• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

H. Pengolahan dan Rencana Analisa Data

Adapun pengolahan data melalui tahap sebagai berikut:

1. Editing

Editing merupakan pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah diperoleh dari responden (Setiadi, 2007). Kegiatan pengecekan pada pengisian lembar observasi apakah jawaban dalam lembar observasi sudah lengkap, jelas, relevan, dan konsisten.

2. Coding

Coding merupakan pemberian tanda atau mengklasifikasikan jawaban–

jawaban dari para responden ke dalam kategori tertentu (Setiadi, 2007).

Kegiatan mengubah data huruf menjadi data angka sehingga mudah dalam menganalisa.

3. Skoring

Pemberian Skoring pada penelitian ini meliputi:

a. Dukungan keluarga 1. Baik jika skor ≥ 30 2. Kurang jika skor < 30 b. Activity of Daily Living (ADL)

1) Mandiri total = 6

2) Tergantung paling ringan = 5

3) Tergantung ringan = 4

4) Tergantung sedang = 3

5) Tergantung berat = 2 6) Tergantung paling berat = 1

7) Tergantung total = 0

Mandiri : jika skor = 6 Tidak mandiri : jika skor ≤ 5 c. Karakteristik Responden

1) Umur : a. 60-69 tahun = 0 b. >70 tahun = 1 2) Jenis Kelamin : a. Laki-laki = 0 b. Perempuan = 1 3) Tingkat Pendidikan : a. Tidak sekolah = 0

b. SD = 1

c. SLTP = 2

d. SLTA = 3

e. PT = 4

4) Pekerjaan :a. PNS = 0

b. Pedagang = 1 c. Petani = 2 d. Lain-lain = 3 5) Status Perkawinan : a. Menikah = 0 b. Belum menikah = 1 4. Entry

Proses memasukkan data ke dalam tabel dilakukan dengan program yang

47

ada di komputer (Setiadi, 2007). Memasukkan data dari kuesioner ke dalam program yang terdapat di komputer yaitu SPSS 20.

5. Cleaning

Cleaning merupakan teknik pembersihan data, data–data yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan terhapus (Setiadi, 2007). Kegiatan pengecekan ulang yang sudah di entry apakah terdapat kesalahan atau tidak.

a. Data diedit atau dicek kembali atau dikoreksi kembali untuk melengkapi data yang mungkin masih kurang atau ada data yang tidak lengkap.

b. Data dikoding atau diberikan kode pada opsion-opsion yang sudah lengkap untuk memudahkan dalam menganalisis data.

c. Data ditabulasi atau dikelompokkan dalam bentuk tabel, kemudian dilanjutkan dengan analisa data.

b. Analisa Data

1) Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel baik variabel independen maupun variabel dependen. Analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variable yang diteliti.

2) Analisis bivariat

Uji statistik yang di gunakan adalah Chi-Square dengan menggunakan komputer program SPSS dan Microsoft Excel. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variable independen dan variabel

dependen dengan menggunakan uji statistik yaitu menggunakan rumus Chi-Square dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05.

Rumus Chi-Square yang digunakan adalah:

= ∑ ∑ ( )

Keterangan :

X2 = Chi-square O = nilai observasi E = nilai yang diharapkan

∑ = jumlah data i = baris j = kolom Penilaian :

1) Apabila χ2 statistik > χ2 kritis, maka Ho ditolak atau Ha diterima, artinya ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

2) Apabila χ2 statistik ≤ χ2 kritis, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

49

I. Alur Penelitian

Pengambilan data awal

Menentukan populasi penelitian

Menentukan jumlah sampel

Melakukan seleksi sampel berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Melakukan penelitian dengan cara membagikan lembar kuesioner dan observasi langsung

Melakukan pengolahan data

Menganalisis data secara univariat dan bivariat

Menyajikan hasil penelitian

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil

Pada penelitian ini, kuesioner disebarkan kepada Lansia di Dusun Macinna Desa Pataro Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba. Jumlah responden adalah sebanyak 41 orang (berdasarkan kriteria inklusi).

1. Karakteristik Responden

Berikut ini deskripsi karakteristik responden yang telah diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner:

Tabel 4.1

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan dan Status Pernikahan

Di Dusun Macinna Desa Pataro Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

Karakteristik responden f %

Umur 60 – 69 tahun 32 78,1

> 70 tahun 9 21,9

Jenis Kelamin Laki-laki 19 45,9

Perempuan 22 54,1

Tingkat Pendidikan

Tidak Sekolah 12 29,7

SD 29 70,3

SLTP 0 0

SLTA 0 0

Perguruan Tinggi 0 0

Pekerjaan

PNS 0 0

Pedagang 7 17,1

Petani 27 65,8

Lain-lain 7 17,1

51

Status Pernikahan

Menikah 40 97,6

Belum Menikah 1 2,4

Sumber: Data Primer 2014.

Pada tabel 4.1 Menunjukkan bahwa mayoritas umur responden adalah berusia antara 60 – 69 tahunyaitu 78,1% dan kebanyakan mereka adalah perempuan yakni sebanyak 54,1%. Tingkat pendidikan terbanyak yaitu SD sebanyak 70,3%, pekerjaan responden terbanyak adalah sebagai petani yaitu 65,8%, status pernikahan yang terbanyak adalah suami istri yang masih lengkap dan tinggal serumah dengan persentase sebanyak 53,6%.

2. Hasil Analisis Data

Dari pernyataan pada kuisioner yang telah diajukan kepada responden diperoleh berbagai macam tanggapan terhadap variabel dukungan keluarga, kemandirian dalam pemenuhan ADL dan hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian dalam pemenuhan ADL.

a. Dukungan Keluarga

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka data tabulasi responden berdasarkan dukungan keluarga dapat dilihat pada tabel 4.2 yaitu:

Tabel 4.2

Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga pada Lansia di Dusun Macinna Desa Pataro Kecamatan Herlang Kabupaten

Bulukumba (n=41)

Kategori f %

Baik 35 85,37

Kurang 6 14,63

Jumlah 41 100

Dari tabel 4.2 diketahui bahwa lansia yang mendapatkan dukungan keluarga dengan kategori baik yaitu 85,37%, sedangkan kategori kurang sebanyak 14,63%.

b. Kemandirian dalam Pemenuhan ADL

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka data tabulasi responden berdasarkan kemandirian dalam pemenuhan ADL pada lansia dapat dilihat pada tabel 4.3 yaitu:

Tabel 4.3

Distribusi Responden Berdasarkan Kemandirian dalam Pemenuhan ADL pada Lansia di Dusun Macinna Desa Pataro Kecamatan Herlang

Kabupaten Bulukumba(n=41)

Kategori f %

Mandiri 25 60,98

Tidak mandiri 16 39,02

Jumlah 41 100

Sumber: Data Primer 2014.

Dari tabel 4.3 didapatkan pada lansia di Dusun Macinna dikategorikan menjadi dua kelompok. Kemandirian dalam pemenuhan ADL pada lansia di Dusun Macinna adalah dengan kategori mandiri yaitu sebanyak 60,98%, sedangkan lansia yang tidak mandiri sebanyak 39,02%.

c. Analisis Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemandirian dalam Pemenuhan ADL

Untuk melihat signifikansi variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan uji X2 (chi- square) dengan hasil sebagai berikut:

53

Tabel 4.4

Tabel Silang Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemandirian dalam Pemenuhan ADL pada Lansia di Dusun Macinna Desa Pataro

Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba (n=41)

Dukungan Keluarga

Kemandirian dalam Pemenuhan Activity Daily Living (ADL)

P Value Mandiri Tidak

Mandiri Total (n)

f % f % f %

0,002 Baik 25 60,98% 10 24,39% 35 85,37%

Kurang 0 0,00% 6 14,63% 6 14,63%

Jumlah 25 60,98% 16 39,02% 41 100%

Sumber: Data Primer 2014.

Dari tabel 4.4 didapatkan bahwa lansia yang mendapat dukungan keluarga yang termasuk kategori baik dapat melakukan pemenuhan ADL secara mandiri dengan persentase 60,98%, sedangkan lansia yang medapat dukungan keluarga dengan kategori baik namun tidak dapat mandiri dalam pemenuhan ADL sebanyak 24,39%. Lansia yang mendapat dukungan keluarga dengan kategori kurang namun tidak dapat melakukan pemenuhan ADL secara mandiri yaitu sebanyak 14,63%, sedangkan lansia dengan dukungan keluarga kurang tidak dapat melakukan ADL secara mandiri yaitu 0,00%.

Hasil analisis dengan menggunakan uji Chi-Square didapatkan Fisher’s exact testp sebesar 0,002, atau berarti nilai p-value < α (0,05) sehingga dalam penelitian ini Ho ditolak dan Ha diterima dan dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian dalam pemenuhan ADL (2014) pada lansia di Dusun Macinna Desa Pataro Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

B. Pembahasan

1. Dukungan Keluarga Pada Lansia

Berdasarkan tabel 4.2 bahwa dukungan keluarga dikategorikan menjadi dua kelompok. Lansia yang mendapatkan dukungan keluarga dengan kategori baik sebanyak 85,37% dan kategori kurang yaitu 14,63%.

Hasil ini sejalan dengan pendapat Friedman (2003), yang mengatakan bahwa dukungan keluarga merupakan suatu strategi intervensi preventif yang paling baik dalam membantu anggota keluarga mengakses dukungan sosial yang belum digali untuk suatu strategi bantuan yang bertujuan untuk meningkatkan dukungan keluarga yang adekuat. Dukungan keluarga mengacu pada dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai suatu yang dapat diakses untuk keluarga misalnya dukungan bisa atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Melihat hasil penelitian ini juga diketahui terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga diantaranya usia, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. (Azizah, 2011).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 78,1%lansia yang berusia 60-69 tahun danyang berusia >70 tahun sebanyak 21,9% dimana usia tersebut merupakan usia yang mempunyai masalah bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai

55

spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Chusnul Chuluq (2009) yang menunjukkan lansia yang berusia lebih dari 60 tahun sebanyak 59,8%

sedang yang berusia kurang dari 60 tahun sebanyak 40,2%.

Faktor yang juga mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain pendidikan. Pendidikan adalah segala upaya yang dilakukan seseorang untuk meningkatkan pengetahuan. Unsur-unsur pendidikan adalah input (sasaran pendidikan dan pendidik), proses (upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan), dan output (meningkatnya pengetahuan sehingga melakukan apa yang diharapkan) (Notoatmojo, 2003).

Pengetahuan yang kurang dapat berakibat timbulnya anggapan yang salah tentang dukungan keluarga yang diberikan kepada lansia.

Anggapan-anggapan yang salah tetap dipegang kuat dan ini didukung oleh masih terdapat lansia yang mendapatkan dukungan keluarga dengan kategori kurang yaitu 14,63% dengan tingkat pendidikan terakhir sekolah dasar dengan persentase 70,3% dan bahkan ada yang tidak sekolah dengan persentase 29,7%. Hal ini sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi juga pengetahuannya dan sebaliknya, semakin rendah pendidikan, maka semakin rendah pengetahuannya.

Faktor terakhir yang mempengaruhi tingginya dukungan keluarga pada penelitian ini adalah faktor pekerjaan. Dimana dari data karakteristik responden dapat diketahui bahwa mayoritas pekerjaan

mereka adalah petani dengan persentase 65,8%. Pekerjaan jenis ini memerlukan banyak tenaga, dan lansia dengan pekerjaan jenis ini aktif dalam pekerjaannya sehingga pergerakan mereka terlatih namun kelelahan cepat terjadi oleh faktor usia.

Hal inilah yang menyebabkan tingginya dukungan keluarga baik dari anak dan anggota keluarga lainnya. Seperti menurut pendapat Friedman (2003), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas sosial ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah.

Menurut Rook & Dooley, Kuntjoro (2002) dalam Tamher (2009) dukungan keluarga yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada disekitarnya misalnya anggota keluarga (anak, istri, suami, dan kerabat) teman dekat atau relasi.

2. Kemandirian Dalam Pemenuhan Activity of Daily Living (ADL) Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase lansia di Dusun Macinna Desa Pataro yang mandiri dalam pemenuhan ADL sebanyak 60,98%, dan yang tidak mandiri sebanyak39,02%. Hasil ini

57

sesuai dengan hasil penelitian Chusnul Chuluq (2009) didapatkan distribusi frekuensi mengenai kemandirian lansia, pada umumnya 86,7%

termasuk kategori mandiri, sebagian kecil 11,7% termasuk kategori ketergantungan ringan, sedangkan yang termasuk kategori ketergantungan berat hanya 1,6%. Hal ini dikatakan sebanding karena dari hasil penelitian ini jenis karakteristik responden yang sama pada usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan.

Fungsi kemandirian pada lansia mengandung pengertian yaitu kemampuan yang dimiliki oleh lansia untuk tidak bergantung pada orang lain dalam melakukan aktivitasnya, semuanya dilakukan sendiri dengan keputusan sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhannya (Alimul, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disampaikan bahwa tingkat kemandirian dalam pemenuhan Activity of Daily Living (ADL) pada lansia berbeda. Hal ini mungkin dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi kesehatan dan usia (Smeltzer & Bare, 2002).

Usia pada penelitian ini memegang peranan penting pada tingkat kemandirian lansia. Usia lanjut cenderung mengalami penurunan fungsi tubuh sehingga dapat mempengaruhi kemandirian lansia. Hal ini dapat dilihat yaitu jumlah lansia termuda adalah 60 tahun lebih banyak dibanding yang tertua yaitu 74 tahun. Faktor lain yang mempengaruhi kondisi kesehatan yaitu lanjut usia yang memiliki tingkat kemandirian tertinggi adalah mereka yang secara fisik dan psikis memiliki kesehatan yang tidak prima lagi dalam mengurus dirinya sendiri.

3. Analisis Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemandirian dalam Pemenuhan Activity of Daily Living (ADL) Pada Lansia

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, persentase lansia yang mendapat dukungan keluarga dengan kategori baik dapat melakukan pemenuhan ADL secara mandiri yaitu 60,98%, sedangkan lansia yang medapat dukungan keluarga dengan kategori baik namun tidak dapat mandiri dalam pemenuhan ADL sebanyak 24,39%. Lansia yang mendapat dukungan keluarga dengan kategori kurang namun tidak dapat melakukan pemenuhan ADL secara mandiri yaitu sebanyak 14,63%, sedangkan lansia dengan dukungan keluarga kurang tidak dapat melakukan ADL secara mandiri yaitu 0,00%.

Hasil analisis menggunakan Uji Chi-Square didapatkan hasil Fisher’s Exact Test dengan p-value sebesar (0,002), atau berarti nilai p- value < α (0,05) sehingga dalam penelitian ini Ho ditolak dan Ha diterima dan dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian dalam pemenuhan ADL (2014) pada lansia di Dusun Macinna Desa Pataro Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

Firman Allah dalam surah An-Nisa /4: 36

* (#ρ߉ç6ôã$#uρ

©!$#

Ÿωuρ

(#θä.Ύô³è@

ϵÎ/

$\↔ø‹x©

(

Èøt$Î!≡uθø9$$Î/uρ

$YΖ≈|¡ômÎ)

“É‹Î/uρ

4’n1öà)ø9$#

4’yϑ≈tGuŠø9$#uρ

ÈÅ3≈|¡yϑø9$#uρ

Í‘$pgø:$#uρ

“ÏŒ

4’n1öà)ø9$#

Í‘$pgø:$#uρ

É=ãΨàfø9$#

É=Ïm$¢Á9$#uρ

É=/Ζyfø9$$Î/

Èø⌠$#uρ

È≅‹Î6¡¡9$#

$tΒuρ

ôMs3n=tΒ öΝä3ãΖ≈yϑ÷ƒr&

3

¨βÎ)

©!$#

=Ït䆟ω

tΒ tβ%Ÿ2 Zω$tFøƒèΧ

#·‘θã‚sù

∩⊂∉∪

59

Terjemahnya:

“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak anak yatim, orang – orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri”.

Menurut tafsir M. Quraish Shihab (2002) “Wahai sekalian manusia, (sembahlah Allah) Yang Maha Esa dan Yang mencipatakan kamu serta pasangan kamu, (dan janganlah kamu mempersekutukannya dengan sesuatu pun) selain-Nya, serta jangan juga mempersekutukan-Nya dengan sedikit persekutuan pun.

(Dan dengan dua orang ibu – bapak), persebahkanlah kebajikan yang sempurna, dan jangan abaikan berbuat baik dengan karib- kerabat dan anak-anak yatim, yakni mereka yang meninggal ayahnya sedang ia belum dewasa, serta orang-orang miskin, tetangga yang dekat hubungan kekerabatannya, atau yang dekat rumahnya denganmu, tetangga yang jauh kekerabatannya atau rumahnya, demikian juga dengan teman sejawat, baik yang sejawat dalam perjalanan maupun dalam kehidupan sehari-hari, serta ibnu sabil, yakni anak-anak jalanan dan orang-orang yang habis bekalnya sedang ia dalam perjalanan, dan hamba sahaya kamu, baik lelaki maupun perempuan.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai, yakni tidak melimpahkan rahmat kasih sayang-Nya, tidak juga menganugrahkan ganjaran-Nya kepada orang-orang yang sombong, yang merasa diri tinggi sehingga

enggan membantu dan bergaul dengan orang-orang lemah, apalagi yang menggabungkan keangkuhan itu dengan membangga-banggakan diri.

Setelah memerintahkan beribadah kepada Allah swt dan tidak mempersekutukan-Nya, perintah berikutnya adalah berbakti kepada kedua orang tua. Istilah yang digunakan untuk menunjuk kedua orng tua adalah ﻦﻳﺪﻟﺆﻠﻟﺍ. Kata ini adalah bentuk dual dari kata ﺪﻟﻭ yang biasa diterjemahkan bapak/ayah. Ada juga kata lain yang menunjuk kepada makna bapak/ayah, yakni kata ﺏﺍ/ayah dan ﻡﺍ/ibu.

Al-Qur’an menggunakan kata sebanyak enam kali, lima diantaranya dalam konteks berbakti kepada kedua orang tua. Kata husn mencakup segala sesuatu yang menggembirakan dan disenangi.

“Hasanah” digunakan untuk menggambarkan apa yang menggembirakan manusia karena perolehan nikmat, menyangkut diri, jasmani, dan keadaannya.

Ihsan (bakti) kepada orangtua yang diperintahkan agama fitrah (islam), adalah bersikap sopan santun kepada keduanya dalam ucapan dan perbuatan sesuai dengan adat kebiasaan masyarakat, sehingga mereka merasa senang terhadap kita, dan mencukupi kebutuhan- kebutuhan mereka yang sah dan wajar sesuai dengan kemampuan kita (sebagai anak). Tidak termasuk sedikit pun (dalam kewajiban berbuat baik/ berbakti kepada keduanya) sesuatu yang mencabut kemerdekaan dan kebebasan pribadi atau rumah tangga atau jenis-jenis pekerjaan yang bersangkut paut dengan pribadi anak, agama, atau negaranya.

61

Jadi apabila keduanya atau salah seorang bermaksud memaksakan pendapatnya menyangkut kegiatan-kegiatan anak, maka meninggalkan apa yang kita (anak) nilai kemaslahatan umum atau khusus, dengan mengikuti pendapat atau keinginan mereka, atau melakukan sesuatu yang mengandung mudharat umum atau khusus dengan mengikuti pendapat atau keinginan keduanya, bukanlah bagian dari berbuat baik atau kebaktian menurut syara’/agama. Siapa yang bepergian untuk menuntut ilmu yang dinilainya wajib untuk mengembangkan dirinya atau untuk berbakti kepada agama dan negaranya, atau bepergian untuk memperoleh pekerjaan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, atau umatnya, sedang kedua atau salah satu dari kedua orang tauanya tidak setuju karena dia tidak mengetahui nilai pekerjaaan itu, maka sang anak tidak dinilai durhaka, tidak pula dinilai tidak berbakti dari segi pandangan akal dan syara’ karena kebaktian dan kebajikan tidak mengharuskan tercabutnya hak-hak pribadi.

Hasil penelitian ini di dukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Chusnul Chuluq (2009) didapatkan bahwa lansia wanita yang mendapat dukungan keluarga yang termasuk kategori baik dapat melakukan pemenuhan ADL secara mandiri dengan persentase 58,14%.

Lansia wanita yang mendapat dukungan keluarga yang termasuk kategori cukup dapat melakukan pemenuhan ADL secara mandiri sebanyak 30,23%. Lansia wanita yang mendapat dukungan keluarga yang termasuk kategori cukup dapat melakukan pemenuhan ADL secara tergantung

sebagian sebanyak 9,30%, dan lansia wanita yang mendapat dukungan keluarga yang termasuk kategori kurang dapat melakukan pemenuhan ADL secara mandiri sebanyak 2,33%. Hasil uji korelasi Spearman Rank pada variabel dukungan keluarga menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara kedua variabel karena nilai p < 0,05.

Dari hasil penelitian pada lansia ini, terlihat bahwa dukungan keluarga berpengaruh terhadap kemandirian dalam pemenuhan ADL karena pada lansia yang mendapatkan dukungan keluarga dengan baik, jumlah lansia yang mandiri dalam pemenuhan ADL lebih besar daripada lansia yang mandiri sedang dalam pemenuhan ADL.

Hal tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Azizah (2011) yaitu dukungan keluarga memiliki beberapa manfaat, antara lain : a. Social support tidak hanya berwujud dalam bentuk dukungan moral,

melainkan dukungan spiritual dan dukungan material.

b. Meringankan beban bagi seseorang/sekelompok orang yang sedang mengalami masalah.

c. Dukungan diberikan merupakan suatu dorongan untuk mengobarkan semangat

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

1. Dukungan keluarga yang diberikan pada lansia di Dusun Macinna Desa Pataro Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba yang terbesar adalah dengan kategori baik yaitu sebesar 85,37% dan kategori kurang sebesar 14,63%.

2. Kemandirian Lansia dalam pemenuhan ADL dengan persentase lansia di Dusun Macinna Desa Pataro yang mandiri dalam pemenuhan ADL sebanyak 60,98%, dan yang tidak mandiri sebanyak 39,02%.

3. Ada hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia di Dusun Macinna Desa Pataro Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba didapatkan Fisher’s Exact Test dengan p-value sebesar 0,002, atau berarti nilai p-value < α (0,05)

B. Saran

1. Dari hasil penelitian menunjukkan masih ada dukungan keluarga yang kurang, serta masih ada lansia yang tidak mandiri, maka disarankan untuk ada pendampingan dari petugas di Dusun Macinna Desa Pataro Kecamatan Herlang untuk memberikan informasi tentang pengetahuan kepada anggota keluarga dalam memberikan dukungan keluarga terutama untuk meningkatkan kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada lansia.

2. Hendaknya dijalin komunikasi antara petugas di Dusun Macinna Desa Pataro, Departemen Sosial, dan mahasiswa keperawatan agar menjadikan Dusun Macinna Desa Pataro Kecamatan Herlang sebagai lahan pendidikan terutama dalam hal meningkatkan kemandirian dalam pemenuhan Activity Daily Living (ADL) pada lansia.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan karakteristik populasi yang lebih beragam dan menggunakan variabel yang berbeda yang menjadi faktor perancu lain seperti usia, kondisi kesehatan, kondisi ekonomi, agar dapat mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap kemandirian dalam pemenuhan Activity of Daily Living (ADL).

65

DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an

Agung, Iskandar. 2006. Uji Keandalan dan Kesahihan Indeks Activity of Daily Living Katz untuk Mengukur Status Fungsional Dasar pada Usia Lanjut di RSCM. (Tesis). Jakarta: Program Studi Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Azizah, L.M. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu Boedhi Darmojo & Martono,H. 2004. Geriatri. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI Brunner& Suddarth. (2002). Keperawatan Medical Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi: Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta Darmojo, B.R., dan H.H. Martono. 2004. Buku Ajar Geriatri : Ilmu

KesehatanUsia Lanjut. Jakarta: FKUI.

Data Statistik Indonesia, 2014. Proyeksi penduduk lansia.http://www.datastatistik- indonesia.com/portal/index.php?option=com_supas&task=&Itemid=972.

(29 April 2014)

Departemen Agama Republik Indonesia .1998. Al-Quran dan terjemahannya.

Semarang: Toha Putra

Departemen Kesehatan RI. 2003. Lansia dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika

Dharmojo, B. 2009. Geriatri: Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Edk 4. Jakarta: FKUI Friedman, M. 1998. Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktek.

Diterjemahkanoleh Ina Debora dan Yoakim. Jakarta: EGC

Gunarasa, Singgih D & Y. Singgih D. Gunarsa. 2008. Psikologi Keperawatan.

Jakarta: Gunung Mulia

Hutapea, R. 2005. Sehat & ceria diusia senja. Jakarta: PT Rineka Cipta

Jaya, Hasrat dan Rosmina.2010. Keperawatan Gerontik,cetakan ke3. Jakarta:

Pustaka As Salam

Lueckenotte. 2000. Pengkajian Gerontologi. Jakarta: EGC

Maryam RS, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:

SalembaMedika

Mas’ud AB. 2009. Pembinaan Keagamaan Lanjut Usia. (Jurnal). Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Depag RI.

Mubarok, dkk 2006. Ilmu keperawatan komunitas 2. Jakarta: CV Sagung Seto Notoatmojo, S. 2007 . Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka

Cipta

Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatri Ed. 3. Jakarta: EGC Nurhidayati, T. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga dan kemandirian lansia

dengan konsep diri lansia di keluarahan bambankerep kecamatan ngaliyan kota semarang. Semarang: Prodi S1 Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Semarang, diakses dari

http://www.repository.unimus.ac.id/skripsi/pdf

Plutchik, R. 2002. Emotions and Life Perspective from Psychology, Biology, and Evolution. Washington: DC American Psychological Association.

Purnama, F.T. (2013). Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Succesful Aging Pada Lansia di Desa Windunegara, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas. Purwokerto: Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman, diakses dari http://www.repository.unsoed.ac.id/skripsi/pdf

Potter dan Perry. 2005. Buku AjarFundamental Keperawatan : Konsep,Proses dan Praktik, Edisi ke-4, Alih Bahasa Yasmin Asih. Jakarta: EGC

Sari IM. 2009. Hubungan Antara Karakteristik Personal dengan Kemandirian dalam Activity of DailyLiving (ADL) pada Lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Pajang Surakarta Tahun 2009. (Skripsi). Surakarta: Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah

Setiadi. 2008. Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al- Qur’an, Vol 2, 7 dan 10. Jakarta: Lentera Hati

Smet, B. 2007. Psikologi Kesehatan. Jakarta : Grasindo

Stanley , Mickey. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

Dokumen terkait