• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN SETELAH SUNSET POLICY DAN FENOMENA KASUS PAJAK NASKAH PUBLIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN SETELAH SUNSET POLICY DAN FENOMENA KASUS PAJAK NASKAH PUBLIKASI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN SETELAH SUNSET POLICY DAN

FENOMENA “KASUS PAJAK”

( Survey pada Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Surakarta )

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Ekonomi Jurusan Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Surakarta

DISUSUN OLEH : FITRI ISTICHOMAH

B 200 090 208

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini telah membaca naskah publikasi dengan judul :

ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM

MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN SETELAH SUNSET POLICY DAN FENOMENA “KASUS PAJAK”

( Survey pada Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Surakarta )

Yang ditulis oleh FITRI ISTICHOMAH

B 200 090 208

Penandatangan berpendapat bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat untuk diterima.

Surakarta, Februari 2013 Pembimbing

(Drs. M. Abdul Aris,SE,M.Si)

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMS

(3)

ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN SETELAH SUNSET POLICY DAN

FENOMENA “KASUS PAJAK”

( Survey pada Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Surakarta ) FITRI ISTICHOMAH

B 200090208 ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya setelah sunset policy dan fenomena “kasus pajak” dengan variabel yaitu Penyampaian SPT secara tepat waktu dan tidak tepat waktu, variabel yang kedua adalah Tunggakan Pajak yang dimiliki oleh Wajib Pajak dan Wajib Pajak yang tidak memiliki tunggakan pajak, dan terakhir adalah Jumlah pemeriksaan SPT pada SPT Kurang Bayar dan SPT Lebih Bayar. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling, dengan kriteria sampel Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP Pratama Surakarta selama lima tahun, yaitu tahun 2008-2012, Masa Pajak sampel yaitu 4 bulan, Cara penyampaian SPT dilakukan secara Langsung, Kode Pembetulan sampel adalah 0 (nol), dan kode cabang yang tertera adalah 001.

Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, uji normalitas dan uji hipotesis dengan menggunakan Paired sample T-test yang dengan menggunakan SPSS versi 19.0.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel penyampaian SPT secara tepat waktu tidak terdapat perbedaan signifikan dan penyampain SPT tidak tepat waktu terdapat perbedaan signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan sebelum dan sesudah sunset policy dan fenomena “kasus pajak”. Pada tunggakan pajak yang dimiliki oleh wajib pajak terdapat perbedaan yang signifikan dan pada Wajib Pajak yang tidak memiliki tunggakan pajak tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sebelum dan sesudah sunset policy dan fenomena kasus pajak. Begitu pula dengan jumlah pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak perpajakan terhadap SPT kurang bayar dan SPT lebih bayar terdapat perbedaan signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan sebelum dan sesudah sunset policy dan fenomena “kasus pajak”.

Kata kunci : Penyampaian/pelaporan SPT secara tepat waktu dan tidak tepat waktu, Wajib Pajak yang memiliki tunggakan pajak dan tidak memiliki tunggakan pajak, jumlah pemeriksaan pada SPT kurang bayar dan SPT lebih bayar.

(4)

1. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Seiring dengan perkembangan zaman, untuk penyelenggaraan program pemerintah dalam pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara adil dan makmur sesuai dengan pembukaan UUD 1945, pemerintah membutuhkan dana yang relatif besar. Dalam APBN pemerintah memenuhi kebutuhan dana dengan mengandalkan dua sumber pokok yaitu sumber dana Luar Negeri dan sumber dana Dalam Negeri. Dalam perkembangannya pajak merupakan komponen utama penerimaan dalam negeri yang digunakan untuk menunjang kemandirian pembiayaan APBN dan merupakan pendapatan negara terbesar serta mempunyai umur tidak terbatas.

Perubahan sistem pemungutan pajak sejak awal tahun 1984 di Indonesia berubah dari offcial assessment system menjadi self assessment system. Dengan adanya self assessment system diharapkan Wajib Pajak dapat patuh dalam kewajiban perpajakan. Seorang Wajib Pajak dikatakan patuh jika memenuhi persyaratan sebagai berikut yaitu : 1) tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan, 2) tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak, 3) Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut, dan 4) tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

Dunia perpajakan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan tersebut meliputi hukum dan aturan perpajakan. Dalam Motto “Lunasi Pajaknya, Awasi Penggunaannya” semakin melekat sebagai tanda kejujuran terhadap penggunaan pajak. Berbagai fasilitas juga ditawarkan bagi Wajib Pajak yang setia dan jujur dalam membayar pajak. Diantara banyak kemudahan dan fasilitas yang ditawarkan oleh pemerintah, terdapat satu kebijakan pemerintah dibidang perpajakan yang disebut dengan

(5)

pelaksanaan program Sunset Policy. Sunset Policy adalah fasilitas penghapusan sanksi administrasi pajak berupa bunga sebagaimana diatur dalam Pasal 37A Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 (Direktorat Jenderal Pajak, 2007) yang meliputi: (1) penghapusan sanksi administrasi terhadap Wajib Pajak yang belum memiliki NPWP, (2) penghapusan sanksi administrasi terhadap Wajib Pajak atas penyampaian dan pembetulan SPT yang salah, dan (3) penghapusan sanksi administrasi atas kurang bayar pajak. Akan tetapi, disamping kebijakan dan kemudahan serta fasilitas yang diberikan oleh Pemerintah, saat ini perpajakan indonesia agar menarik hati setiap warga Negara Indonesia di tengah melonjaknya “polesan wajah” perpajakan di Indonesia, korupsi tetap membayangi denyut nadi pemerintahan, termasuk dalam masalah pajak. Kasus Gayus Tambunan yang meledak di masyarakat tentu meninggalkan bekas di hati dan pikiran para Wajib Pajak serta membentuk persepsi di benak setiap Wajib Pajak. Maka dari itu, Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti akan mengambil judul penelitian “ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN SETELAH SUNSET POLICY DAN ADANYA FENOMENA “KASUS PAJAK”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.

Dengan masalah penelitian sebagai berikut : 1) Apakah terdapat perbedaan tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan SPT secara tepat waktu dan secara tidak tepat waktu sebelum dan setelah sunset policy dan fenomena “kasus pajak”?, 2) Apakah terdapat perbedaan tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang tunggakan yang dimiliki dan Wajib Pajak yang tidak memiliki tunggakan pajak sebelum dan setelah sunset policy dan fenomena “kasus pajak”?, 3) Apakah terdapat perbedaan mengenai jumlah pemeriksaan pajak yang dilakukan pada Wajib Pajak yang mempunyai SPT kurang bayar dan SPT lebih bayar sebelum dan setelah sunset policy dan fenomena “kasus pajak”?

(6)

1.2 TUJUAN PENELITIAN

Adapun penelitian ini dilakukan untuk mengetahui antara lain :1) Untuk menganalisis perbedaan tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan SPT secara tepat waktu dan secara tidak tepat waktu sebelum dan setelah sunset policy dan fenomena “kasus pajak”. 2) Untuk menganalisis perbedaan tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang tunggakan yang dimiliki dan Wajib Pajak yang tidak memiliki tunggakan pajak sebelum dan setelah sunset policy dan fenomena “kasus pajak”. 3) Untuk menganalisis perbedaan mengenai jumlah pemeriksaan pajak yang dilakukan pada Wajib Pajak yang mempunyai SPT kurang bayar dan SPT lebih bayar sebelum dan setelah sunset policy dan fenomena “kasus pajak”.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pajak, Fungsi Pajak, Teori Pemungutan dan Sistem Pemungutan Pajak

2.1.1 Pengertian Pajak

Pengertian Pajak menurut UU No. 28 tahun 2007 Pasal 1 huruf (a), Pajak yaitu kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan pengertian pajak diatas, fungsi pajak sebagai berikut: 1) Fungsi Budgetair yaitu fungsi yang letaknya disektor publik yaitu fungsi untuk mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai dengan undang-undang yang berlaku yang pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. 2) Fungsi Regulerend yaitu suatu fungsi pajak akan digunakan sebagai suatu alat untuk mengatur yang digunakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan moneter. Selain fungsi diatas, terdapat fungsi tambahan yaitu: 1) Fungsi Demokrasi yaitu suatu fungsi yang merupakan salah satu penjelmaan atau wujud sistem gotong royong, termasuk kegiatan pemerintahan dan pembangunan demi

(7)

kesejahteraan manusia. 2) Fungsi Redistribusi Pendapatan yaitu fungsi yang lebih menekankan pada unsur pemerataan dan keadilan dalam masyarakat. 3) Fungsi Stabilitas yaitu dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan.

2.1.2 Teori Pemungutan Pajak

Menurut R. Santoso Brotodiharjo SH, dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum Pajak ada beberapa teori yang mendasari adanya pemungutan pajak, (Mujiyati dan Aris, 2010:18) yaitu:1) Teori asuransi, teori ini mengemukakan bahwa negara mempunyai tugas untuk mellindungi warganya dari segala kepentingannya baik keselamatan jiwanya maupun keselamatan harta bendanya. 2) Teori Kepentingan, teori ini merupakan dasar pemungutan pajak adalah adanya kepentingan dari masing-masing warga negara. 3) Teori Gaya Pikul, teori ini mengandung pengertian bahwa dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada jasa-jasa yang diberikan oleh kepala negaranya. 4) Teori Bakti atau Teori Pajak Mutlak, penduduk harus patuh dan tunduk kepada Negara.

2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak secara garis besar dibagi menjadi tiga sistem yaitu official assessment system, self assessment system, dan with holding tax system. Di Indonesia pernah melaksanakan beberapa sistem pemungutan pajak, yaitu: a) Official Assessment System adalah sistem yang wewenang pemungutan pajak ada pada fokus sehingga inisiatif untuk memenuhi kewajiban perpajakan berada pada pemerintah atau fiskus untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh wajib pajak. b) Self Assessment System adalah sistem yang memberikan wewenang untuk memenuhi hak dan kewajiban ada pada wajib pajak sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini inisiatif untuk melaksanakan kewajiban perpajakan baik menghitung, memperhitungkan, membayar, melaporkan pajak yang dibayar serta mempertanggungjawabkan pajak terutang ada pada wajib pajak.

(8)

pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak bersangkutan tetapi Bank) untuk melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku.

2.2 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak 2.2.1 Hak Wajib Pajak

Adapun hak yang harus dipenuhi oleh Wajib Pajak adalah : a) Hak Atas Kelebihan Pembayaran Pajak. mendapatkan kembali kelebihan pembayaran pajak. b) Hak dalam Hal Wajib Pajak Dilakukan Pemeriksaan, menerima Surat pemeriksaan, melihat tanda pengenal pemeriksa, mengetahui maksud dan tujuan, meminta rincian perbedaan hasil pemeriksaan dan SPT, hadir dlm pembehasan hasil akhir. c) Hak untuk Mengajukan Keberatan, Banding dan Peninjauan Kembali. d) Hak WP lainnya: 1) Kerahasian bagi WP untuk mendapat perlindungan kerahasiaan atas segala sesuatu informasi yang telah disampaikannya kepada Direktoret Jendral Pajak dalam rangka menjalankan ketentuan perpajakan. 2) Hak untuk Pengangsuran atau Penundaan Pembayaran. 3) Hak untuk penundaan pelaporan SPT Tahunan. 4) Hak untuk Pengurangan PPh Pasal 25. 5) Hak untuk Pengurangan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan). 6) Hak untuk Pembebasan Pajak. 7) Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak. 8) Hak untuk Mendapatkan Pajak Ditanggung Pemerintah. 9) Hak untuk Mendapatkan Insentif Perpajakan

2.2.2 Kewajiban Wajib Pajak

Sedangkan kewajiban yang harus dilakukan oleh Wajib Pajak antara lain: a) Kewajiban Mendaftarkan Diri. b) Kewajiban Pembayaran, Pemotongan/Pemungutan, dan Pelaporan Pajak. c) Kewajiban dalam Hal Pemeriksaan. d) Kewajiban Memberi Data

2.2.3 Kepatuhan

Kepatuhan yaitu suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Menteri Keuang Republik Indonesia Nomor/74/PMK.03/2012 yaitu:1) Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan. 2) Tidak mempunyai tunggakan untuk

(9)

semua jenis pajak’ kecuali tunggkan pajak yg memperoleh izin mengangsur dan menunda pembayaran pajak. 3) Laporan keuangan tela diaudit oleh AP atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat wajar tanpa pengecualian selama 3 thn berturut2.

2.2.4 Sunset Policy

Sunset Policy menurut UU no.28 thn 2007 psl 37A yaitu fasilitas penghapusan sanksi administrasi pajak berupa bunga. Sehingga, manfaat sunset policy adalah 1) bagi negara, pengampunan pajak dapat meningkatkan tax ratio (penerimaan pajak). 2) bagi wajib pajak yang belum memiliki NPWP, pengampunan pajak dapat menghindarkan sanksi perpajakan. 3) bagi aparat perpajakan, pengampunan pajak dapat meningkatkan jumlah wajib pajak dan menertibkan administrasi perpajakan sehingga upaya meningkatkan penerimaan pajak bisa lebih optimal.

2.3 Hipotesisi

H1 : Perbedaan tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam penyampaian SPT secara tepat waktu dan secara tidak tepat waktu sebelum dan sesudah Sunset Policy dan fenomena “kasus pajak”.

H2 : Perbedaan tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang memiliki tunggakan pajak dan tidak memiliki tunggakan pajak sebelum dan sesudah Sunset Policy dan fenomena “kasus pajak”.

H3 : Perbedaan tingkat kepatuhan Wajib Pajak mengenai jumlah pemeriksaan pajak yang dilakukan kepada wajib pajak terhadap SPT kurang bayar dan SPT lebih bayar sebelum dan setelah Sunset Policy dan fenomena “kasus pajak”.

3. METODE PENELITIAN

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah Wajib Pajak baik Orang Pribadi maupun Badan yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Perpajakan Pratama Surakarta pada tahun 2008–2012. Sampel dari penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajip Pajak Badan yang terdaftar pada KPP Pratama Surakarta tahun 2008–2012. Teknik pengambilan sampel yang

(10)

digunakan dalam penelitian ini adalah secara purposive sampling. Adapun kriteria sampel adalah sebagai berikut :1) Pemilihan sampel berdasarkan pada Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Badan yang terdaftar pada KPP Pratama Surakarta tahun 2008-2012. 2) Masa Pajak sampel yaitu 4 bulan (April-Juli). 3) Cara Penyampaian SPT dilakukan secara Langsung ke KPP Pratama Surakarta. 4) Kode Pembetulan SPT pada sampel adalah 0 (nol). 5) Kode Cabang yang tertera adalah 001.

3.2 Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya

Definisi operasional yang digunakan pada penelitian ini adalah : a. Ketepatan Waktu Pelaporan SPT yaitu suatu keadaaan dimana wajib

pajak memenuhi semua kewajiban perpajakn dan melaksanakan hak perpajakannya tepat pada waktunya.

b. Tunggakan Pajak yaitu pajak yang terutang oleh wajib pajak harus dibayar atau dilunasi tepat pada waktunya, pembayaran pajak harus dilakukan di kas negara atau kantor-kantor yang ditunjuk oleh Pemerintah. Oleh karena itu, apabila setelah jatuh tempo pajak tersebut belum dilunasi maka timbul tunggakan pajak.

c. Pemeriksaan Pajak yaitu pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah data, dan keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang– undangan perpajakan.

3.3 Teknik Analisi

Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji adanya perbedaaan tingkat kepatuhan wajib pajak sebelum dan sesudah fenomena kasus mafia pajak yaitu Paired sample T-test yang dengan menggunakan SPSS versi 19.0.

(11)

Jika signifikan pengujian lebih kecil dari 0,05 dan lebih kecil dari 0.1 maka terdapat perbedaan tingkat kepatuhan wajib pajak sebelum dan sesudah sunset policy dan fenomena “kasus pajak”. Persamaan dapat dirumuskan berdasarkan hipotesis yang sudah dikembanngkan, yaitu:

Keterangan : t : nilai distribusi t µ : nilai rata-rata populasi

x : nilai rata-rata sampel s : standar deviasi sampel n : jumlah sampel

4. HASIL PENELITIAN

4.1 Prosedur Pengambilan Sampel

Prosedur dan Pengambilan Sampel pada Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Surakarta yaitu:

No Kriteria Jumlah

Wajib Pajak

1.

Pemilihan sampel berdasarkan pada Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Badan yang terdaftar pada KPP Pratama Surakarta tahun 2008-2012

94.076 (78.118) 2. Masa Pajak sampel yaitu 4 bulan ( April-Juli) 15.958 3. Cara penyampaian SPT dilakukan secara

Langsung ke KPP Pratama Surakarta (12.767) 3.191 4. Kode Pembetulan SPT adalah 0 (nol) (1.553) 1.638 5. Kode Cabang yang tertera adalah 001 (1.371)

Total sampel periode penelitian tahun 2008-2012 267

Sumber : Data Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP Pratama Surakarta Berdasarkan 267 sampel terpilih, dibulatkan menjadi 250 sampel. Sampel tersebut terdiri dari 250 sampel sebelum sunset policy dan fenomena “kasus pajak”, dan 250 sampel setelah sunset policy dan fenomena “kasus pajak”.

(12)

Berdasarkan analisis hasil Uji Beda pada Wajib Pajak Yang Terdaftar di KPP Pratama Surakarta yang menggunakan Uji Paired Sample T-Test diperoleh sebagai berikut :

Variable t-value Sig.value Kriteria Kesimpulan Tepat Waktu -0.194 0.864 p< 0.05 Ho diterima Tidak Tepat Waktu 3.667 0.071 p<0.05 Ho ditolak Memiliki Tunggakan Pajak 5.359 0.032 p<0.05 Ho ditolak Tidak Memiliki Tunggakan Pajak 0.000 1.000 p<0.05 Ho diterima SPT Kurang Bayar 8.385 0.001 p<0.05 Ho ditolak SPT Lebih Bayar 4.538 0.045 p<0.05 Ho ditolak

Sumber : Data Sekunder diolah SPSS 19.0 (Lampiran V) a. Penyampaian SPT Tepat Waktu dan Tidak Tepat Waktu

Berdasarkan tabel IV.5 variabel penyampaian SPT tepat waktu diperoleh thitung sebesar -0,194 dengan tingkat signifikan sebesar 0,864. Karena tingkat signifikannya 0,864 lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima, sehingga Ha ditolak yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada penyampaian SPT tepat waktu sebelum dan setelah sunset policy dan fenomena “kasus pajak” pada taraf signifikansi 5%. Pada variabel penyampaian atau pelaporan SPT tidak tepat waktu, pada tabel IV.5 diperoleh hasil yaitu thitung sebesar 3,667 dengan tingkat signifikan sebesar 0,071. Dengan demikian, karena tingkat signifikan 0,071 lebih kecil dari 0,1 maka Ho ditolak, sehingga Ha diterima yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap penyampaian SPT tidak tepat waktu sebelum dan setelah sunset policy dan fenomena “kasus pajak” pada taraf signifikansi 10%.

b. Wajib Pajak Yang Memiliki Tunggakan Pajak dan Tidak Memiliki Tunggakan Pajak.

Berdasarkan tabel IV.5 pada variabel Wajib Pajak yang memiliki tunggakan pajak diperoleh hasil thitung sebesar 5,359 dengan tingkat signifikan sebesar 0,032. Karena tingkat signifikan pada tabel sebesar 0,032 lebih besar dari 0,05 maka Ho ditolak, sehingga Ha diterima. Berdasarkan kriteria diatas maka dapat disimpulkan bahwa untuk Wajib Pajak yang memiliki tunggakan pajak terdapat perbedaan yang signifikan

(13)

sebelum dan setelah sunset policy dan fonomena “kasus pajak” pada taraf signifikansi 5%. Variabel Wajib Pajak yang tidak memiliki tunggakan pajak diperoleh hasil yaitu thitung sebesar 0,000 dengan tingkat signifikan sebesar 1,000. Karena tingkat signifikan sebesar 1,000 lebih besar dari 0,05 dan 0.1 maka Ho diterima, sehingga Ha ditolak, itu berarti bahwa untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki tunggakan pajak tidak terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah sunset policy dan fenomena “kasus pajak” pada taraf signifikansi 5% dan 10%.

c. Jumlah Pemeriksaan Pajak pada SPT Kurang Bayar dan SPT Lebih Bayar.

Berdasarkan tabel IV.5 pada variabel pemeriksaan pajak yang dilakukan terhadap Wajib Pajak yang mempunyai SPT Kurang bayar diperoleh hasil yaitu thitungsebesar 8,385 dengan tingkat signifikan sebesar 0,001. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa tingkat signifikan sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak, sehingga Ha diterima yang berarti bahwa variabel pemerikasaan pajak terhadap Wajib Pajak yang mempunyai SPT kurang bayar terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah sunset policy dan fenomena “kasus pajak pada taraf signifikansi 5%. Pada variabel pemeriksaan pajak yang dilakukan terhadap Wajib Pajak yang mempunyai SPT Lebih Bayar diperoleh hasil yaitu thitung sebesar 4,583 dengan tingkat signifikan sebesar 0,045. berdasarkan data tersebut diketahui bahwa tingkat signifikan 0,045 lebih kecil dari 0,05 maka disimpulkan bahwa Ho ditolak, sehingga H1 diterima yang berarti

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pemerikasaan pajak SPT lebih bayar sebelum dan sesudah sunset policy dan fonomena “kasus pajak” pada taraf signifikansi 5%.

5. KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

Setelah dianalisis secara mendetail mengenai tingkat kepatuhan Wajip Pajak Orang Pribadi maupun Badan sebelum dan setelah adanya sunset policy dan fenomena “kasus pajak”, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : a)

(14)

Berdasarkan tujuan hipotesis 1 adalah penyampaian SPT secara tepat waktu tidak terdapat perbedaan yang signifikan dan tidak tepat waktu terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah sunset policy dan fenomena “kasus pajak”. b) Berdasarkan tujuan hipotesis 2 Wajib Pajak yang memiliki tunggakan pajak terdapat perbedaan. Sedangkan Wajib Pajak yang tidak memiliki tunggakan pajak tidak terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah sunset policy dan fenomena “kasus pajak” . c) Berdasarkan tujuan hipotesis 3 adalah jumlah pemeriksaan pada SPT kurang bayar terdapat perbedaan yang signifikan dan SPT lebih bayar juga terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah sunset policy dan fenomena “kasus pajak”. 5.2 Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan diatas, maka saran-saran untuk perbaikan bagi penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut : 1) Menambah variabel penelitian mengenai tingkat kepatuhan wajib pajak seperti yang tertera dalam PMK/No.74/PMK.03/2012 yang terdapat 5 (lima) persyaratan seorang wajib pajak dikatakan patuh. 2) Menambah jangka waktu dalam penelitian untuk mengetahui lebih besar apakah terdapat perbedaan antara tahun sebelum dan sesudah sunset policy dan fenomena “kasus pajak”. 3) Menambah lokasi penelitian yang akan diteliti untuk menjadi perbandingan apakah dilokasi lain juga terdapat perbedaan yang sama ataukah tidak terdapat perbedaan tingkat kepatuhan sebelum dan sesudah sunset policy dan fenomena “kasus pajak”. 4) Menggunakan model analisis yang lebih banyak untuk mengetahui korelasi antar variabel, regresi variabel dan analisis lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Asri Fika Agusti, Viola. 2009. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Yang Dimoderasi Oleh Pemeriksaan Pajak Pada KPP Pratama. Madura: Universitas Trunojoyo Madura.

Badudu-Zain, 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

(15)

Buku Panduan Hak Dan Kewajiban Wajib Pajak, (http://www.pajak.go.id/sites/default/files/HKWP-Bab2_0.pdf). Diakses pada Tanggal 8 Januari 2013.

Data Penerimaan Pajak Negara Pada Tahun 2009-2012. (http://www.pajak.go.id/content/penerimaan-negara-detil-2009-2012). Diakses pada tanggal 23 Desember 2012.

Definisi tentang Pajak secara Detai. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pajak). Diakses pada tanggal 20 Desember 2012.

Fitra, Riyadi Nugroho. 2010. Keterkaitan Sunset Policy Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Penghasilan Di Kota Semarang. Tesis Uiversitas Diponegoro Semarang. Dipublikasikan.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Mulitivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Fakultas Ekonomi UNDIP. Semarang.

Hermansyah, Tarjo dan Nurul Herawati. 2009. Persepsi Wajib Pajak terhadap Sunset Policy. Simposium Nasional Akuntansi (SNA)-XII Palembang.

Izza, Ika Alfi Nur dan Ardi Hamzah. 2009. Etika Penggelapan Pajak Perspektif Agama: Sebuah Studi Interpretatif. Simposium Nasional Akuntansi (SNA)-XII Palembang.

Keputusan Mentri Keuangan No. 192/PMK.03/2007. Tentang tata cara penetapan wajib pajak dengan kriteria tertentu dalam rangka pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak.

Keputusan Mentri Keuangan No. 235/KMK.03/2003. Tentang kriteria Wajib Pajak patuh.

Konten Pemeriksaan Pajak. (www.pajak.go.id/content/pemeriksaan-pajak). Diakses pada tanggal 23 Desember 2012.

M. Hariwijaya dan Triton PB. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mardiasmo. 2001. Perpajakan. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Minarti, 2012. Perbandingan Fungsi-Fungsi Pajak. (http://minarty.multiply.com/journal/item/8?&show_interstitial=1

(16)

&u=%2Fjournal%2Fitem20/12/2012/perbandingan fungsi2 pajak/). Universitas Hasanudin Makasar. Diakses tanggal 21 Desember 2012.

Mujiyati, dan Abdul Aris. 2010. “Pendekatan Teori dan Soal Latihan Perpajakan”. Perpajakan. UMS.

Nurmantu. 2003. Pengantar Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.

Novana, Mira Ardani. 2010. Pengaruh Kebijakan Sunset Policy Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (studi kasus KANWIL Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur I Surabaya). Skripsi universitas Diponegoro Semarang. Dipublikasikan.

Pramu. 2010. Dampak Sosial Kasus Mafia Pajak.

(http://lk2fhui.wordpress.com/category/tulisan-bebas/)

Rantung, Tatiana Vanessa dan Priyo adi. 2009. Dampak Program Sunset Policy Terhadap Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak. Simposiun Nasional Perpajakan II.

Sari, Dian Purnama. 2011. “ Persepsi Wajib Pajak Terhadap Duania Perpajakan Indonesia Setelah Fenomena Kasus “Gayus Tambunan” Dengan Pendekatan Triangulas”. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) – XIV.

Siahaan Marihot Pahala. 2010. Hukum Pajak Elementer: Konsep Dasar Perpajakan Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Soraya. 2010. Penerapan Sunset Policy dalam Meningkatkan Kepatuhan

Formal Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cilandak. Skripsi UNIKOM. Dipublikasikan.

Teguh. 2011. Wajib Pajak Trauma Kasus Gayus.

(http://www.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/informasi/berita/deta ilberita/1929, diakses tanggal 14 Desember 2011)

Utama, Aprilia Viky Marchela. 2012. Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajibannya Setelah Fenomena Kasus Mafia Pajak. Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Tidak Dipublikasikan.

(17)

UU Perpajakan No. 28 Tahun 2007 Tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan. (http//www.pajak.go.id).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang No 7 Tahun 1983 Tentang pajak Penghasilan. (http//www.pajak.go.id).

Waluyo. 2006. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Widayati, dan Nurlis. 2010. “Faktor – faktor yang mempengaruhi Kemauan untuk Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas”. Simposium Nasional Akuntansi ( SNA ) – XIII.

Referensi

Dokumen terkait

3.447.500,- Kemudian berturut-turut diikuti oleh keuntungan varian dodol rasa sirsak, ketan hitam, pisang dan keuntungan yang paling kecil diperoleh adalah usaha dodol

Penurunan NAV reksadana syariah yang terjadi pada tahun 2015. tentunya tidak lepas dari beberapa peristiwa perekonomian lain

Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik. Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 13 Tahun

Jika harga saham suatu perusahaan tinggi maka hal itu mencerminkan bahwa kesehatan keuangan (rasio profitabilitas, solvabilitas, likuidtas dan aktivitas) perusahaan

Anda mau belajar dari kesalahan yang terjadi. dengan mencari tahu cara mengatasi

Salah satu dampak negatif dari perubahan struktural tersebut adalah meningkatnya arus urbanisasi yang akan menghambat proses pemerataan hasil pembangunan, di

Pertama : Menunjuk Pengelola Perlengkapan Unit dan Staf Pengelola Perlengkapan Unit di Universitas Negeri Malang Tahun Anggaran 2012, dengan personalia sebagaimana pada

Metode freeze-drying dapat digunakan untuk mensintesis perancah HA/alginat dengan ukuran pori yang ideal, karena tidak menggunakan temperatur yang tinggi pada proses