• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemandirian dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari – Hari (Activity Daily of Living) pada Lansia di Dusun Macinna Desa Pataro Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemandirian dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari – Hari (Activity Daily of Living) pada Lansia di Dusun Macinna Desa Pataro Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN DALAM PEMENUHAN AKTIVITAS SEHARI-HARI (ACTIVITY OF

DAILY LIVING) PADA LANSIA DI DUSUN MACINNA DESA PATARO KECAMATAN HERLANG

KABUPATEN BULUKUMBA

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Keperawatan Jurusan Keperawatan

Pada Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar

O L E H : SUTRIANI 70300110108

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2014

(2)

Kemandirian Dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari – Hari (Activity Of Daily Living) Pada Lansia Di Dusun Macinna Desa Pataro Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba” yang di susun oleh Sutriani, Nim : 70300110108, mahasiswa fakultas ilmu kesehatan jurusan keperawatan, telah di uji dan di pertahankan dalam sidang munaqasyah yang di selenggarakan pada hari Jum’at 08 Agustus 2014 M, bertepatan dengan 12 Syawal 1435 H, dan dinyatakan telah dapat di terima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan.

Makassar, 08 Agustus 2014 DEWAN PENGUJI:

Ketua :Prof. Dr. H.Ahmad M. Sewang, MA (………) Sekretaris : Fatmawaty Mallapiang, SKM,M.Kes (………) Penguji I : Nuurhidayat Djafar, S.Kep.Ns.,M.Kep (………) Penguji II : Prof. Dr. Darussalam, M.Ag (………) Pembimbing I : Hj. Murtini, SKM,M.Kes (………) Pembimbing II : Musdalifah, S.Kep.Ns.,M.Kes (………)

Di ketahui oleh:

Pjs. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar,

Prof. Dr. H.Ahmad M. Sewang, MA.

NIP. 19520811 198203 1 001

(3)
(4)

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN DALAM PEMENUHAN AKTIVITAS SEHARI-HARI (ACTIVITY OF

DAILY LIVING) PADA LANSIA DI DUSUN MACINNA DESA PATARO KECAMATAN HERLANG

KABUPATEN BULUKUMBA

OLEH:

SUTRIANI NIM : 70300110108

Penelitian ini dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan pada lansia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan membuktikan hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari (activity of daily living) pada lansia di dusun macinna desa pataro kecamatan herlang kabupaten bulukumba

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat bebas. Saudara bebas menentukan sikap untuk ikut menjadi responden atau tidak tanpa ada sanksi apapun dan dari siapapun serta terjaga kerahasiaan dari data yang saudara berikan.

Jika saudara bersedia menjadi peserta (responden) silahkan menandatangani kolom dibawah ini:

Tanda Tangan :...…...

Tanggal :…...

(5)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN. ... ii

KEASLIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Hipotesis ... 8

D. Definisi Operasional Variabel dan Kriteria Objektif ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Lansia ... 13

1. Defenisi Lansia ... 13

2. Batasan Lansia ... 15

3. Tipe Lansia ... 16

4. Permasalahan yang Terjadi pada Lansia ... 17

(6)

B. Tinjauan Umum Tentang ADL (Activity Daily Living) ... 21

1. Pengertian ADL (Activity Daily Living) ... 21

2. Macam – macam Aktivitas Sehari-hari Pada Lansia ... 22

3. Penilaian Kemandirian Pemenuhan ADL ... 23

4. Tingkat Aktivitas Sehari-hari Pada Lansia ... 26

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Sehari-hari pada Lansia... 26

C. Tinjauan Umum Tentang Dukungan Keluarga ... 29

1. Pengertian Dukungan Keluarga ... 29

2. Komponen Dukungan Keluarga ... 30

3. Sumber Dukungan Keluarga ... 34

4. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga ... 35

5. Manfaat Dukungan Keluarga ... 35

D. Tinjauan Umum Tentang Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Lansia ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep ... 40

B. Desain Penelitian ... 41

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

D. Populasi dan Sampel ... 41

1. Populasi ... 41

2. Sampel ... 41

(7)

vii

E. Instrumen Penelitian ... 42

F. Teknik Pengumpulan Data ... 42

G. Sumber Data ... 44

H. Pengolahan dan Rencana Analisa Data ... 45

I. Alur Penelitian ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 50

1. Karakteristik Responden ... 50

2. Hasil Analisis Data ... 51

B. Pembahasan ... 54

1. Dukungan Keluarga Pada Lansia ... 54

2. Kemandirian Dalam Pemenuhan Activity Of Daily Living ... 56

3. Analisis Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemandirian dalam Pemenuhan Activity of Daily Living (ADL) Pada Lansia .... 58

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65 LAMPIRAN

(8)

KATA PENGANTAR

É Οó ¡ Î 0

Ç≈ u Η÷ q § 9 $# «!$#

ÉΟŠÏ m § 9 $#

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya yang tiada henti diberikan kepada hambaNya. Salam dan salawat tak lupa kita kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-Hari Lansia (Activity Of Daily Living) di Dusun Macinna Desa Pataro Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba dapat terselesaikan dengan baik yang sekaligus menjadi syarat untuk menyelesaikan studi di Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.

Especially kupersembahkan karya ini kepada Ayahanda Upa, S.Pd dan Alm. Ibunda Hasnawati A.Ma.Pd, terima kasih atas segala dukungan moril, materil, dan doa di setiap hembusan nafas beliau, kasih sayang tulus yang tak akan tertandingi oleh siapapun dan apapun. Terima kasih atas segala kepercayaan yang diberikan beliau bahwa penulisan akan mampu mandiri dan menjaga kehormatan dan nama baik beliau meski kami berada dalam jarak ribuan kilometer.

(9)

vi

Dengan segala kerendahan hati, melalui kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. DR. H. A. Qadir Gassing HT, MS, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar beserta seluruh staf akademik atas bantuannya selama penulisan mengikuti pendidikan.

2. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad M. sewang M.Ag, selaku dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, beserta staf akademik fakultas ilmu kesehatan.

3. Dr. Nur Hidayah, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan yang selalu memberikan motivasi dan pengetahuan yang luas kepada kami anak didiknya.

4. Ibu Hj. Murtini, S.KM, M.Kes, selaku Pembimbing I dan Ibu Musdalifah, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan dan masukan guna penyempurnaan penulisan skripsi ini.

5. Bapak Nuurhidayat Jafar, S. Kep, Ns.,M.Kep, selaku penguji I dan Bapak Prof. Dr. Darussalam, M.Ag, selaku penguji II yang telah banyak memberikan arahan dan masukan guna penyempurnaan skripsi ini.

Dari semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis tentunya tidak akan dapat memberikan balasan yang setimpal kecuali berdoa semoga Allah Subuhana Wa Taala senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia – Nya kepada yang membantu sesamanya.

(10)

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini dibuat dengan usaha yang maksimal, tidak menutup kemungkinan masih terdapat kekurangan oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan tanggapan, kritikan, dan saran yang konstruktif sehingga panulis dapat berkarya yang lebih baik lagi pada masa yang akan datang.

Akhirnya, harapan dan doa penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan bernilai ibadah di sisi – Nya. Amin

Makassar , 2014

Penyusun

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3. 1 Kerangka Konsep ... 40 Gambar 3. 2 Alur Penelitian... 49

(12)

Tabel 1.1 Penilaian Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan ADL ... 10 Tabel 2.1 Penilaian Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan ADL ... 25 Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin

Tingkat Pendidikan, Pekerjaan dan Status Pernikahan ... 50 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga ... 51 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kemandirian Lansia... 52 Tabel 4.4 Tabel Silang Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian

Dalam Pemenuhan ADL Pada Lansia ... 53

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Persetujuan Menjadi Responden ... 69

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ... 70

Lampiran 3 Data Hasil Penelitian ... 73

Lampiran 4 Data Hasil Analisis Chi-Square ... 78

(14)

NIM : 70300110108

FAKULTAS/JURUSAN : Ilmu Kesehatan / Keperawatan

JUDUL PENELITIAN :Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Kemandirian Dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari – Hari (Activity Daily Of Living) Pada Lansia Di Dusun Macinna Desa Pataro Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

Mandiri adalah kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung pada orang lain. Kemandirian lansia dapat dilihat dari kualitas mental dan kualitas hidup yang dinilai dari kemampuan lansia dalam melakukan pemenuhan ADL, yang meliputi toileting, makan, berpakaian, mandi, kontinensia dan berpindah tempat. Dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari pada lansia di bagi menjadi dua : usia lanjut yang masih aktif dan usia lanjut yang pasif sehingga dalam pemenuhan aktivitas sehari- hari tidak dapat dilakukan sendiri tetapi juga harus melibatkan anggota keluarga.

Keluarga memegang peranan penting dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari lansia. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian dalam pemenuhan Activity Daily Of Living (ADL).

Desain penelitian adalah Cross Sectional yang dilakukan pada lansia sebanyak 41 orang. Sampel dipilih dengan cara Total sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data penelitian dikumpulkan dengan cara observasi dan wawancara. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat.

Analisa univariat digunakan untuk menganalisa karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan status perkawinan). Sedang analisa bivariat untuk menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian dalam pemenuhan Activity Daily Of Living (ADL).

Dari analisis data menggunakan Uji Chi-Square didapatkan bahwa ada hubungan yang ditunjukan melalui uji statistik Chi-Square dengan hasil Fisher’s Exact Test nilai p=0,002 (<α=0,05) yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kemandirian dalam pemenuhan ADL lansia. Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin baik dukungan keluarga, maka semakin baik juga kemandirian lansia dalam pemenuhan kebutuhan ADL.

Untuk penelitian selanjutnya disarankan menggunakan karakteristik populasi yang lebih beragam dengan faktor perancu lain seperti kondisi kesehatan, kondisi ekonomi, agar dapat mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap kemandirian dalam pemenuhan Activity Daily Living (ADL).

Kata kunci : Dukungan Keluarga, Kemandirian Lansia dalam Pemenuhan Activity Daily Living

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan, baik bagi individu lansia itu sendiri, keluarga, masyarakat maupun pemerintah (Azizah, 2011). Keadaan di Indonesia juga menunjukkan hal yang sama yaitu ada kenaikan jumlah usia lanjut. Pembangunan di Indonesia memberi dampak adanya perbaikan lingkungan hidup, derajat kesehatan, higiene, dan gizi. Keadaan ini selanjutnya menyebabkan bertambahnya angka harapan hidup, menurunnya angka fertilitas dan mortalitas yang kemudian memberi dampak pada bertambahnya jumlah usia lanjut. (Maryam, 2008)

UU No. 13 tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2 Tentang kesejahteraan lanjut usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas (Notoatmodjo, 2007). WHO (1999) (dalam Azizah, 2011) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (middle age) antara usia 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

Seiring dengan bertambahnya usia harapan hidup, jumlah lansia di Indonesia cenderung meningkat. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia di Indonesia diproyeksikan tahun 2012 sebanyak 20.494.2 (7,18 persen), selanjutnya pada tahun 2013 meningkat menjadi

(16)

21.295.3 jiwa (9,77 persen). Pada tahun 2020 diprediksikan jumlah lanjut usia mencapai 28.822.879 jiwa (11,34 persen). (Badan Pusat Statistik, 2014)

Proses menua merupakan hal lazim yang dialami oleh semua manusia.

Sebuah proses yang mengubah orang dewasa sehat menjadi rapuh disertai dengan menurunnya cadangan hampir semua sistem fisiologis proses tersebut disertai dengan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan kematian.

Menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas termasuk infeksi dan kemampuan untuk memperbaiki kerusakan yang diderita. (Darmojo, 2004)

Permasalahan yang dihadapi usia lanjut apabila tidak segera diatasi akan menimbulkan akibat seperti menurunnya Activity of Daily Living(ADL). Salah satu faktor penyebabnya adalah dukungan anggota keluarga (Azizah, 2011).

Untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia lanjut usia,kita perlu mengetahui kondisi lanjut usia di masa lalu dan masa sekarang sehingga orang lanjut usia dapat diarahkan menuju kondisi kemandirian. Mandiri adalah kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung pada orang lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan bebas mengatur diri sendiri atau aktivitas seseorang baik individu maupun kelompok dari berbagai kesehatan atau penyakit. Mandiri juga dikatakan merawat diri sendiri atau merawat diri dan dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari - hari yang dalam istilah bahasa Inggris disingkat ADL (Activity of Daily Living).

(17)

3

ADL (Activity of Daily Living) merupakan aktivitas pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain : ke toilet, makan, berpakaian (berdandan), mandi dan berpindah tempat. (S.Tamher-Noorkasiani, 2009).

Menurut Mubarok et al (2006) ADL (Activities of Daily Living) adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. Kebanyakan orang menilai tingkat kesehatannya berdasarkan kemampuannya untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Kemampuan tersebut meliputi berdiri, berjalan, bekerja, makan, minum dan sebagainya. Dalam pemenuhan aktivitas kehidupan sehari-hari pada usia lanjut di bagi menjadi dua : usia lanjut yang masih aktif dan usia lanjut yang pasif sehingga dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari tidak dapat dilakukan sendiri tetapi juga harus melibatkan anggota keluarga dan tim kesehatan lainnya. Keluarga memegang peranan penting dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari usia lanjut (S.Tamher-Noorkasiani, 2009)

Menurut Setiadi (2008) dalam bukunya yang berjudul “Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga” keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat,sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI (1988) (dalamEffendy, 2008) keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Menurut Sarwono (2003) dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Dukungan keluarga juga didefinisikan

(18)

sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subyek yang ada dalam lingkungannya yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberian keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya (Smet, 2002).

Sesuai dengan teori yang diungkapkan olehAzizah (2011), dukungan keluarga memiliki beberapa manfaat, antara lain : pertama, Social support tidak hanya berwujud dalam bentuk dukungan moral,melainkan dukungan spiritual dandukungan material; kedua, meringankan beban bagi seseorang atau sekelompok orang yang sedang mengalami masalah; ketiga, dukungan diberikan merupakan suatudorongan untuk mengobarkan semangathidupnya, menyadarkan bahwa masihada orang lain yang peduli.

A.Ilyas Ismail, M.A (Dr. Ronald Hutapea, 2005) mengemukakan pentingnya kepedulian kita sebagai mahluk beragama terhadap kesejahteraan kaum lansia. Di dalam Islam, perhatian kepada usia lanjut itu menjadi keharusan bagi setiap muslim, keharusan ini antara lain dikaitkan dengan Birral-Waliadain, keharusan berbuat baik kepada kedua orang tua. Dalam Al- Quran, Allah SWT berulang kali mengingatkan kita agar kita senantiasa berbuat baik kepada kedua orangtua, terlebih lagi bila mereka mencapai usia lanjut. Allah berfirman dalam Q.S al-Isra /17:23

*

4|Ós%uρ

y7•/u‘

āωr&

(#ÿρ߉ç7÷ès?

HωÎ)

çν$−ƒÎ)

Èøt$Î!≡uθø9$$Î/uρ

$·Ζ≈|¡ômÎ) 4

$¨ΒÎ)

£tóè=ö7tƒ

x8y‰ΨÏã

uŽy9Å6ø9$#

!$yϑèδ߉tnr&

÷ρr&

$yϑèδŸξÏ.

≅à)s?Ÿξsù

!$yϑçλ°;

7e∃é&

$yϑèδöpκ÷]s?Ÿωuρ

≅è%uρ

$yϑßγ©9 Zωöθs%

$VϑƒÌŸ2

∩⊄⊂∪

(19)

5

Terjemahnya:

Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”

Ayat diatas menyatakan ﻲﻀﻗﻭ (Dan Tuhanmu) yang selalu membimbing dan berbuat baik kepadamu telah menetapkan dan memerintahkan supaya kamu, yakni engkau wahai Nabi Muhammad dan seluruh manusia jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbakti kepada kedua orang tua, yakni ibu bapak kamu dengan kebaktian sempurna. ( ﻢﻫﺪﺣﺍ ﺮﺒﻠﻛﺍ ﻙﺪﻧءﻞﻨﻐﻟﺎﺒﻳ ﻡﺍJika salah seorang diatara keduanya atau kedua-duanya mencapai ketuaan), yakni berumur lanjut atau dalam keadaan lemah sehingga mereka terpaksa berada di sisimu, yakni dalam pemeliharaanmu, ﻑﺍ ﻢﻬﻟ ﻞﻠﻘﻠﺗﻼﻓ (maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” ) atau suara dan kata yang mengandung makna kemarahan atau pelecehan atau kejemuan, walau sebanyak dan sebesar apa pun pengabdian dan pemeliharaanmu kepadanya dan janganlah membentak keduanya menyangkut apapun yang mereka lakukan , apalagi melakukan yang lebih buruk dari membentak dan ucapkanlah kepada keduanya sebagai ganti membentak, bahkan dalam setiap percakapan dengannya perkataan yang mulia, yakni perkataan yang baik, lembut dan penuh kebaikan serta penghormatan.

Kata ﻢﻳﺮﻠﻛ biasa diterjemahkan mulia. Bila kata ﻢﻳﺮﻠﻛ dikaitkan dengan ahlak menghadapi orang lain, maka ia bermakna Ayat diatas

(20)

menuntut agar apa yang disampaiakan kepada kedua orang tua bukan saja yang benar dan tepat, bukan saja juga sesuai dengan adat kebiasaan yang baik dalam suatu masyarakat, tetapi ia juga harus yang terbaik dan termulia, dan kalaupun seandainya orang tua melakukan suatu “kesalahan” terhadap anak, maka kesalahan itu harus dianggap tidak ada/ dimaafkan (dalam arti dianggap tidak pernah ada dan terhapus dengan sendirinya) karena tidak ada orang tua yang bermaksud buruk terhadap anaknya. Demikian makna ﻢﻳﺮﻠﻛ yang dipesankan kepada anak dalam menghadapi orang tuanya. (M. Quraish Shihab, 2002)

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Chusnul Chuluq (2009) tentang Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Dalam Pemenuhan Activity of Daily Living pada Lansia Wanita di Kampung Karang Werdha Puntodewo 1 Kelurahan Bunulrejo Malang menyatakan bahwa dukungan keluarga yang diberikan pada lansia yang terbesar adalah dengan kategori baik yaitu sebesar (58,14%), kategori sedang yaitu sebanyak (34,88%) dan yang terkecil adalah dengan kategori kurang sebanyak (2,33%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat lansia wanita yang mendapatkan dukungan keluarga dengan baik maupun kurang baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga diantaranya usia, tingkat pendidikan, dan pekerjaan (Azizah, 2011).

Jumlah lansia yang mandiri dalam pemenuhan aktivitas sebesar (90,70%) dan yang masih tergantung sebagian sebanya (9,30%). Distribusi frekuensi mengenai kemandirian lansia, pada umumnya (86,7%) termasuk kategori mandiri, sebagian kecil (11,7%) termasuk kategori ketergantungan ringan,

(21)

7

sedangkan yang termasuk kategori ketergantungan berat hanya 1,6%. Tidak ditemukan lansia dengan kategori ketergantungan total. Hasil uji korelasi Spearman Rank pada variabel dukungan keluarga menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara kedua variabel karena nilai p < 0,05.

Berdasarkan data awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap populasi lansia yang terdapat di Dusun Macinna, Desa Pataro sebanyak 41 jiwa dengan jumlah lansia laki- laki sebanyak 19 orang dan perempuan sebanyak 22 orang.

Setelah dilakukan survey terhadap 10 orang lansia pada tanggal 04 Februari 2014 didapatkan gambaran bahwa rata-rata lansia yang tidak mendapatkan dukungan keluarga hanya sekitar 30% dan sekitar 70% yang mendapatkan dukungan. Melihat aktivitas sehari-hari lansia ada yang tampak mandiri sekitar 55% dan yang tergantung sekitar 45%. Kondisi tersebut terlihat dari penampilan lansia yang bervariasi, ada yang rapi ada yang kelihatan kotor tidak terawat. Demikian juga aktifitas ada yang kelihatan rajin dan bersemangat tanpa bantuan orang lain tetapi juga ada yang tampak lesu atau malas. Pada saat ini lansia kurang sekali mendapatkan perhatian serius ditengah keluarga dan masyarakat terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari-hari. Hal ini disebabkan karena lansia mempunyai keterbatasan waktu, dana, tenaga dan kemampuan untuk merawat diri sedangkan keluarga tidak mampu untuk membantu lansia.

Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemandirian Dalam

(22)

Pemenuhan Aktivitas Sehari-Hari(Activity of Daily Living) di Dusun Macinna Desa Pataro Kecamatan HerlangKabupaten Bulukumba.

B.Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Apakah ada Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemandirian dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari –hari (Activity Of Daily Living) pada Lansia di Dusun Macinna Desa Pataro Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba”?

C.Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

Ha : Ada hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari lansia di Dusun Macinna Desa Pataro Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

Ho : Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari lansia di Dusun Macinna Desa Pataro Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

D.Defenisi Operasional Variabel dan Kriteria Objektif

Definisi operasional variabel dan kriteria objektif yaitu menjelaskan semua variabel dan istilah yang digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga memudahkan pembaca/ penguji didalam mengingatkan makna

(23)

9

penelitian (Suyanto, 2009). Adapun definisi operasional dan kriteria objektif dalam penelitian ini yaitu:

1) Variabel Independen

Variabel independent adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependent. Adapun variabel independent dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga.

Dukungan keluarga merupakan informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang- orang yang akrab dengan lansia di Dusun Macinna Desa Pataro Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku lansia. Dukungan keluarga dalam hal ini meliputi dukungan penilaian, dukungan emosional, dukungan instrumental dan dukungan informasional.

Kriteria Objektif:

a. Baik jika nilai jawaban ≥30 b. Kurang jika nilai jawaban < 30 2) Variabel dependen

Variabel dependen adalah variabel terpengaruh oleh adanya variabel independent. Adapun variabel dependent dalam penelitian ini adalah kemandirian dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari pada lanjut usia.

Kemandirian pada lansia mengandung pengertian yaitu kemampuan yang dimiliki oleh lansia di Dusun Macinna Desa Pataro Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba untuk tidak bergantung pada orang lain

(24)

dalam melakukan aktivitasnya, semuanya dilakukan sendiri dengan keputusan sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Penilaian dalam melakukan activity of daily living dengan indeks Katz:

Tabel 1.1

Penilaian Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan ADL

No Penilaian Kriteria

6 Mandiri total Mandiri dalam mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindah, kontinen dan makan

5 Tergantung paling ringan

Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali salah satu dari fungsi di atas

4 Tergantung ringan Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali mandi dan satu fungsi di atas

3 Tergantung sedang Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi lainnya 2 Tergantung berat Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali

mandi, berpakaian, pergi ke toilet, dan satu fuungsi lainnya

1 Tergantung paling berat Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindh dan satu fungsi lainnya

0 Tergantung total Tergantung pada 6 fungsi di atas Sumber: Indeks Katz, S (1970) (dalam Agung, 2006) Kriteria Objektif

Mandiri : jika skor = 6 Tidak mandiri : jika skor ≤ 5

(25)

11

E.Tujuan Penelitian 1) Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan dukungan keluarga terhadap kemandirian dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari (Activity of Daily Living) pada Lansiadi Dusun Macinna Desa Pataro Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba”.

2) Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran dukungan keluarga dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari (Activity of Daily Living) pada lansia di Dusun Macinna Desa Pataro Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba”.

b. Diketahuinya gambaran kemandirian dalam pemenuhan aktivitas sehari- hari (Activity of Daily Living) pada lansia diDusun Macinna Desa Pataro Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba”.

c. Diketahuinya hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian dalam pemenuhan aktivitas sehari –hari (Activity of Daily Living)lansia diDusun Macinna Desa Pataro Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba”.

F. Manfaat Penelitian

1) Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Sebagai masukan yang bermakna dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan terhadap pasien utamanya pada para lansia dalam memberikan perencanaan atau tindakan yang berhubungan dengan kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

2) Bagi Pendidikan

Sebagai sumbangan ilmiah dan masukan untuk pengembangan ilmu

(26)

pengetahuan khususnya tentang hubungan dukungan keluarga terhadap kemandirian dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari serta dapat digunakan sebagai bahan pustaka atau bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

3) Bagi Keluarga

Sebagai bahan informasi bagi keluarga sebagai orang terdekat lansia tentang bagaimana memberikan dukungan terkait kemandirian dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari lansia.

4) Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman berharga bagi peneliti dalam rangka menambah wawasan pengetahuan serta mengembangkan diri dalam bidang penelitian.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Umum Tentang Lansia 1. Defenisi Lansia

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2008)

Menurut Bustan, M.N (2007) Lanjut usia atau manusia usia lanjut (manula) adalah kelompok berumur tua. Golongan penduduk yang mendapat perhatian atau pengelompokan tersendiri ini adalah populasi berumur 60 tahun atau lebih.

Menurut Darmojo (2004) menjadi tua merupakan proses yang alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses yang berangsur- angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian.

Menurut Mickey Stenley (2007) secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, psikologis, biologis, mental maupun sosial ekonomi. Semakin lanjut usia, mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik. Lansia merasa lemah dan

(28)

tidak berdaya sehingga dapat menyebabkan penurunan peran sosial.

Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Ar-Rum /30:54

*

ª!$#

“Ï%©!$#

Νä3s)n=s{

ÏiΒ

7#÷è|Ê

¢ΟèO

Ÿ≅yèy_

.ÏΒ

ω÷èt/

7#÷è|Ê

Zο§θè%

¢ΟèO

Ÿ≅yèy_

.ÏΒ

ω÷èt/

;ο§θè%

$Z ÷è|Ê

Zπt7øŠx©uρ

4

ß,è=øƒs†

â!$t±o„$tΒ

(

uθèδuρ ÞΟŠÎ=yèø9$#

㍃ωs)ø9$#

∩∈⊆∪

Terjemahnya:

“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki- Nya dan dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.”

Ayat ini memulai dengan menyebut nama wujud yang teragung dan yang khusus bagi-Nya serta yang mencakup segala sifat-Nya yakni:

, Dia-lah ﻱﺰﻟﺍ

ﻣ ﻢﻜﻘﻠﺧ

ﻑءﺽ ﻦ (yang menciptakan kamu dari keadaan lemah), yakni setetes sperma yang bertemu dengan indung telur. Lalu, tahap demi tahap meningkat dan meningkat hingga kemudian, setelah melalui tahap bayi, kanak-kanak, dan remaja, Dia menjadikan kamu sesudah keadaan lemah itu memiliki kekuatan sehingga kamu menjadi dewasa dan sempurna umur. Ini pun berlangsung cukup lama. Kemudian, setelah melalui belasan tahun dan melewati usia kematangan, Dia menjadikan kamu sesudah menyandang kekuatan itu menderita kelemahan kembali dengan hilangnya sekian banyak potensi dan tumbuhnya uba dikepal. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki sesuai hikmah kebijaksanan-Nya dan Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa.(M. Quraish Shihab, 2002)

(29)

15

2. Batasan Lansia

Umur yang dijadikan patokan sebagai lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60 sampai 65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan lanjut usia yaitu:

a) Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lanjut usia dikelompokkan menjadi:

1. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun 2. Lanjut usia (elderly): antara 60 sampai 74 tahun

3. Lanjut usia tua (old): antara 75 sampai 90 tahun 4. Usia sangat tua (very old): diatas 90 tahun.

b) Menurut Undang- Undang No. 36 Tahun 2009, bahwa upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip non diskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional.

c) Referensi lain mengklasifikasikan lansia sebagai berikut, (Depkes RI, 2003) yaitu:

1. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berusia antara 45 sampai 59 tahun 2. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun lebih

3. Lansia resiko tinggi, berusia 70 tahun atau lebih atau usia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

(30)

4. Lansia potensial, lansia yang masih mamp melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.

5. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

3. Tipe Lansia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, social, dan ekonominya (Nugroho, 2000).

Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.

a) Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, menjadi panutan.

b) Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

c) Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang prose penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.

d) Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.

(31)

17

e) Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.

Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif tipe dependen (kebergantungan, tipe defensive (bertahan), tipe militan dan serius, tipe pemarah /ftrustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa serta benci pada diri sendiri.

4. Permasalahan yang Terjadi Pada Lanjut Usia

Perubahan yang berhubungan dengan proses menua normal seebagian besar merupakan akibat kehilangan atau menurunan secara bertahap.

Kehilangan tersebut sebenarnya sudah dimulai sejak awal usia muda, tetapi pada sebagian sistem organ, kehilangan tersebut baru bermakna secara fungsional setelah terjadi kehilangan yang besar. Pada beberapa sistem organ, sekelompok individu tampak mengalami penururnan fungsi secara bertahap sepanjang waktu (misalnya organ ginjal), sedangkan fungsi organ-organ lain tetap konstan. (Suyono S, 2001)

a) Perubahan fisik 1) Sel

Lebih sedikit jumlahnya dan ukurannya lebih besar, jumlah cairan tubuh dan cairan intra seluler berkurang.

2) Sistem Persarafan

Cepatnya penurunan hubungan persarafan, lambatnya dalam respon dan waktu untuk bereaksi dengan stress, mengecilnya saraf panca indra,

(32)

berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu degan rendahnya ketahanan dingin.

3) Sistem pendengaran

Presbiakusis: hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.

4) Sistem penglihatan

Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola), lensa lebih suram, meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang, berkurangnya luas pandangan.

5) Sistem kardiovaskuler

Katup jantung menebal, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh darah; kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah turun 65 mmHg atau hipotensi orthestatik (mengakibatkan pusing-pusing mendadak), tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.

(33)

19

Sistole normal kurang lebih 150 mmHg dan diastole kurang lebih sekitar 95 mmHg.

6) Sistem respirasi

Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatannya dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas, kapastas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.

7) Sistem Gastrointestial

Kehilangan gigi; penyebab utama adanya Periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahn, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk. Indera pengecap menurun; adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap kurang lebih 80%. Hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah tertama rasa manis dan asin, hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap tentang rasa asin, asam, da pahit. Lambung; rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung menurun, waktu pengosongan lambung menurun.

8) Sistem genitourinaria

Ginjal; mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tbulus berkurang akibatnya kurang kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menrun, proteinuria, BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.

(34)

9) Sistem endokrin

Produksi dari semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, menurunnya aktivitas tiroid; menurunnya BMR, menurunnya daya pertukaran zat, menurunnya produksi aldosteron, menurunnya sekresi hormon kelamin misalnya: progesteron, estrogen, dan testosteron.

10)Sistem kulit

Kuku jari menjadi tebal dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tandk, kelenjar keringat kulit mengkerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu (ubanan), rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan vaskularisasi.

11)Sistem mskuloskeletal

Tulang kehilangan density (cairan) dan makin raph, kifosis, discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang), persendian besar dan menjadi kaku, tendon mengkerut dan mengalmi sklerosis, atropi serabut otot; pergerkan menjadi lambat, otot kram, dan menjadi tremor (Nugroho, W. 2008).

b) Perubahan mental

1) Perubahan kepribadian yang drastis

Keadaan ini jarang terjadi, lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh karena faktor lain seperti penyakit-penyakit.

(35)

21

2) Kenangan (memori)

a. Kenangan lama tidak berubah

b. Kenangan jangka panjang; berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu, mencakup beberapa perubahan.

3) IQ (Intelegentia Quantion)

a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor.

B.Tinjauan Umum Tentang ADL (Activity of Daily Living) 1. Pengertian ADL (Activity of Daily Living)

Menurut Agung (2006), Activity of Daily Living adalah pengukuran terhadap aktivitas yang dilakukan rutin oleh manusia setiap hari. Aktivitas tersebut antara lain: memasak, berbelanja, merawat/mengurus rumah, mencuci, mengatur keuangan, minum obat dan memanfaatkan sarana transportasi.

Menurut Setiati (2000), Activity of Daily Living (ADL) ada 2 yaitu, ADLstandar dan ADL instrumental. ADL standar meliputi kemampuan merawatdiri seperti makan, berpakaian, buang air besar/kecil, dan mandi;

sedangkan ADL instrumental meliputi aktivitas yang kompleks seperti memasak, mencuci, menggunakan telepon, dan menggunakan uang.

Skala ADL dasar ini sangat bermanfaat dalam menggambarkan status fungsional dasar dan menentukan target yang ingin dicapai untuk pasien–

pasien dengan derajat gangguan fungsional yang tinggi, terutama pada pusat–

pusat rehabilitasi. Terdapat sejumlah alat atau instrument ukur yang telah teruji validitasnya untuk mengukur ADL dasar salah satunya adalah indeks ADL

(36)

Katz. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi defisit status fungsional dasar dan mencoba memperoleh cara mengatasi dan memperbaiki status fungsional dasar tersebut. Skor ADL dasar dari setiap pasien lansia harus diikuti dan dipantau secara berkala/periodik untuk melihat apakah terjadi perburukan atau perbaikan.

2. Macam-macam Aktifitas Sehari-hari Pada Lansia

Menurut Leukenotte (1998), aktifitas sehari-hari terdiri dari:

a) Mandi (spon, pancuran, atau bak)

Tidak menerima bantuan (masuk dan keluar bak mandi sendiri jika mandi dengan menjadi kebiasaan), menerima bantuan untuk mandi hanya satu bagian tubuh (seperti punggung atau kaki), menerima bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh (atau tidak dimandikan)

b) Berpakaian

Mengambil baju dan memakai baju dengan lengkap tanpa bantuan, mengambil baju dan memakai baju dengan lengkap tanpa bantuan kecuali mengikat sepatu, menerima bantuan dalam memakai baju, atau membiarkan sebagian tetap tidak berpakaian.

c) Ke kamar kecil

Pergi kekamar kecil membersihkan diri, dan merapikan baju tanpa bantuan (dapat mengunakan objek untuk menyokong seperti tongkat, walker, atau kursi roda, dan dapat mengatur bedpan malam hari atau bedpan pengosongan pada pagi hari, menerima bantuan kekamar kecil membersihkan diri, atau dalam merapikan pakaian setelah eliminasi, atau

(37)

23

mengunakan bedpan atau pispot pada malam hari, tidak ke kamar kecil untuk proses eliminasi.

d) Berpindah

Berpindah ke dan dari tempat tidur seperti berpindah ke dan dari kursi tanpa bantuan (mungkin mengunakan alat/objek untuk mendukung seperti tempat atau alat bantu jalan), berpindah ked an dari tempat tidur atau kursi dengan bantuan, bergerak naik atau turun dari tempat tidur.

e) Kontinen

Mengontrol perkemihan dan defekasi dengan komplit oleh diri sendiri, kadang-kadang mengalami ketidak mampuan untuk mengontrol perkemihan dan defekasi, pengawasan membantu mempertahankan control urin atau defekasi, kateter digunakan atau kontnensa.

f) Makan

Makan sendiri tanpa bantuan, Makan sendiri kecuali mendapatkan bantuan dalam mengambil makanan sendiri, menerima bantuan dalam makan sebagian atau sepenuhnya dengan menggunakan selang atau cairan intravena.

3. Penilaian Kemandirian Pemenuhan Activity Of Daily Living (ADL)

Menurut Maryam (2008) dengan menggunakan indeks kemandirian Katz untuk ADL yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dariklien dalam hal makan, mandi, toileting, kontinen (BAB/BAK), berpindah kekamar mandi dan berpakaian. Penilaian dalam melakukan activity of daily living sebagai berikut:

(38)

a. Mandi

1) Mandiri : bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung atau ektremitas yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya.

2) Bergantung : bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar dari bak mandi, serta tidak mandi sendiri

b. Berpakaian

1) Mandiri : mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan pakaian, mengancing / mengikat pakaian.

2) Bergantung : tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian.

c. Toileting

1) Mandiri : masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan genitalia sendiri.

2) Bergantung : menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan menggunakan pispot.

d. Berpindah

1) Mandiri : berpindah dari tempat tidur, bangkit dari kursi sendiri.

2) Bergantung : bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi, tidak melakukan sesuatu atau perpindahan.

e. Kontinen

1) Mandiri : BAB dan BAK seluruhnya dikontrol sendiri.

2) Bergantung : inkontinesia persial atau total yaitu menggunakan kateter dan pispot, enema dan pembalut/pampers.

(39)

25

f. Makanan

1) Mandiri : mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri.

2) Bergantung : bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan parenteral atau melalui Naso Gastrointestinal Tube (NGT).

Adapun penilaian hasil dari pelaksanaan activity of daily living seperti tercantum dalam tabel berikut.

Tabel 2.1

Penilaian Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan ADL

No Penilaian Kriteria

6 Mandiri total Mandiri dalam mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindah, kontinen dan makan

5 Tergantung paling ringan

Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali salah satu dari fungsi di atas

4 Tergantung ringan Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali mandi dan satu fungsi di atas

3 Tergantung sedang Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi lainnya 2 Tergantung berat Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali

mandi, berpakaian, pergi ke toilet, dan satu fuungsi lainnya

1 Tergantung paling berat Mandiri pada semua fungsi di atas, kecuali mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindh dan satu fungsi lainnya

0 Tergantung total Tergantung pada 6 fungsi di atas Sumber: Katz, S (1970) (dalam Agung, 2006)

(40)

4. Tingkat Aktifitas Sehari-hari Pada Lanjut Usia

Menurut leukenotte (1998) tingkatan aktifitas shari-hari Tingkatan 1 : Mandiri, berarti tanpa pengawasan , pengarahan, atau

bantuan pribadi secara aktif kecuali jika disebutkan secara spesifik sebelumnya. Seseorang yang menolak untuk melaksanakan suatu fungsi dicatat sebagai tidak melakukan fungsi tersebut walaupun dianggap mampu.

Tingkatan 2 : Memerlukan bantuan ketergantungan terhadap lebih dari satu bagian tubuhnya.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktifitas Sehari-hari Pada Lansia Kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan aktifitas sehari - hari pada lansia adalah sebagian berikut :

a. Faktor-faktor dari dalam diri sendiri 1) Umur

Kemampuan aktifitas sehari-hari pada lanjut usia dipengaruhi dengan umur lanjut usia itu sendiri. Semakin tua ketergantungannya semakin besar. Umur seseorang menunjukkan tanda kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana seseorang bereaksi terhadap ketidak mampuan melaksanakan aktifitas sehari-hari (Potter, 2005).

2) Kesehatan fisiologis

Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan partisipasi dalam aktifitas sehari-hari, sebagai contoh sistem nervous menggumpulkan dan menghantarkan, dan mengelola informasi dari

(41)

27

lingkungan. Sistem muskuluskoletal mengkoordinasikan dengan sistem nervous sehingga seseorang dapat merespon sensori yang masuk dengan cara melakukan gerakan. Gangguan pada sistem ini misalnya karena penyakit, atau trauma injuri dapat mengganggu pemenuhan aktifitas sehari-hari.

3) Fungsi kognitif

Kognitif adalah kemampuan berfikir dan memberi rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan (Keliat,1995). Tingkat fungsi kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Fungi kognitif menunjukkan proses menerima, mengorganisasikan dan menginterpestasikan sensor stimulus untuk berfikir dan menyelesaikan masalah. Proses mental memberikan kontribusi pada fungsi kognitif yang meliputi perhatian memori, dan kecerdasan. Gangguan pada aspek-aspek dari fungsi kognitif dapat mengganggu dalam berfikir logis dan menghambat kemandirian dalam melaksanakan aktifitas sehari- hari.

4) Fungsi psikologis

Fungsi psikologis menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada suatu cara yang realistik. Proses ini meliputi interaksi yang komplek antara perilaku interpersonal dan interpersonal. Kebutuhan psikologis berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang. Meskipun seseorang sudah

(42)

terpenuhi kebutuhan materialnya, tetapi bila kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi, maka dapat mengakibatkan dirinya merasa tidak senang dengan kehidupanya, sehingga kebutuhan psikologi harus terpenuhi agar kehidupan emosionalnya menjadi stabil (Tamher, 2009).

5) Tingkat stres

Stres merupakan respon fisik non spesifik terhadap berbagai macam kebutuhan. Faktor yang menyebabkan stres disebut stressor, dapat timbul dari tubuh atau lingkungan dan dapat mengganggu keseimbangan tubuh. Stres dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Stres dapat mempunyai efek negatif atau positif pada kemampuan seseorang memenuhi aktifitas sehari-hari (Miller, 1995).

b. Faktor-faktor dari luar meliputi : 1. Lingkungan keluarga

Keluarga masih merupakan tempat berlindung yang paling disukai para lanjut usia. Lanjut usia merupakan kelompok lansia yang rentan masalah, baik masalah ekonomi, sosial, budaya, kesehatan maupun psikologis, oleh karenanya agar lansia tetap sehat, sejahtera dan bermanfaat, perlu didukug oleh lingkungan yang konduktif seperti keluarga.

2. Lingkungan tempat kerja

Kerja sangat mempengaruhi keadaan diri dalam mereka bekerja, karena setiaap kali seseorang bekerja maka ia memasuki situasi lingkungan

(43)

29

tempat yang ia kerjakan. Tempat yang nyaman akan membawa seseorang mendorong untuk bekerja dengan senang dan giat.

3. Ritme biologi

Waktu ritme biologi dikenal sebagai irama biologi, yang mempengaruhi fungsi hidup manusia. Irama biologi membantu mahluk hidup mengatur lingkungan fisik disekitarnya. Beberapa faktor yang ikut berperan pada irama sakardia diantaranya faktor lingkungan seperti hari terang dan gelap. Serta cuaca yang mempengaruhi aktifitas sehar-hari. Faktor- faktor ini menetapkan jatah perkiraan untuk makan, bekerja.

C.Tinjauan Umum Tentang Dukungan Keluarga 1. Pengertian Dukungan Keluarga

Menurut Sarwono (2003) dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Dukungan keluarga juga didefinisikan sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungannya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya (Smet, 1994).

Dukungan keluarga merupakan suatu strategi intervensi preventif yang paling baik dalam membantu anggota keluarga mengakses dukungan sosial

(44)

yang belum digali untuk suatu strategi bantuan yang bertujuan untuk meningkatkan dukungan keluarga yang adekuat. Dukungan keluarga mengacu pada dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai suatu yang dapat diakses untuk keluarga misalnya dukungan bisa atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 2003).

2. Komponen Dukungan Keluarga

Cara untuk meningkatkan efektivitas keberadaan atau sumber potensial terdapatnya dukungan dari keluarga yang menjadi prioritas penelitian.

Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan atau proses terapeutik dalam setiap tahap sehat dan sakit para anggota keluarga yang sakit.

Proses ini menjadikan seorang pasien mendapatkan pelayanan kesehatan meliputi serangkaiaan keputusan dan peristiwa yang terlibat dalam interaksi antara sejumlah orang, termasuk keluarga, teman-teman dan para profesional yang menyediakan jasa pelayanan kesehatan (White, 2004 dikutip dari skripsi : Rismauli, 2007).

Komponen-komponen dukungan keluarga menurut Friedman (1998) terdiri dari:

a) Dukungan Penilaian

Menurut Murodion (dalam Triswandari, 2008) di Indonesia sudah menjadi budaya bahwa orang tua merupakan tempat meminta saran dan pertimbangan terhadap masalah yang terjadi di keluarga maupun di

(45)

31

masyarakat. Dalam keluarga, kakek dan nenek mempunyai peranan sangat penting sebagai warga tertua yang penuh pengalaman dan kebijakan, namun tidak jarang lansia merasa tidak dibutuhkan lagi sehingga dukungan berupa penghargaan sangat penting bagi lansia. House & Smett (dalam Triswandari, 2008) mengatakan bahwa dukungan penghargaan menyebabkan lansia merasa bahwa dirinya dianggap dan dihargai sehingga akan menaikkan harga diri.

Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping yang dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan ini juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi pengaharapan positif individu kepada individu lain, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan perbandingan positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang yang kurang mampu. Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang positif.

b) Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental yaitu dukungan yang memfokuskan keluarga sebagai sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit berupa bantuan

(46)

langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, tenaga, dan sarana (Friedman, 2003)

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata (instrumental support material support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk di dalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit ataupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan masalah. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu dan mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.

c) Dukungan Informasional

Menurut (Soejono, 2002) lingkungan tempat tinggal di daerah perkotaan, memudahkan keluarga yang memiliki lansia untuk mencari informasi sebanyak - banyaknya mengenai perubahan pada lansia baik melalui media cetak seperti koran atau majalah maupun media elektronik seperti televisi dan internet serta fasilitas kesehatan yang lengkap di daerah perkotaan.

Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang

(47)

33

dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya, dan tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stressor. Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya dan memecahkan masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan menyediakan feed back. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi.

d) Dukungan Emosional

Dukungan emosional terutama didapatkan dari keluarga, bahwa kasih sayang dari anggota keluarga kepada anggota keluarga yang lain, memberikan penghargaan terhadap kehidupan keluarga terutama berkaitan dengan persepsi dan perhatian terhadap kebutuhan emosional para anggota keluarga (Faridatus dalam Triswandari, 2008).

Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara emosional, sedih, cemas, dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan seseorang akan hal dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat.

(48)

3. Sumber Dukungan Keluarga

Menurut Rook & Dooley, Kuntjoro (2002) dalam Tamher (2009), ada dua sumber dukungan keluarga yaitu sumber natural dan sumber artificial.

Dukungan keluarga yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada disekitarnya misalnya anggota keluarga (anak, istri, suami, dan kerabat) teman dekat atau relasi. Dukungan keluarga ini bersifat non formal sementara itu dukungan keluarga artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang kedalam kebutuhan primer seseorang misalnya dukungan keluarga akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial. Sehingga sumber dukungan keluarga natural memiliki berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan dukungan keluarga artifisial perbedaan tersebut terletak pada :

a. Keberadaan sumber dukungan keluarga natural bersifat apa adanya tanpa dibuat-buat sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat spontan.

b. Sumber dukungan keluarga yang natural memiliki kesesuaian dengan nama yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan.

c. Sumber dukungan keluarga yang natural berakar dari hubungan yang telah berakar.

d. Sumber dukungan keluarga yang natural memiliki keragaman dalam penyampaian dukungan sosial, mulai dari pemberian barang nyata hingga sekedar menemui seseorang dengan menyampaikan salam.

e. Sumber dukungan keluarga natural terbebas dari bebas dan label psikologis.

(49)

35

4. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Friedman (1998), ada bukti kuat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian daripada anak-anak dari keluarga yang besar. Selain itu, dukungan yang diberikan orangtua (khususnya ibu) juga dipengaruhi oleh usia.

Menurut Friedman (1998), ibu yang masih muda cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih egosentris dibandingkan ibu-ibu yang lebih tua.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas sosial ekonomi orangtua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah.

5. Manfaat Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (2003) dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan. Sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahapan siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan dukungan sosial keluarga membuat

(50)

keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga.

D.Tinjauan Umum Tentang Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Lansia

Dukungan keluarga terhadap lansia yaitu apa saja yang menjadi dukungan bagi keluarga terhadap kemandirian lansia tersebut. Adapun dukungan-dukungan yang diberikan oleh keluarga pada lansia seperti dukungan informasional, instrumental, emosional dan penilaian.

Pada lansia terlihat bahwa dukungan keluarga berpengaruh terhadap kemandirian dalam pemenuhan ADL karena pada lansia yang mendapatkan dukungan keluarga dengan baik, jumlah lansia yang mandiri dalam pemenuhan ADL lebih besar daripada lansia yang tergantung sebagian dalam pemenuhan ADL. Salah satu faktor lain yang mempengaruhi kemandirian adalah:

a. Kondisi Kesehatan

Lanjut usia yang memiliki tingkat kemandirian tertinggi adalah mereka yang secara fisik dan psikis memiliki kesehatan yang cukup prima.

Prosentase yang paling tinggi adalah mereka yang mempunyai kesehatan baik. Dengan kesehatan yang baik mereka bisa melakukan aktivitas apa saja dalamkehidupannya sehari-hari seperti : mengurus dirinya sendiri, bekerja dan rekreasi. Hal ini sejalan dengan pendapat S. Tamher-Noorkasiani (2009) bahwa kemandirian bagi orang lanjut usia dapat dilihat dari kualitas kesehatan sehingga dapat melakukan Activity Daily Living (ADL).

Sedangkan pada lanjut usia dengan kesehatan sedang cenderung tidak

(51)

37

mandiri. Hal ini disebabkan karena kondisi kesehatan mereka baik fisik maupun psikis yang kadang-kadang sakit atau mengalami gangguan, sehingga aktivitas sehari-hari tidak semuanya dapat dilakukan sendiri.

Pada beberapa kegiatan mereka memerlukan bantuan orang lain, misalnya mengerjakan pekerjaan yang berat atau mengambil keputusan.

dengan demikian orang lanjut usia dengan kondisi kesehatan baik dapat melakukan aktivitas apa saja sedangkan yang memiliki kondisi kesehatan sedang cenderung memilih aktivitas yang memerlukan sedikit kegiatan fisik.

Dengan menurunnya kondisi kesehatan seseorang secara bertahap dalam ketidakmampuan secara fisik mereka hanya tertarik pada kegiatan yang memerlukan sedikit tenaga dan kegiatan fisik (Hurlock,1994).

b. Kondisi Ekonomi

Pada kondisi ekonomi responden yang mandiri memiliki kondisi ekonomi sedang. Responden dengan kondisi ekonomi sedang berusaha tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya agar tidak tergantung pada anak atau keluarga lain. Dengan bekerja mereka akan memperoleh beberapa keuntungan yaitu selain mendapatkan penghasilan mereka dapat mengisi waktu senggang dengan kegiatan yang berguna, sehingga aktifitas fisik dan psikis tetap berjalan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Cici (2001) tentang faktor penentu lansia bekerja.

c. Kondisi Sosial (dukungan keluarga)

Hubungan sosial antara orang lanjut usia dengan anak yang telah dewasa adalah menyangkut keeratan hubungan mereka dan tanggung jawab anak

(52)

terhadap orang tua yang menyebabkan orang lanjut usia menjadi mandiri.

Tanggung jawab anak yang telah dewasa baik yang telah berumah tangga maupun yang belum, atau yang tinggal satu rumah, tidak tinggal satu rumah tetapi berdekatan tempat tinggal atau yang tinggal berjauhan (tinggal di luar kota) masih memiliki kewajiban bertanggung jawab terhadap kebutuhan hidup orang lanjut usia seperti kebutuhan sandang, pangan, kesehatan dan sosial.

Dari hasil penelitian bahwa interaksi sosial dan peran keluarga yang terlibat berpengaruh terhadap kemandirian lansia, hal ini dikarenakan interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai, menghargai dan saling mendukung antara lansia dengan keluarga, maka dihasilkan lansia yang mandiri dan tidak ketergantungan (Nugroho, 2008).

Hasil penelitianyang dilakukan oleh Chusnul Chuluq(2009), didapatkan hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kemandirian dalam pemenuhan Activity Daily Living (ADL) dengan nilai 0,472 yang berarti tingkat hubungannya adalah sedang. Hal tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Azizah (2011) yaitu dukungan keluarga memiliki beberapa manfaat, antara lain :

a. Social support tidak hanya berwujud dalam bentuk dukungan moral, melainkan dukungan spiritual dan dukungan material.

b. Meringankan beban bagi seseorang/sekelompok orang yang sedang mengalami masalah.

(53)

39

c. Dukungan diberikan merupakan suatu dorongan untuk mengobarkan semangat hidupnya, menyadarkan bahwa masih ada orang lain yang peduli.

(54)

Bab ini menyajikan beberapa metode penelitian yang mendasari penelitian meliputi desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, tempat penelitian, waktu penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, pengolahan data, analisa data serta alur penelitian.

A.Kerangka Konsep

: Variabel independen : Variabel dependen : Variabel tidak diteliti : Diteliti

Faktor- faktor potensial pengganggu:

1. Umur dan status perkembangan

2. Kesehatan fisiologis 3. Fungsi kognitif 4. Fungsi psikososial 5. Tingkat stress 6. Ritme biologi 7. Status mental Dukungan Keluarga:

1. Dukungan informatif 2. Dukungan

instrumental

3. Dukungan penilaian 4. Dukungan Emosional

Kemandirian dalam pemenuhan Aktivitas Sehari-hari (ADL) Lansia

Gambar

Tabel 1.1 Penilaian Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan ADL  ................   10  Tabel 2.1 Penilaian Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan ADL ................

Referensi

Dokumen terkait

Rinajumita (2011) memaparkan bahwa secara teoritis kemandirian lansia merupakan kemampuan lansia untuk melakukan fungsi yang berhubungan dengan aktivitas sehari-hari

Tujuan: Mengetahui kemandirian klien kusta dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia sehari-hari.. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh trunk control activity terhadap tingkat kemandirian penderita pasca stroke dalam melakukan aktivitas

Hasil penelitian ini dukungan keluarga masuk dalam kategori baik, mungkin karena dukungan keluarga yang paling banyak diterima oleh lansia Desa Ciwaru melibatkan

Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Sampelan tahun 2015 tentang hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari dengan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan antara fungsi kognitif dengan tingkat kemandirian aktivitas sehari-hari pada lansia di UPT Panti Wredha

Dukungan Keluarga Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mayoritas dukungan keluarga adalah baik sebanyak 47,3%, Hal ini dapat kita lihat pada kuesioner dukungan

Hubungan Tingkat Kemandirian Aktivitas Sehari-Hari Dengan Spiritualitas Lansia Di Desa Tenggela Kabupaten Gorontalo Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa responden dengan