• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kinerja Mengajar Guru

2.1.1 Pengertian Kinerja Mengajar Guru.

Istilah kinerja berasal dari kata bahasa inggris

Job performance atau actual performance yang artinya

sebagai prestasi kerja sesungguhnya yang dicapai seseorang. Menurut kamus bahasa Indonesia istilah kinerja dapat diartikan sebagai 1. Sesuatu yang dicapai, 2. prestasi yang diperlihatkan, 3. kemampuan kerja Depdikbud (1996). Hanif (2004) menjelaskan bahwa:

Kinerja mengajar sebagai tingkat prestasi individu artinya bahwa kinerja mengajar guru ditentukan oleh pengetahuan, keterampilan, motivasi, pengalaman, dan kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam menjalankan tugas dan perannya dengan standar yang spesifik dan jelas yang ditetapkan oleh organisasi. Seorang guru dinyatakan berprestasi dalam kinerjanya apabila seorang guru memiliki: (1) Keterampilan meng- ajar, (2) Keterampilan menejemen, (3) Kedisiplinan dan ketertiban.

1. Keterampilan mengajar, artinya seorang guru harus memiliki aktivitas dan kemampuan dalam mengor- ganisasi atau mengatur lingkungasn kelas dan mengadakan komunikasi dengan siswa sehingga terjadi proses belajar mengajar. Adapun keteram- pilan mengajar melputi: (a) guru sebelum mengajar

(2)

membuat persiapan dari rumah, (b) dalam mengajar seorang guru menggunakan berbagai gaya mengajar, (c) guru memiliki kemampuan untuk mengajar materi yang sulit dengan mudah, (d) guru menjawab pertanyaan dari siswa dengan memuaskan, (e) hasil belajar siswa mempunyai nilai yang baik.

2. Keterampilan manajemen, artinya seorang guru harus memiliki kemampuan dalam mengelola kelas, siswa, tugas siswa, dan tugas guru, keterampilan manajemen mencakup: (a) seorang guru berbuat adil terhadap semua siswa dalam memberi nilai, (b) dalam kegiatan proses belajar mengajar tidak terpengaruh oleh kegiatan ekstra kurikuler, (c) pada kegiatan belajar mengajar guru tidak terpengaruh oleh pekerjaan di rumah, (d) guru dalam kegiatan belajar mengajar selalu berusaha untuk mengem- bangkan diri.

3. Kedisiplinan, dan ketertiban, adalah seorang guru dalam kegiatan proses belajar mengajar sesuai dengan ketentuan yang berlaku, misalnya: (a) seorang guru harus hadir secara teratur dan hadir di kelas tepat waktu, (b) guru selama kegitan belajar mengajar tidak mengerjakan pekerjaan tambahan di dalam kelas, (c) guru mengerjakan pekerjaannya dengan penuh tanggung jawab selama proses belajar mengajar, (d) guru menger- jakan silabus (RKM, RKH, beserta perangkatnya) tepat waktu, (e) selama proses belajar mengajar

(3)

guru selalu menerapkan beberapa metode. Hanif (2004) Menjelaskan bahwa:

Sekolah merupakan salah satu bentuk dari organisasi dan tujuan dari sekolah adalah menciptakan pendidikan yang berkualitas. Kualitas dari proses pendidikan dan hasilnya tidak diragukan lagi dipengaruhi oleh kinerja guru dan keseluruhan bangunan pendidikan akan goyah apabila kinerja mengajar guru lemah dan tidak efektif.

Oleh karena itu, kinerja mengajar guru yang efektif merupakan suatu keharusan untuk perkem- bangan pendidikan. Pekerjaan guru selain mengajar di dalam kelas juga bekerja dalam konteks organisasi sekolah. Guru mempunyai peran dan tanggungjawab yang luas terkait dengan mengajar, manajemen sekolah, perubahan kurikulum, inovasi pendidikan, pendidikan guru, bekerja dengan orang tua siswa dan pelayanan masyarakat (community services). Masih dalam Hanif (2004) berpendapat bahwa:

Terdapat beberapa faktor yang memberikan kontribusi pada kinerja mengajar guru, yaitu seorang guru harus mengajar secara efektif di kelas dan puas dengan gaya mengajar dan kualitas mengajarnya. Guru juga harus mengatur waktu untuk mengajar dan tugas-tugas lainnya yang ditugaskan oleh kepala sekolah. Guru harus mengatur disiplin dalam kelas, siswa yang mengganggu dalam mengajar, motivasi dan tingkat pencapaian siswa. Guru juga harus teratur dan tepat waktu dalam kegiatan belajar mengajar. Memiliki interaksi yang baik dengan siswa dan orang tua siswa maupun kolega kerjanya, karena keterampilan antar pribadi guru juga menentukan kinerja mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sikap guru harus sama, baik kepada siswa pada kelas tinggi maupun kelas rendah.

(4)

Guru mempunyai pengaruh yang cukup dominan terhadap kualitas pembelajaran,karena gurulah yang bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran di kelas, bahkan sebagai penyelenggara pendidikan di sekolah. Faktor guru yang paling dominan yang berhubungan dengan kualitas pembelajaran adalah kinerja mengajar guru. Hasil belajar siswa berhubungan dengan kinerja mengajar guru. Kinerja mengajar seorang guru sangatlah berhubungan dengan perilaku seorang guru yang didasarkan pada faktor intern yaitu motivasi dan kecakapan guru serta faktor eksternal yaitu faktor etos kerja dimana guru tersebut melaksanakan tugas mengajar.

Kinerja mengajar guru dapat kita lihat dalam kegiatan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses dalam pengertiannya di sini merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam pembelajaran yang satu sama lainnya saling berhubungan (interdependent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan. Termasuk komponen pembelajaran antara lain menyusun: program pengajaran, termasuk merumuskan tujuan, memilih materi pelajaran, metode mengajar, alat peraga, dan evaluasi sebagai alat ukur tercapai-tidaknya tujuan.

(5)

2.1.2 Faktor-Faktor yang berhubungan Kinerja Mengajar Guru

Kinerja mengajar guru secara signifikan dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, yaitu faktor status, jumlah siswa dalam kelas, pendapatan dan pengalaman kerja, sekolah negeri-swasta. Guru yang sudah menikah ditemukan memiliki kinerja yang rendah dibandingkan dengan guru yang belum menikah. Kinerja mengajar guru di kelas dengan jumlah siswa yang sangat banyak ditemukan hasil belajar siswa sangat rendah. Pendapatan juga dapat mempengaruhi kinerja guru, karena terbukti bahwa semakin tinggi pendapatan guru maka akan semakin baik kinerja guru. Pengalaman kerja guru yang semakin banyak juga akan semakin meningkatkan kinerja guru menjadi semakin baik. Status sekolah ternyata juga dapat mempengaruhi kinerja guru, yang meneliti mengenai kinerja guru di sekolah negeri dengan di sekolah swasta di Pakistan menemukan bahwa kinerja guru di sekolah negeri adalah buruk, sedangkan kinerja guru di sekolah swasta adalah baik.

2.1.3. Mengukur Kinerja Mengajar Guru.

Teacher Job Performance Scale skala digunakan

untuk mengukur kinerja guru yang diungkap melalui empat dimensi yaitu: (a) dimensi keterampilan mengajar, (b) dimensi keterampilan manajemen, (c) dimensi kedisiplinan dan ketertiban, dan (d) dimensi keterampilan komunikasi antar pribadi. Teacher Job

(6)

Perfomence Scale juga diadaptasi untuk mengukur

kinerja mengajar guru. TJPS telah terbukti valid dan reliabel hasilnya adalah r (correctes item-total

correlation) sebesar 0,27–0,46 dan alpha sebesar 0,71.

TJPS dibuat untuk mengukur kinerja mengajar guru di tempat kerja dan dapat membantu untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan kinerja mengajar guru pada tingkat individual dan organisa- sional serta membantu guru untuk meningkatkan kualitas dan efektifitas dalam mengajar.

TJPS dalam penelitian ini terdiri dari 15 item dan mengukur 4 demensi, yaitu:

1. TS (Teaching Skills) adalah guru memiliki kete- rampilan mengajar yang baik, yaitu mengajar secara efektif di kelas dan memuaskan dalam gaya dan kualitas mengajarnya mencakup enam indikator, yaitu: (a) Menggunakan gaya mengajar yang berbeda-beda, (b) Kebanyakan siswa nilai perkembangan anak dengan baik, (c) Mengajar siswa sesuai kapasitas mereka, (d) Membuat persiapan dari rumah sebelum mengajar, (e) Mengajar materi yang sulit dengan mudah, (f) Menjawab pertanyaan dari siswa sebaik mungkin sehingga siswa merasa puas.

2. MS (Management Skills) adalah keterampilan guru untuk mengatur waktu mengajar dan tugas-tugasnya yang lain yang ditugaskan oleh kepala sekolah dan departemen terdiri empat indikator, yaitu: (a) berbuat adil dalam memberi nilai, (b)

(7)

Kegiatan belajar mengajar di kelas tidak terpengaruh dengan kegiatan ekstra kurikuler, (c) Selama kegitan belajar mengajar tidak terpengaruh oleh pekerjaan rumah, (d) Berusaha untuk mengembangkan diri.

3. DR (Discipline and Regulirity) adalah terkait dengan

keteraturan dan ketepatan waktu guru di sekolah meliputi: (a) Datang ke kelas tepat waktu, (b) Tidak mengerjakan pekerjaan tambahan selama mengajar di dalam kelas, (c) Mengerjakan pekerjaan mengajar dengan penuh tanggung jawab, (d) Menyelesaikan silabus tepat waktu di kelas, (e) Memelihara metoda-metoda di dalam kelas.

4. IS (Interpersonal Skill) adalah terkait dengan kete- rampilan guru menjalin interaksi yang baik dengan siswa,orang tua, dan rekan sekerajanya meliputi (a) Menolong siswa yang mengalami masalah selain masalah pendidikan, (b) Memiliki hubungan yang baik dengan rekan sekerja, (c) Membantu pekerjaan rekan sekerja, (d) Menerima saran dari rekan guru untuk memecahkan masalah di kelas, (e) Memo- tivasi untuk mengambil bagian dalam kegiatan yang lain, (f) Menghubungi orang tua siswa untuk pengembangan siswa, (g) Membantu kepala sekolah memecahkan masalah disekolah.

Pada penelitian ini setiap item dalam Teacher

Job Perfomence Scale diberi empat pilihan jawaban,

yaitu “Selalu (SL)”, Sering (SR)”, Jarang (J)” dan “Tidak Pernah (TP)”. Pada penelitian ini menggunakan empat

(8)

kategori pilihan jawaban dalam Teacher Job

Perfomence Scale karena dalam Sukardi (2008)

menyatakan bahwa:

Berdasar pada pengalaman di masyarakat di Indonesia, ada kecenderungan seseorang atau responden memberikan pilihan jawaban pada katagori tengah bila menggunakan pilihan jawaban dengan katagori ganjil.

2.2 Supervisi Akademik Kepala Sekolah

2.2.1 Tugas Pokok Kepala Sekolah

Tanggung jawab dan tugas kepala sekolah di sekolah dasar secara umum mengalami perkembangan dan perubahan, baik dalam sifat maupun luasnya. Hal ini berkaitan dengan semakin pintarnya masyarakat menempatkan posisi pendidikan di level yang utama. Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis saja. Sebagai pemimpin di instansi pendidikan, Kepala sekolah merupakan orang yang paling bertanggung- jawab terhadap keberhasilan pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Hal ini berkaitan dengan kepemim- pinan dalam melaksanakan tugas dan hubungan antar manusia. Kunci keberhasilan sekolah terletak pada efisiensi dan efektivitas kerja seorang kepala sekolah. Kemampuan dasar yang perlu dimiliki oleh kepala sekolah yaitu tercermin melalui sifat-sifat: jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil dan teladan. Sifat dasar seperti itu dengan sendirinya akan diikuti oleh guru atau staf kerja.

(9)

Dari kepemimpinan yang profesional tersebut berarti juga merupakan proses menggerakkan, mem-pengaruhi, memberikan motivasi dan mengarahkan orang-orang di dalam lembaga pendidikan. Tentunya akan lebih mudah untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Tuntutan lain yang berkaitan dengan tugas kepala sekolah yaitu mempunyai dasar kompetensi kepribadian, manjerial, supervise dan kewirausahaan. Dari keempat kompetensi tersebut, yang tidak kalah pentingnya adalah kompetensi supervisi. Pelaksanaannya disesuaikan prosedur dan teknik-teknik yang tepat.

Berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi kepala sekolah, ada konsep yang memudahkan untuk diingat yaitu EMASLIM (Edukator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator, Motivator). Ada banyak pandangan yang mengkaji tentang peranan kepala sekolah dasar. Seperti halnya Campbell, Corbally & Nyshand (1993: 129) yang mengemukakan tiga klasifi-kasi peranan kepala sekolah dasar, yaitu:

(1) peranan yang berkaitan dengan hubungan personal, mencakup kepala sekolah sebagai

figurehead atau simbol organisasi, leader atau

pemimpin, dan connection atau penghubung; 2) peran-an yang berkaitan dengan informasi, mencakup kepala sekolah sebagai pemonitor, disseminator, dan spokesman yang menyebarkan informasi ke semua lingkungan organisasi, dan; 3) peranan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, yang mencakup kepala sekolah sebagai entrepreneur, disturbance handler,

penyedia segala sumber, dan negosiator. 3

(10)

Menurut hemat peneliti sosok kepala sekolah itu orang yang dituakan di sekolah. Artinya segala sesu-atu tertumpu kepadanya. Stabil ataupun labil dalam perkembangan sekolah tergantung kepadanya. Semua kegiatan guru dapat dikendalikan. Jadi apabila setiap saat kinerja guru meningkat ataupun stabil, bahkan terjadi penurunan tingkat kinerja guru juga tergan-tung kepada kepala sekolah. Kemampuan yang mema-dai untuk dimiliki kepala sekolah betul-betul sangat dibutuhkan peranannya.

Bentuk-bentuk tugas di bidang administrasi adalah garapan kepala sekolah yang berkaitan dengan pengelolaan bidang pendidikan di sekolah. Garapan tersebut meliputi pengelolaan pengajaran, kesiswaan, kepegawaian, keuangan, sarana-prasarana, dan hu-bungan sekolah masyarakat. Keenam bidang tersebut, bisa diklasifikasi menjadi dua, yaitu mengelola kom-ponen organisasi sekolah yang berupa manusia, dan komponen organisasi sekolah yang berupa benda.

Garapan di bidang supervisi adalah tugas-tugas kepala sekolah yang berkaitan dengan pembinaan guru untuk perbaikan pengajaran. Supervisi merupa-kan suatu usaha memberimerupa-kan bantuan kepada guru untuk memperbaiki atau meningkatkan proses dan situasi belajar mengajar. Hal ini berarti sebuah upaya meningkatkan kinerja guru. Sasaran akhir dari kegiat-an supervisi adalah meningkatkkegiat-an hasil belajar siswa.

(11)

2.2.2 Difinisi Supervisi Akademik

Glickman (2014) menyatakan bahwa supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya dalam mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran.

Serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya dilakukan dengan tiga tahapan yaitu pra-observasi, observasi pembelajaran, dan pasca observasi.

1. Pra-observasi/pertemuan awal, meliputi: mencipta-kan suasana akrab dengan guru, membahas persiapan yang dibuat oleh guru dan membuat kesepakatan mengenai aspek yang menjadi fokus pengamatan, menyepakati instrumen observasi yang akan digunakan.

2. Observasi/pengamatan pembelajaran, meliputi: pengamatan difokuskan pada aspek yang telah disepakati, menggunakan instrumen observasi, instrumen perlu dibust catatan/field notes, catatan observasi meliputi perilaku guru dan peserta didik, tidak mengganggu proses pembelajaran.

3. Pasca-observasi atau pertemuan balikan meliputi: dilaksanakan segera setelah observasi, tanyakan bagaimana pendapat guru mengenai proses pembelajaran yang baru berlangsung, tunjukkan data hasil observasi (instrumen dan catatan), beri kesempatan guru mencermati dan menganalisisnya,

(12)

diskusikan secara terbuka hasil observasi, terutama pada aspek yang telah disepakati, berikan penguatan terhadap penampilan guru, hindari kesan menyalahkan, usahakan guru menemukan sendiri kekurangannya, berikan dorongan moral bahwa guru mampu memperbaiki kekurangannya, tentukan bersama rencana pembelajaran dan supervisi berikutnya.

Dengan dilakukannya tahapan-tahapan tersebut diharapkan proses pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pada evaluasi pembelajaran dapat sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2.2.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Supervisi Akademik Kepala Sekolah

Keberhasilan supervisi akademik kepala sekolah ditentukan pula oleh faktor pendukung dan pengambatnya, faktor pendukung dan penghambat merupakan dua sisi yang tidak bisa dipisahkan karena sifatnya yang saling berlawanan dalam hubungan timbal balik.

Dengan demikian aspek yang menjadi faktor pendukung sekaligus mungkin pula sebagai faktor penghambat, jika aspek itu lebih dominan sebagai faktor pendukung maka kecillah peranannya sebagai faktor penghambat begitu pula sebaliknya.

(13)

Yang menjadi faktor pendukung dan penghambat keberhasilan supervisi akademik seperti yang dikemukakan oleh Glickman (2014) adalah segala aspek yang berhubungan dengan supervisi akademik yang menyangkut man dan materialnya. Person yang terkait dengan supervisi akademik adalah Pengawas sebagai pelaku supervisi, Kepala Sekolah, dan Guru, sedang unsur materialnya adalah segala sarana prasarana yang terkait dengan kegiatan supervisi akademik dan kegiatan pembelajaran. Sarana prasarana yang paling berpengaruh signifikan terhadap perbaikan proses pembelajaran dalam konteks kekinian adalah media pembelajaran berbasis teknologi informasi.

Disamping Pengawas, Kepala Sekolah, guru, dan sarana prasarana pembelajaran, masih ada faktor yang menjadi pendukung dan penghambat supervisi akademik yaitu beban kerja pengawas yang menjadi tanggung jawab kepengawasannya. Apabila beban kerja Pengawas melebihi beban yang telah ditentukan maka akan menjadi kendala atau faktor penghambat bagi kegiatan dan keberhasilan supervisi akademik.

2.2.4 Langkah-langkah Supervisi Akademik

Menurut Glickman (2014) Supervisi akademik sebaiknya dilakukan dengan pendekatan supervisi klinis yang dilaksanakan secara berkesinambungan melalui tahapan pra-observasi, observasi

(14)

pembelajar-an, dan pasca observasi. Hal yang perlu diperhatikan pada tahap pra-observasi, observasi dan pasca-observasi adalah:

1. Pra-observasi/pertemuan awal meliputi: mencipta-kan suasana akrab dengan guru, membahas persiapan yang dibuat oleh guru dan membuat kesepakatan mengenai aspek yang menjadi fokus pengamatan, menyepakati instrumen observasi yang akan digunakan.

2. Observasi/pengamatan pembelajaran, meliputi: pengamatan difokuskan pada aspek yang telah disepakati, menggunakan instrumen observasi, instrumen perlu dibust catatan/field notes, catatan observasi meliputi perilaku guru dan peserta didik, tidak mengganggu proses pembelajaran.

3. Pasca-observasi atau pertemuan balikan, meliputi: dilaksanakan segera setelah observasi, tanyakan bagaimana pendapat guru mengenai proses pembelajaran yang baru berlangsung, tunjukkan data hasil observasi (instrumen dan catatan), beri kesempatan guru mencermati dan menganalisisnya, diskusikan secara terbuka hasil observasi, terutama pada aspek yang telah disepakati, berikan penguatan terhadap penampilan guru, hindari kesan menyalahkan, usahakan guru menemukan sendiri kekurangannya, berikan dorongan moral bahwa guru mampu memperbaiki kekurangannya, tentukan bersama rencana pembelajaran dan supervisi berikutnya.

(15)

2.3 Kajian yang Relevan

Ada beberapa jurnal sebagai penelitian terdahulu yang sudah membahas tentang kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi guru profesional, dan sekaligus dengan pelaksanaan supervisi. Penjelasan dalam jurnal tersebut sudah merupakan persamaan yang ada pada penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Journal of Case Studies in Education berjudul leadership effectiveness and instructional supervision: the case of the failing twin menyatakan

oleh Bloom (2003: 8) bahwa kepala sekolah sebagai administrator mempunyai kewajiban dalam melakukan supervisi dan monitoring secara teratur. Tujuannya untuk mengurangi benturan sumber daya manusia yang dikelola baik secara vertikal maupun horizontal. Dalam jurnal tersebut digambarkan beberapa fenomena permasalahan pembelajaran, efektifitas kepemimpinan, penga- wasan pelatihan peningkatan kinerja guru. Permasalahan yang diangkat merupakan fenomena dalam sebuah instansi pendidikan. Dijelaskan bahwa penjiwaan kepemimpinan yang beroreantasi pada efektifitas dan etos kerja yang tinggi akan membawa sebuah keberhasilan yang cemerlang. Penjiwaan ini adalah proses mengangkat semangat kinerja tenaga pendidikan yang dilakukan secara efektif dan professional. Perlakuan dalam proses

(16)

peningkatan tersebut difokuskan pada peningkatan hasil perolehan keterampilan yang diraih anak. Kecemerlangan hasil yang digenggam anak merupakan cermin kepemimpinan yang efektif dan etos kerja yang tinggi.

2. Jurnal internasional berjudul TAFE head teachers: Discourse brokers at the managementteaching interface oleh Black (2003: 8), Meadowbank College

of TAFE Northern Sydney Institute menyatakan

bahwa kepala sekolah harus mempunyai strategi dalam memanajemen guru. Kepala sekolah merupakan kunci dalam pengelolaan tersebut. Banyak kegiatan guru dipengaruhi oleh supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah. Kegiatan supervisi ini untuk meningkatkan kinerja guru dalam pendidikan. Supervisi ini mampu mempengaruhi kinerja guru secara berkelanjutan. Dijelaskan lebih dalam lagi mengenai pengelolaan guru dan staf, sarana dan prasarana, hubungan masyarakat dengan sekolahan, pengelolaan kesiswaan dan kurikulum, hal tersebut dalam rangka pendayagunaan sumberdaya secara optimal. Pada intinya adalah pada faktor utama dikelola dengan baik maka komponen-komponen yang lain akan terimbas juga. Dengan demikian apabila faktor semangat guru sudah termotifasi dengan baik maka semua yang berkaitan dengan tugas guru akan menghasilkan produk yang optimal.

(17)

3. Canadian Journal of Educational Administration and Policy, January 14, 2007 berjudul Teacher Education Program Admission Criteria and What Beginning Teachers Need to know to be Successful Teachers oleh Childs and Casey (2007: 1) dalam

abstraknya melaporkan mengenai pemilihan program pendidikan guru yang prospektif. Program tersebut berkaitan dengan skill, wawasan dan perilaku yang merupakan kriteria persiapan guru dalam pembelajaran. Hasil dari proses tersebut mampu memproduksi guru professional. Keberhasilan potensi yang dimiliki anak juga merupakan keberhasilan seorang guru.

4. Journal Effectiveness of the blended Supervision model: a case study of Student teachers learning to teach in High schools of Zimbabwe oleh Mutandwa,

Muropa and Gadzirayi (2007: 11) menjelaskan bahwa model supervisi merupakan upaya mengkolaborasikan atau mencampurkan model tutorial guru dan murid dalam pembelajaran. Metode ini banyak memfokuskan pada aktivitas diskusi. Perbedaannya terletak pada subjek yang melakukan supervisi, yaitu apabila dalam penelitian terdahulu yang melakukan supervisi adalah guru terhadap siswa, sedangkan pada penelitian ini adalah kepala sekolah terhadap guru. Persamaannya adalah penggunaan metode kualitatif dan pembahasan metode supervisi dengan cara hubungan kerja sama atau diskusi.

(18)

5. Jurnal internasional berjudul Supervision as Professional Development: Compatible or Strange Bedfellows in the Policy Quest for Increased Student Achievement oleh Rucinski and Hazi (2007: 3)

bahwa supervisi merupakan usaha evaluasi guru yang berguna untuk meningkatkan kualifikasi guru sebagai tenaga pengajar. Prosesnya berlangsung secara berjangka atau bertahap yang dilakukan dalam rangka peningkatan pembelajaran siswa di kelas melalui guru yang disupevisi. Dijelaskan pula bahwa professional dikembangkan melalui pengawasan yang profesional. Melalui pengawasan maka dedikasi, karakter, semangat, dan sikap akan terbentuk, maka tugas keprofesionalannya lebih diakui. Profesional menun- jukkan kinerja yang mumpuni, dimana kebijakan profesi itu dapat meningkatkan prestasi. Dengan kebijakan professional guru maka akan mampu untuk meningkatkan prestasi siswa.

6. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

terdahulu adalah bahwa penelitian ini lebih memfokuskan pada peningkatan kinerja mengajar guru melalui supervisi akademik. Metode yang digunakan adalah eksperimen, dimana penelitian ini dilakukan pada taraf sekolah dasar. sedangkan persamaannya adalah sama-sama membahas cara peningkatan profesional guru melalui suatu pembinaan dalam bentuk supervisi.

(19)

2.4 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran yang diajukan dalam penelitian ini berdasarkan hasil telaah teoritis seperti yang telah diuraikan diatas. Selanjutnya guna memudahkan pemahaman, maka perlu dibuat model penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.1 Model penelitian

2.4 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2013), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitia, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum di

Pre Test Kinerja Mengajar Guru Rendah Treatmen Supervisi Akademik Post Test Kinerja Mengajar Guru Meningkat

(20)

dasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Berdasarkan kerangka berpikir yang penulis buat, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: HO = Tidak terdapat peningkatan secara signifikan

antara supervisi akademik dengan kinerja mengajar guru.

H1 = Terdapat peningkatan secara signifikan antara supervisi akademik dengan kinerja mengajar guru.

Gambar

Gambar 2.1  Model  penelitian                                  2.4 Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Regenerasi plantlet dapat diperoleh dengan mengkultur bagian-bagian dari tanaman, seperti lembaran daun, petiole, tangkai bunga, spate, dan spadik (Geier 1990),

PPKA Bodogol atau yang dikenal dengan Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol adalah sebuah lembaga konservasi alam di daerah Lido Sukabumi dan masih merupakan bagian dari

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya-upaya perencanaan komunikasi yang dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

The study belonged to Classroom Action Research which was implemented within two cycles. Each of the cycle consisted of four steps; Planning, Implementing,

Data hasil klasifikasi citra satelit perekaman tahun 2005 dan 1995 tidak dilakukan kegiatan validasi lapangan, namun hasil ketelitian sebesar 85,2% pada citra satelit

Mengingat bahwa dari hasil pengujian hipotesis hanya risk premium (premi risiko) yang berpengaruh signifikan, maka implikasi dari penelitian ini adalah (1) hasil

Untuk orang-orang yang saat ini sedang duduk dan kesakitan di luar sana, jika saya ingin meringkas hidup saya dan meringkas apa yang dapat mereka lakukan dalam

Berdasarkan atas hal tersebut maka untuk dapat menjaga optimalnya kinerja dari TIK sehingga dapat mendukung kegiatan kerja, pengguna selayaknya dalam pemanfaatannya