• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 11 )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 11 )"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Page 1 PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA

SMK NEGERI 1 DLINGO

Alamat : Jln. Patuk-Dlingo KM. 10, Temuwuh, Dlingo, Bantul, Kode Pos 55783

D.I. Yogyakarta Telp. 08112647100, e-mail : smkn_dlingo@yahoo.com

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP 11 )

Nama Sekolah : SMK Negeri 1 Dlingo Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Kelas / Semester : X / Genap

Materi Pokok : Perkembangan Politik dan Ekonomi Indonesia Masa Orde Baru Sampai dengan Awal Reformasi

Alokasi Waktu : 9 x 45 menit ( 3x tatap muka ) KKM : 70

A. Kompetensi Inti KI 1 :

Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 :

Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 :

Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasitentang pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kajian Sejarah Indonesia pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan internasional.

KI 4:

1. Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang kajian Sejarah Indonesia

2. Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja.

3. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

(2)

Page 2 4. Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan, gerak mahir, menjadikan gerak alami dalam ranah konkret terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

3.11 Mengevaluasi perkembangan kehidupan politik dan ekonomi Bangsa Indonesia pada masa Orde Baru sampai dengan awal Reformasi serta peranan mahasiswa dan pemuda dalam perubahan politik dan ketatanegaraan Indonesia.

3.11.1. Menganalisis perkembangan kehidupan politik dan ekonomi bangsa Indonesia masa Orde Baru

3.11.2. Menganalisis perkembangan kehidupan politik dan ekonomi bangsa Indonesia pada masa awal reformasi

3.11.3. Menganalisis peranan mahasiswa dan pemuda dalam perubahan politik dan ketatanegaraan Indonesia

4.11 Mengolah informasi tentang pekembangan kehidupan politik dan ekonomi Bangsa Indonesia pada masa Orde Baru sampai dengan awal Reformasi serta peranan mahasiswa dan pemuda dalam perubahan politik dan ketatanegaraan Indonesia.

4.11.1. Merekontruksi perkembangan kehidupan politik dan ekonomi bangsa Indonesia pada masa Orde Baru

4.11.2. Merekonstruksi perkembangan kehidupan politik dan ekonomi Bangsa Indonesia pada masa awal reformasi

4.11.3. Mengadakan penelitian sederhana tentang peranan mahasiswa dan pemuda dalam perubahan politik dan ketatanegaraan Indonesia

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

Melalui mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan tentang proses masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia peserta didik dapat :

3.11.1.1. Melalui kegiatan diskusi dan menggali informasi peserta didik diharapkan mampu Menganalisis perkembangan kehidupan politik dan ekonomi bangsa Indonesia masa Orde Baru

3.11.2.2.Menganalisis perkembangan kehidupan politik dan ekonomi bangsa Indonesia pada masa awal reformasi

3.11.3.3.Menganalisis peranan mahasiswa dan pemuda dalam perubahan politik dan ketatanegaraan Indonesia

4.11.1.1 Merekontruksi perkembangan kehidupan politik dan ekonomi bangsa Indonesia pada masa Orde Baru

4.11.2.2. Merekonstruksi perkembangan kehidupan politik dan ekonomi Bangsa Indonesia pada masa awal reformasi

(3)

Page 3 4.11.3.3 Mengadakan penelitian sederhana tentang peranan mahasiswa dan pemuda

dalam perubahan politik dan ketatanegaraan Indonesia

D. MATERI PEMBELAJARAN

Perkembangan Politik dan Ekonomi Indonesia Masa Orde Baru Sampai dengan Awal Reformasi

1. Fakta:

 Perkembangan kehidupan politik dan ekonomi Indonesia masa Orde Baru

 Kehidupan ekonomi dan politik di Indonesia masa reformasi

 Peranan mahasiswa dan pemuda dalam perubahan politik dan ketatanegaraan Republik Indonesia

2. Konsep

 Mengidentifikasi latar belakang lahirnya masa ordebaru dan reformasi

 Mengidentifikasi perkembangan kebijakan pemerintahan masa Orde Baru dan Reformasi

 Mengidentifikasi peranan pemuda dalam perubahan politik dan ketatanegaraan Indonesia

3. Prosedur

 Aksi-aksi Tri Tura  Lahirnya Supersemar

 PELITA (Pembangunan Lima Tahun)  Gerakan Reformasi

4. Metakognitif

Menghubungkan peristiwa kondisi politik dan ekonomi pada masa lalu (Orde Baru dan Reformasi) dengan kondisi masa kini

E. METODE PEMBELAJARAN: - Pendekatan : Scientific Learning - Model : Discovery learning

- Metode : Diskusi kelompok, ceramah bervariasi, dan penugasan

F. MEDIA, ALAT DAN SUMBER PEMBELAJARAN Alat/Media Pembelajaran

 Peta Indonesia dan dunia  Gambar tokoh  LCD  Powerpoint Sumber Belajar  Internet  Buku:

(4)

Page 4 --- . 2013. Sejarah Indonesia Kelas X. Jakarta: Kementerian Pendidikan Kebudayaan

Republik Indonesia

Badrika, I Wayan. 2006. Sejarah Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga

Kartodirdjo, Sartono (ed). 1976. Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta : Balai Pustaka Notosusanto, Nugroho dkk. 1985. Sejarah Nasional Indonesia 1 untuk Sekolah

Lanjutan Tingkat Atas. Jakarta: Depdikbud.

Poesponegoro, Marwati Djoened (dkk). 1993. Sejarah Nasional Indonesia Jilid I, Jakarta: Balai Pustaka.

Buku Guru Sejarah Indonesia kelas XI semester 1 Buku Siswa Sejarah Indonesia kelas XI semester 1 G. LANGAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

Pertemuan 1 :

Pertemuan 1 (3 ×45 menit)

Tahap Langkah-langkah Pembelajaran Nilai Karakter (PPK), Literasi, 4C, HOTS Alokasi Waktu Kegiatan Awal

1. Peserta didik merespon salam tanda mensyukuri anugerah Tuhan dan saling mendoakan.

2. Peserta didik bersama dengan guru berdoa sebelum dimulainya pembelajaran

3. Guru menanyakan kabar kepada peserta didik dan kesiapan untuk belajar

4. Peserta didik merespon pertanyaan dari guru berhubungan dengan pembelajaran

sebelumnya (tanya jawab)

5. Peserta didik menyimak kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari

Religius

Integritas Rasa ingin tahu

15 menit

Kegiatan Inti

Mengamati

1. Peserta didik mengamati

gambar/membaca materi yang disajikan oleh guru

2. Peserta didik mengidentifikasi

gambar/membaca materi yang disajikan oleh guru

3. Peserta didik mengamati saat Guru menjelaskan tentang gambaran materi kehidupan masa Orde Baru

Menanya

1. Peserta didik mencari tahu tentang

Literasi Mandiri

Rasa ingin tahu

100 menit

(5)

Page 5

Tahap Langkah-langkah Pembelajaran Nilai Karakter (PPK), Literasi, 4C, HOTS

Alokasi Waktu

kehidupan masa Orde Baru

Menalar

1. Peserta didik secara berkelompok berdiskusi mengenai materi kehidupan masa Orde Baru sesuai dengan tema masing-masing

2. Guru membimbing peserta didik dalam merekontruksi informasi tentang kehidupan masa Orde Baru

3. Melalui presentasi peserta didik mampu merekontruksi informasi kehidupan masa Orde baru

4. Guru meminta kepada pserta didik lainya untuk menanggapi

5. Peserta didik menerima tanggapan dari peserta lainnya dan/atau guru untuk memperbaiki narasinya

Mencoba

1. Peserta didik mencoba menentukan dan menganalisis informasi dan

permasalahan persoalan mengenai kehidupan masa Orde Baru Mengomunikasikan/menyajikan

1. Guru menugaskan peserta didik untuk menyajikan informasi tentang kehidupan masa Orde Baru

2. Peserta didik menyajikan hasil pengolahan informasi tentang kehidupan masa Orde Baru

3. Peserta didik menyimpulkan secara bersama-sama mengenai kehidupan masa Orde Baru Kerja sama (Collaborative) Komunikatif (Communicative) Gotong royong Berpikir kritis (Critical thinking) Kreativitas (Creativity) Kegiatan Penutup

Kegiatan guru bersama peserta didik

1. Guru dan peserta didik menyimpulkan pembelajaran tentang kehidupan masa Orde Baru

2. Guru memberikan penguatan terhadap pencapaian kompetensi peserta didik,baik sikap,ketrampilan maupun pengetahuan

HOTS

Nasionalis

20 menit

(6)

Page 6

Tahap Langkah-langkah Pembelajaran Nilai Karakter (PPK), Literasi, 4C, HOTS

Alokasi Waktu

3. Guru dan peserta didik melakukan refleksi mengenai hikmah mempelajari materi kehidupan masa Orde Baru untuk meningkatkan kecintaan terhadap negara Indonesia

Kegiatan guru

1. Memberikan tugas kepada peserta didik untuk banyak membaca dan belajar 2. Menyampaikan rencana

pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.

3. Menutup kegiatan belajar mengajar.

Pertemuan ke 2

Tahap Langkah-langkah Pembelajaran Nilai Karakter (PPK), Literasi, 4C, HOTS Alokasi Waktu Kegiatan Awal

1. Peserta didik merespon salam tanda mensyukuri anugerah Tuhan dan saling mendoakan.

2. Peserta didik bersama dengan guru berdoa sebelum dimulainya pembelajaran 3. Guru menanyakan kabar kepada peserta

didik dan kesiapan untuk belajar

4. Peserta didik merespon pertanyaan dari guru berhubungan dengan pembelajaran sebelumnya (tanya jawab)

5. Peserta didik menyimak kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari

Religius

Integritas Rasa ingin tahu

15 menit

Kegiatan Inti

Mengamati

1. Peserta didik mengamati film pendek tentang Reformasi yang disajikan oleh guru sebagai bahan diskusi

2. Peserta didik mengamati saat Guru menjelaskan tentang gambaran materi kehidupan masa Reformasi

Menanya

1. Peserta didik mencari tahu tentang kehidupan masa Reformasi

Menalar

Literasi Mandiri

Rasa ingin tahu

Kerja sama (Collaborative)

100 menit

(7)

Page 7

Tahap Langkah-langkah Pembelajaran Nilai Karakter (PPK), Literasi, 4C, HOTS

Alokasi Waktu

1. Peserta didik secara berkelompok berdiskusi untuk menjawab lembar kerja siswa yang disediakan oleh guru mengenai materi masa Reformasi

2. Guru membimbing peserta didik dalam merekontruksi informasi tentang kehidupan masa Reformasi

3. Melalui presentasi peserta didik mampu merekontruksi informasi kehidupan masa Reformasi

4. Guru meminta kepada pserta didik lainya untuk menanggapi

5. Peserta didik menerima tanggapan dari peserta lainnya dan/atau guru untuk memperbaiki narasinya

Mencoba

1. Peserta didik mencoba menentukan dan menganalisis informasi dan

permasalahan persoalan mengenai kehidupan masa reformasi

Mengomunikasikan/menyajikan

1. Guru menugaskan peserta didik untuk menyajikan informasi tentang kehidupan masa Reformasi dalam bentuk tulisan sejarah

2. Peserta didik menyajikan hasil pengolahan informasi tentang kehidupan masa Reformasi dalam bentuk tulisan sejarah

3. Peserta didik menyimpulkan secara bersama-sama mengenai kehidupan masa Reformasi Komunikatif (Communicative) Gotong royong Berpikir kritis (Critical thinking) Kreativitas (Creativity) Kegiatan Penutup

Kegiatan guru bersama peserta didik

1. Guru dan peserta didik menyimpulkan pembelajaran tentang kehidupan masa Reformasi

2. Guru memberikan penguatan terhadap pencapaian kompetensi peserta didik,baik sikap,ketrampilan maupun pengetahuan

HOTS

Nasionalis

20 menit

(8)

Page 8

Tahap Langkah-langkah Pembelajaran Nilai Karakter (PPK), Literasi, 4C, HOTS

Alokasi Waktu

3. Guru dan peserta didik melakukan refleksi mengenai hikmah mempelajari materi kehidupan masa Reformasi untuk meningkatkan kecintaan terhadap negara Indonesia

Kegiatan guru

3. Memberikan tugas kepada peserta didik untuk banyak membaca dan belajar 4. Menyampaikan rencana

pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.

5. Menutup kegiatan belajar mengajar.

Pertemuan ke 3

Tahap Langkah-langkah Pembelajaran Nilai Karakter (PPK), Literasi, 4C, HOTS Alokasi Waktu Kegiatan Awal

1. Peserta didik merespon salam tanda mensyukuri anugerah Tuhan dan saling mendoakan.

2. Peserta didik bersama dengan guru berdoa sebelum dimulainya pembelajaran 3. Guru menanyakan kabar kepada peserta

didik dan kesiapan untuk belajar

4. Peserta didik merespon pertanyaan dari guru berhubungan dengan pembelajaran sebelumnya (tanya jawab)

5. Peserta didik menyimak kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari

Religius

Integritas Rasa ingin tahu

Kegiatan Inti

Mengamati

1. Peserta didik mengamati gambar perjuangan para pemuda dan mahasiswa yang disajikan oleh guru

2. Peserta didik mengamati saat Guru menjelaskan tentang gambaran materi perananan pemuda dan mahasiswa dalam perubahan ketatanegaraan Indonesia

Menanya

1. Peserta didik mencari tahu perananan pemuda dan mahasiswa dalam perubahan ketatanegaraan Indonesia

Literasi Mandiri

Rasa ingin tahu

(9)

Page 9

Tahap Langkah-langkah Pembelajaran Nilai Karakter (PPK), Literasi, 4C, HOTS

Alokasi Waktu Menalar

1. Peserta didik secara berkelompok berdiskusi untuk membuat cerita sejarah mengenai peranan pemuda dan

mahasiswa dalam perubahan ketatanegaraan Indonesia

2. Guru membimbing peserta didik dalam merekontruksi informasi

3. Melalui presentasi peserta didik mampu merekontruksi informasi mengenai materi peranan pemuda dan mahasiswa dalam perubahan ketatanegaraan Indonesia

4. Guru meminta kepada peserta didik lainya untuk menanggapi

5. Peserta didik menerima tanggapan dari peserta lainnya dan/atau guru untuk memperbaiki narasinya

Mencoba

1. Peserta didik mencoba menentukan dan menganalisis informasi dan

permasalahan persoalan mengenai peranan pemuda dan mahasiswa dalam perubahan ketatanegaraan Indonesia Mengomunikasikan/menyajikan

1. Peserta didik menyajikan hasil pengolahan informasi tentang peranan pemuda dan mahasiswa dalam perubahan ketatanegaraan Indonesia dalam bentuk cerita sejarah

2. Peserta didik menyimpulkan secara bersama-sama mengenai kehidupan masa Reformasi (Collaborative) Komunikatif (Communicative) Gotong royong Berpikir kritis (Critical thinking) Kreativitas (Creativity) Kegiatan Penutup

Kegiatan guru bersama peserta didik

1. Guru dan peserta didik menyimpulkan pembelajaran tentang kehidupan masa Reformasi

2. Guru memberikan penguatan terhadap pencapaian kompetensi peserta didik,baik sikap,ketrampilan maupun

HOTS

(10)

Page 10

Tahap Langkah-langkah Pembelajaran Nilai Karakter (PPK), Literasi, 4C, HOTS

Alokasi Waktu

pengetahuan

3. Guru dan peserta didik melakukan refleksi mengenai hikmah mempelajari materi untuk meningkatkan kecintaan terhadap negara Indonesia melalui peranan para pemuda

Kegiatan guru

1. Memberikan tugas kepada peserta didik untuk banyak membaca dan belajar 2. Menyampaikan rencana

pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.

3. Menutup kegiatan belajar mengajar.

H. PROGRAM REMIDIAL DAN PENGAYAAN a. Program remidial

Rancangan kegiatan remidial dilakukan melalui remidial, bentuk kegiatan diakhiri dengan remidial tes. Diantara bentuk kegiatan yang dilaksanakan antara lain :

a) Pemberian pembelajaran ulang b) Pemberian bimbingan khusus c) Pemberian tugas-tugas/ latihan b.Program Pengayaan

Rancangan kegiatan pengayaan dilakukan melalui pengayaan, bentuk kegiatan diakhiri dengan remidial tes.

a) Belajar kelompok b) Belajar mandiri

c) Pembelajaran berbasis tema d) Pemadatan kurikulum

Kegiatan diakhiri dengan evaluasi pengayaan, dan hasil pengayaan merupakan nilai tambah bagi siswa tersebut.

I. PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR ( Terlampir ) Teknik Penilaian:

a. Penilaian Sikap : Observasi/pengamatan b. Penilaian Pengetahuan : Tes Tertulis

(11)

Page 11 c. Penilaian Keterampilan : Unjuk Kerja/ Praktik/ Portofolio

2. Bentuk Penilaian:

a. Observasi : lembar pengamatan aktivitas peserta didik b. Tes tertulis : uraian dan lembar kerja

c. Unjuk kerja : lembar penilaian presentasi d. Portofolio : pedoman penilaian portofolio

Bantul, Juli 2019

Mengetahui

Kepala SMK Negeri 1 Dlingo Guru Mata Pelajaran

Rohmat Santosa, S. Pd, M. Pd Agus Sigit Pramono, S.S

(12)

Page 12

PENILAIAN SIKAP

Sekolah : SMKN 1 Dlingo Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia

Kompetensi Keahlian : Semua kompetensi Keahlian Kelas/Semester : X/ Genap

Tahun Pelajaran : 2019/2020

NO Hari/Tgl/Waktu Nama Kelas Kejadian/Perilaku Pos/

Neg Tindak Lanjut 1 2 3 4 5 2 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

(13)

Page 13

NO Hari/Tgl/Waktu Nama Kelas Kejadian/Perilaku Pos/

Neg Tindak Lanjut 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32

INSTRUMEN PENUGASAN TERSTRUKTUR

Satuan Pendidikan : SMKN 3 Kasihan Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia

Kelas : X

A. Deskripsi tugas Pertemuan Pertama 1. Bentuk tugas :

(14)

Page 14  Membuat Mind Maping sesuai dengan tema masing-masing kelompok mengenai materi tentang

kehidupan masa Orde Baru Pembagian materi sebagai berikut. Kelompok 1: Lahirnya Orde Baru

Kelompok 2: Kebijakan Luar Negeri Masa Orde Baru Kelompok 3: Kebijakan Dalam Negeri Masa Orde Baru Kelompok 4: Runtuhnya Masa Orde Baru

2. Tempat : Diskusi Kelompok

3. Target :Mampu menganalisis kehidupan Masa Orde Baru 4. Bentuk laporan : Mind Maping

Pertemuan Kedua

1. Bentuk tugas :

 Membuat laporan singkat mengenai kebijakan-kebijakan presiden masa Reformasi berdasarkan film reformasi yang telah ditayangkan dan diberi kesimpulan pada masa pemerintahan siapa Indonesia mengalami kemajuan.

Format laporan adalah sebagai berikut:

KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA MASA REFORMASI NO NAMA PRESIDEN KEBIJAKAN KEBERHASILAN/KEGAGAL

AN 1 B.J. HABIBIE 2 ABDURRAHMAN WAHID 3 MEGAWATI SOEKARNO PUTRI 4 SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

2. Tempat : Diskusi Kelompok

3. Target :Mampu menganalisis kehidupan Masa Reformasi 4. Bentuk laporan : Laporan singkat

(15)

Page 15 Pertemuan Ketiga

1. Bentuk Tugas:

 Membuat artikel mengenai peran para pemuda dan mahasiswa dalam memperjuangkan perubahan ketatanegaraan Indonesia beserta dampak yang dapat kita rasakan hingga saat ini melalui penelitian berbagai sumber 9film, internet, buku, koran, dan majalah).

2. Tempat : Diskusi Kelompok maksimal 2 orang

3. Target : Mampu menganalisis peran pemuda dan mahasiswa dalam perubahan politik dan ketatanegaraan Indonesia

RUBRIK PENILAIAN KETERAMPILAN

No. Indikator Nilai

Kualitatif

Nilai Kuantitatif

Keterangan 1. Pengantar disajikan dengan bahasa yang

baik

2. Isi menunjukkan maksud dari apa yang diminta

3. Kemampuan menjabarkan alasan Penutup memberikan kesimpulan akhir 4. Kerapian tulisan

Nilai rata-rata Keterangan

Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif

Memuaskan 4

Baik 3

Cukup 2

(16)

Page 16

INSTRUMEN TES TERTULIS

Satuan Pendidikan : SMK N Kasihan Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia

Kelas : X

Jawablah pertanyaan berikut dengan benar dan jelas! 1. 1 2. 2 3. 3 4. 4 5. 5 6. 6 7. 7 8. 8 9 10

Jelaskan bagaimana lahirnya Orde Baru? Apa yang anda ketahui mengenai Tri Tura? Bagaimanakah kronologis lahirnya supersemar?

Jelaskan apa itu PELITA dan bagaimana pelaksanaanya? Jelaskan faktor-faktor yang mendorong gerakan reformasi?

Jelaskan agenda reformasi yang dipelopori oleh para pemuda dan mahasiswa? Jelaskan keadaan politik dan ekonomi bangsa Indonesia masa pemerintahan B.J Habibie?

Apa sajakah peranan peran pemuda demi terwujudnya perubahan ketatanegaraan Republik Indonesia?

Bandingkan bagaimana keadaan ekonomi masa kini dengan ekonomi masa Orde Baru?

Analisilah hikmah apa yang dapat kita ambil dengan mempelajari materi perkembangan politik dan ekonomi Indonesia masa orde baru hingga reformasi?

(17)

Page 17

INSTRUMEN PENILAIAN PORTO FOLIO Satuan Pendidikan : SMK N Kasihan

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia

Kelas : X

Tugas I

1. Simpan setiap tugas yang diberikan ke dalam map individu peserta didik (warna map sesuai dengan kelas masing-masing/tiap kelas beda warna map

2. Buat rangkuman dari setiap tugas yang telah diberikan dan rangkuman dibuat pada kertas folio bergaris.

3. Batas waktu pengumpulan tugas adalah di pertemuan terakhir PEDOMAN PENSKORAN:

(18)

Page 18

MAKSIMAL Peserta didik menyimpan semua tugas yang telah dikerjakan dengan

lengkap, dan tugas dikerjakan dengan benar, serta dikumpulkan tepat waktu

4

Peserta didik menyimpan tugas-tugas yang telah dikerjakan, dan sebagian besar benar tapi kurang lengkap, serta dikumpulkan tepat waktu

3

Peserta didik menyimpan tugas-tugas yang telah dikerjakan, namun sebagian besar salah, kurang lengkap, dan tidak dikumpulkan tepat waktu

2

Peserta didik menyimpan tugas-tugas yang telah dikerjakan, namun tugas yang dikerjakan salah, dan kurang lengkap, serta tidak

dikumpulkan tepat waktu

1

Peserta didik tidak menyimpan satu pun tugas-tugas yang diberikan karena tidak pernah mengumpulkan tugas

0

LEMBAR PENILAIAN PORTOFOLIO Jenis Tugas : Individu Kelas : X

(19)

Page 19

No Nama Peserta didik Tugas KD Nilai

Tanda Tangan

Ket. (Tgl Pengum pulan) Peserta Didik Guru

(20)

Page 20 LAMPIRAN

LAMPIRAN MATERI PEMBELAJARAN

PERKEMBANGAN KEHIDUPAN POLITIK DAN EKONOMI INDONESIA MASA ORDE BARU SAMPAI DENGAN AWAL REFORMASI

A. Kehidupan Politik dan Ekonomi Bangsa Indonesia pada Masa Orde Baru 1. Lahirnya Orde Baru

a. Aksi-aksi Tri Tura

Orde Baru lahir setelah terjadinya perisriwa pemberontakan G 30S/PKI.Setelah peristiwa pemberontakan tersebut presiden Soekarno belum bertindak tegas.Pada tanggal 12 Januari 1966 para mahasiswa mengadakan akso besar-besaran di halaman gedung DPRGR, dengan mengajukan tiga tuntutan yang dikenal dengan Tri Tura.

a. Pembubaran PKI

b. Pembersihan Kabinet dari unsur-unsur PKI c. Penurunan harga/perbaikan ekonomi

Pada saat pelantikan kabinet tersebut tanggal 24 Februari 1966 para mahasiswa, pelajar, pemuda mengadakan aksi dengan memenuhi jalan-jalan menuju istana merdeka.

b. Surat Perintah Sebelas Maret

Pada tanggal 11 Maret 1966 Presiden Soekarno mengadakan sidang kabinet seratus menteri di Istana negara.Pada saat itu juga diluar istana terdapat pasukan berseragam tanpa tanda pengenal.Kemudian Soekarno merasa bahwa keadaan sudah tidak aman dan pergi ke istana Bogor bersama Waperdam I (Dr. Subandrio), Waperdam II (Dr. J. Leimena), dan Waperdam 3 (Chairul Saleh). Presiden Soekarno kemudian membuat surat perintah yang ditujukan kepada Letjen Soeharto selaku Pangad untuk mengambil tindakan yang perlu untuk memulihkan kemanan dan ketertiban. Surat tersebut dikenal dengan nama supersemar.

(21)

Page 21

Supersemar memiliki arti penting bagi kehidupan bangsa Indonesia, arti penting tersebut antara lain: 1. Menjadi tonggak lahirnya orde baru

2. Dengan supersemar Letjend Soeharto mengambil beberapa tindakan untuk menjamin kestabilan jalanya pemerintahan dan revolusi Indonesia

3. Lahirnya supersemar menjadi awal penataan kehidupan sesuai dengan pancasila dan UUD 1945. Kedudukan supersemar secara hukum semakin kuat setelah disahkan melalui Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966 tanggal 21 Juni 1966. DPRGR meminta sidang istimewa kepada Soekarno terkait pemberantasan PKI dalam pidato pertanggungjawaban presiden Soekarno memberikan nama Nawaksara (Nawa: Sembilan huruf/sembilan poin) namun tidak bisa diterima oleh MPRS. Presdien Soekarno akhinya menterahkan kekuasaan kepada Letjend Soeharto berdasarkan ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 dengan demikian kekuasaan telah berada ditangan pengemban supersemar dan mulailan kekuasaan Orde Baru.

Langkah-langkah kebijakan Orde Baru: a. Kebijakan Luar Negeri

1) Kembali melaksanakan politik bebas aktif

2) Membekukan hubungan diplomatik dengan Tiongkok 3) Indonesia kembali aktif menjadi anggota PBB

4) Normalisasi hubungan dengan Malaysia 5) Memprakarsai pembentukan ASEAN

6) Berperan aktif dalam OIC (Organitation of Islamic Cooperation) b. Kebijakan Dalam Negeri

1) Pembangunan Lima Tahun

2) Penyederhanaan dan pengelompokan partai politik 3) Penataran P4

4) Dwifungsi ABRI 5) Pemilihan umum Runtuhnya Orde Baru

Setelah Orde Baru berjalan lebih kurang 32 tahun lamanya tidak mampu bertahan lagi karena rakyat sudah tidak percaya lagi akibat pemerintahan yang syarat dengan KKN.Hal ini memuncak dengan adanya demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh berbagai kalangan yang dipelopori oleh mahasiswa yang menuntut presiden Soeharto mengundurkan diri.Akibat desakan dan tuntutan tersebut Presiden Soeharto

(22)

Page 22

mengundurkan diri jabatan sebagai presiden pada tanggal 21 Mei 1998 dengan demikian berakhirlah masa Orde Baru.

B. Kehidupan Politik Dan Ekonomi Bangsa Indonesia Pada Masa Reformasi 1. Gerakan Reformasi

Faktor-faktor yang mendorong munculnya gerakan reformasi: a. Krisis Politik

Krisis politik terjadi berawal dari situasi yang memanas menjelang pemilu 1977. Selain itu juga terjadi beberapa penyimpangan politik antara lain: demokrasi tidak dijalankan sebagaimana mestinya, anggota DPR/MPR yang berdasar nepotisme, Orientasi politik orba berorientasi ke negara-negara barat.

b. Krisis Ekonomi c. Krisis Hukum

Akibat adanya permasalahan tersebut rakyat Indonesia yang dipelopori oleh mahasiswa dan pemuda mengadakan agenda reformasi diantaranya: adili Soeharto dan kroninya, Amandemen UUD 1945, penghapusan Dwifungsi ABRI, Otonomi daerah yang seluas-luasnya, supremasi hukum, pemerintahan yang bersih dari KKN.

Hal tersebut diwujudkan oleh para mahasiswa dengan melakukan demonstrasi besar-besaran. Setelah melihat kondisi yang semakin kacau akibat desakan dan tuntutan para mahasiswa pada tanggal 21 Mei 1998 jam 10.00 WIB presiden Soeharto meletakan jabatanya dan menunjuk B.J Habibie sebagai penggantinya.

2. Perkembangan Politik dan Ekonomi a. Masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie 1) Kebijakan di bidang politik

2) Kebijakan di bidang ekonomi 3) Penghapusan Dwifungsi ABRI

4) Kebebasan menyampaikan pendapat dan kebebasan pers 5) Pelaksanaan pemilu yang dipercepat

b. Masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid 1) Membentuk kabinet kerja

2) Membentuk Dewan Ekonomi Nasional (DEN) 3) Bidang budaya dan sosial

(23)

Page 23

c. Masa Pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri

1) Penundaan pembayaran hutang luar negeri sebesar 5,8 milyard dollar

2) Mengatasi krisis moneter dan berhasil menaikan pendapatan perkapita sebesar 930 dollar 3) Kurs mata uang rupiah diturunkan menjadi Rp. 8.500,00

4) Keluar dari IMF sehingga lebih mandiri 5) Melakukan privatisasi terhadap BUMN

d. Masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 1) Mengurangi subsidi BBM

2) Memberikan bantuan langsung tunai (BLT) 3) Melunasi seluruh sisa hutang pada IMF

4) Meningkatkan anggaran pendidikan menjadi 20%

C. Peranan Mahasiswa dan Pemuda dalam Perubahan Politik dan Ketatanegaraan Indonesia 1) Peristiwa sumpah pemuda dipelopori oleh para pemuda

2) Berperan mempelopori lahirnya orde baru dengan aksi yang terkenal yaitu tritura 3) Pada masa reformasi menjadi pelopor gerakan reformasi

LAMPIRAN MATERI

Masa Transisi 1966-1967

Lahirnya pemeritahan Orde Baru tidak bisa dilepaskan dari kondisi sosial politik di masa itu. Pasca penumpasan G 30 S PKI, pemerintah ternyata belum sepenuhnya berhasil melakukan penyelesaian politik terhadap peristiwa tersebut. Kondisi ini membuat situasi politik tidak stabil. Kepercayaan masyarakat terhadap Presiden Soekarno semakin menurun.

Tanggal 25 Oktober 1965 para mahasiswa di Jakarta membentuk organisasi federasi yang dinamakan KAMI dengan anggota antara lain terdiri dari HMI, PMKRI, PMII, dan GMNI. Pimpinan KAMI berbentuk Presidium dengan ketua umum Zamroni (PMII).

Pemuda dan mahasiswa memiliki peran penting dalam transisi pemerintahan yang terjadi pada masa ini. Tokoh-tokoh seperti Abdul Ghafur, Cosmas Batubara, Subhan ZE, Hari Tjan Silalahi dan

(24)

Page 24 Sulastomo menjadi penggerak aksi-aksi yang menuntut Soekarno agar segera menyelesaikan kemelut politik yang terjadi.

Aksi-Aksi Tritura

Naiknya Letnan Jenderal Soeharto ke kursi kepresidenan tidak dapat dilepaskan dari peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau G 30 S PKI. Ini merupakan peristiwa yang menjadi titik awal berakhirnya kekuasaan Presiden Soekarno dan hilangnya kekuatan politik PKI dari percaturan politik Indonesia.Peristiwa tersebut telah menimbulkan kemarahan rakyat. Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau, keadaan perekonomian makin memburuk dimana inflasi mencapai 600% sedangkan upaya pemerintah melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan menyebabkan timbulnya keresahan masyarakat

Aksi-aksi tuntutan penyelesaian yang seadil-adilnya terhadap pelaku G30 S PKI semakin meningkat. Gerakan tersebut dipelopori oleh kesatuan aksi pemuda-pemuda, mahasiswa dan pelajar (KAPPI, KAMI, KAPI), kemudian muncul pula KABI (buruh), KASI (sarjana), KAWI (wanita), KAGI (guru) dan lain-lain. Kesatuan-kesatuan aksi tersebut dengan gigih menuntut penyelesaian politis yang terlibat G-30S/PKI, dan kemudian pada tanggal 26 Oktober 1965 membulatkan barisan mereka dalam satu front, yaitu Front Pancasila.

Setelah lahir barisan Front Pancasila, gelombang demonstrasi yang menuntut pembubaran PKI makin bertambah meluas. Situasi yang menjurus ke arah konflik politik makin bertambah panas oleh keadaan ekonomi yang semakin memburuk. Perasaan tidak puas terhadap keadaan saat itu mendorong para pemuda dan mahasiswa mencetuskan Tri Tuntunan Hati Nurani Rakyat yang lebih dikenal dengan sebutan Tritura (Tri Tuntutan Rakyat).Pada 12 Januari 1966 dipelopori oleh KAMI dan KAPPI, kesatuan-kesatuan aksi yang tergabung dalam Front Pancasila mendatangi DPR-GR mengajukan tiga buah tuntutan yaitu: (1) Pembubaran PKI, (2) Pembersihan kabinet dari unsur-unsur G30S PKI, dan (3) Penurunan harga/perbaikan ekonomi.

Tuntutan rakyat banyak agar Presiden Soekarno membubarkan PKI ternyata tidak dipenuhi Presiden. Untuk menenangkan rakyat Presiden Soekarno mengadakan perubahan Kabinet Dwikora menjadi Kabinet 100 Menteri, yang ternyata belum juga memuaskan hati rakyat karena di dalamnya masih bercokol tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa G30S PKI.

Pada saat pelantikan Kabinet 100 Menteri pada tgl 24 Pebruari 1966, para mahasiswa, pelajar dan pemuda memenuhi jalan-jalan menuju Istana Merdeka.Aksi itu dihadang oleh pasukan Cakrabirawa sehingga menyebabkan bentrok antara pasukan Cakrabirawa dengan para demonstran yang menyebabkan gugurnya mahasiswa Universitas Indonesia bernama Arief Rachman Hakim. Sebagai akibat dari aksi itu keesokan harinya yaitu pada tanggal 25 Februari 1966 berdasarkan keputusan Panglima Komando Ganyang Malaysia (Kogam) yaitu Presiden Soekarno sendiri, KAMI dibubarkan.

Sumber: Sketsa Perjalanan Bangsa Berdemokrasi, Depkominfo, 2005 Gambar 4.3 Aksi Tritura di depan Fakultas Kedokteran UI

Insiden berdarah yang terjadi ternyata menyebabkan makin parahnya krisis kepemimpinan nasional. Keputusan membubarkan KAMI dibalas oleh mahasiswa Bandung dengan mengeluarkan “Ikrar Keadilan dan Kebenaran” yang memprotes pembubaran KAMI dan mengajak rakyat untuk meneruskan perjuangan. Perjuangan KAMI kemudian dilanjutkan dengan munculnya masa Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia

(25)

Page 25 (KAPI), krisis nasional makin tidak terkendalikan. Dalam pada itu mahasiswa membentuk Resimen Arief Rachman Hakim. Melanjutkan aksi KAMI.Protes terhadap pembubaran KAMI juga dilakukan oleh Front Pancasila, dan meminta kepada pemerintah agar meninjau kembali pembubaran KAMI. Dalam suasana yang demikian, pada 8 Maret 1966 para pelajar dan mahasiswa yang melakukan demonstrasi menyerbu dan mengobrak–abrik gedung Departemen Luar Negeri, selain itu mereka juga membakar kantor berita Republik Rakyat Cina (RRC), Hsin Hua. Aksi para demonstran tersebut menimbulkan kemarahan Presiden Soekarno. Pada hari itu juga Presiden mengeluarkan perintah harian supaya agar seluruh komponen bangsa waspada terhadap usaha-usaha “membelokkan jalannya revolusi kita ke kanan”, dan supaya siap sedia untuk menghancurkan setiap usaha yang langsung maupun tidak langsung bertujuan merongrong kepemimpinan, kewibawaan, atau kebijakan Presiden, serta memperhebat “pengganyangan terhadap Nekolim serta proyek “British Malaysia”

Surat Perintah Sebelas Maret

Untuk mengatasi krisis politik yang memuncak, pada tanggal 11 Maret 1966 Soekarno mengadakan sidang kabinet. Sidang ini ternyata diboikot oleh para demonstran yang tetap menuntut Presiden Soekarno agar membubarkan PKI, dengan melakukan pengempesan ban-ban mobil pada jalan-jalan yang menuju ke Istana.

Belum lama Presiden berpidato dalam sidang, ia diberitahu oleh Brigjen Sabur, Komandan Cakrabirawa bahwa di luar istana terdapat pasukan tanpa tanda pengenal dengan seragamnya. Meskipun ada jaminan dari Pangdam V/Jaya Amir Machmud, yang hadir waktu itu, bahwa keadaan tetap aman, Presiden Soekarno tetap merasa khawatir dan segera meninggalkan sidang. Tindakan itu diikuti oleh Waperdam I Dr.Subandrio dan Waperdam III Dr.Chaerul Saleh yang bersama-sama dengan Presiden segera menuju Bogor dengan helikopter. Sidang kemudian ditutup oleh Waperdam II Dr.J. Leimena, yang kemudian menyusul ke Bogor dengan mobil.

Sementara itu, tiga orang perwira tinggi TNI-AD, yaitu Mayjen Basuki Rahmat, Brigjen M Jusuf, dan Brigjen Amir Machmud, yang juga mengikuti sidang paripurna kabinet, sepakat untuk menyusul Presiden Soekarno ke Bogor. Sebelum berangkat, ketiga perwira tinggi itu minta ijin kepada atasannya yakni Menteri/Panglima Angkatan Darat Jenderal Soeharto yang juga merangkap selaku panglima Kopkamtib. Pada waktu itu Jenderal Soeharto sedang sakit, dan diharuskan beristirahat di rumah. Niat ketiga perwira itu disetujuinya. Mayjen Basuki Rachmat menanyakan apakah ada pesan khusus dari Jenderal Soeharto untuk Presiden Soekarno, Letjen Soeharto menjawab: “sampaikan saja bahwa saya tetap pada kesanggupan saya. Beliau akan mengerti”

Latar belakang dari ucapan itu ialah bahwa sejak pertemuan mereka di Bogor pada tanggal 2 Oktober 1965 setelah meletusnya pemberontakan G-30-S/PKI. Antara Presiden Soekarno dengan Letjen Soeharto terjadi perbedaan pendapat mengenai kunci bagi usaha meredakan pergolakan politik saat itu. Menurut Letjen Soeharto, pergolakan rakyat tidak akan reda sebelum rasa keadilan rakyat dipenuhi dan rasa ketakutan rakyat dihilangkan dengan jalan membubarkan PKI yang telah melakukan pemberontakan. Sebaliknya Presiden Soekarno menyatakan bahwa ia tidak mungkin membubarkan PKI karena hal itu bertentangan dengan doktrin Nasakom yang telah dicanangkan ke seluruh dunia. Dalam pertemuan-pertemuan selanjutnya perbedaan paham itu tetap muncul. Pada suatu ketika Soeharto menyediakan diri untuk membubarkan PKI asal mendapat kebebasan bertindak dari Presiden. Pesan Soeharto yang disampaikan kepada ketiga orang perwira tinggi yang akan berangkat ke Bogor mengacu kepada kesanggupan tersebut.

Sumber : Deppen, 1975 Gambar 4.4 Tiga Jenderal yang membawa Surat Perintah Sebelas

(26)

Page 26

Maret (Supersemar) dari Soekarno ke Soeharto

Di Istana Bogor ketiga perwira tinggi mengadakan pembicaraan dengan Presiden yang didampingi oleh Dr. Subandrio, Dr. J Leimena dan Dr. Chaerul Saleh. Sesuai dengan kesimpulan pembicaraan, ketiga perwira tinggi tersebut bersama dengan komandan Resimen Cakrabirawa, Brigjen Sabur, kemudian diperintahkan membuat konsep surat perintah kepada Letjen Soeharto untuk memulihkan keadaan dan kewibawaan pemerintah. Setelah dibahas bersama, akhirnya Presiden Soekarno menandatangani surat perintah yang kemudian terkenal dengan nama Surat Perintah 11 Maret, atau SP 11 Maret, atau Supersemar.

Supersemar berisi pemberian mandat kepada Letjen. Soeharto selaku Panglima Angkatan Darat dan Pangkopkamtib untuk memulihkan keadaan dan kewibawaan pemerintah. Dalam menjalankan tugas, penerima mandat diharuskan melaporkan segala sesuatu kepada presiden. Mandat itu kemudian dikenal sebagai Surat Perintah 11 Maret (Supersemar). Keluarnya Supersemar dianggap sebagai tonggak lahirnya Orde Baru.

Tindakan pertama yang dilakukan oleh Soeharto keesokan harinya setelah menerima Surat Perintah tersebut adalah membubarkan dan melarang PKI beserta organisasi massanya yang bernaung dan berlindung ataupun seasas dengannya di seluruh Indonesia, terhitung sejak tanggal 12 Maret 1966. Pembubaran itu mendapat dukungan dari rakyat, karena dengan demikian salah satu diantara Tritura telah dilaksanan.

Selain itu Letjen. Soeharto juga menyerukan kepada pelajar dan mahasiswa untuk kembali ke sekolah. Tindakan berikutnya berdasarkan Supersemar adalah dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 5 tanggal 18 Maret 1966 tentang penahanan 15 orang menteri yang diduga terkait dengan pemberontakan G-30-S PKI ataupun dianggap memperlihatkan iktikad tidak baik dalam penyelesaian masalah itu.

Demi lancarnya tugas pemerintah, Letjen. Soeharto mengangkat lima orang menteri koordinator ad interim yang menjadi Presidium Kabinet. Kelima orang tersebut ialah Sultan Hamengkubuwono IX, Adam Malik. Dr Roeslan Abdulgani, Dr. K.H. Idham Chalid dan Dr. J. Leimena.

Dualisme Kepemimpinan Nasional

Memasuki tahun 1966 terlihat gejala krisis kepemimpinan nasional yang mengarah pada dualisme kepemimpinan. Disatu pihak Presiden Soekarno masih menjabat presiden, namun pamornya telah kian merosot. Soekarno dianggap tidak aspiratif terhadap tuntutan masyarakat yang mendesak agar PKI dibubarkan. Hal ini ditambah lagi dengan ditolaknya pidato pertanggungjawabannya hingga dua kali oleh MPRS. Sementara itu Soeharto setelah mendapat Surat Perintah Sebelas Maret dari Presiden Soekarno dan sehari sesudahnya membubarkan PKI, namanya semakin populer. Dalam pemerintahan yang masih dipimpin oleh Soekarno, Soeharto sebagai pengemban Supersemar, diberi mandat oleh MPRS untuk membentuk kabinet, yang diberi nama Kabinet Ampera.

Meskipun Soekarno masih memimpin sebagai pemimpin kabinet, tetapi pelaksanaan pimpinan dan tugas harian dipegang oleh Soeharto. Kondisi seperti ini berakibat pada munculnya “dualisme kepemimpinan nasional”, yaitu Soekarno sebagai pimpinan pemerintahan sedangkan Soeharto sebagai pelaksana pemerintahan. Presiden Soekarno sudah tidak banyak melakukan tindakan-tindakan pemerintahan, sedangkan sebaliknya Letjen. Soeharto banyak menjalankan tugas-tugas harian pemerintahan. Adanya “Dualisme kepemimpinan nasional” ini akhirnya menimbulkan pertentangan politik dalam masyarakat, yaitu mengarah pada munculnya pendukung Soekarno dan pendukung Soeharto. Hal ini jelas membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.

Dalam Sidang MPRS yang digelar sejak akhir bulan Juni sampai awal Juli 1966 memutuskan menjadikan Supersemar sebagai Ketetapan (Tap) MPRS. Dengan dijadikannya Supersemar sebagai Tap

(27)

Page 27 MPRS secara hukum Supersemar tidak lagi bisa dicabut sewaktu-waktu oleh Presiden Soekarno. Bahkan sebaliknya secara hukum Soeharto mempunyai kedudukan yang sama dengan Soekarno, yaitu Mandataris MPRS

Dalam Sidang MPRS itu juga, majelis mulai membatasi hak prerogatif Soekarno selaku Presiden. Secara eksplisit dinyatakan bahwa gelar “Pemimpin Besar Revolusi” tidak lagi mengandung kekuatan hukum. Presiden sendiri masih diizinkan untuk membacakan pidato pertanggungjawabannya yang diberi judul “Nawaksara”.

Pada tanggal 22 Juni 1966, presiden Soekarno menyampaikan pidato “Nawaksara” dalam persidangan MPRS. “Nawa” berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti sembilan, dan “Aksara” berarti huruf atau istilah. Pidato itu memang berisi sembilan pokok persoalan yang dianggap penting oleh presiden Soekarno selaku mandataris MPR. Isi pidato tersebut hanya sedikit menyinggung sebab-sebab meletusnya peristiwa berdarah yang terjadi pada tanggal 30 September 1965. Pengabaian peristiwa yang mengakibatkan gugurnya sejumlah jenderal angkatan darat itu tidak memuaskan anggota MPRS. Melalui Keputusan Nomor 5/MPRS/1966, MPRS memutuskan untuk minta kepada presiden agar melengkapi laporan pertanggung jawabannya, khususnya mengenai sebab-sebab terjadinya peristiwa Gerakan 30 September beserta epilognya dan masalah kemunduran ekonomi serta akhlak.

Pada tanggal 10 Januari 1967 Presiden menyampaikan surat kepada pimpinan MPRS yang berisi Pelengkap Nawaksara. Dalam Pelnawaksara itu presiden mengemukakan bahwa mandataris MPRS hanya mempertanggungjawabkan pelaksanaan Garis-garis Besar Haluan Negara dan bukan hal-hal yang lain. Nawaksara baginya hanya sebagai progress report yang ia sampaikan secara sukarela. Ia juga menolak untuk seorang diri mempertanggungjawabkan terjadinya peristiwa Gerakan 30 September, kemerosotan ekonomi, dan akhlak.

Sementara itu, sebuah kabinet baru telah terbentuk dan diberi nama Kabinet Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat). Kabinet tersebut diresmikan pada 28 Juli 1966. Kabinet ini mempunyai tugas pokok untuk menciptakan stabilitas politik dan ekonomi. Program kabinet tersebut antara lain adalah memperbaiki kehidupan rakyat, terutama di bidang sandang dan pangan, dan melaksanakan pemilihan umum sesuai dengan Ketetapan MPR RI No. XI/MPRS/1966. Sesuai dengan UUD 1945, Presiden Soekarno adalah pemimpin Kabinet. Akan tetapi pelaksanaan pimpinan pemerintahan dan tugas harian dilakukan oleh Presidium Kabinet yang diketuai oleh Letnan Jenderal Soeharto.

Sehubungan dengan permasalahan yang ditimbulkan oleh “Pelengkap Nawaksara” dan bertambah gawatnya keadaan politik pada 9 Februari 1967 DPRGR mengajukan resolusi dan memorandum kepada MPRS agar mengadakan Sidang Istimewa. Sementara itu usaha-usaha untuk menenangkan keadaan berjalan terus. Untuk itu pimpinan ABRI mengadakan pendekatan pribadi kepada Presiden Soekarno agar ia menyerahkan kekuasaan kepada pengemban ketetapan MPRS RI No. IX/MPRS/1966, yaitu Jenderal Soeharto sebelum Sidang Umum MPRS. Hal ini untuk mencegah perpecahan di kalangan rakyat dan untuk menyelamatkan lembaga kepresidenan dan pribadi Presiden Soekarno.

Salah seorang sahabat Soekarno, Mr. Hardi, menemui Presiden Soekarno dan memohon agar Presiden Soekarno membuka prakarsa untuk mengakhiri dualisme kepemimpinan negara, karena dualisme kepemimpinan inilah yang menjadi sumber konflik politik yang tidak kunjung berhenti. Mr. Hardi menyarankan agar Soekarno sebagai mandataris MPRS, menyatakan non aktif di depan sidang Badan Pekerja MPRS dan menyetujui pembubaran PKI. Presiden Soekarno menyetujui saran Mr. Hardi. Untuk itu disusunlah “Surat Penugasan mengenai Pimpinan Pemerintahan Sehari-hari kepada Pemegang Surat Perintah 11 Maret 1966.

(28)

Page 28 Kemudian, Presiden menulis nota pribadi kepada Jenderal Soeharto. Pada 7 Februari 1967, Mr. Hardi menemui Jenderal Soeharto dan menyerahkan konsep tersebut. Pada 8 Februari 1967, Soeharto membahas surat Presiden bersama keempat Panglima Angkatan. Para panglima berkesimpulan bahwa draft surat tersebut tidak dapat diterima karena bentuk surat penugasan tersebut tidak membantu menyelesaikan situasi konflik. Kesimpulan itu disampaikan Soeharto kepada Presiden Soekarno pada 10 Februari 1967. Presiden menanyakan kemungkinan mana yang terbaik. Soeharto mengajukan draft berisi pernyataan bahwa Presiden berhalangan, atau menyerahkan kekuasaan kepada Pengemban Surat Perintah 11 Maret 1966. Pada awalnya Presiden Soekarno tidak berkenan dengan usulan draft tersebut, namun kemudian sikap Presiden Soekarno melunak, ia memerintahkan agar Soeharto beserta Panglima Angkatan berkumpul di Bogor pada hari Minggu tanggal 19 Februari 1967, Presiden menyetujui draft yang dibuat, dan pada tanggal 20 Februari draft surat itu telah ditandatangani oleh Presiden. Ia meminta agar diumumkan pada hari Rabu tanggal 22 Februari 1967. Tepat pada pukul 19.30, Presiden Soekarno membacakan pengumuman resmi pengunduran dirinya.

Pada tanggal 12 Maret 1967 Jenderal Soeharto dilantik menjadi pejabat Presiden Republik Indonesia oleh Ketua MPRS Jenderal Abdul Haris Nasution. Setelah setahun menjadi pejabat presiden, Soeharto dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia pada tanggal 27 Maret 1968 dalam Sidang Umum V MPRS. Melalui Tap No. XLIV/MPRS/1968, Jenderal Soeharto dikukuhkan sebagai Presiden Republik Indonesia hingga terpilih presiden oleh MPR hasil pemilu. Pengukuhan tersebut menandai berakhirnya dualisme kepemimpinan nasional dan dimulainya pemerintahan Orde Baru.

Dampak Kebijakan Politik dan Ekonomi Masa Orde Baru

Pendekatan keamanan yang diterapkan oleh pemerintah Orde Baru dalam menegakkan stabilisasi nasional secara umum memang berhasil menciptakan suasana aman bagi masyarakat Indonesia. Pembangunan ekonomi pun berjalan baik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena setiap program pembangunan pemerintah terencana dengan baik dan hasilnya dapat terlihat secara kongkret. Indonesia berhasil mengubah status dari negara pengimpor beras menjadi bangsa yang bisa memenuhi kebutuhan beras sendiri (swasembada beras). Penurunan angka kemiskinan yang diikuti dengan perbaikan kesejahteraan rakyat, penurunan angka kematian bayi dan angka partisipasi pendidikan dasar yang meningkat.

Namun, di sisi lain kebijakan politik dan ekonomi pemerintah Orde Baru juga memberi beberapa dampak yang lain, baik di bidang ekonomi dan politik. Dalam bidang politik, pemerintah Orde Baru cenderung bersifat otoriter, Presiden mempunyai kekuasaan yang sangat besar dalam mengatur jalannya pemerintahan. Peran negara menjadi semakin kuat yang menyebabkan timbulnya pemerintahan yang sentralistis. Pemerintahan sentralistis ditandai dengan adanya pemusatan penentuan kebijakan publik pada pemerintah pusat. Pemerintah daerah diberi peluang yang sangat kecil untuk mengatur pemerintahan dan mengelola anggaran daerahnya sendiri. Otoritarianisme merambah segenap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara termasuk kehidupan politik.

Pemerintah Orde Baru dinilai gagal memberikan pelajaran berdemokrasi yang baik, Golkar dianggap menjadi alat politik untuk mencapai stabilitas yang diinginkan, sementara dua partai lainnya hanya sebagai alat pendamping agar tercipta citra sebagai negara demokrasi. Sistem perwakilan bersifat semu bahkan hanya dijadikan topeng untuk melanggengkan sebuah kekuasaan secara sepihak. Demokratisasi yang terbentuk didasarkan pada KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), sehingga banyak wakil rakyat yang duduk di MPR/ DPR yang tidak mengenal rakyat dan daerah yang diwakilinya.

(29)

Page 29 Meskipun pembangunan ekonomi Orde Baru menunjukan perkembangan yang menggembirakan, namun dampak negatifnya juga cukup banyak. Dampak negatif ini disebabkan kebijakan Orde Baru yang terlalu memfokuskan/ mengejar pada pertumbuhan ekonomi, yang berdampak buruk bagi terbentuknya mentalitas dan budaya korupsi para pejabat di Indonesia.

Distribusi hasil pembangunan dan pemanfaatan dana untuk pembangunan tidak dibarengi kontrol yang efektif dari pemerintah terhadap aliran dana tersebut sangat rawan untuk disalahgunakan. Pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi dengan terbukanya akses dan distribusi yang merata sumber-sumber ekonomi kepada masyarakat. Hal ini berdampak pada munculnya kesenjangan sosial dalam masyarakat Indonesia, kesenjangan kota dan desa, kesenjangan kaya dan miskin, serta kesenjangan sektor industri dan sektor pertanian.

Selain masalah–masalah diatas, tidak sedikit pengamat hak asasi manusia (HAM) dalam dan luar negeri yang menilai bahwa pemerintahan Orde Baru telah melakukan tindakan antidemokrasi dan diindikasikan telah melanggar HAM. Amnesty International misalnya dalam laporannya pada 10 Juli 1991 menyebut Indonesia dan beberapa negara Timur Tengah, Asia Pasifik, Amerika Latin, dan Eropa Timur, sebagai pelanggar HAM. Human Development Report 1991 yang disusun oleh United Nations

Development Program (UNDP) juga menempatkan Indonesia kepada urutan ke 77 dari 88 pelanggar

HAM (Anhar Gonggong ed, 2005:190).

Sekalipun Indonesia menolak laporan kedua lembaga internasional tadi dengan alasan tidak “fair”dan kriterianya tidak jelas, akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa di dalam negeri sendiri pemerintah Orde Baru dinilai telah melakukan beberapa tindakan yang berindikasi pelanggaran HAM. Dalam kurun waktu 1969-1983 misalnya, dapat disebut peristiwa Pulau Buru (Tempat penjara bagi orang-orang yang diindikasikan terlibat PKI) (1969-1979), peristiwa Malari (Januari 1974) yang berujung pada depolitisasi kampus. Kemudian pencekalan terhadap Petisi 50 (5 Mei 1980). Pada kurun waktu berikutnya, (1983-1988), terdapat dua peristiwa, yaitu peristiwa Penembak Misterius – Petrus (Juli 1983), Peristiwa Tanjung Priok (September 1984). Pada kurun 1988-1993, terdapat peristiwa Warsidi (Februari 1989), Daerah Operasi Militer (DOM) Aceh (1989-1998), Santa Cruz (November 1991), Marsinah (Mei 1993), Haur Koneng (Juli 1993), dan Peristiwa Nipah (September 1993). Sedangkan dalam kurun 1993-1998 antara lain terjadi peristiwa Jenggawah (Januari 1996), Padang Bulan (Februari 1996), Freeport (Maret 1996), Abepura (Maret 1996), Kerusuhan Situbondo (Oktober 1996), Dukun Santet Banyuwangi (1998), Tragedi Trisakti (12 Mei 1998).

Dengan situasi politik dan ekonomi seperti diatas, keberhasilan pembangunan nasional yang menjadi kebanggaan Orde Baru yang berhasil meningkatkan GNP Indonesia ke tingkat US$ 600 di awal tahun 1980-an, kemudian meningkat lagi sampai US$ 1300 perkapita diawal dekade 1990-an, serta menobatkan Presiden Soeharto sebagai “ Bapak Pembangunan” menjadi seolah tidak bermakna. Sebab meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat tetapi secara fundamental pembangunan tidak merata tampak dengan adanya kemiskinan di sejumlah wilayah yang justru menjadi penyumbang terbesar devisa negara seperti di Riau, Kalimantan Timur dan Irian Barat/Papua. Faktor inilah yang selanjutnya menjadi salah satu penyebab terpuruknya perekenomian Indonesia menjelang akhir tahun 1997.

Referensi

Dokumen terkait

Dari pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa sebelum perusahaan melakukan operasinya,pimpinan perusahaan tersebut harus terlebih dahulu merumuskan kegiatan-kegiatan

Proses pembelajaran dalam pembelajaran dapat dibedakan menjadi 3 fase, yaitu : pertama, informasi, dalam setiap pelajaran siswa mempunyai sejumlah informasi, ada yang merupakan

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota se Provinsi DIY, diolah Bagian Kependudukan Biro Tata Pemerintahan Setda Provinsi DIY.. LAKI-LAKI PEREMPUAN L

Perbandingan yang kedua Dalam komponen Laporan keuangannya PT Asuransi Jiwa Syariah Mitra Abadi Tbk untuk laporan keungan tahun 2018 sudah sesuai pada PSAK 101 Revisi 2014

[r]

Dari pertanyaan tentang bagaimana cara mengurangi kebiasaan merokok dengan permen xylitol banyak siswa yang tidak mengetahui hal tersebut yaitu 92,8 % atau hampir semua

Gibran juga memiliki modal simbolik karena Gibran memiliki modal simbolik yang tinggi. Modal simbolik adalah pengakuan orang terhadap simbol-simbol tertentu yang

keberagaman agama di Indonesia, Tanah Karo memliki kenyataan sosial yang