• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN AWAL DESAIN BUCKET WHEEL DREDGER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN AWAL DESAIN BUCKET WHEEL DREDGER"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

 

KAJIAN AWAL DESAIN BUCKET WHEEL DREDGER Nurasikin1, Wasis Dwi Aryawan2

1

Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, ITS-Surabaya. Email: arsi_si_ikin@yahoo.com

2

Staff Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, ITS-Surabaya.

ABSTRAK

Keterbatasan kemampuan kapal keruk untuk mencapai kedalaman 50 m di bawah permukaan laut menjadi masalah yang sedang dihadapai oleh PT Timah dalam meningkatkan produksi pertambangan timah, selain itu kapal keruk ini juga sudah tidak layak untuk dioperasikan lagi dikarenakan umur kapal yang sudah tua. Menyikapi hal tersebut tugas akhir ini mencoba melakukan kajian terhadap desain bucket wheel dredger. Proses desain dimulai dengan menentukan ukuran utama kapal, metode yang digunakan adalah metode desain layout (tata letak). Dari ukuran utama ini akan dilakukan perhitungan teknis seperti berat lambung kapal, stabilitas kapal, freeboard kapal, trim kapal serta displacement kapal yang kemudian dianalisa. Setelah ukuran utama dan perhitungan teknis dilakukan maka didapatkan ukuran utama kapal yang sesuai owner requirement yaitu L=114 m, B=32.5 m, T=2.872 m, H=4.9 m. Dengan ukuran utama kapal ini maka akan dibuat desain rencana umum (general arrangement).

Kata kunci:Kapal Keruk Bucket Wheel, Desain, Tata Letak

1.

PENDAHULUAN

PT Timah (Persero) Tbk adalah

perusahaan milik negara (BUMN) yang

bergerak dibidang pertambangan timah. Sekitar

35% dari kepemilikannya dimiliki oleh publik

yang menjadikan perseroan ini

go  public.  Hal

ini sejalan dengan tujuan pemerintah untuk

membuat perusahaan ini mandiri dan

transparan dalam pengoperasiannya. Sebagai

perusahaan penambangan timah terbesar di

Indonesia dan juga sekaligus eksportir timah

terbesar kedua di dunia, PT Timah (Persero)

Tbk menguasai hak penambangan timah seluas

522.460 hektar dengan 114 kuasa

pertambangan (KP) baik di darat (

Onshore)

maupun di laut (

Offshore).

Gambar 1.1 Fluktasi Persediaan dan Harga Logam Timah

Kebutuhan dunia terhadap timah

semakin tahun semakin meningkat. Tingginya

permintaan timah tidak diimbangi dengan

peningkatan produksi timah, hal ini dapat

dilihat pada Gambar 1.1. Akan tetapi selam

tahun 2010 harga timah mengalami fluktasi

yang sangat besar.

Menyikapi hal tersebut tentunya perlu

ada solusi dalam meningkatkan proses produksi

agar mampu bersaing. Selam ini PT Timah

melakukan operasi penambangan timah di

daerah Kepulaun Bangka Belitung dan

sebagian Kepulauan Riau, baik di darat maupun

di laut. Produksi penambangan darat dilakukan

di wilayah Kuasa Pertambangan (KP) yang

berlokasi di sebagian besar Pulau Bangka dan

Belitung. Proses penambangan timah darat

(alluvial) ditunjang peralatan yang memadai

seperti pompa semprot dan tambang spiral,

dimana pengoperasiannya sesuai dengan

pedoman atau prosedur penambangan yang

baik (Good Mining Practices). Sedangkan

untuk penambangan laut, PT Timah

mengoperasikan kapal keruk dengan jenis

Bucket Line Dredger dengan ukuran mulai dari

7 cuft sampai dengan 24 cuft dan dapat

beroperasi mulai dari 15 sampai 50 meter di

bawah permukaan laut dengan kemampuan gali

mencapai lebih dari 3,5 juta meter kubik

material setiap bulannya.

(2)

Akibat dari proses pengerukan yang

dilakukan secara terus menerus maka

kedalaman laut yang disebabkan oleh proses

pengerukan tersebut semakin lama akan

semakin bertambah kedalamanya. Hal ini akan

mempengaruhi pada proses dan hasil

pengerukan. Kapal keruk yang sebelumnya

dimilkioleh PT. Timah sudah tidak dapat

menjangkau kedalaman lebih dari 50 meter di

bawah permukaan laut, sehingga hasil dari

pengerukan juga tidak dapat maksimal.

Selain itu kapal keruk yang dimilki oleh

PT. Timah juga mempunyai umur yang sudah

tidak layak dioperasikan lagi. Jika kapal

tersebut terus dioperasikan dikhawatirkan akan

terjadi kecelakaan atau hal-hal yang tidak

diinginkan.

Sehubungan dengan masalah-masalah

tersebut maka PT. Timah akan melakukan

pengadaan kapal baru yang optimum, yang

dapat menjangkau ke dalaman laut yang lebih

dalam dari sebelumnya.

Kapal keruk baru ini merupakan

pengembangan dari bucket dredge ryaitu

bucket wheel dredger (BWD), pengadadaan

kapal baru ini dilakukan untuk meningkatkan

kapasitas produksi dan hasil pertambangan

timah di laut yang cadangannya masih cukup

banyak.

Dari masalah-masalah yang ada maka

dirasakan perlu adanya solusi yaitu membuat

sebuah konsep desain yang bisa mengatasi

permasalahan tersebut. Oleh karena itu dalam

tugas akhir ini mengambil judul “kajian awal

desain Bucket Weel Dredger”.

2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Gambaran Umum Bucket Wheel

Dredger

Jenis bucket wheel dredger inihampir

sama dengankapal cutter suction dredger,

hanya berbeda pada kepala pemotongnya.

Sumbu putar dari bucket wheel tegak lurus

dengan sumbu kapal. Roda pengeruk terdiri

dari 10-14 bucket terbuka atau tertutup.

Dredger ini digunakan pada area yang sama

dengan cutter dredger, kecuali untuk batuan

yang keras, dredger ini sering digunakan pada

area dengan kondisi konstan, seperti

pertambangan laut (Vlasblom, 2003)

Adapun karakteristik bucket wheel

dredger adalah

• Mengkombinasikan keunggulan bucket

dredger dengan cutter head

• Material yang terbuang dari proses

pengerukan relatife lebih sedikit

• Hargakapal, perawatan dan kebutuhan

tenaga murah

Untuk keunggulan lainnya sama dengan

cutter head.

2.2 Metode Perencanaan Kapal

Dalam perencanaan kapal banyak sekali

metode yang digunakan antara lain adalah

Method of Comparison Ship (metode

Perbandingan) (Santosa, 1999). Metode ini

sering digunakan pada galangan kapal dalam

merencanakan kapal baru. Dasar pemikirannya

adalah merencanakan kapal agar lebih baik dari

kapal yang telah ada (kapal pembanding).

Keuntungan dari metode ini adalah:

1.

Cepat dan sederhana.

2.

Resiko sedikit dan bersifat memperbaiki

dari kapal yang sudah ada (baik teknis

maupun ekonomis).

Namun, metode ini juga mempunyai

kekurangan sepert:

1.

Sangat tergantung dari kapal

pembanding.

2.

Tidak dapat dijamin bahwa kapal

pembanding mempunyai sifat teknis dan

ekonomis yang optimal.

3.

Kreatifitas dari perencanaan tidak ada.

Dalam tugas akhir ini menggunakan

metode desain layout. Desain Layout adalah

tata letak elemen-elemen desain terhadap suatu

bidang dalam media tertentu untuk mendukung

konsep/ pesan yang dibawanya (Surianto,

2008).

2.3 Persyaratan Stabilitas

Kriteria stabilitas menurut IMO untuk kapal

khusus Mobile Offshore Drilling Units

(MODU)

(3)

 

Luasan di bawah kurva GZ dari sudut

intercept pertama hingga intercept kedua atau

downflooding (diambil yang terkecil) tidak

boleh kurang 40% dari luasan di bawah kurva

momen angin dengan sudut yang sama, atau

dengan kata lain perbandingan Luasan di

bawah kurva GZ dari sudut intercept pertama

hingga intercept kedua atau downflooding

(diambil yang terkecil) (A1) dengan luasan di

bawah kurva momen angin (A2) tidak boleh

kurang dari 1.4.

MODU

MODU adalah unit pengeboran lepas

pantai yang bergerak atau kapal yang dapat

melakukan operasi pengeboran untuk

eksplorasi atau eksploitasi sumber daya yang

ada di bawah dasar laut seperti hidrokarbon cair

atau gas, belerang atau garam dan lain-lain

(Intact Stability Code). Ada persyaratan yang

harus terpenuhi dalam criteria MODU, yaitu

perhitungan kurva moment angin, yang

nantinya akan dibandingkan dengan kurva

lengan GZ.

2.4 Kajian Pemilihan BWD

Pemilihan jenis kapal keruk ini

berdasarkan permasalahan yang ada di PT

Timah, sehinga ketika kapal keruk ini

beroperasi dapat mencapai hasil yang

maksimal. Berikut adalah permasalahan yang

sedang dihadapi oleh PT timah:

1.

Kapal yang dimiliki PT Timah tidak

mampu mencapai kedalaman 50 meter

di bawah permukaan laut

2.

Kondisi kapal yang sudah tua

Berdasarkan permasalahan di atas maka

kapal keruk yang dipilih adalah berjenis Bucket

Wheel Dredger dengan bucket sebagai alat

keruk.

Masing-masing jenis alat keruk

memiliki kinerja berbeda untuk berbagai

keadaan cuaca dan material tanah dasarnya.

Secara umum, alat keruk dengan penggerak

sendiri dapat beroperasi di laut dengan baik dan

dapat digunakan di perairan laut terbuka.

Sedangkan alat keruk tanpa penggerak sendiri

terutama jenis dengan jangkar tiang mudah

dipengaruhi oleh angin dan gelombang

(Direktoral Pelabuhan dan Pengerukan, 2006).

Dalam memilih kapal keruk ada

beberapa hal yang harus diperhatikan, antara

lain:

• jenis dan karakteristik kapal keruk itu

sendiri

• karakteristik tanah/batuan dasar laut

yang akan dikeruk

• areal lokasi pengerukan

• jumlah tanah/batuan yang akan dikeruk

• kondisi perairan laut/sungai

(kedalaman, gelombang, arus, pasang

surut)

• lalu lintas kapal di lokasi pengerukan

• keadaan cuaca

• lokasi pembuangan material keruk

• produksi kapal keruk

Berdasarkan pertimbangan dalam

memilih kapal keruk, maka ada beberapa hal

yang perlu dilakukan kajian terhadapa

pemilihan bucket wheel dredger, yaitu:

a.

Jenis dan Karakteristik Kapal Keruk

1. Bucket Wheel Dredger

Adapun karateristik yang dimiliki oleh

bucket wheel dredger ini adalah sebagai

berikut:

• sering digunakan pada area dengan kondisi

konstan, seperti pertambangan laut.

• Mengkombinasikan keunggulan bucket

dredger dengan cutter head.

• Material yang terbuang dari proses

pengerukan relatife lebih sedikit.

• Harga kapal, perawatan dan kebutuhan

tenaga murah.

• Untuk keunggulan lainnya sama dengan

cutter head.

• Kapasitas pengerukan besar, cocok untuk

pengerukan dengan skala besar .

• Tahan terhadap angin, gelombang dan arus

pasang surut.

2. Bucket Ladder

• Mampu mengeruk berbagai jenis tanah,

mulai dari lumpur sampai batu lunak

• Barge dapat diisi tanpa menggunakan

overflow.

(4)

  

Bucket  Grab  Backhoe  Suction  Bucket  

Wheel  Cutter  Trailer  Hopper  Dredger  Dredger  Dredger  Dredger  Dredger  Dredger Dredger Dredger

Dredging sandy

material Ya  Ya  Ya  Ya  Ya  Ya  Ya  Ya  Dredging Clayey

Material Ya  Ya  Ya  No  Ya  Ya  Ya  No  Dredging rocky

materials Ya  No  Ya  No  No  Ya  No  No  Anchor wires Ya  Ya  No  Ya  Ya  Ya  No  Ya 

Maximum dredging depth (m) 30  >100  20  70  70  25  100  50  Working under offshore conditions possible

No  Ya  No  Ya  Ya  No  Ya  Ya 

Transport via

pipeline No  No  No  Ya  Ya  Ya  No  No 

Initial General Arrangement

• Desain ukuran utama kapal keruk

dengan desain layout(L,B,T)

Menentukan H dengan Parent Ship

Displacement=  LWT+DWT+Margin  Mulai  Pemodelan Kapal dengan  menggunakan Software MaxsurfPro Perhitungan stabilitas dan Trim dengan  menggunakan Software HydromaxPro    Menentukan Kapal Pembanding Displacement  dan  Freeboard? 

T

Study literature • jenis kapal  keruk  • referensi perhitungan Pengumpulan Data • Requirement  Geografis  Perhitungan Freeboard A 

Cek Stabilitas  dan Trim

 

A

Tidak Ya

 

Ukuran Utama sesuai Owner Requirement

• Mengganggu lalu lintas kapal.

• Tidak cocok digunakan pada daerah

bergelombang besar.

• Semakin dalam pengerukan semakin tidak

efisien, karena material semakin berkurang.

• Boros bahan bakar dan produktifitas rendah.

b.

Lokasi Pengerukan

Pengerukan dilakukan di lokasi

penambangan timah, yaitu pesisir laut Pulau

Kundur, dengan karakteristik gelombang yang

tidak tinggi yaitu 0.32 m/d.

c. Karakteristik Tanah atau Batuan Dasar

yang akan Dikeruk

Pemilihan alat keruk harus disesuaikan dengan

kondisi di lapangan dan jenis material yang

akan dikeruk. Karateristik dasar laut Pulau

Kundur umumnya lumpur berpasir dan pasir

berlumpur.

Tabel 4.1 Kemampuan Gali Kapal Keruk

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi

oleh PT Timah maka untuk jenis kapal yang

dipilih adalah bucket wheel dredger dengan

beberapa pertimbangan sebagai berikut:

1.

Bucket wheel dredger mampu

dioperasikan untuk pertambangan laut.

2.

Jika kapasitas produksi yang menjadi

tujuan utama, maka bucket wheel dredger

ini cocok digunakan untuk pengerukan

skala besar dan material yang terbuang dari

proses pengerukan relatif lebih sedikit.

3.

Berdasarkan karakteristik dasar laut di

pulau kundur adalah lumpur berpasir dan

pasir berlumpur. Dengan mengacu pada

tabel 4.1, maka bucket wheel dredger

mampu mengeruk pada kondisi dasar laut

yang berpasir.

4.

Kedalaman gali bisa mencapai 70 m di

bawah permukaan laut.

(5)

 

3. METODOLOGI PENELITIAN

4. ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Kapal Pembanding

Untuk dapat membuat general arrangement

dan outfitting kapal maka harus mengambil

contoh kapal yang sudah jadi sebagai kapal

pembanding. Dalam desain ini

hanya

menggunakan satu kapal pembanding.

Pendekatan ini dilakukan agar perancangan

kapal sesuai dengan owner requirements.,

Berikut adalah data dari kapal pembanding:

Tipe Kapal

: Bucket Ladder

Nama Kapal

: Kapal Keruk Kundur I

Loa

:

114.6

m

B

:

32.5

m

H :

4.9

m

T

:

3.026

m

4.2 Ukuran Utama Kapal

Setelah spesifikasi data dan kapal

pembanding sudah didapatkan maka

langkah selanjutnya adalah menentukan

ukuran utama kapal. Proses penentuan

ukuran utama kapal dilakukan dengan

membuat desain layout berdasarkan

dimensi masing-masing peralatan dan kapal

pembanding. Peralatan diletakan atau

disusun berdasarkan contoh kapal yang ada.

Setiap peralatan mempunyai dimensi yang

menjadi acuan dalam pembuatan layout.

Pembuatan layout harus memperhatikan

keterkaitan peralatan satu dengan yang

lainnya, sehingga hasil yang diperoleh

menjadi maksimal. Berikut ini adalah jenis

peralatan dan dimensinya:

Jig Sekunder = 4m x 2.4m Stone Chutes & suspensions = 1.4m

Screen = 3.6m

Overburden Chutes = 2.8m Hanger Bar, shaft, etc =4.8m x 3.8m

Buckets

Dewatering Screen Chutes = 0.5m Bandar Tailing = 2m x 1m Jig Tertier =3.6m x 2.4m

Jig Circular = 8m

L/H winch c/w Ropes = 9.4m x 6m Mooring Winch c/w Ropes = 10m x 5.3m

Auxiliary Winch =2.25mx1.82m

Wheel Ladder = m

5 Unit Mesin Utama+Assessories =6.8m x 2.2m Headline Swivel & Sheaves =1.4m x 1.2m Stripping Pump & Pipe =

Concentrates In Storage Bins = 8m Drop Chutes Slab & Door =3.6m x 2.4m Well Way Crane =6.1m x 1.2m

Berdasarkan data peralatan dan permesinan

serta kapal pembanding maka ukuran

utama awal kapal baru didapatkan.

untuk tinggi kapal (H) awal menggunakan

tinggi kapal (H) pembanding dan

Untuk

mendapatkan sarat kapal (T), kapal harus

dimodelkan terlebih dahulu serta harus

menghitung perhitungan berat totak kapal

(LWT+DWT).

Tabel 4.2 Ukuran Utama Kapal

Item Ukuran

Utama

L 114

B 32.5

H 4.9

T 2.872

4.3 Pemodelan Kapal Keruk

Berdasarkan data ukuran utama kapal

maka dapat dilakukan pemodelan kapal.

Pemodelan dilakukan dengan

menggunakan software maxsurfPro

4.4 Perhitungan Berat Dan Titik Berat

Kapal

Tabel 4.3 Perhitungan Berat dan Titik Berat

Kapal

No Komponen Berat Berat LCG KG

Light Weight Ton (LWT)

1 Konstruksi Ponton 1114 56.13 2.08 2 Konstruksi Bangunan Atas 3020.8 53.21 15.73 3 Peralatan 2701.2 56.27 14.49 4 Permesin 130 84.8 5.42

(6)

Dead Weight Ton (DWT)

1 Crew and Provision 10.8 81.51 13.12

2 Water in system 170 32.78 15.66

3

Spoil and Concentrates in

Plant 921 30.01 13.15 4 Spoil in tailing 45 -5.71 8.18 5 Ballast 120.5 105.5 0.735 6 Air Tawar 55.86 49 2.328 7 Bahan Bakar 369.2 42.6 2.328 8 Minyak Pelumas 12.67 38.5 3.378 8745 51.7 12.47

4.5 Perhitungan Stabilitas Kapal

Stabilitas kapal yang berlayar di laut

harus memenuhi criteria stabilitas yang telah

ditentukan. Salah satu criteria yang digunakan

adalah criteria yang dikeluarkan oleh IMO

(International Maritime Organization).

Stabilitas kapal sangat dipengaruhi oleh

letak titik berat kapal secara vertikal yang biasa

diukur dari keel ke pusat gravitasi (KG).

Peninjauan mengenai stabilitas kapal adalah

dilihat dari besarnya lengan pengembali

(lengan GZ) pada tiap-tiap sudut oleng.

Besarnya lengan GZ ini akan digambarkan

sebagai kurva stabilitas kapal dengan sudut

oleng pada sumbu x dan lengan GZ pada

sumbu Y. kurva inilah yang akan dilakukan

perhitungan dan dibandingkan dengan

persyaratan stabilitas IMO. Perhitungan

persyaratan stabilitas utuh (intact stability)

untuk kapal keruk dapat mengacu pada

persyaratan criteria MODU (Mobile Offshore

Drilling Unit). Persyaratan MODU digunakan

pada kapal yang melakukan pengeboran atau

eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam

yang ada di bawah permukaan laut seperti

hidrokarbon cair atau gas, belerang atau garam

dan lain-lain (Intact Stability Code).

Berdasarkan kurva lengan GZ dan

kurva momen angin maka dapat dicari luasan

yang menjadi syarat stabilitas. Untuk

perhitungan stabilitas menggunakan software

HydromaxPro, data-data yang diperlukan

dalam menghitung stabilitas adalah berat total

kapal, LCG, KG seperti terlihat pada tabel 4-3

serta letak titik berat tangki-tangki yang ada di

kapal. Stabilitas ini akan dihitung pada 3 letak

kedudukan wheel ladder , yaitu pada wheel

ladder aboard (kedudukan wheel ladder di

atas), dredging overburden, tin production

(kapal beroperasi). Dari ketiga kedudukan

wheel ladder ini masing-masing akan

dilakukan pehitungan pada 4 kondisi, yaitu,

kondisi (1) kapal kosong, kondisi (2) muatan

penuh-consumable 10%, kondisi (3) muatan

penuh – consumable 50%, kondisi (4) muatan

penuh – consumable 95%.

Tabel 4.3 Kondisi Stabilitas Kapal

Kriteria IMO untuk kapal khusus MODU

Kondisi A1/A2>1.4 Status

3Posisi

Wheel

Ladder

1 13.10

OK

Wheel Ladder Aboard

2 12.40

3 12.38

4 12.32

1 13.13

OK

Dredging Overburden

2 12.52

3 12.49

4 10.29

1 13.48

OK

Tin Production

2 11.97

3 11.89

4 11.70

4.6 Perhitungan Trim

Perhitungan trim ini sangat dipengaruhi

oleh berat dan titik berat seluruh komponen

yang ada di atas kapal. Diharapkan dari

perhitungan ini trim yang dihasilkan kecil dan

jika memungkinkan tidak terjadi trim (even

keel). Toleransi trim yang digunakan adalah

perbedaan LCB dan LCG yang diijinkan (0.1%

Lpp)) adalah:

Trim = T

A

– T

F

= ( LCG – LCB ).L / GM

L

[ m ]

1.

Wheel Ladder Aboard

• Kondisi 1 : 0.026 m

• Kondisi 2 : 0.081 m

• Kondisi 3 : 0.101 m

• Kondisi 4 : 0.049 m

2.

Dredging Overburden

• Kondisi 1 : 0.026 m

(7)

 

• Kondisi 2 : 0.035 m

• Kondisi 3 : 0.094 m

• Kondisi 4 : 0.108 m

3.

Tin Production

• Kondisi 1 : 0.026 m

• Kondisi 2 : 0.048 m

• Kondisi 3 : 0.046 m

• Kondisi 4 : 0.016 m

Berdasarkan perhitungan trim dapat dikatakan

bahwa trim pada ketiga posisi kedudukan wheel

ladder yaitu wheel ladder aboard, dredging

overburden, dan tin production telah memenuhi

toleransi trim untuk setiap kondisi pemutan.

4.7 Perhitungan Freeboard

Freeboard yang dihitung adalah freeboard

actual dan freeboard standar yang

ditetapkan dalam konvensi garis muat.

Semua rumus perhitungan freeboard mengacu

pada ”International Convention on Load Lines

1966, Protocol of 1988, Consolidated Edition

2005”.

Freeboard standart didapatkan

berdasarkan batasan panjang kapal dan tipe

kapal, nilai freeboard actual didapatkan dari

H-T. Karena kapal yang digunakan adalah

kapal keruk dan bentuk hull berupa ponton,

maka tipe kapal yang sesuai adalah kapal

tipe B. Nilai freeboard standart harus

dikoreksi sesuai koreksi-koreksi yang

ditetapkan, seperti koreksi terhadap

panjang kapal, koreksi terhadap koefisien

blok, koreksi terhadap tinggi kapal dan

koreksi terhadap sheer kapal. Nilai

freeboard actual dan nilai freeboar standart

yang telah dikoreksi akan dibandingkan.

Batasan freeboard memenuhi apabila nilai

freeboard actual

nilai freeboard standart.

Dari perhitungan dapat diketahui bahwa

nilai freeboard standart yang didapatkan

dari batasan panjang kapal dan tipe kapal

adalah sebesar 1467.8 dan tipe kapal ini

adalah tipe B. Kapal ini hanya

mendapatkan koreksi Cb (+Fb2) sebesar

1670.535. Setelah dikoreksi didapatkan

nilai freeboard standart 1.253 m dan nilai

freeboard actual adalah 2.028 m

Berdasarkan batasan, freeboard memenuhi

apabila nilai freeboard actual ≥ nilai freeboard

standart (2.028 ≥ 1.253). Dari nilai tersebut

dapat dikatakan bahwa freeboard sudah

memenuhi batasan.

5.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dan perhitungan

teknis sebelumnya maka dapat disimpulkan

bahwa:

a.

Jenis kapal yang sesuai untuk mengatasi

permasalahan yang dihadapi PT. Timah

adalah Bucket Wheel Dredger.

b.

Berdasarkan owner requirement maka

dapat dibuat desain layout, dan dari

desain layout didapatkan ukuran utama

sebagai berikut:

Tipe

Kapal

Bucket Wheel Dredger

Owner PT.

Timah

Loa 114

m

B 32.5

m

H 4.9

m

T 2.872

m

Cb 0.818

Displ 8921.75

ton

Kru 40

Orang

c.

Telah dilakukan perhitungan stabilitas

kapal pada tiga posisi kedudukan wheel

ladder yaitu, Wheel Ladder Aboard,

Dredging Overburden, Tin Production.

Berdasarkan perhitungan, ketiga posisi

kedudukan wheel ladder ini telah

memenuhi syarat stabilitas berdasarkan

IMO Regulation A.749 (18) mengenai

kriteria MODU (Mobile Offshore

Drilling Units)

(8)

d.

Dihasilkan desain Bucket Wheel Dredger

yang sesuai Owner Requirement

5.1 Saran

Dikarenakan dalam mengerjakan tugas

akhir ini ada beberapa perhitungan yang

menggunakan rumus pendekatan, maka untuk

lebih sempurna ada beberapa hal yang harus

dilakukan:

1.

Melakukan perencanaan konstruksi yang lebih

detail, membuat gambar konstruksi termasuk

material yang akan digunakan agar hasil

perhitungan lebih akurat.

2.

Menghitung biaya produksi kapal termasuk,

biaya peralatan, perlengkapan, material dan

sebagainya

6.

DAFTAR PUSTAKA

Biro Klasifikasi Indonesia. 2006. Rules for The

Classification and Construction of Sea Going

Steel Ship, Volume II, Rules for Hull. Jakarta:

Biro Klasifikasi Indonesia.

Direktorat pelabuhan dan pengerukan Direktorat

jenderal perhubungan laut Departemen

perhubungan. 2006. Pedoman teknis Kegiatan

Pengerukan dan Reklamasi. Jakarta.

Evans, J. Harvey. 1959. Basic Design Concepts.

Naval Engineers Journal.

IMO. Intact Stability Code, Intact Stability for All

Types of Ships Covered by IMO Instruments.

London, UK : IMO

IMO. 2005. International Convention on Load

Lines 1966, Protocol of 1988, Consolidated

Edition 2005. London, UK : IMO

PT Timah. 2010. Laporan Tahunan: Meningkatkan

Kualitas Mencapai Kejayaan. Jakarta : PT.

Timah.

Poehl, H. 1982. Lecture on Ship Design and Ship

Theory. Hancouver : University of Hancouver.

PT Timah. 31 Maret. Penambangan Darat dan

Laut<URL:http://www.timah.com/ina/penamb

angan-darat-laut/>.

Santosa, I.G.M. 1999. Diktat Kuliah Perancangan

Kapal. Surabaya : Jurusan Teknik Perkapalan,

FTK,ITS.

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk mitigasi tersebut dibuat berdasarkan variabel sumber datangnya api, serta kerentanan, dan ketahanan kawasan permukiman padat Kelurahan Babakan Asih dan Jamika terhadap

Tabel 11 juga memperlihatkan bahwa indikator karakteristik Gapoktan yang berhubungan sangat nyata (p &lt; 0,01) dengan format komunikasi adalah keeratan dan partisipasi

PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERKALIAN DI KELAS III SEKOLAH DASAR. Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu

(3) Kapal yang tidak termasuk ayat (1) dan (2) ditetapkan sehat setelah diperiksa, walaupun kapal itu datang atau dalam kapal itu terdapat orang yang datang dari suatu pelabuhan

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara sikap mekanik dengan penerapan LOTO, hubungan tersebut menunjukan bahwa sikap positif dari mekanik

Pada percobaan ini kita akan melakukan uji reaksi kimia ion kation/ion positif yang dengan cara reaksi uji nyala api, melarutkan ion kation dengan campuran zat lain, memanaskan

Karya sastra yang berbentuk novel, biasanya berisi tentang suatu kejadian.. nyata

Penelitian ini merupakan penelitian berbasis kajian pustaka dengan melakukan analisis dan pembuktian matematis berdasarkan kaidah, serta referensi-referensi terkait