pemangku kepentingan untuk memecahkan masalah riil mengurangi resiko banjir, merupakan agenda bersama para pemangku kepentingan yang tidak bisa ditunda (Fitrijani Anggraini, Elis Hastuti. 2017)

Aspek kesadaran masyarakat justru menjadi ranah yang sangat besar pengaruhnya. Paradigma “sampah pembawa petaka” perlu digeser menjadi “sampah pembawa berkah”. Pengolahan sampah menjadi produk bernilai ekonomis, disamping mengatasi masalah sampah juga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (Gelbert, M., D. Prihartono, A. Suprihatin. et. al. 1999).

Salah stau metode penanganan sampah yang telah diterapkan dalam program pengabdian kepada masyarakat ini adalah implementasi metode pengelolaan limbah laboratoriun yakni metode 3RH (Reuse, Reduce, Recycle, dan Handle). Metode tersebut telah diterapkan dalam manajemen bahan dan limbah di laboratorium kimia (Subamia, I.D.P, dkk. 2016). Dalam hasil penelitiannya disebutkan bahwa penerapan 3RH (Reduce, Reuse, Recycle, dan Handle) dalam manajemen bahan dan limbah laboratorium kimia dapat menekan jumlah penggunaan bahan kimia dan timbulan limbah laboratorium serta menunjang terwujudnya laboratorium kimia yang efisien dan ramah lingkungan. Metode ini diterapkan dalam penanganan masalah sampah di daerah aliran sungai (DAS) Banyumala desa Sambangan. Mengelola sampah dengan sistem 3RH dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja

(setiap hari), di mana saja, dan tanpa biaya. Yang dibutuhkan hanya sedikit waktu, kemauan dan kepedulian. Dengan menerapkan sistem 3RH dalam pengelolaan sampah secara bertahap permasalahan sampah dapat diatasi (Dina Ediana, dkk. 2018).

Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengatasi masalah sampah ini. Kita bisa memulainya dari sektor yang paling sederhana yaitu sektor rumah tangga. Pemanfaatan sampah rumah tangga bisa dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari jenis sampahnya. Sampah anorganik misalnya dapat dimanfaatkan kembali atau dapat dijual ke pedagang loak. Khusus untuk sampah organik berupa sisa makanan atau sampah basah bisa dibuat pupuk kompos, selain itu juga sampah organik berupa daun daunan atau serbuk gergaji bisa dibuat briket atau bahan bakar alternatif pengganti minyak. Solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut, diperlukan peran serta dan kesadaran masyarakat pentingnya kebersihan terhadap lingkungan sekitar, selain itu diperlukan juga partisipasi dan dukungan pemerintah untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan dengan menitikberatkan terhadap masalah sampah yang telah menjadi permasalahan utama.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil kegiatan dan pembahasan dapat disimpulan secara umum kegiatan pengabdian pada masyarakat ini terlaksanan dengan sangat baik. Kegiatan ini telah memfasilasi kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota kelompok pengelola sampah “Alam Lestari” dan masyarakat daerah aliran sungai (DAS) Banyumala desa Sambangan dalam hal penanganan masalah sampah. Pelatihan yang telah diselenggarakan dapat memberi penguatan bagi peserta menerapkan nilai-nilai budaya bersih dengan melaksanakan pemilahan dan pengolahan sampah secara

(9)

mandiri. Peserta pelatihan menyambut positif kegiatan ini karena merasa memperoleh banyak informasi tentang pengetahuan dan keterampilan penanganan masalah sampah yang merupakan bagian tak terpisahkan dari aktivitas mereka sehari-hari. Secara spesifik dapat dirinci sebagai berikut. 1) Program pengabdian masyarakat

(P2M) ini dapat meningkatkan kesadaran dan kepedualian masyarakat (terutama di Daerah Aliran Sungai) berperan aktif dalam gerakan terpadu peduli atasi sampah (Gardu PAS).

2) Program pengabdian masyarakat (P2M) ini dapat meningkatkan keterampilan mengelola sampah dengan metode 3RH (reduce, reuse, recycle dan handle) secara terintegrasi dan terpadu dari hulu hingga hilir menjadi produk yang dapat memberi nilai tambah secara ekonomis sekaligus membantu mengatasi masalah sampah di daerah aliran sungai (DAS) Banyumala desa Sambangan.

3) Peserta pelatihan menyambut positif kegiatan ini karena memperoleh banyak informasi tentang pengetahuan dan keterampilan penanganan masalah sampah dan penguatan budaya bersih yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka sehari-hari.

Saran

Sejalan dengan simpulan di atas, saran-saran yang dapat disampaikan pada akhir kegiatan P2M ini adalah sebagai berikut. 1) Permasalahan sampah merupakan

masalah kita semua di sepanjang kehidupan. Oleh karenanya mari secara terus-menerus terintegrasi dan terpadu membudayakan penanganan sampah.

2) Pihak terkait perlu secara berkelanjutan tetap memberi perhatian

khusus dalam upaya meningkatkan upaya-upaya penanganan sampah 3) Kegiatan pelatihan serupa perlu

dilaksanakan secara

berkesinambungan secara lebih intensif dengan melibatkan lebih banyak peserta dan melibatkan pihak-pihak terkait secara kolaboratif integrative dan terpadu.

DAFTAR RUJUKAN

Alhada, Muhammad. 2012. Pencemaran Air Sungai di Indonesia. Ilmu Sosial dan Politik. Airlangga. Cara membuat Pupuk Kompos Organik

Dengan Mudah .

http://alamtani.com/cara-membuat-kompos.html. diakses: 5 Nopember 2019.

Daerah Aliran Sungai (DAS). https://jagoanilmu.net/daerah-aliran-sungai-das/

Dina Ediana, dkk. 2018. Analisis Pengolahan Sampah Reduce, reuse,

recycle (3R) pada Masyarakat di Kota Payakumbuh. Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (238-246). Hal. 238-246Rati, Ni Wayan. 2012. IbM

Fitrijani Anggraini, Elis Hastuti. 2017. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di Lingkungan Permukiman Padat Daerah Aliran Sungai. Masalah Bangunan, Vol. 52 No. 1 Oktober 2017

Gelbert, M., D. Prihartono, A. Suprihatin. et. al. 1999. Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup dan ”Wall Chart”. Malang: PPPGT/VEDC Pujani, Ni Made; Sukarta I Nyoman; Ari

Yudasmara, Gede; & Subamia,I. D.P, 2019. PKM Pengolahan Limbah Simantri Terpadu Menjadi Pupuk Organik Penunjang Desa Destinasi Wisata Agraris di Desa Belimbing, Pupuan Tabanan. Prosiding Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat

(10)

(Senadimas) ke-4. ISBN 978-623-7482-00-0. Undiksha Press.Tahun 2019, Hal. 557-567.

Rahmawanti, N, & Doni, N. 2014.

Pembuatan Pupuk Organik Berbahan Sampah Rumah Tangga dengan penambahan Aktivator EM4 di daerah Kayu Tangi. Ziraa’ah.39(1): 1-7.

Rai Sudiatmika, A.A. Istri Agung, Frieda Nurlita, Rati Ni Wayan. 2016. Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat 2016. ISBN: 978-602-6428-05-9. Hal. 83-93.

Subamia, I.D.P, dkk. 2016. Implementasi 3RH (Reduce, Reuse, Recycle,

Handle) dalam Manajemen Bahan dan Limbah Laboratorium Kimia Dasar FMIPA Undiksha Sebagai Upaya Efesiensi dan Depolutansi. Prosiding Seminar Nasional FMIPA Undiksha 2016. Cetakan Pertama, Agustus 2016. Universitas Pendidikan Ganesha Press. ISBN 978-602-6428-00-4.

Sutrisnawati, Ni Ketut dan Ribeka M.Purwahita, A.A.A. 2018. Fenomena Sampah dan Pariwisata Bali. Jurnal Ilmiah Hospitality Management.Vol. 9 No. 1, Desember 2018 PISSN 2087 – 5576; EISSN 2579 – 3454. Hal. 49-56

Gambar

Gambar 2. Pembuatan Kompos

Referensi

Dokumen terkait

Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan yang menyatakan “Baik” apabila diklasifikasikan berdasarkan jenis

Sepatu adalah alat untuk menutupi atau sebagai alas kaki yang terbuat dari kulit, kain maupun bahan lainnya. Umumnya alas kaki terbagi 2 jenis, yaitu tipe mokasin dan

Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa bahwa stabilitas keuangan tidak berpe- ngaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan, kedua menunjukkan

Setelah berhasil, maka pada sistem akan muncul halaman home yang berfungsi untuk melihat absensi dari student labor tersebut.. Lalu, data tersebut dengan otomatis akan tersimpan

Pentingnya penelitian tentang jaminan pelayanan yaitu untuk melihat kepuasan pasien terhadap kesopan santunan dan kemampuan pegawai rumah sakit untuk menumbuhkan rasa

Pati si Kapitan Tiyago ay magiging excomulgado kung hindi niya sisirain ang kasunduan ng kasal nina Maria Clara at Ibara.. Ni hindi na maaaring kausapin ng binata si Maria

Kini, dengan perkembangan pesat teknologi komunikasi maklumat berjaya menjurus kepada penggunaan saluran Internet dengan lebih meluas dalam komunikasi seharian

Kemampuan pupuk hayati berbahan baku bakteri endofit ini dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman kentang yang meliputi parameter berat basah akar, berat kering