• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan fasilitas tarik suara yang mengandung unsur hiburan, rekreasi,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. menyediakan fasilitas tarik suara yang mengandung unsur hiburan, rekreasi,"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tempat hiburan karaoke adalah suatu usaha komersial yang menyediakan fasilitas tarik suara yang mengandung unsur hiburan, rekreasi, dan penyediaan jasa lainya seperti makanan dan minuman. Memang pada seharusnya tempat hiburan karaoke menyediakan ruang sebatas tempat untuk sarana hiburan melepas penat dengan bernyanyi diiringi musik juga berkembang menyediakan fasilitas pemandu karaoke. Namun kini penyediaan fasilitas Ladies companion atau pemandu karaoke telah berkembang meluas menjadi sebuah praktik prostitusi terselubung. Walaupun wisata ini hanya bersifat bernyanyi namun banyak di gemari pengunjung terutama para lelaki yang ingin memuaskan nafsu birahinya.1 Dalam perspektif bisnis, kehadiran seorang Ladies companion menjadi magnet yang paling diburu oleh kaum pria, khususnya para pria pecinta wisata malam bagi beberapa pengunjung pria yang sering menggunakan fasilitas ini tanpa LC mengkonotasikan dengan kalimat makan sayur tanpa garam2. Ladies companion ini biasanya bertugas menemani tamu entah di ruang karaoke, duduk di kursi bar ataupun duduk di dalam ruangan khusus. Wanita-wanita yang menjadi Ladies companion

mengandalkan berbagai citra yang melekat pada perempuan seperti muda, rupawan, ramah, terlebih lagi apabila memiliki suara yang merdu sehingga dapat menghibur dan menemani tamu menyanyi akan menjadi nilai plus

1

Luhur Efendi. Kejahatan Prostitusi Pada Usaha Karaoke di Kabupaten Semarang. Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang (2019), 5(2): 325-348, https://journal.unnes.ac.id/. diakses pada tanggal 26 November 2019.

2 Ahmad Mubarak. Realitas Wanita Pemandu Karaoke. https://www.kompasiana.com. diakses pada tanggal 6 Maret 2019.

(2)

2 tersendiri, pekerjaan pemandu lagu karaoke merupakan pekerjaan yang mampu memaksimalkan seluruh citra sebagai perempuan.

Dalam perkembangannya sejumlah tempat hiburan karaoke di beberapa tempat telah disalahgunakan keberadaannya oleh pengelola dan semua yang terkait didalamnya yang menjadikan tempat tersebut media prostitusi terselubung. Tempat hiburan karaoke yang menaungi Ladies companion ini sadar akan apa yang terjadi malah menganggap fasilitas plus yang mereka berikan merupakan lapak untuk mencari pundi-pundi tambahan bahkan memberi kemudahan dalam melancarkan praktek prostitusi ini. Ladies

companion turut menambah pendapatan dari tempat hiburan karaoke dengan

jumlah yang besar. Ladies companion tak jarang melayani keinginan seksual ringan dari para tamu3 dengan balasan berupa materi tentunya dengan jumlah banyak dalam kurun waktu beberapa jam. Sejumlah tempat hiburan karaoke yang menyediakan Ladies companion memang memberikan layanan tambahan kepada tamu di luar sekedar menemani bernyanyi dan minum di dalam ruangan karaoke. Beberapa tempat karaoke mewajibkan pekerjanya untuk menerima permintaan Booking out dari tamu. Namun ada beberapa tempat karaoke yang tidak menyediakan jasa seperti itu, kecuali terjadi kesepakatan transaksional antara LC dengan sang tamu.4

3

Ahmad Risqi Firdhaus Imanuddin. Deskripsi Kerja Wanita Pemandu Karaoke (Studi Kasus Di R&B Karaoke Surakarta). Skripsi Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta. hal 20. eprints.iain-surakarta.ac.id. diakses pada tanggal 6 Maret 2019.

4 Jenda Munthe. Dibalik senyum manis LC Karaoke. https://www.validnews.id. diakses pada tanggal 6 Maret 2019.

(3)

3 Perkembangan tempat hiburan sebagian telah disalahgunakan oleh pengelola tempat hiburan menjadi menyedia jasa seks terselubung5. Tempat hiburan karaoke yang menyediakan jasa Ladies companion alias LC yang selalu dikelola dengan baik oleh oknum tertentu. Dengan melalui oknum tertentu dalam tempat hiburan karaoke tersebut memberikan kemudahan hingga memfasilitasi praktik seks terselubung, menjadi perantara menimbulkan simbiosis mutualisme klien maupun Ladies companion itu sendiri dan menjadikan sebuah kebiasaan hingga mata pencaharian.

Banyak bentuk modus operandi tempat hiburan karaoke ini menjalankan aksinya, Ladies companion itu melakukan kerja sama dengan manajemen Ladies companion dan tempat hiburan karaokenya, direkrut dan dikelola oleh manajemen Ladies companion di tempat hiburan karaoke tersebut, meminta jasa Ladies companion dari tempat hiburan karaoke lain dan media sosial seperti MeChat dan WhatsApp.

Sebagaimana telah dijelaskan diatas dimana tempat hiburan karaoke menyediakan fasilitas jasa seks terselubung bertentangan dengan hukum yang berlaku. Prostitusi disebutkan dalam pasal 296 KUHP berbunyi: “Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan cabul oleh orang lain dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai pencarian atau kebiasaan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak lima belas ribu rupiah”. Kemudian dalam pasal 1 ayat 1 dalam UU No. 21 Tahun 2007 Tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang menyebutkan:

5

Wa Ode Nurul Yani. Realitas Pelacuran Pemandu Lagu (Studi Fenomenologi Di Karaoke X Bandung). http://journal.unla.ac.id/. diakses pada tanggal 26 November 2019.

(4)

4 Perdagangan Orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.6

Dapat ditarik bahwasannya KUHP dan undang-undang tersebut telah mengatur perorangan sampai kelompok bertindak sebagai mucikari, perantara, beberapa orang yang mengoordinir untuk dipekerjakan dalam praktik prostitusi itu sendiri.

Sebagai upaya untuk memerangi prostitusi, akhir-akhir ini beberapa daerah di Provinsi Jawa Timur menerapkan peraturan daerah (perda) tentang pelacuran. Perda anti pelacuran yang dimaksudkan untuk menegakkan nilai-nilai moral dalam hukum maupun norma yang ada setelah terjadi penyimpangan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang bersangkutan. Bahwa dalam rangka menciptakan situasi dan kondisi beberapa kota di Jawa Timur dimana yang masyarakatnya mempunyai perilaku dengan menunjung tinggi budi pekerti sebagai ciri khas masyarakat bangsa timur, maka perlu adanya upaya dalam bentuk preventif maupun represif yang berkaitan dengan degradasi moral. Tempat hiburan karaoke yang menyediakan jasa prostitusi ini menyalahi Pasal 35 ayat (3) huruf a Peraturan Walikota Kediri Nomor 41 Tahun 2012 Tentang Pendaftaran Usaha Pariwisata yang menyatakan bahwa :

Badan usaha yang menyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi diwajibkan untuk mencegah penggunaan usaha hiburan dan rekreasi untuk kegiatan yang mengganggu keamanan, ketertiban umum, perjudian,

6 Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang

(5)

5 perdagangan obat-obat terlarang/napza, dan semua perbuatan yang melanggar norma agama dan kesusilaan.

Sebagai salah satu contoh, Pemerintah Kota Kediri telah memiliki Peraturan Daerah yang memang tujuannya untuk memberantas pelacuran di kota tersebut, yaitu pasal 4 ayat (1) angka 1 Perda Kota Kediri No. 26 Tahun 1998 tentang perubahan kedua Perda Kota Kediri No. 2 Tahun 1957 tentang pemberantasan pelacuran di Kota Kediri menyatakan bahwa “Dalam Kotamadya Daerah Tingkat ll Kediri tidak diperkenankan adanya tempat Pelacuran”.7 Kemudian dalam menyebutkan beberapa ketentuan yang diatur di pasal 11 Perda No. 1 Tahun 2016 Kota Kediri tentang Penyelenggaraan Ketertiban Umum dalam Bab X Tertib Sosial Masyarakat bagian kesatu mengenai Larangan Asusila dan Prostitusi bahwa:

“Setiap orang dan/atau badan dilarang : (a) melakukan perbuatan prostitusi; (b) menawarkan dan/atau menyediakan diri sendiri untuk melakukan perbuatan prostitusi; (c) memerintahkan, memfasilitasi, membujuk, memaksa, menawarkan orang lain untuk melakukan perbuatan prostitusi; (d) memakai jasa prostitusi; (e) bertingkah laku asusila dan/atau kegiatan yang dapat mengarah pada perbuatan asusila; (f) menyediakan/mengusahakan tempat asusila dan/atau prostitusi; (g) memberikan kesempatan, sehingga menimbulkan perbuatan asusila dan/atau prostitusi”.8

Gerak praktek prostitusi tersebar ke berbagai sektor macam tempat hiburan, dimana salah satunya tempat hiburan karaoke. Selain itu, prospek bisnis tempat hiburan karaoke yang menyediakan jasa Ladies companion memiliki daya tarik tersendiri, ditambah lebih menjanjikan dan memberi pemasukan cukup besar untuk karaoke itu sendiri. Fasilitas plus-plus yang

7 Pasal 11 Peraturan Daerah Kota Kediri No. 26 Tahun 1998 tentang perubahan kedua Peraturan Daerah Kota Kediri No. 2 Tahun 1957 tentang Pemberantasan Pelacuran di Kota Kediri

8 Pasal 11 Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2016 Kota Kediri tentang Penyelenggaraan Ketertiban Umum

(6)

6 diberikan juga memberikan keuntungan kepada pihak-pihak bersangkutan seperti para Ladies companion maupun pihak manajemen Ladies companion. Semakin meningkatnya tempat hiburan karaoke yang semakin marak menyediakan fasilitas tidak sesuai dengan izin usaha maupun menyalahi perundang-undangan pun tidak jauh dari permasalahan penyakit masyarakat secara sosial maupun kesehatan. Indonesia menjunjung tinggi nilai kesopanan dalam bermasyarakat, dengan adanya tempat hiburan karaoke yang menyediakan jasa prostitusi oleh Ladies companion ini pun menyalahi nilai masyarakat Indonesia secara moral maupun hukum. Ditilik dari masalah kesehatan dengan tersebarnya praktek prostitusi terselubung yang tidak dapat dimonitor oleh pihak pemerintah dan dinas kesehatan terkait, hal ini membuat lebih rentan peningkatan penyebaran infeksi menular seksual. Maka dari itu Kepolisian Negara Republik Indonesia khususnya Kepolisian Daerah Jawa Timur turut melakukan tugasnya dalam mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat9 yang dimana salah satu bentuk penyakit masyarakat ini adalah prostitusi, khususnya tempat hiburan karaoke yang menyediakan jasa prostitusi oleh Ladies companion.

Dilihat dari fenomena tempat hiburan karaoke yang menyediakan jasa prostitusi oleh Ladies companion, kemudian penulis berusaha menuangkan hasil penelitian ke dalam sebuah penulisan hukum dengan judul “Tinjauan Yuridis Sosiologis Terhadap Tempat Hiburan Karaoke yang Menyediakan Jasa Prostitusi Oleh Ladies companion (Studi di Polda Jawa Timur)”.

9Pasal 15 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

(7)

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana upaya penanggulangan yang dilakukan Polda Jawa Timur terhadap tempat hiburan karaoke yang menyediakan jasa prostitusi oleh

Ladies companion?

2. Bagaimana kendala Polda Jawa Timur dalam melakukan penanggulangan terhadap tempat hiburan karaoke yang menyediakan jasa prostitusi oleh

Ladies companion? C. Tujuan Penulisan

Setiap penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan yang diharapkan dapat berguna bagi kita semua, demikianpun dengan skripsi ini, adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui upaya penanggulangan yang dilakukan Polda Jawa Timur terhadap tempat hiburan karaoke yang menyediakan jasa prostitusi oleh Ladies companion.

2. Untuk mengetahui kendala Polda Jawa Timur dalam melakukan penanggulangan terhadap tempat hiburan karaoke yang menyediakan jasa prostitusi oleh Ladies companion.

(8)

8

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, maka diharapkan dapat bermanfaat:

1. Manfaat secara Teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran penegakan hukum yang terus berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan sebagai pijakan referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Manfaat secara Praktis

Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung dalam memperoleh ilmu pengetahuan khususnya dalam kendala dan upaya penanggulangan Polda Jawa Timur terhadap tempat hiburan karaoke yang menyediakan jasa prostitusi oleh Ladies companion.

E. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian hukum ini terdapat berbagai klasifikasi yang akan dituangkan oleh penulis sebagai berikut:

1. Bagi penulis

Harapan dari penulis, hasil dari penelitian ini dapat menambah ilmu serta wawasan terkait kendala dan upaya penanggulangan Polda Jawa Timur terhadap tempat hiburan karaoke yang menyediakan jasa prostitusi oleh

Ladies companion.

2. Bagi Penegak Hukum

Sebagai bahan evaluasi agar aparat penegak hukum khususnya kendala dan upaya penanggulangan yang dilakukan Polda Jawa Timur terhadap

(9)

9 tempat hiburan karaoke yang menyediakan jasa prostitusi oleh Ladies

companion.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian hukum ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta informasi kepada masyarakat tentang kendala dan upaya penanggulangan Polda Jawa Timur terhadap tempat hiburan karaoke yang menyediakan jasa prostitusi oleh Ladies companion.

F. Metode Penelitian

Penelitian penulisan hukum ini menggunakan beberapa metode penelitian yang bertujuan untuk hasil yang objektif. Maka dari itu penulis memerlukan informasi dan data-data yang mendukung pada penelitian, sehubungan dengan penelitian penulisan hukum maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Metode Pendekatan

Dalam metode pendekatan, yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan adalah pendekatan yuridis sosiologis yang artinya memandang hukum sebagai fenomena sosial (yang berbeda dengan penelitian hukum normatif yang memandang hukum sebagai norma-norma positif di dalam sistem perundang-undangan hukum nasional)10. Pendekatan sosiologis yaitu suatu penelitian yang didasarkan pada kondisi atau keadaan yang benar–benar terjadi atau berdasarkan kenyataan yang terjadi di lapangan serta dalam prakteknya sesuai dengan yang terjadi sebenarnya. Penelitian terhadap penulisan hukum yang dilakukan secara

(10)

10 sosiologis dan memperhatikan aspek sosial, dalam hal ini metode pendekatan akan menitikberatkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman pembahasan masalah, juga dikaitkan dengan kenyataan yang ada dalam praktek dan aspek nilai sosial yang berpengaruh.11 Pendekatan yuridis dalam penelitian ini yaitu mengacu pada peraturan perundang-undangan dalam KUHP dan Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang. Sedangkan pendekatan sosiologis digunakan untuk mengetahui upaya penanggulangan yang dilakukan Polda Jawa Timur terhadap tempat hiburan karaoke yang menyediakan jasa prostitusi oleh Ladies companion. 2. Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan oleh penulis maka penulis melakukan penelitian di Polda Jawa Timur dikarenakan berdasarkan data yang pernah ada, Polda Jawa Timur ini pernah menangani kasus mengenai tempat hiburan karaoke yang menyediakan jasa prostitusi oleh Ladies

companion di beberapa kota Provinsi Jawa Timur.

3. Sumber Data

Dalam penyusunan penulisan hukum ini dipelukan jenis data sebagai berikut:

a. Data Primer yang merupakan data yang di dapatkan secara langsung dari hasil wawancara di lapangan. Data jenis ini diperoleh dari sumber data yang merupakan responden penelitian.

11 Ronny Hanitijo Soemitro. Metodelogi Penelitian Hukum. Ghalia Indonesia. Jakarta. 1982. hal. 15

(11)

11 b. Data Sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung atau data yang didapatkan melalui studi kepustakaan, yang terdiri dari: 1) Dokumen-dokumen resmi, arsip-arsip yang terdapat di lokasi

penelitian.

2) Literatur, peraturan perundang-undangan yakni KUHP dan Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:

a. Wawancara merupakan serangkaian proses tanya jawab secara lisan antara pihak pencari informasi atau biasa disebut dengan interviewer sedangkan pihak yang lain berfungsi sebagai pemberi informasi yang biasa disebut dengan informan atau responden. Pada penelitian yang dilakukan ini penulis berkedudukan sebagai interviewer dan responden adalah Polda Jawa Timur khususnya yang pernah menangani kasus tempat hiburan karaoke di beberapa kota di Provinsi Jawa Timur yang menyediakan jasa prostitusi oleh Ladies

companion. Teknik wawancara yang diterapkan bersifat bebas dan

terpimpin yaitu wawancara dilakukan dengan menggunakan

interview guide yang berupa catatan mengenai pokok-pokok yang

akan ditanyakan, sehingga dalam hal ini masih dimungkinkan adanya bermacam-macam pertanyaan yang disesuaikan dengan kondisi ketika wancara dilakukan.

(12)

12 b. Studi Kepustakaan yaitu mendapakatkan data melalui bahan-bahan kepustakaan yang dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari peraturan perundang-undangan yakni Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang Republik Indonesia Nomor Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang, teori-teori atau tulisan-tulisan yang terdapat dalam buku literatur, jurnal online, catatan kuliah, surat kabar, dan bahan-bahan bacaan ilmiah yang mempunyai hubungan dengan permasalahan yang diangkat yang berkaitan dengan tempat hiburan karaoke yang menyediakan jasa prostitusi oleh Ladies companion.

5. Metode Analisa

`Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu berusaha menganalisis data yang menguraikan dan memaparkan secara jelas dan apa adanya mengenai objek yang di teliti. Data-data dan informasi yang diperoleh dari obyek penelitian dikaji dan dianalisis, dikaitkan dengan teori dan peraturan yang berlaku dan berujuan untuk memecahkan permasalahan yang diangkat. Berdasarkan hasil analisis tersebut, selanjutnya dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai kendala dan upaya penanggulangan Polda Jawa Timur terhadap tempat hiburan karaoke yang menyediakan jasa prostitusi oleh Ladies companion.

(13)

13

G. Sistematika Penulisan

Sebuah hasil penelitian yang baik tentunya harus memiliki gambaran penelitian yang terencana secara berurutan. Disini penulis menyusun kerangka pembahasan menjadi 4 (empat) bab, yang terdiri dari:

a. BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab I ini berisi Latar Belakang yang menjadi dasar maupun alasan pemikiran penulis untuk mengangkat masalah yang berkaitan dengan persoalan yang sedang dibahas, serta dilanjutkan dengan rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan. b. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab II ini penulis menguraikan mengenai tinjauan semua tentang teori yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas, serta tinjauan umum mengenai tinjauan umum tentang pengertian prostitusi, tinjauan umum tentang prostitusi menurut KUHP maupun diluar KUHP dan upaya penanggulangan kejahatan secara penal dan non-penal.

c. BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab III ini penulis akan menjelaskan tahapan penyelesaian permasalahan yang muncul, dalam hal ini di sajikan pembahasan mengenai jawaban atas rumusan masalah yang di paparkan.

d. BAB IV : PENUTUP

Dalam bab IV ini berisikan tentang kesimpulan dari pembahasan serta saran-saran yang disampaikan oleh penulis.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ini menunjukkan proporsi subyek yang perempuan dengan hasil uji diagnostik positif drumstick nya (positif benar) dibanding seluruh subyek perempuan (positif

(Comes in... Sukeroku has won the

Sebagaimana dinyatakan oleh Ratna Willis Dahar (1996) bahwa salah satu keluhan dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan MIPA adalah siswa hanya menghafal

Cabai merupakan salah satu makanan yang disukai oleh sebagian besar masyarakat, rasanya yang pedas dan kandungan gizi tinggi menjadi suatu kekhasan sendiri

konsumen membeli kambing yang perkiraan umurnya masih muda hingga yang lebih dari 1 tahun untuk dipotong, karena pada umumnya kambing yang berumur muda

Keempat variabel pembentuk peran lembaga kelompok tani yang meliputi KBM, unit produksi, kerjasama dan unit ekonomi memiliki keeratan hubungan yang tergolong

Akuisisi citra adalah tahap untuk mendapatkan citra digital. Citra yang didapat terbagi atas citra latih dan citra uji. Proses pengambilan citra telur ayam negeri adalah

Kemudian penelitian ini akan menguji struktur cangkang yang tebalnya tidak konstan menggunakan elemen cangkang berbasis Kriging dalam program MATLAB (K-Shell)