• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTIVITAS SEHARI-HARI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SELOGIRI, KABUPATEN WONOGIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTIVITAS SEHARI-HARI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SELOGIRI, KABUPATEN WONOGIRI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTIVITAS SEHARI-HARI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

SELOGIRI, KABUPATEN WONOGIRI

*Nita Yunianti Ratnasari *Susana Nurtanti

*) Staf Pengajar Akper Giri Satria Husada Wonogiri

ABSTRAK

Lansia merupakan seseorang yang berusia 60 tahun keatas atau lebih. Lansia mengalami perubahan berupa penurunan fungsi organ tubuh sehingga lansia mengalami kesulitan dalam memenuhi aktivitas sehari-hari. Kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari dapat diukur dengan Katz Indeks. Di era globalisasi ini keluarga disibukkan oleh pekerjaan mereka masing-masing sehingga kurang memperhatikan atau memberi dukungan kepada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia. Penelitian ini dengan pendekatan crosssectional. Sampel dipilih dengan purposive sampling dengan jumlah sampel 142 lansia dan keluarga lansia. Variabel dalam penelitian ini dukungan keluarga dan kemandirian lansia. Data yang terkumpul dianalisa dengan rumus chi square dan didapatkan hasil 11.272 yang lebih besar dari x2 hitung dengan df=3.851. hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di wilayah kerja puskesmas Selogiri, Wonogiri. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu jenis dukungan keluarga yang terbanyak adalah dukungan penghargaan. Lansia sebagian besar yaitu sebanyak 64.1 % adalah mandiri dalam pemenuhan aktivitas sehari – hari. Ada hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari–hari di wilayah kerja puskesmas Selogiri, Wonogiri. Saran hendaknya keluarga selalu meningkatkan dukungan penghargaan pada lansia. Petugas kesehatan diharapkan lebih meningkatkan kerjasama dengan kader lansia karena dukungan keluarga akan meningkatkan kemandirian pada lansia.

Kata kunci: Dukungan keluarga, Lansia, Aktivitas Sehari-hari

1.1.Latar Belakang

Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) tercatat sebagai paling pesat di dunia dalam kurun waktu 1990-2025. jumlah lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta orang pada tahun 2020, atau sebesar 11,37 % dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah lansia di Indonesia menduduki peringkat ke empat di dunia.1 Berdasar sensus penduduk Indonesia tahun 2000, jumlah lansia mencapai 15,8 juta jiwa atau 7,6%. Pada tahun 2005 meningkat menjadi 18,2 juta jiwa atau 8,2%. Sedangkan pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 24,4 juta jiwa atau 10%. Data pusat Statistik dan Depsos tahun 2001 menyebutkan dari jumlah lansia yang mencapai 15.8 juta itu, 21,75% diantaranya dikategorikan sebagai lansia telantar. Sedangkan 33,89% masuk ke dalam rawan telantar.2

Secara biologis, makin tua usia seseorang maka akan semakin banyak fungsi organ tubuh yang mengalami perubahan berupa penurunan bahkan tidak berfungsi sama sekali. Perubahan pada

sistem fisiologis tubuh diantaranya penurunan massa dan kekuatan otot, demineralisasi tulang, kekakuan sendi-sendi dan kehilangan fleksibilitas, perubahan pada sistem kardiovaskuler dan respirasi. Salah satu cara untuk mengevaluasi status kesehatan lansia adalah pengkajian fungsional yang memberikan data objektif yang mengindikasikan perkembangan status kesehatan kedepan, sehingga perawat dapat mengintervensi dengan tepat.8 Pengkajian fungsional dapat diukur dengan melihat kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari. Aktivitas sehari-hari hanya memerlukan kemampuan tubuh untuk berfungsi sederhana misalnya bangun dari tempat tidur, berpakaian, ke kamar mandi dan lain-lain.

Di era globalisasi ini banyak keluarga yang disibukkan oleh pekerjaan mereka masing-masing. Meningkatnya kebutuhan ekonomi membuat semua anggota keluarga bekerja diluar rumah, selain itu juga terjadi perkembangan keluarga yang secara fisik mengarah ke bentuk keluarga kecil. Kondisi umum lansia

(2)

yang tinggal bersama keluarga menunjukkan keluarga memegang peranan penting pada kehidupan orang lanjut usia, apalagi bila orang lanjut usia tersebut mengalami berbagai gangguan fungsi fisik dan mental. Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari.

1.2. Rumusan Masalah

Adakah hubungan dukungan keluarga terhadap kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari? 1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di wilayah kerja puskesmas Selogiri Wonogiri.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Mengetahui jenis dukungan keluarga terhadap kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di wilayah kerja puskesmas Selogiri Wonogiri. b. Mengetahui jenis kemandirian

lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di wilayah kerja puskesmas Selogiri Wonogiri. METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan crosssectional, dimana variable independent dan variable dependent diukur pada suatu waktu secara bersamaan.22 Variable independent dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga dan variable dependent adalah kemandirian lansia. Kedua variable diteliti dengan menggunakan kuisioner dalam waktu bersamaan.

4.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini sejumlah 245 lansia. Sampel dihitung dengan menggunakan rumus dari Arikunto (1998) yaitu jika populasi kurang dari 1000 maka sampel dapat diambil 10-15% atau 20-20% dari jumlah populasi dan didapatkan sampel sebanyak 62 lansia. Sampel diperoleh dengan tekhnik purposive sampling dengan kriteria inklusi yaitu lansia berusia 60 tahun atau lebih yang tinggal dengan keluarga, lansia dan keluarga bersedia menjadi responden, lansia yang mempunyai keluarga bisa membaca dan menulis, lansia dan keluarga lansia yang komunikatif dan kooperatif, lansia sehat secara fisik dan mental. Lansia yang memenuhi kriteria inklusi dijadikan sampel penelitian.

4.3 Variabel penelitian

Variable Independent dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga. Sedangkan variable dependent dalam penelitian ini adalah kemandirian lansia.

Hasil Penelitian Data Umum

5.1.1.1 Usia responden

Tabel 1. Distribusi frekuensi lansia berdasarkan usia lansia

No Usia Frekuensi % 1 60 – 70 tahun 64 45 2 71 – 80 tahun 54 38 3 81 – 90 tahun 19 13 4 90 tahun ke atas 5 4 Jumlah 142 100

Dari tabel 1 diketahui bahwa jumlah lansia yang terbanyak yaitu berusia 60–70 tahun adalah 64 lansia (45%) dan lansia yang jumlahnya paling sedikit berusia 90 tahun ke atas sejumlah 5 lansia (4%).

5.1.1.2 Pekerjaan Keluarga yang Mempunyai lansia

Tabel 2. Distribusi frekuensi responden Keluarga dengan lansia berdasarkan pekerjaan

No Kategori Frekuensi %

1 Wiraswasta 71 50

(3)

3 Tidak Bekerja 24 17

Jumlah 142 100

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar yaitu 50 % keluarga yang memiliki lansia bekerja diluar rumah sebagai wiraswasta dan paling rendah yaitu 17 % atau 24 keluarga yang memiliki lansia tidak bekerja.

5.1.1.3 Pendidikan Keluarga yang memiliki Lansia

Tabel 3. Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Pendidikan Keluarga dengan lansia No Kategori Frekuensi % 1 SLTP 20 14 2 SLTA 44 31 3 DIPLOMA 38 27 4 SARJANA 40 28 Jumlah 142 100

Dari tabel 3 diketahui bahwa tingkat pendidikan keluarga yang memiliki lansia yang terbanyak adalah SLTA sejumlah 44 keluarga (31 % ). keluarga yang memiliki lansia dengan pendidikan paling sedikit adalah SLTP sebanyak 20 keluarga ( 14 % ).

5.1.1.4 Hubungan Keluarga dengan Lansia

Tabel 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan hubungan keluarga dengan lansia

No Kategori Frekuensi %

1 Anak kandung 63 44

2 Anak menantu 58 41

3 Keponakan 21 15

Jumlah 142 100

Dari tabel 4 diketahui bahwa hubungan keluarga dengan lansia yang terbanyak yaitu anak kandung sejumlah 63 keluarga ( 44 % ), dan yang paling rendah yaitu lansia yang tinggal dengan keponakan sebanyak 21 keluarga ( 15 % ).

5.1.1.5 Usia Keluarga dengan Lansia

Tabel 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia keluarga yang memiliki lansia.

No Usia Frekuensi %

1 25 - 35 38 27

2 36 - 45 72 50

3 46 - 55 32 23

Jumlah 142 100

Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa keluarga dengan lansia sebagian besar yaitu 50 % (72 keluarga) berusia 36 – 45 tahun, sedangkan yang paling rendah adalah keluarga dengan lansia yang berusia 46 – 55 tahun sebanyak 23 % (32 keluarga).

5.1.2 Data Khusus

5.1.2.1 Dukungan Keluarga

Tabel 6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kemandirian lansia.

No Kategori Frekuensi %

1 Mendukung 102 71.8

2 Tidak mendukung 40 28.2

Jumlah 142 100

Dari tabel 6 dapat diketahui sebagian besar keluarga sangat memberikan dukungan kepada lansia yaitu sebanyak 71.8 % ( 102 keluarga) dan sisanya sebanyak 28.2 % (40 keluarga) tidak mendukung lansia.

(4)

Dukungan keluarga ada 4 macam yaitu dukungan instrumental, dukungan informatif, dukungan penghargaan dan dukungan emosional. Adapun hasil penelitian 4 dukungan tersebut adalah:

1. tabel 7. Distribusi frekuensi dukungan instrumental

No Kategori Frekuensi %

1 Mendukung 104 73

2 Tidak mendukung 38 27

Jumlah 142 100

Dari tabel 7 dapat diketahui keluarga yang memberikan dukungan instrumental sebanyak 73 % dan yang tidak meberikan dukungan instrumental sebanyak 27 %.

2. tabel 8. Distribusi frekuensi dukungan informatif

No Kategori Frekuensi %

1 Mendukung 104 73

2 Tidak mendukung 38 27

Jumlah 142 100

Dari tabel 8 dapat diketahui keluarga yang memberikan dukungan informatif sebanyak 73 % dan yang tidak memberikan dukungan informatif sebanyak 27 %.

3. tabel 9. Distribusi frekuensi dukungan penghargaan

No Kategori Frekuensi %

1 Mendukung 107 75

2 Tidak mendukung 35 25

Jumlah 142 100

Dari tabel 9 dapat diketahui keluarga yang memberikan dukungan penghargaan sebanyak 75 % dan yang tidak memberikan dukungan penghargaan sebanyak 25 %. 4. tabel 10. Distribusi frekuensi dukungan emosional

No Kategori Frekuensi %

1 Mendukung 101 71

2 Tidak mendukung 41 29

Jumlah 142 100

Dari tabel 10 dapat diketahui keluarga yang memberikan dukungan emosional sebanyak 73 % dan yang tidak memberikan dukungan emosional sebanyak 29%.

5.1.2.2 Kemandirian Lansia

Tabel 11. Distribusi frekuensi responden keluarga dengan lansia berdasarkan dukungan keluarga.

No Kategori Frekuensi %

1 Mandiri 91 64.1

2 Tergantung 51 35.9

Jumlah 142 100

Dari tabel 11 dapat diketahui bahwa lansia di wilayah kerja puskesmas Mojolangu malang 64.1 % ( 91 lansia ) mandiri dalam aktivitas sehari–hari.sedangkan sebanyak 51 lansia ( 35.9 % ) tergantung kepada keluarga.

(5)

5.2 Analisa Data

Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia.

Tabel 12. Crosstab dukungan keluarga dengan kemandirian lansia

No Kemandirian lansia Total X2 P- va-lue Od d’s ra-tio Va -lue 95% confidence interval Mandiri Tergantu ng N F N F N F Lowe r Upper Mendu -kung 74 52.1 % 28 19.7 % 102 71.8 % 11. 272 0.0 01 3.5 76 1.667 7.668 Tidak mendu-kung 17 12% 23 16.2 % 40 28.2 % Total 91 64.1 % 51 35.9 % 142 100 %

Pada hasil tabel silang (crosstabs) di atas terlihat bahwa keluarga yang tergolong tidak mendukung kemandirian lansia sehingga lansia cenderung tergantung (tidak mandiri) ada sebanyak 23 orang (16.2%), namun 12% sudah bisa mandiri. Untuk keluarga yang tergolong mendukung kemandirian lansia sehingga lansia cenderung mandiri ada sebanyak 74 orang (52.1%), namun 19.7% masih cenderung tergantung (tidak mandiri).

Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan nilai Chi-Square untuk mengetahui adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia yaitu sebesar 11.272 yang lebih besar dari 2 tabel dengan df=1, yaitu sebesar 3.841. Dengan demikian antara dukungan keluarga pada lansia dengan tingkat kemandirian lansia mempunyai hubungan yang signifikan (bermakna). Berdasarkan nilai odd’s rasio maka lansia yang tidak mendapat dukungan keluarga memiliki resiko 3.576 X atau 3.6 X untuk mengalami ketergantungan.

PEMBAHASAN

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa sebagian besar keluarga memberikan dukungan kepada lansia yaitu sebanyak 71.8 %. Hal ini karena keluarga dengan lansia memiliki pengetahuan yang baik tentang pentingnya dukungan kepada lansia. Dimana dari hasil penelitian diperoleh pendidikan responden yang beraneka ragam mulai dari SLTP sampai sarjana dengan pendidikan terbanyak adalah SLTA. Hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi tingkat pengetahuan yang dimiliki sehingga pengetahuan tentang

kesehatan dan dukungan kepada lansia juga semakin tinggi.25

Keluarga dengan lansia yang mengetahui beberapa pengetahuan mengenai proses penuaan akan mengenal lebih baik tentang keadaan fisiologis dan patologis yang mempengaruhi lansia dalam aktivitas sehari–hari sehingga dapat menjadi sumber informasi mengenai perjalanan penuaan lansia yang sangat bermanfaat dalam mempertahankan kemampuan fungsional lansia dan mencegah perlakuan yang salah kepada lansia.5 kemajuan mengenai pemahaman proses menua termasuk salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan usia harapan hidup dan kualitas hidup lansia.19

Dari hasil penelitian didapatkan karakterisitik responden keluarga dengan lansia yang sebagian besar berusia (36– 45 tahun) adalah 50 %, dimana usia ini merupakan masa dewasa yang produktif dan memiliki pengalaman yang cukup dalam berkeluarga dan hampir 44 % memiliki hubungan dengan lansia sebagai anak kandung. Hal ini menunjukkan faktor pengalaman dan kedekatan hubungan dengan lansia ikut mendukung kemampuan keluarga memberikan dukungan yang tepat kepada lansia. Dukungan keluarga berupa kekhawatiran yang berlebihan atau ketidaktahuan akan pentingnya bergerak bagi lansia dapat menyebabkan ketergantungan aktivitas sehari-hari yang lebih tinggi dan sebaliknya dukungan keluarga yang tepat akan memperbaiki atau mempertahankan kemampuan aktivitas sehari – hari lansia.20

(6)

6.1.1 Dukungan instrumental

Hasil penelitian menunjukkan 73 % keluarga memberikan dukungan instrumental kepada lansia. Keluarga menyediakan alat mandi, makan, pakaian lansia dan lain-lain, bukan berarti lansia menjadi tidak mandiri dengan disediakannya alat-alat tersebut, namun bagaimana kemandirian lansia dalam menggunakan alat-alat tersebut. Lansia mengalami banyak perubahan baik fisiologis maupun psikologis. Dukungan Informatif

Hasil penelitian menunjukkan 73 % keluarga dengan lansia di wilayah kerja puskesmas Mojolangu Malang memberikan dukungan dalam mencari informasi tentang lansia dan kebutuhannya. Keluarga memberikan informasi dan saran kemandirian pada lansia. Dukungan informatif yang tepat akan meningkatkan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. Lingkungan tempat tinggal di daerah perkotaan, memudahkan keluarga yang memiliki lansia untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai perubahan pada lansia baik melalui media cetak seperti koran atau majalah maupun media elektronik seperti televisi dan internet serta fasilitas kesehatan yang lengkap di daerah perkotaan.20

Dukungan Penghargaan

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar keluarga sebanyak 75 % memberikan dukungan penghargaan. Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan positif) atau pujian dan dorongan agar lansia mandiri dalam aktivitas sehari-hari. Dukungan penghargaan menyebabkan lansia merasa bahwa dirinya dianggap dan dihargai sehingga akan menaikkan harga diri.17

Dukungan Emosional

Hasil penelitian menunjukkan 71% memberikan dukungan emosional. Dukungan emosional yang diberikan berupa kepedulian anggota keluarga terhadap kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari. Lansia tidak hanya membutuhkan dukungan secara fisik saja tetapi hubungan emosional antar anggota keluarga akan sangat mendukung lansia dalam

mempertahankan kemandiriannya. Dukungan emosional terutama didapatkan dari keluarga, bahwa kasih sayang dari anggota keluarga kepada anggota keluarga yang lain, memberikan penghargaan terhadap kehidupan keluarga terutama berkaitan dengan persepsi dan perhatian terhadap kebutuhan sosio emosional para anggota keluarga.25 Kemandirian Lansia

Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa 64.1 % lansia mandiri dalam aktivitasnya sehari-hari. Hal ini karena karakteristik responden lansia sebagian besar berusia 60–70 tahun ( 45 % ) dimana pada usia ini lansia masih mampu mentoleransi aktivitas sehari-hari yang bisa dilakukan sendiri namun semakin tua maka lansia akan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari– harinya. Penurunan kemampuan aktivitas sehari–hari seiring dengan bertambahnya umur dan tidak ada perbedaan kemandirian aktivitas sehari–hari pada lansia laki–laki dan wanita. Masalah aktivitas sehari–hari yang dialami lansia akan semakin meningkat seiring bertambahnya usia dan khususnya pada orang yang berumur diatas 85 tahun, sedangkan menurut jenis kelamin tidak memberi pengaruh yang nyata.26

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Lansia dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari – hari

Sesuai dengan tujuan penelitian, untuk menjawab hipotesis penelitian apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari – hari maka untuk mendapat korelasi dari kedua variabel tersebut digunakan uji Chi – Square. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan nilai Chi-Square untuk mengetahui adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia yaitu sebesar 11.272 yang lebih besar dari 2 tabel dengan df=1, yaitu sebesar 3.841. Dengan demikian antara dukungan keluarga pada lansia dengan tingkat kemandirian lansia mempunyai hubungan yang signifikan (bermakna).

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang berjudul hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan

(7)

aktivitas sehari – hari dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Jenis dukungan keluarga yang terbanyak adalah dukungan penghargaan.

2. Lansia sebagian besar yaitu sebanyak 64.1 % adalah mandiri dalam pemenuhan aktivitas sehari – hari.

3. Ada hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari–hari dan lansia yang tidak mendapat dukungan keluarga memiliki resiko 3.6 X untuk mengalami ketergantungan dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari.

7.2 Saran

1. Keluarga perlu meningkatkan dukungan keluarga kepada lansia baik itu dukungan keluarga instrumental, emosional, penghargaan maupun informatif untuk menjaga atau mempertahankan kemandirian lansia semaksimal mungkin.

2. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada lansia di panti jompo.

3. Petugas kesehatan perlu bekerjasama dengan para kader lansia untuk menginformasikan pentingnya dukungan keluarga terhadap kemandirian lansia sehingga dapat dijadikan bahan penyuluhan kepada keluarga yang memiliki lansia.

4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai bagaimana hubungan dukungan keluarga instrumental terhadap kemandirian lansia, bagaimana hubungan dukungan keluarga informatif terhadap kemandirian lansia, bagaimana hubungan dukungan keluarga penghargaan terhadap kemandirian lansia dan bagaimana hubungan dukungan keluarga emosional terhadap kemandirian lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta Buwana, Cahya HTN. Dukungan

keluarga dan kemandirian lansia.

http://www.

Pd.persi.com/2006/7/8/duk

lansia/html. Diakses 28 Desember 2007

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian non parametrik. Jakarta. Binarupa Aksara.

De Laune, Sue, C & Ladner, Practise K, Wilson. 1998. Fundamental of Nursing Standart & Practice. Newyork. Delmar Publisher

DEPSOS. 2003. Kesehatan Lansia. Jakarta. Depsos RI Pres.

Effendy, Nasrul. 1998. Keperawatan Kesehatan Masyarakat, EGC, Jakarta.

Darmojo, RB. 2000. Buku Ajar Geriatri. Balai Penerbit FKUI. Jakarta Friedman, Marylin M. 1998. Keperawatan

Keluarga: Teori dan Praktik, Edisi ketiga, EGC, Jakarta Gallo, Joseph J. 1998. Buku Saku

Gerontology, Edisi Kedua, EGC, Jakarta.

Hardywinoto dan Setyabudi, T. 1999. Panduan Gerontology: Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para lanjut Usia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

House dan Smett. 1994. Psikologi Kesehatan, EGC, Jakarta.

Kuntjoro, S.Z. 2002. Keharmonisan Kehidupan Keluarga Lansia . www. E-Psicology.Com / usia / 180602 / htm Diakses tanggal 10 Juli 2007.

Kuntjoro. Dukungan Sosial Buat Lansia.

http://www.balipost.co.id.balipost

cetak/2006/5/7/kel 3.html. diakses 28 desember 2007

Kurniawan, Felicia dan Lembar, Stefanus. 2006. Gambaran Status Kesehatan Lansia Studi Kasus di wilayah Paroki Kristoforus Jakarta Barat. Majalah Kedokteran Atmajaya Vol 3 no.3. FK Unika Atmajaya. Jakarta

(8)

Lueckenotte, AG. 1998. Pengkajian Gerontology, Edisi Kedua, EGC, Jakarta.

Suryadi. 2006. Pergeseran Keperawatan Lansia.http://www.indomedia.com/ bpost/102006/410pim. Diakses 2 Juni 2007

Siburian, Pirma dr. 2006. serba-serbi Kesehatan. http://www.

Waspada.co.id.serba-serbi/kesehatan/artikel/php. Diakses 2 Juni 2007

Surilena, Dharmady Agus. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi depresi pada lansia di Jakarta. Majalah Kedokteran Damianus, Vol.5, Mei. Jakarta

Tilarso, Hario Dr. 2000. Latihan Kesegaran Jasmani Untuk Calon Jemaah Haji Lanjut Usia. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI, Jakarta.

Shelkey, m & Wallace, M. 1998. Katz Indeks Of Independence In Activity Daily Living, Online Volume 1 nomer 2, Oktober 1998, Diakses tanggal 7 July 2007

Stanhope, M & Knollmuller, RN. 1997. Keperawatan komunitas dan Kesehatan Rumah: Perangkat, Pengkajian, Intervensi dan Penyuluhan, EGC, Jakarta.

Murodion, wahyu.SKM. 2006. Lansia harus tetap bergairah hidup sehat. Depkes RI

Yusuf, Syamsu L, N. 2005. Mengembangkan Kesehatan Mental Berbasis Keluarga. Pikiran rakyat, 29 Maret 2005

Soejono, czeresna Heriawan. 2002. Belum Memadai fasilitas bagi

warga usia lanjut.

http://www.kompas.com/kompas cetak/0203/25/iptek/pert.10.htm. diakses 2 juni 2007

Singarimbun,m.1995. Metode Penelitian Survey. Edisi revisi Cetakan 2.Jakarta. PT Pustaka LP3ES Indonesia

Sholehah, Faridatus. 2002. Tingkat Pengetahuan ibu usia 45 tahun keatas tentang gejala menopouse di desa sepuluh Bangkalan. KTI tidak diterbitkan. Malang. UMM

Psychemate.2007.lateadulthood.http://w ww.jurnalnet.com/conten.php?nam a aduan publik&op=detail-aspirasi-aduan publik-id diakses 28 Desember 2007

Wahyudi, Nugroho. 2000. Keperawatan Gerontik, Edisi Kedua, EGC, Jakarta

Gambar

Tabel 1. Distribusi frekuensi lansia berdasarkan usia lansia
Tabel 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia keluarga yang memiliki lansia
Tabel 11. Distribusi frekuensi responden keluarga dengan lansia berdasarkan dukungan  keluarga
Tabel 12. Crosstab dukungan keluarga dengan kemandirian lansia

Referensi

Dokumen terkait

Identifikasi tingkat kemandirian pada lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari di Dusun Margomulyo Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2013 didapatkan

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KEMAMPUAN MELAKUKAN AKTIVITAS SEHARI- HARI. PADA LANSIA PASCA STROKE NON HEMORAGIK DI POLIKLINIK NEUROLOGI DI

Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dan kemandirian lansia dari hasil Chi Square diperoleh nilai p = 0,000 sehingga

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : Ada hubungan yang sangat kuat antara pelaksanaan tugas keluarga dalam kesehatan dengan kemandirian lansia

Dari hasil penelitian dukungan informasi yang banyak diterima lansia dari keluarga adalah keluarga selalu mencari informasi tentang masalah kesehatan melalui

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan antara fungsi kognitif dengan tingkat kemandirian aktivitas sehari-hari pada lansia di UPT Panti Wredha

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan lebih dari separoh lansia hipertensi memiliki dukungan keluarga kurang baik yaitu 23 (54,8%) pada lansia di Jorong Silago

Berdasarkan hasil penelitian tersebut penting bagi keluarga untuk memberikan dukungan kepada lansia dalam melaksanakan pemenuhan kebutuhan sehari – hari dimana cara yang