• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN RISIKO PADA SUPPLY CHAIN PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN RISIKO PADA SUPPLY CHAIN PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Hendro Sutowijoyo1, I Putu Artama W2, dan Sri Pingit W3

1Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS

Sukolilo Surabaya, Telp 031-8715339, e-mail: Hendro.Sutowijoyo@yahoo.com

2Dosen Jurusan Teknik Sipil FTSP, ITS, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031-8715339,

e-mail: artama@ce.its.ac.id

3Dosen Jurusan Teknik Sipil FTSP, ITS, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031-8715339,

e-mail: sri_pingit@statistika.its.ac.id

ABSTRAK

Tantangan yang dihadapi oleh dunia usaha saat ini semakin kompleks, termasuk pula pada sektor jasa konstruksi. Salah satu strategi yang dapat digunakan dalam menghadapi tantangan tersebut adalah melakukan kerja sama yang saling menguntungkan antar pihak-pihak yang terlibat demi mencapai tujuan bersama. Konsep supply chain management merupakan salah satu bentuk kerjasama yang dimaksud. Namun dengan diadosinya konsep tersebut ke dalam industi konstruksi, bukan berarti hal ini tidak menimbulkan permasalahan-permasalahan baru.

Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner dan wawancara kepada pihak-pihak yang terlibat dengan sasaran responden para pengambil keputusan dalam organisasi masing-masing dari proyek bersangkutan. Data yang terkumpul selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan probability impact analysis untuk mengetahui besarnya risiko dan analisis faktor untuk mengetahui variabel risiko yang paling dominan berpengaruh pada hubungan yang terjadi antara kontraktor dan supplier, kontraktor dan subkontraktor, serta subkontraktor dan supplier.

Pada hubungan kontraktor terhadap subkontraktor dapat diambil kesimpulan bahwa risiko yang paling dominan adalah hubungan psikologis yang terganggu terkait adanya peringatan sanksi hukuman kepada subkontraktor, sedang pada hubungan kontraktor terhadap supplier adalah risiko akibat eskalasi kenaikan harga material. Pada hubungan subkontraktor terhadap kontraktor adalah pembayaran yang terlambat atau bahkan tidak terbayarnya subkontraktor karena keuangan kontraktor yang bermasalah, pada hubungan subkontraktor terhadap supplier adalah ketidakstabilan suplai material oleh supplier, pada hubungan supplier terhadap kontraktor adalah risiko pembayaran yang terlambat/bahkan tidak terbayarnya supplier karena keuangan kontraktor yang bermasalah, dan pada hubungan supplier terhadap subkontraktor adalah minimnya kepercayaan supplier terhadap subkontraktor.

Kata kunci : Supply Chain Management, Manajemen Risiko, Analisis Faktor.

1. PENDAHULUAN

Apabila dilakukan pengamatan terhadap jumlah perusahaan kontraktor sebagai indikator perkembangan industri konstruksi pada umumnya, maka menurut data yang dikeluarkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi pada tahun 2007 telah terdapat 83.894 kontraktor yang bergerak dalam berbagai sub bidang pekerjaan dan kualifikasi. Jumlah tersebut semakin meningkat pada tahun 2008 sebesar 81.3 % atau

(2)

sebesar 152.110 kontraktor. Penyumbang terbesar jumlah tersebut adalah dari propinsi Jawa Timur.

Salah satu strategi yang dapat digunakan dalam menghadapi tantangan tersebut adalah melakukan kerja sama yang saling menguntungkan antar pihak-pihak yang terlibat demi mencapai tujuan bersama. Penerapan metode supply chain management diyakini oleh beberapa peneliti bidang supply chain management dapat menjadi salah satu solusi dari persoalan-persoalan yang terkait dengan penghantaran produk ke pengguna akhir (end user).

Namun penerapan supply chain management dalam proyek konstruksi, bukan berarti tanpa menimbulkan risiko baru. Secara umum risiko dapat timbul dalam berbagai bentuk dari setiap kejadian, tetapi dapat dikelola berdasarkan kebutuhan organisasi. Risiko tidak dapat dihilangkan, namun dapat diolah berdasarkan kebutuhan perusahaan. Penanganan risiko yang dilakukan dengan terstruktur dan menyeluruh dapat berkontribusi terhadap perbaikan kinerja organisasi, sekaligus dapat menambah keuntungan dengan mengurangi terjadinya kejadian risiko yang tidak diharapkan dalam aktifitas organisasi tersebut.

2. SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

Supply chain management merupakan suatu metode terintegrasi diantara pihak-pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menghasilkan produk atau jasa dimulai pada proses mendapatkan bahan baku dari supplier menuju ke proses produksi dan berakhir pada proses penghantaran kepada pengguna akhir yang berlandaskan pada semangat kolaborasi demi mewujudkan tujuan bersama yaitu kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Para pelaku di dalam proyek konstrusi sangat banyak, yang dapat dibedakan sebagai pihak pengguna jasa dan pihak penyedia, yaitu owner, konsultan, kontraktor, subkontraktor dan supplier. Pada proyek-proyek konstruksi terdapat sangat banyak risiko dimana risiko-risiko tersebut sangat bervariatif. Menurut Zhi (1995) yang mengadopsi pendapat dari William (1993) berpendapat bahwa, besar-kecil risiko tersebut dapat dihitung dengan mengalikan probabilitas terjadinya risiko yang tidak diharapkan dengan besar dampak yang ditimbulkan. Cavinato (2006) membagi risiko dalam supply chain management ke dalam lima kategori yaitu jaringan fisik, jaringan finansial, jaringan informasi, jaringan relasional dan jaringan inovasi.

3. ANALISIS FAKTOR

Analisis faktor adalah suatu teknik yang menggambarkan hubungan keragaman diantara beberapa variabel dalam sejumlah kecil faktor, dimana variabel-variabel yang mempunyai korelasi yang tinggi dikelompokkan dalam satu kelompok (faktor), sedangkan korelasi antara variabel pada kelompok yang satu dengan yang lain relatif kecil. Antar variabel di dalam satu kelompok tertentu mempunyai hubungan yang sangat kuat, tetapi terhadap variabel-variabel lain dalam kelompok lain mempunyai hubungan yang relatif kecil.

Pola hubungan supply chain management proyek konstruksi yang ditinjau dalam penelitian ini yaitu yang terjadi pada pihak-pihak yang terlibat pada bagian hulu seperti kontraktor, subkontraktor dan supplier. Untuk mencapai maksud penelitian yaitu mengetahui variabel risiko yang paling dominan terhadap pihak-pihak tersebut maka menggunakan analisis faktor. Analisis faktor yang digunakan di dalam penelitian ini

(3)

bertujuan untuk mendapatkan variabel risiko paling dominan dan berpengaruh terhadap hubungan antara kontraktor dan subkontraktor, kontraktor dan supplier, serta subkontraktor dan supplier untuk setiap kategori jaringan yang dikelola dalam supply chain management dan telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya.

4. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif dan deskriptif yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan atau dugaan yang sifatnya masih baru sehingga dapat memberikan arahan bagi penelitian selanjutnya. Disamping itu juga bertujuan untuk memperoleh deskripsi data yang mampu menggambarkan komposisi dan karakteristik dari unit yang diteliti. Populasi penelitian adalah pelaku proyek bangunan gedung yang sedang dalam proses konstruksi dan proyek yang telah selesai dilaksanakan dalam dua tahun terakhir di kota Surabaya dengan objek/sampel penelitian pihak-pihak yang terlibat pada bagian hulu supply chain management dalam proyek konstruksi tersebut mulai dari supplier, subkontraktor, dan kontraktor. Sedangkan yang menjadi responden dari penelitian ini adalah para pimpinan perusahaan, pimpinan proyek (project manager) atau para pengambil keputusan dalam organisasi masing-masing dari proyek bersangkutan. Pola hubungan risiko supply chain management proyek konstruksi yang ditinjau dalam penelitian ini yaitu pola hubungan risiko yang terjadi pada pihak-pihak yang terlibat pada bagian hulu supply chain management yaitu kontraktor, subkontraktor dan suppliernya dengan pengkategorian risiko ke dalam lima kategori jaringan yaitu; jaringan fisik, jaringan finansial, jaringan informasi, jaringan relasional dan jaringan inovasi.

Tabel 1. Variabel Hubungan Kerja Kontraktor terhadap Subkontraktor maupun Sub-kontraktor terhadap Kontraktor

No Kategori Keterangan variabel

1

Jaringan fisik

Spesifikasi hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan kontrak 2 Kualitas hasil produk konstruksi di bawah standar

3 Keterlambatan penyelesaian pekerjaan

4 Perubahan desain atau terjadi pekerjaan “tambah-kurang” pada saat proses konstruksi berlangsung 5 Kekurangan tenaga kerja yang dimiliki Subkontraktor

6 Permasalahan keamanan di lingkungan proyek yang mengancam pekerja, material dan peralatan 7 Menurunnya produktifitas pekerja atau peralatan

8 Birokrasi perizinan yang berbelit

9 Kesalahan harga dengan yang tertera pada kontrak kerja sama 10 Terjadi kesalahan kebijaksanaan harga terkait sistem pembayaran 11 Jaringan

keuangan

Pembayaran yang terlambat atau bahkan tidak terbayarnya Subkontraktor karena keuangan Kontraktor yang bermasalah

12 Harga kurang kompetitif

13 Terjadi peningkatan tarif pajak barang dan jasa 14 Jaringan

informasi

Manipulasi informasi oleh Subkontraktor

(4)

Lanjutan Tabel 1...

No Kategori Keterangan variabel

16 Jaringan

informasi Ketidakjelasan pihak Kontraktor dalam memberikan informasi 17 Minimnya kepercayaan Subkontraktor terhadap Kontraktor 18

Jaringan relasional

Keterlambatan pemecahan masalah sengketa

19 Hubungan psikologis yang terganggu terkait adanya peringatan sanksi hukuman kepada Subkontraktor

20 Koordinasi yang lemah dengan Subkontraktor

21 Keterlambatan pemecahan masalah sengketa

22 Kurangnya kesadaran Kontraktor dalam membina hubungan jangka panjang

23 Kontraktor sering melempar tanggung jawab

24 Jaringan inovasi

Pembengkakan biaya konstruksi dengan adanya metode konstruksi yang baru

25 Ketidakpastian kualitas hasil pekerjaan dengan adanya metode konstruksi yang baru

Tabel 2. Variabel Hubungan Kerja Subkontraktor terhadap Supplier maupun Supplier kontraktor terhadap Subkontraktor

No Kategori Keterangan variabel

1

Jaringan fisik

Cacat pada material

2 Keterlambatan supplai material

3 Kesalahan desain oleh konsultan perencana selama proses konstruksi berlangsung sehingga mengganggu suplai material

4 Ketidakstabilan suplai material

5 Tidak tersedianya bahan baku

6 Pembatasan impor material dan peralatan

7 Birokrasi perizinan pengadaan material khusus yang berbelit 8

Jaringan keuangan

Terjadi kesalahan kebijaksanaan harga terkait sistem pembayaran

9 Terjadi peningkatan tarif pajak barang dan jasa

10 Pembayaran yang terlambat atau bahkan tidak terbayarnya Supplier karena keuangan Subkontraktor yang bermasalah

11 Harga kurang kompetitif

12 Risiko akibat kenaikan harga bahan bakar

13

Jaringan informasi

Ketidakjelasan Supplier dalam memberikan informasi 14 Minimnya sumber daya alat dan/atau manusia yang dimiliki perusahaan dalam mengelola pertukaran informasi

15 Minimnya kepercayaan Supplier terhadap Subkontraktor

16 Manipulasi informasi oleh Subkontraktor

17

Jaringan relasional

Ketidakjelasan klausul-klausul dalam kontrak kerjasama

18 Keterlambatan pemecahan masalah sengketa

19 Supplier/subkontraktor sering melempar tanggung jawab

20 Koordinasi yang lemah dengan Supplier

(5)

Lanjutan Tabel 2...

No Kategori Keterangan variabel

22 Jaringan relasional

Hubungan psikologis yang terganggu terkait adanya konsekuensi atas pelanggaran yang telah dilakukan

23 Kurangnya kesadaran Subkontraktor dalam membina hubungan jangka panjang 24 Jaringan

inovasi

Spesifikasi dan mutu material yang tidak tercapai dengan persyaratan yang telah ditetapkan terkait adanya inovasi 25 Tidak tersedianya material dengan adanya metode konstruksi yang baru Tabel 3. Variabel Hubungan Kerja Kontraktor terhadap Supplier maupun Supplier terhadap Kontraktor

No Kategori Keterangan variabel

1

Jaringan fisik

Spesifikasi dan mutu material yang terkirim tidak sesuai dengan kontrak

2 Ketidakstabilan suplai material oleh supplier

3 Risiko keterlambatan yang diakibatkan oleh proses mendapatkan material pengganti 4 Kegagalan pengiriman material karena lokasi proyek yang kurang jelas/sulit dilalui 5 Perizinan pengadaan material khusus yang berbelit

6 Pembatasan impor material dan peralatan

7 Risiko akibat persyaratan ketat yang berlaku di sekitar lingkungan proyek terkait pengadaan material ke lokasi 8

Jaringan keuangan

Risiko akibat eskalasi kenaikan harga material

9 Risiko akibat fluktuasi (perubahan naik-turun) kurs mata uang 10 Terjadi peningkatan tarif pajak barang dan jasa

11 Pembayaran yang terlambat/bahkan tidak terbayarnya supplier karena keuangan kontraktor yang bermasalah

12 Harga kurang kompetitif

13

Jaringan informasi

Manipulasi informasi oleh supplier

14 Ketidakjelasan kontraktor dalam memberikan informasi

15 Minimnya kepercayaan dengan kontraktor

16 Minimnya sumber daya alat dan/atau manusia yang dimiliki perusahaan pada proses pertukaran informasi 17

Jaringan relasional

Keterlambatan pemecahan masalah sengketa

18 Hubungan psikologis yang terganggu terkait adanya konsekuensi atas pelanggaran yang dilakukan Supplier

19 Kesulitan mencari supplier pengganti

20 Kurangnya kesadaran kontraktor dalam membina hubungan jangka panjang

21 Kontraktor sering melempar tanggung jawab

22 Jaringan inovasi

Pembengkakan biaya material dengan adanya metode konstruksi yang baru

(6)

5. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pola hubungan risiko supply chain management proyek konstruksi merupakan pola hubungan risiko yang terjadi pada pihak-pihak yang terlibat pada bagian hulu supply chain management yaitu kontraktor, subkontraktor dan suppliernya. Dalam penelitian ini besarnya faktor risiko yang dominan dapat terlihat dari hasil analisis faktor yang dilakukan.

5.1 Hubungan Kerja Kontraktor terhadap Subkontraktor

Kontraktor merupakan suatu organisasi konstruksi yang mengimplementasikan perencanaan yang telah dibuat menjadi hasil produk konstruksi. Sedangkan Subkontraktor adalah suatu organisasi konstruksi yang mengambil sebagian item/jenis proyek. Dan supplier adalah organisasi yang bertanggung jawab dalam memberikan pasokan kebutuhan yang dibutuhkan dalam proyek. Dalam supply chain management kontraktor melakukan hubungan kerja dengan subkontraktor dan supplier. Untuk mengetahui variabel risiko yang paling dominan pada masing-masing hubungan kerja digunakan analisis faktor. Dengan menggunakan analisis faktor didapatkan bahwa variabel risiko yang paling dominan adalah hubungan psikologis yang terganggu terkait adanya peringatan sanksi hukuman kepada subkontraktor, manipulasi informasi oleh subkontraktor, dan keterlambatan pemecahan masalah sengketa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Variabel Risiko Paling Dominan antara Kontraktor terhadap Subkontraktor

5.2 Hubungan Kerja Kontraktor terhadap Supplier

Pada hubungan kerja kontraktor terhadap supplier, variabel risiko yang paling dominan adalah risiko akibat eskalasi kenaikan harga material, kesulitan mencari supplier pengganti, dan manipulasi informasi oleh supplier.

Tabel 5. Variabel Risiko Paling Dominan antara Kontraktor terhadap Supplier

Peringkat Uraian Nilai hasil analisis faktor

1 Risiko akibat eskalasi kenaikan harga material 0.831

2 Kesulitan mencari supplier pengganti 0.827

3 Manipulasi informasi oleh supplier 0.815

5.3 Hubungan Kerja Subkontraktor terhadap Kontraktor

Dengan menggunakan analisis faktor didapatkan risiko yang paling dominan dalam hubungan kerja antara subkontraktor terhadap kontraktor adalah pembayaran yang terlambat atau bahkan tidak terbayarnya subkontraktor karena keuangan kontraktor yang bermasalah. Sedangkan untuk risiko dominan lainnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Peringkat Uraian Nilai hasil analisis faktor

1 Hubungan psikologis yang terganggu terkait adanya peringatan sanksi hukuman kepada subkontraktor 0.908

2 Manipulasi informasi oleh subkontraktor 0.865

(7)

Tabel 6. Variabel Risiko Paling Dominan antara Subkontraktor terhadap Kontraktor

Peringkat Uraian Nilai hasil analisis faktor

1 Pembayaran yang terlambat atau bahkan tidak terbayarnya Subkontraktor karena keuangan

Kontraktor yang bermasalah 0.880

2 Kontraktor sering melempar tanggung jawab 0.821

3 Kualitas hasil produk konstruksi di bawah standar 0.797 4 Menurunnya produktifitas pekerja atau peralatan 0.766

5 Harga kurang kompetitif 0.751

6 Spesifikasi hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan kontrak 0.726

7 Keterlambatan penyelesaian pekerjaan 0.726

8 Ketidakjelasan pihak kontraktor dalam memberikan informasi 0.650 9 Permasalahan keamanan di lingkungan proyek yang mengancam pekerja, material dan peralatan 0.594

5.4 Hubungan Kerja Subkontraktor terhadap Supplier

Jika dilakukan analisis faktor secara keseluruhan, didapatkan risiko yang paling dominan adalah ketidakstabilan suplai material oleh supplier.

Tabel 7. Variabel Risiko Paling Dominan antara Subkontraktor terhadap Supplier

Peringkat Uraian Nilai hasil analisis faktor

1 Ketidakstabilan suplai material 0.901

2 Supplier sering saling melempar tanggung jawab 0.872

3 Cacat pada material 0.841

4 Minimnya sumber daya alat dan/atau manusia yang dimiliki perusahaan dalam mengelola pertukaran

informasi 0.770

5 Spesifikasi dan mutu material yang tidak tercapai dengan persyaratan yang telah ditetapkan terkait

adanya inovasi 0.742

6 Ketidakjelasan klausul-klausul dalam kontrak kerjasama 0.710

5.5 Hubungan Kerja Supplier terhadap Kontraktor

Risiko yang paling dominan pada hubungan kerja supplier terhadap kontraktor adalah risiko akibat pembayaran yang terlambat. Sedangkan untuk risiko lainnya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Variabel Risiko Paling Dominan antara Supplier terhadap Kontraktor

Peringkat Uraian Nilai hasil analisis faktor

1 Pembayaran yang terlambat/bahkan tidak terbayarnya supplier karena keuangan kontraktor

yang bermasalah 0,920

2 Harga yang kurang kompetitif 0.900

(8)

Lanjutan Tabel 8…

Peringkat Uraian Nilai hasil analisis faktor

4 Minimnya sumber daya alat dan/atau manusia yang dimiliki perusahaan pada proses pertukaran

informasi 0.847

5 Tidak tersedianya material dengan adanya metode konstruksi yang baru 0.832 6 Risiko akibat persyaratan ketat yang berlaku di sekitar lingkungan proyek terkait pengadaan

material ke lokasi 0.759

7 Minimnya kepercayaan supplier terhadap kontraktor 0.695 8 Kegagalan pengiriman material karena lokasi proyek yang kurang jelas/sulit dilalui 0.628

5.6 Hubungan Kerja Supplier terhadap Subkontraktor

Hampir sama pada pembahasan sebelumnya, dengan menggunakan analisis faktor didapatkan risiko yang paling dominan adalah minimnya kepercayaan supplier terhadap subkontraktor. Sedangkan untuk risiko lainnya dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Variabel Risiko Paling Dominan antara Supplier terhadap Subkontraktor

Peringkat Uraian Nilai hasil analisis faktor

1 Minimnya kepercayaan Supplier terhadap Subkontraktor 0.936 2 Kurangnya kesadaran Subkontraktor dalam membina hubungan jangka panjang 0.875

3 Harga kurang kompetitif 0.845

4 Pembayaran yang terlambat atau bahkan tidak terbayarnya Supplier karena keuangan

Subkontraktor yang bermasalah 0.806

5 Hubungan psikologis yang terganggu terkait adanya konsekuensi atas pelanggaran yang telah dilakukan 0.694

6 Subkontraktor sering melempar tanggung jawab 0.649

6. KESIMPULAN

Dari hasil analisis didapatkan bahwa risiko yang paling dominan pada pola hubungan risiko yang terjadi pada bagian hulu supply chain management yaitu kontraktor, subkontraktor dan suppliernya adalah pihak-pihak yang tidak memiliki posisi tawar yang kuat, sehingga diperlukan sikap yang sangat hati-hati dalam menentukan rekanan dalam bekerjasama. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat dikembangkan lagi pada pola hubungan risiko yang terjadi pada bagian hilir supply chain management proyek konstruksi yaitu antara kontraktor, konsultan dan owner.

DAFTAR PUSTAKA

Bauer, K., (2004), “KPIs: not All Metrics are Created Equal”, DM Business Review, pp. 42-43.

Berry, D., Towill, D.R., & Wadsley, N., (1994), “Supply Chain Management in the Electronics Products Industry”, International Journal of Physical Distribution and

(9)

Briscoe, G., Dainty, Andrew R.J., & Millett, S., (2001), “Construction Supply Chain Partnership: Skills, Knowledge and Attitudinal Requirements”, European Journal of Purchasing & Supply Management, Vol. 7, pp. 243-255.

Cavinato, J.L., Flynn, A.E., Kauffman, R.G., (2006), The Supply Management Handbook, 7th edition, McGraw-Hill Companies, New York.

Chopra, S. and Meindl, P., (2001), Supply Chain Management: Strategy, Planning, and Operations, Prentice Hall, New York.

Christopher, M., (1992), Logistics and Supply Chain Management: Strategies for Reducing Costs and Improving Service, Pitman Publishing, London.

Christopher, M., Peck, H., Abley, J., Haywood, Major M., Saw, R., Rutherford, C., & Strathern, M. (2003), “Creating Resilient Supply Chains: A Practical Guide”, Center for Logistics and Supply Chain Management, Cranfield School of Management, Cranfield University, Cranfield, UK.

Cooper, M.C. and Ellram, L.M., (1993), “Characteristics of Supply Chain Management and the Implications for Purchasing and Logistics Strategy”, International Journal of Logistics Management, Vol. 4 (2), pp. 13-24.

Cooper F.D., Gray S., Raymond G., and Walker, Phil, (2005), Managing Risk in Large Projects and Complex Procurements, 1st edition, John Willey and Sons, Ltd., England.

Dani, S., (2009), Predicting and Managing Supply Chain Risks, in Supply Chain Risk: A Handbook of Assessment, Management, and Performance, eds. Zsidisin, G.A., Ritchie, B., Springer, New York.

Green, Jutta, (2000), Job Satisfaction of Community College Chairpersons, Dissertation, Faculty of the Virginia Polytechnic Institute & State University, Virginia.

Johnson, Richard., Wichern, & Dean W., (1998), Multivariate Statistical Analysis, 4th edition, Prentice Hall, New Jersey.

Kuncoro, Mudrajad, (2003), Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Pujawan, I Nyoman, (2005), Supply Chain Management, Edisi Pertama, Guna Widya, Surabaya.

Smeltzer, L.R. dan Siferd, S.P., (1998), “Proactive Supply Management: The Management of Risk”, International Journal of Purchasing and Materials Management, Vol. 34, No. 1, pp. 38-45.

Spekman, R.E. dan Davis, E.W., (2004), “Risky Business: Expanding the Discussion on Risk and The Extended Enterprise”, International Journal of Physical Distribution & Logistics Management, Vol. 34, No. 5, pp. 414-433.

Suparno, (2004), “Model dan Pengukuran Kinerja Supply Chain”, Optima, Jurnal Keilmuan & Aplikasi Teknik dan Manajemen Industri, Vol. 1, No. 1, hal. 15-27. Vrijhoef, R., (1998), Co-Makership in Construction Towards Construction Supply

Chain Management, Thesis of Graduate Studies, Delft University of Technology, Netherland.

Zsidisin, G., (2003), “Managerial Perceptions of Risk”, Journal of Supply Chain Management, Vol. 39, pp. 14-25.

Gambar

Tabel  1.  Variabel  Hubungan  Kerja  Kontraktor  terhadap  Subkontraktor  maupun  Sub- Sub-kontraktor terhadap Kontraktor
Tabel 2. Variabel Hubungan Kerja Subkontraktor terhadap Supplier maupun Supplier  kontraktor terhadap Subkontraktor
Tabel  3.  Variabel  Hubungan  Kerja  Kontraktor  terhadap  Supplier  maupun  Supplier  terhadap Kontraktor
Tabel 4. Variabel Risiko Paling Dominan antara Kontraktor terhadap Subkontraktor
+3

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu kesimpulan dari hasil penelitian Efektivitas Program Bantuan Sosial (PBS) Kabupaten Lombok Timur Terhadap Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Tani Ternak

Perubahan lain terjadi pada mekanisme pemilihan presiden dan wakil presiden sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

• Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah B3.. • Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor: 14 Tahun 2013

Dari Kota medan, UMKM Binaan TDA dalam menjawab pertanyaan daerah pemasaran yang dipilih untuk melakukan bisnis adalah Dimana saja yang terpentinng dan dapat aspek

Besaran biaya bahan bakar minyak (dalam rupiah/km) untuk setiap jenis kendaraan yang dikaji dapat dihitung dengan mengalikan besaran tingkat konsumsi bahan bakar

Under Penalties of Perjury, I Declare that I have examined this application, and to the best of my knowledge and belief it is true, correct and complete, and that the transfer of

Dokumen ini diisi oleh penyelia pabrik dan diserahkan ke fungsi pembuat daftar gaji upah untuk kemudian dibandingkan dengan kartu jam hadir, sebelum digunakan

Tahap ketiga setelah didapatkan hasil perbaikan bobot untuk nilai kriteria, sistem akan melakukan penentuan nilai vektor S dari setiap alternatif data calon