BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Penyakit asma bronkial di masyarakat sering disebut sebagai bengek, asma, mengi, ampek, sesak nafas, dan berbagai istilah lokal lainnya. Asma merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.
Dari definisi di atas, maka dapat diambil poin penting mengenai asma, yaitu : Asma merupakan penyakit gangguan jalan nafas
Ditandai dengan hipersensitifitas bronkus dan bronkokostriksi Diakibatkan oleh proses inflamasi kronik
Bersifat reversibel
Asma Bronkial adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan dan penyempitan yang bersifat sementara.
Asma bronkial adalah adanya gangguan pada selaput bronkus yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan.
B. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial.
1) Faktor predisposisi Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alerg biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
Ex : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi 2. Ingestan, yang masuk melalui mulut
Ex : makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit Ex : perhiasan, logam dan jam tangan
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
c. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
d. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
e. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua factor-faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest. (Tanjung, 2003)
D. Gejala Klinis
Keluhan utama penderita asma ialah sesak napas mendadak, disertai fase inspirasi yang lebih pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi, dan diikuti bunyi mengi (wheezing), batuk yang disertai serangn napas yang kumat-kumatan. Pada beberapa penderita asma, keluhan tersebut dapat ringan, sedang atau berat dan sesak napas penderita timbul mendadak, dirasakan makin lama makin meningkat atau tiba-tiba menjadi lebih berat.
Wheezing terutama terdengar saat ekspirasi. Berat ringannya wheezing tergantung cepat atau lambatnya aliran udara yang keluar masuk paru. Bila dijumpai obstruksi ringan atau kelelahan otot pernapasan, wheezing akan terdengar lebih lemah atau tidak terdengar sama
sekali. Batuk hamper selalu ada, bahkan seringkali diikuti dengan dahak putih berbuih. Selain itu, makin kental dahak, maka keluhan sesak akan semakin berat.
Dalam keadaan sesak napas hebat, penderita lebih menyukai posisi duduk membungkuk dengan kedua telapak tangan memegang kedua lutut. Posisi ini didapati juga pada pasien dengan Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Tanda lain yang menyertai sesak napas adalah pernapasan cuping hidung yang sesuai dengan irama pernapasan. Frekuensi pernapasan terlihat meningkat (takipneu), otot Bantu pernapasan ikut aktif, dan penderita tampak gelisah. Pada fase permulaan, sesak napas akan diikuti dengan penurunan PaO2 dan PaCO2, tetapi pH normal atau sedikit naik. Hipoventilasi yang terjadi kemudian akan memperberat sesak napas, karena menyebabkan penurunan PaO2 dan pH serta meningkatkan PaCO2 darah. Selain itu, terjadi kenaikan tekanan darah dan denyut nadi sampai 110-130/menit, karena peningkatan konsentrasi katekolamin dalam darah akibat respons hipoksemia.
E. Pemeriksaan Penunjang 1) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum pada penderita asma akan didapati :
• Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil. • Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus. • Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
• Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
2) Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan
peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.
Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
3) Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma. Pemeriksaan menggunakan tes tempel.
4) Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clockwise rotation.
Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right bundle branch block).
Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
5) Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi. (Medicafarma,2008)
F. Klasifikasi Asma :
1. Berdasarkan Etiologi a) Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
Asma Ekstrinsik dibagi menjadi : Asma ekstrinsik atopik Sifat-sifatnya adalah sebagai berikut:
• Penyebabnya adalah rangsangan allergen eksternal spesifik dan dapat diperlihatkan dengan reaksi kulit tipe 1
• Gejala klinik dan keluhan cenderung timbul pada awal kehdupan, 85% kasus timbul sebelum usia 30 tahun
• Sebagian besar mengalami perubahan dengan tiba-tiba pada masa puber, dengan serangan asma yang berbeda-beda
Asma ekstrinsik non atopik Memiliki sifat-sifat antara lain:
• Serangan asma timbul berhubungan dengan bermacam-macam alergen yang spesifik • Tes kulit memberi reaksi tipe segera, tipe lambat dan ganda terhadap alergi yang
tersensitasi dapat menjadi positif
• Dalam serum didapatkan IgE dan IgG yang spesifik
• Timbulnya gejala cenderung pada saat akhir kehidupan atau di kemudian hari b) Intrinsik/idiopatik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
Sifat dari asma intrinsik :
o Alergen pencetus sukar ditentukan
o Tidak ada alergen ekstrinsik sebagai penyebab dan tes kulit memberi hasil negatif o Merupakan kelompok yang heterogen, respons untuk terjadi asma dicetuskan oleh
o Sering ditemukan pada penderita dewasa, dimulai pada umur di atas 30 tahun dan disebut juga late onset asma
o Serangan sesak pada asma tipe ini dapat berlangsung lama dan seringkali menimbulkan
o kematian bila pengobatan tanpa disertai kortikosteroid.
o Perubahan patologi yang terjadi sama dengan asma ekstrinsik, namun tidak dapat dibuktikan dengan keterlibatan IgE
o Kadar IgE serum normal, tetapi eosinofil dapat meningkat jauh lebih tinggi dibandingkan
o dengan asma ekstrinsik
o Selain itu tes serologi dapat menunjukkan adanya faktor rematoid, misalnya sel LE o Riwayat keluarga jauh lebih sedikit, sekitar 12-48%
o Polip hidung dan sensitivitas terhadap aspirin sering dijumpai c) Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.
2. Berdasarkan Keparahan Penyakit a. Asma intermiten
Gejala muncul < 1 kali dalam 1 minggu, eksaserbasi ringan dalam beberapa jam atau hari, gejala asma malam hari terjadi < 2 kali dalam 1 bulan, fungsi paru normal dan asimtomatik di antara waktu serangan, Peak Expiratory Folw (PEF) dan Forced Expiratory Value in 1 second (PEV1) > 80%
b. Asma ringan
Gejala muncul > 1 kali dalam 1 minggu tetapi < 1 kali dalam 1 hari, eksaserbasi mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari terjadi > 2 kali dalam 1 bulan, PEF dan PEV1 > 80%
c. Asma sedang (moderate)
Gejala muncul tiap hari, eksaserbasi mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari terjadi >1 kali dalam 1 minggu, menggunakan inhalasi beta 2 agonis kerja cepat dalam keseharian, PEF dan PEV1 >60% dan < 80%
d. Asma parah (severe)
Gejala terus menerus terjadi, eksaserbasi sering terjadi, gejala asma malam hari sering terjadi, aktifitas fisik terganggu oleh gejala asma, PEF dan PEV1 < 60%
G. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah : 1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma 3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai
penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnnya.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu: 1. Pengobatan non farmakologik:
• Memberikan penyuluhan • Menghindari faktor pencetus • Pemberian cairan
• Fisiotherapy • Beri O2 bila perlu. 2. Pengobatan farmakologik :
! Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :
a. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin) Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent) - Fenoterol (berotec) - Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup,suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered doseinhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.
b. Santin (teofilin) Nama obat :
- Aminofilin (Amicam supp) - Aminofilin (Euphilin Retard) - Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat. Cara pemakaian :
Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
• Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anakanak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
• Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika secara oral.
H. Pencegahan
Serangan asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari. Serangan yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan meminum obat sebelum melakukan olah raga.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA BRONKIAL
1. Pengkajian
Tahap pengkajian adalah pengumpulan data yang diperoleh dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang serta mempelajari cacatan lain tentang status kesehatan klien.
Dalam tahap ini akan dikumpulkan identitas klien, riwayat kesehatan, riwayat kesehatan keluarga, riwayat psikososial, pola-pola fungsi kesehatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Riwayat kesehatan meliputi riwayat penyakit dahulu yang terdiri dari riwayat masuk rumah sakit, penyakit yang diderita, riwayat alergi dan obat-obatan yang sering digunakan. Riwayat penyakit sekarang meliputi keluhan utama dari klien seperti sesak, batuk, demam, nyeri abdomen, berkeringat serta sejak kapan gejala-gejala tersebut timbul.
Riwayat keluarga meliputi penyakit yang pernah diderita anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan kondisi klien, riwayat penyakit keturunan seperti asma, DM, penyakit jantung dan genogram keluarga klien.
Riwayat psikososial menyatakan tingkat perasaan/ emosi klien dan keberadaan klien dalam keluarga.
Pada pola-pola fungsi kesehatan meliputi keadaan nutrisi seperti adanya alergi terhadap makanan, berat badan tidak sesuai dengan tinggi badan, apakah ada muntah, mual dan nyeri abdomen. Pola eliminasi seperti kesulitan miksi dan frekuensinya. Pola tidur yang meliputi lamanya tidur, apakah susah tidur akibat sesak. Pola aktifitas seperti sesak waktu beraktifitas.
Data dasar yang biasanya didapat pada pasien asma bronkial adalah : a. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise
Ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari karena sulit bernafas. Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi. Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau latihan.
Tanda : Keletihan, Gelisah, insomnia, Kelemahan umum / kehilangan massa otot. b. Sirkulasi
Tanda : Peningkatan TD, peningkatan frekuensi jantung/ takikardia berat, distrimia, distensi vena leher (penyakit berat). Edema dependen, bunyi jantung redup. Warna kulit/membran mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis, kuku tabuh dan sianosis perifer. Pucat dapat menunjukkan anemia.
c. Integritas Ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko, perubahan pola hidup Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang
d. Makanan / Cairan
Gejala : Mual / Muntah ,Nafsu makan buruk, Ketidakmampuan untuk makan karena distres pernafasan
Tanda : Turgor kulit buruk, Edema dependen, Berkeringat, Penurunan berat badan, penurunan massa otot / lemak subkutan
e. Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan/ peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan f. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek khususnya pada kerja, cuaca atau episode berulangnya sulit nafas, rasa dada tertekan, ketidakmampuan untuk bernafas, Lapar udara kronis, Batuk menetap dengan produksi sputum
Tanda : Pernafasan biasanya cepat, dapat lambat, fase ekspirasi memanjang
Penggunaan otot bantu pernafasan misal : meninggikan bahu, retraksi fosa supraklavikula, melebarkan hidung
Dada : terlihat hiperinflasi dengan peningkatan diameter AP, gerakan diafragma minimal
Bunyi nafas : mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan atau tidak adanya bunyi nafas
Perkusi : bunyi pekak pada paru g. Keamanan
Gejala : Riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/ faktor lingkungan Adanya/ berulangnya infeksi, kemerahan / berkeringat
h. Seksualitas Gejala : Penurunan libido
i. Interaksi Sosial
Gejala : Hubungan ketergantungan Kurang sistem pendukung
Kegagalan dukungan dari / terhadap pasangan / orang terdekat, Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik
Tanda : Ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suara karena distres pernafasan, Keterbatasan mobilitas fisik, Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain
j. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Penggunaan/ penyalahgunaan obat pernafasan, Kesulitan menghentikan merokok, Penggunaan alkohol secara teratur, Kegagalan untuk membaik.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang mungkin timbul pada asma bronkial adalah : a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Kerusakan pertukaran gas
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
No NANDA NOC NIC
1. Pola Nafas Tidak Efektif Hasil Yang Diharapkan: • Mengontrol pengambilan nafas • Keadaan pernafasan: jalan nafas yang jelas • Keadaan pernafasan: pertukaran gas • Keadaan pernafasan: tempat pertukaran gas/ventilasi.
PENGATURAN JALAN NAFAS Tindakan:
• Membuka jalan nafas dengan cara dagu diangkat atau rahang
ditinggikan.
• Memposisikan pasien agar mendapatkan ventilasi yang maksimal.
• Mengidentifikasi pasien berdasarkan penghirupan nafas yang potensial pada jalan nafas.
• Penghirupan nafas melalui mulut atau nasopharing.
• Memberikan terapi fisik pada dada. • Mengeluarkan sekret dengan cara
batuk atau penyedotan.
• Mendorong pernapasan yang dalam, lambat, bolak-balik, dan batuk. • Menginstruksikan bagaimana batuk
yang efektif.
• Membantu rangsangan pada spirometer.
• Mendengarkan bunyi nafas, mancatat daerah yang mangalami penurunan atau ada tidaknya ventilasi dan
adanya bunyi tambahan. • Melakukan penyedotan pada
endotrakea atau nasotrakea.
• Memeriksa bronchodilators dengan tepat.
• Mengajarkan pasien bagaimana penghirupan nafas yang tepat. • Memberikan perawatan ultrasonic. • Memberikan oksigen yang tepat. • Memberikan cairan yang teratur agar
memperoleh keseimbangan cairan dalam tubuh.
• Memposisikan pasien untuk mengurangi dyspnea.
• Memeriksa keadaan pernafasan dan oksigen.
PEMBERSIHAN JALAN NAFAS Tindakan:
• Menentukan kebutuhan penyedotan pada mulut dan/atau trakea.
• Mendengarkan bunyi nafas sebelum dan sesudah penyedotan. • Menginformasikan pada pasirn
dan keluarga mengenai penyedotan tersebut.
• Pemberian obat penenang. • Melakukan pencegahan umum:
memakai sarung tangan, kacamata debu, dan masker.
• Menyisipkan bunyi sengau untuk memfasilitasi penyedotan pada nasotrakea.
• Menginstruksikan pasien untuk mengambil nafas dalam beberapa kali sebelum penyedotan di
oksigen tambahan.
• Terjadinya hyperinflasi di 1- 1.5 kali pada volume tidal menggunakan ventilasi mekanik.
• Menggunakan alat yang steril untuk setiap penyedotan di trakea. • Menggunakan kateter untuk
penyedotan yang diameter dalamnya setengah dari diameter pipa endotrakea, pipa trakeostomy atau jalan nafas pasien.
• Menginstruksikan pasien untuk mengambil nafas dalam secara perlahan-lahan selama pemasukan kateter penyedotan melalui
nasotrakea.
• Memasang ventilator pada pasien selama pemasangan penyedotan jika system penyedotan trakea terhambat.
• Menggunakan penyedotan untuk mengeluarkan secret dalam kadar yang rendah ( misalnya, 80-100 mmHg untuk dewasa).
• Memeriksa keadaan oksigen pasien (tingkat Sa2O2 dan SvO2) dan keadaan hemodynamic (tingkat MAP dan irama cardiac) sebelum, selama, dan sesudah penyedotan. • Berdasarkan durasi dari setiap
penyedotan trakea dan melihat respon pasien terhadap penyedotan. 2. Kerusakan
Pertukaran Gas
Kriteria Hasil yang disarankan : • Keseimbangan Elektrolit dan asam basa • Status respiratori : pertukaran gas • Status respiratori : ventilasi
Manajemen Asam Basa Aktivitas :
• Pertahankan kepatenan akses IV • Pertahankan kepatenan jalan nafas • Pantau ABG dan kadar elektrolit,
jika tersedia
• Pantau status hemodinamik, meliputi tingkat CVP, MAP, dan PCWP jika tersedia
• Perfusi jaringan : pulmonal
• Status dan tanda - tanda vital
• Pantau kehilangan asam ( seperti : muntah, pengeluaran nasogastrik, diare dan dieresis), sesuai dengan kebutuhan
• Pantau kehilangan bikarbonat ( seperti : drainase fistula dan diare ), sesuai dengan keburuhan • Atur posisi untuk memudahkan
ventilasi yang adekuat
( seperti:membuka jalan nafas dan mengangkat kepala di tempat tidur) • Pantau gejala gagal nafas ( seperti :
PaO2 rendah dan menaikkan tingkat PaCO2 dan kelelahan otot
pernafasan )
• Pantau pola pernafasan • Pantau proses transfer O2 di
jaringan ( seperti : PaO2, SaO2, dan tingkat hemoglobin dan curah
jatung), sesuai dengan kebutuhan • Sediakan terapi oksigen, jika
diperlukan
• Pantau pemakaian oksigen ( seperti : tingkat SvO2, dan avDO2 ), jika tersedia
• Dapatkan contoh analisis laboraturium yang berhubungan dengan keseimbangan asam basa ( seperti : ABG, urin dan tingkat serum ), sesuai dengan kebutuhan • Pantau kesalahn ketidak
seimbangan elektrolit dengan mengoreksi ketidak seimbangan asam basa
• Kurangi konsumsi oksigen ( seperti : meningkatkan kenyamanan,
mengendalikan demam, dan mengurangi kecemasan ), sesuai kebutuhan
Manajemen Jalan Nafas Aktivitas :
• Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust ( dagu diangkat atau rahang ditinggikan ), sesuai denga kebutuhan
• Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
• Identifikasi kebutuhan pasien akan insersi jalan nafs actual
ataupotensial
• Masukkan jalan nafas melalui mulut nasofaring, sesuai dengan
kebutuhan
• Lakukan fisioterapi dada, sesuai dengan kebutuhan
• Bersihkan secret dengan
menganjurkan batuk atau dengan menggunakan penghisapan • Dukung untuk bernafas pelan,
dalam, berbalik dan batuk
• Instruksikan bagaimana cara batuk efektif
• Bantu dengan spirometer insentif, sesuai dengan kebutuhan
• Auskultasi bunyi nafas, tandai areapenurunan atau hilangnya ventilasi dan adanya bunyi tambahan
• Lakukan penghisapan endotrakeal atau nasotrakeal, sesuai dengan kebutuhan
• Berikan nebulasi ultrasonic, sesuai dengan kebutuhan
• Berikan udara yang dilembabkan atau oksigen, sesuai dengan kebutuhan 3. Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Outcome yang disarankan • Status nutrisi • Status nutrisi: intake makanan dan cairan
Mengontrol Ketidakteraturan Makan Aktivitas:
• Kolaborasi dengan anggota tim pelayanan kesehatah lainnya untuk mengembangkan rencan
• Status nutrisi: intake zat makanan
• Mengontrol berat badan
pengobatan: meliputi pasien dan /atau orang yang terkait, jika diperlukan
• Berunding dengan tim atay pasien untuk membuat sebuah target berat, jiak pasien tidak sampai pada batas berat yang dianjurkan sesuai umur dan postur tubuh
• Membuat sejumlah catatan
mengenai penambahan berat badan sehari-hari yang diinginkan
• Berunding dengan ahli makanan untuk menentukan keperluan intake kalori sehari-hari untuk mencapai dan /atau mempertahankan target berat badan
• Mengajarkan dan memperkuat konsep nutrisi yang b agus dengan pasien (dan orang terkait, jika diperlukan)
• Anjurkan pasien untuk
mendiskusikan makanan pilihan dengan ahli makanan
• Mengembangkan hubungan persahabatan yang mendukung dengan pasien
• Memantau parameter fisiologi (tanda-tanda vital dan jumlah elektrolit), jika diperlukan
• Menimbang berat badan menjadi sebuah rutinitas (e.g. pada waktu yang sama setiap hari dan setelah buang air)
• Memantau intake dan output cairan, jika diperlukan
• Memantau intake kalori makanan sehari-hari
• Anjurkan pasien memantau sendiiri intake makanan sehari-hari dan menambah/mempertahankan berat badan, jika diperlukan
Aktivitas:
• Menanyakan apakah pasien mempunyai alergi terhadap makanan
• Menetukan makanan pilihan pasien • Menentukan jumlah kalori dan jenis
zat makanan yang diperlukan untuk memenuhi nutrisi, ketika
berkolaborasi dengan ahli makanan, jika diperlukan
• Tunjukkan intake kalori yang tepat sesuai tipe tubuh dan gaya hidup • Anjurkan menambah intake zat besi
makanan, jika diperlukan
• Menawarkan snack, (e.g. banyak minum dan buah segar/jus buah), jika diperlukan
• Memberi makanan yang sehat, bersih, dan lunak, jika diperlukan • Memberi pengganti gula, jika
diperlukan
• Memastikan bahwa makanan meliputi makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
• Memberikan tanaman obat dan rempah-rempah sebagai alternative pengganti garam
• Memberi pasien makanan dan minuman tinggi protein, tinggi kalori, dan bernutrisi yang siap dikonsumsi, jika diperlukan
• Memberi pilihan makanan
• Membenarkan makanan dalam gaya hidup pasien, jika diperlukan
• Mengajarkan pasien bagaimana membuat buku harian tentang makanan, jika diperlukan
nutrisi dan kalori
• Menimbang berat badan pasien pad jarak waktu yang tepat
LAPORAN ANALISA SINTESA RUANG GAWAT DARURAT
Nama mahasiswa : Restu Budi Susilo No. BP : 0910322033
Nama pasien : Ny. N Umur : 47 th
Diagnose medis : Asma Bronkial dalam serangan Tanggal : 07 April 2012
1. Pengkajian Primer - Airway
Tidak terdapat sumbatan pada jalan nafas, tidak ada secret, klien batuk kering , ronchi(-), Wheezing(+), snowing (-), gargling (-).
- Breathing
Sesak nafas, RR 30 x/menit, tarikan nafas dangkal dan cepat dengan irama teratur, inspirasi memendek, ekspirasi memanjang, nafas cuping hidung, menggunakan otot bantu nafas.
- Circulation
Tekanan darah 130/80 mmhg, nadi 108x/menit, suhu 37 ° C, akral hanagat, gelisah, mukosa bibir lembab, nadi klien teraba kuat .
- Disability
Kesadaran klien CMC,. GCS : 15, klien kesadarannya baik namun tampak lelah - Expossure
Klien terlihat gelisah dan lemas. Diagnose keperawatan
No .
Nanda Noc Nic
1. Pola nafas tidak efektif
DS : klien mengatakan
nafasnya sesak sejak tadi siang, klien mengatakan
mempunyai riwayat asma, klien
mengatakan dia batuk namun tidak berdahak DO : nafas dangkal, cepat, ekspirasi memanjang. RR 30 X/I, klien menggunakan otot bantu nafas
Hasil Yang Diharapkan: • Mengontrol
pengambilan nafas • Keadaan
pernafasan: jalan nafas yang jelas • Keadaan
pernafasan: pertukaran gas
Manajemen jalan napas Aktivitas :
1. Membuka jalan nafas, dengan teknik mengangkat dagu dan mendorong rahang, jika diperlukan
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan potensi ventilasi
3. Identifikasi pasien yang membutuhkan masukan jalan nafas aktual/potensial
4. Memasukan jalan nafas oral atao nasofaring, jika diperlukan 5. Menghilangkan sekresi dengan mendorong batuk atau pengisapan
6. Auskultasi bunyi nafas, mencatat area ventilasi menurun atau tidak ada dan adanya suara adventif 7. Lakukan pengisapan endotrakeal atau nasotrakeal, jika diperlukan
8.Mengelola bronkodilator, jika diperlukan
9. Ajarkan pasien bagaimana menggunakan inhaler, jika diperlukan
10. Kelola perawatan aerosol, jika diperlukan
11. Kelola perawatan ultrasonik nebulizer, jika diperlukan
12. Mengelola kelembaban udara atau oksigen, jika diperlukan
13.Mengatur asupan cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan cairan 14. Posisikan untuk mengurangi dispnea
15. Monitor status pernafasan dan oksigenasi, jika diperlukan No
. Nanda Implementasi Evaluasi Ttd
1. Pola Nafas Tidak efektif Jam : 20.00 wib
•Mengatur posisi yang nyaman bagi pasien
•menganjurkan teknik nafas dalam •Membarikan terpi oksegen 3 lt/menit
S : klien mengatakan sesaknya sudah berkurang
O : sesak nafas klien tampak sedikit berkurang
A : sesak nafas teratasi sebagian P : Intervensi dihentikan, pasien pulang Restu Budi Susilo b) Pengkajian sekunder - Alasan masuk
Klien masuk IGD pada pukul 19.55 wib dengan keluhan sesak nafas sejak tadi siang, dan batuk kering sejak semalam, klien juga mengatakan nyeri pada perut dan dadanya, klien tidak merasakan mual dan muntah , klien juga mengeluh dia demam
- Riwayat penyakit dahulu
Klien memiliki riwayat penyakit asma - Pengkajian head to toe
Kesadaran umum : Kesadaran klien CMC, GCS : 15.
Penampilan umum : Nafas sesak, mukosa lembab, nafas cuping hidung, tampak lemah dan gelisah
TTV : Nadi : 108 x/menit, RR : 30 x/menit, S : 37 C, TD : 130/80 mmhg
Mata : Conjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.
Leher : DBN
Thorax : Simetris, wh ++/++, rh -/- Ekstremitas : Akral hangat, perfusi baik
System pencernaan : Mukosa bibir terlihat lembab, BAB dan BAK normal Tindakan yang di lakukan di IGD :
Nebulizer (ventolin) I : 20.05 wh ++/++, rh -/- Nebulizer (ventolin) II : 20.20 wh --, rh -/- Nebulizer (ventolin) III : 20.35 wh --, rh -/-Pemeriksaan penunjang :
Tidak ada dilakukan pemeriksaan penunjang Diagnose keperawatan :
No
. Nanda Noc Nic
1. Kerusakan pertukaran gas DS : klien mengatakan nafasnya sesak, susah untuk bernafas klien mengatakan dia batuk namun tidak berdahak DO : nafas dangkal, cepat, ekspirasi memanjang. RR 30 X/I, klien menggunakan otot bantu nafas
Kriteria Hasil yang disarankan: • Keseimbangan Elektrolit dan asam basa • Status respiratori : pertukaran gas • Status respiratori : ventilasi
• Status dan tanda - tanda vital
Manajemen Jalan Nafas Aktivitas :
• Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi • Identifikasi kebutuhan pasien
akan insersi jalan nafs actual ataupotensial
• Masukkan jalan nafas melalui mulut nasofaring, sesuai dengan kebutuhan • Bersihkan secret dengan
menganjurkan batuk atau dengan menggunakan penghisapan
• Dukung untuk bernafas pelan, dalam, berbalik dan batuk • Instruksikan bagaimana cara
batuk efektif
• Berikan nebulasi ultrasonic, sesuai dengan kebutuhan • Berikan udara yang
dilembabkan atau oksigen, sesuai dengan kebutuhan Manajemen Asam Basa Aktivitas
• Memelihara akses yang nyata • Memelihara jalan nafas yang
baik
tingkat elektrolit sebisanya • Amati kehilangan asam
• Posisikan fasilitas pernapasan yang adekuat
• Amati gejala gangguan pernapasan
• Tekanan terapi oksigen jika perlu
• Amati pemakaian oksigen • Amati resiko
ketidakseimbanagn elektrolit dengan mengoreksi ketidak seimbanagn asam basa
No .
Nanda Implementasi Evaluasi Ttd
1. Kerusakan pertukaran gas jam : 20.05 Wib Jam 20.20 Wib Jam 20.35 Wib • mengajarkan pasien untuk melakukan teknik nafas dalam • Memberikan ventolin dengan nebulizer yang pertama • Memberikan ventolin dengan nebulizer yang kedua • Memberikan ventolin dengan nebulizer yang ketiga
• Menjaga pola nafas klien
• Memberikan terapi O2 3 Lt/menit
S : klien mengatakan kalau sesaknya sudah berkurang Klien mengatakan tidak ada mual ataupun muntah
O : RR : 25 x/I, wheezing (-), ekspirasi memanjang (-), penggunaan otot bantu sudah tidak ada lagi A : sesak nafas teratasi
P : intervensi dihentikan Restu Budi Susilo
No .
Nanda Noc Nic
Ds : klien mengatakan kalau perut dan dadanya sakit Do : Klien terlihat menahat sakit Klien menggunakan alat bantu nafas Klien terlihat gelisah
Tingkat kenyamanan meningkat
Klien tampak tenag dan rileks Klien mnegtakan nyerinya berkurang Ttv kembali normal Nyeri terkontrol Aktivitas:
•Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif dimulai dari lokasi, karakteristik, durasi, frekwensi, kualitas, intensitas dan penyebab •Pastikan pasien mendapat
perawatan dengan analgestik
•Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat menyatakan
pengalaman nyeri nya serta dukungan dalam merespon nyeri •Tentukan dampak nyeri terhadap
kehidupan sehari-hari (tidur, nafsu makan, aktifitas, kesadaran, mood, hubungan social, performance kerja dan melakukan tanggung jawab sehari-hari
•Membantu pasien dan keluarga untuk memberi dukungan •Gunakan langkah-langkah
pengendalian nyeri sebelum nyerio menjadi parah
•Pastikan bahwa pasien mendapat perawatan analgestik yang tepat
No
. Nanda Implementasi Evaluasi Ttd
1. Nyeri 20.40
•Monitor TTV klien •Kaji skala nyeri (1-10) •Ajarkan teknik
relaksasi ( Mengalihkan Perhatian) •Atur posisi klien
•Berikan lingkungan yg nyaman dan batasi
S : klien mengatakan kalau nyerinya sudah mulai berkurang
O : RR= 30x/i, TD= 120/80 mmHg, Klien sudah terlihat tenang,
A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi Rest u Budi Susil o
pengunjung
•Berikan O2 pd klien ( klien dilakukan
tindakan pemberian O2 3 liter)