• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA

N/A
N/A
Yessica Tetya

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN ASMA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA

Laporan Pendahuluan disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktik Klinik Keperawatan Keluarga

Dosen Pembimbing: Athanasia B.A, SKp, MN

Disusun oleh :

Maulana Adhi Setyo Nugroho P27220018148

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA 2022

(2)

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA

A. PENGERTIAN

Penyakit Asma berasal dari kata “Asthma” yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti “sukar bernapas”. Penyakit asma merupakan proses inflamasi kronik saluran pernapasan yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Proses inflamasi kronik ini menyebabkan saluran pernapasan menjadi hiperesponsif, sehingga memudahkan terjadinya bronkokonstriksi, edem, hipersekresi kelenjar, yang menghasilkan pembatasan aliran udara di saluran pernapasan dengan manifestasi klinik yang bersifat periodik berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batukbatuk terutama pada malam hari atau dini hari/subuh. Gejala ini berhubungan dengan luasnya inflamasi, yang derajatnya bervariasi dan bersifat reversible secara spontan maupun dengan atau tanpa pengobatan (GINA, 2018).

Asma adalah penyakit pada saluran bronkial yang biasanya muncul dengan

“mengi” atau suara bersiul bernada tinggi yang terdengar saat bernafas, terutama pada saat bernafas. Namun, mengi tidak selalu terjadi, dan asma juga bisa melibatkan sesak napas atau batuk, terutama pada anak-anak. Asma paling umum berkembang pada anak usia dini, dan lebih dari tiga perempat anak-anak yang mengalami gejala asma sebelum usia 7 tahun tidak lagi memiliki gejala asma pada usia 16 tahun. Namun, asma dapat berkembang pada setiap tahap dalam kehidupan, termasuk saat dewasa (Global Ashtma Network, 2019).

Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012).

(3)

B. ETIOLOGI

a. Faktor Predisposisi

Genetik merupakan faktor predisposisi dari asma bronkhial.

b. Faktor Presipitasi

 Alergen

Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contohnya: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.

2. Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contohnya: makanan dan obat- obatan.

3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contohnya:

perhiasan, logam, dan jam tangan.

 Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.

 Stress

Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma. Stress juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada

 Lingkungan kerja

Lingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma.Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.

 Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat.

C. PATOFISIOLOGI

Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang menyebabkan sukar bernafas.Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE abnormal

(4)

dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.

Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru.

Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran udara.

D. MANIFESTASI KLINIS Gejala awal :

1. Batuk 2. Dispnea

3. Mengi (whezzing)

4. Gangguan kesadaran, hyperinflasi dada 5. Tachicardi

6. Pernafasan cepat dangkal Gejala lain :

1. Takipnea 2. Gelisah 3. Diaphorosis

4. Nyeri di abdomen karena terlihat otot abdomen dalam pernafasan 5. Fatigue (kelelahan)

6. Tidak toleran terhadap aktivitas: makan, berjalan, bahkan berbicara.

7. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada disertai pernafasan lambat.

8. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang disbanding inspirasi 9. Sianosis sekunder

(5)

10. Gerak-gerak retensi karbondioksida seperti : berkeringat, takikardia, dan pelebaran tekanan nadi.

E. KLASIFIKASI

Berdasarkan etiologinya Asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu

1. Ekstrinsik (alergik) : Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.

2. Intrinsik (non alergik) : Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.

3. Asma gabungan : Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergi.

Berdasarkan Keparahan Penyakit :

1. Asma intermiten : Gejala muncul < 1 kali dalam 1 minggu.

2. Asma persisten ringan : Gejala muncul > 1 kali dalam 1 minggu tetapi < 1 kali dalam 1 hari.

3. Asma persisten sedang (moderate): Gejala muncul tiap hari, eksaserbasi mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari terjadi >1 kali dalam 1 minggu.

4. Asma persisten berat (severe) : Gejala terus menerus terjadi, eksaserbasi sering terjadi, gejala asma malam hari sering terjadi, aktifitas fisik terganggu oleh gejala asma, PEF dan PEV1 < 60%.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan sputum

2. Pemeriksaan darah 3. Foto rontgen

4. Pemeriksaan faal paru 5. Elektrokardiografi

(6)

G. PENATALAKSANAAN

1. Pengobatan non farmakologik a. Penyuluhan

Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit asma

b. Menghindari faktor pencetus c. Fisioterapi

2. Pengobatan farmakologik

a. Agonis beta.Contohnya : Alupent, metrapel

b. Metil Xantin.Contohnya : Aminophilin dan Teopilin

c. Kortikosteroid.Contohnya : Beclometason Dipropinate dengandosis 800 empat kali semprot tiap hari.

d. Kromolin. Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.

e. Ketotifen. Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari. Keuntunganya dapat diberikan secara oral.

f. Iprutropioum bromide (Atroven). Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator.

3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus a. Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam

b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul

c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.

d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.

e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.

f. Antibiotik spektrum luas

(7)

H. KOMPLIKASI 1. Pneumo thoraks 2. Pneumomediastinum 3. Emfisema subkutis 4. Ateleltaksis

5. Aspergilosis 6. Gagal nafas 7. Bronchitis I. Asuhan Keperawatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

1. Waktu terjadinya sakit : Berapa lama sudah terjadinya sakit

2. Proses terjadinya sakit : Kapan mulai terjadinya sakit, Bagaimana sakit itu mulai terjadi

3. Upaya yang telah dilakukan : Selama sakit sudah berobat kemana, Obat- obatan yang pernah dikonsumsi.

4. Hasil pemeriksaan sementara / sekarang : TTV meliputi tekanan darah, suhu, respiratorik rate, dan nadi. Adanya patofisiologi lain seperti saat diauskultasi adanya ronky,wheezing.

b. Riwayat kesehatan terdahulu

1. Riwayat merokok, yaitu sebagi penyebab utama kanker paru- paru,emfisema, dan bronchitis kronis. Anamnesa harus mencakup : Usia mulai merokok secara rutin. Rata-rata jumlah rokok yang dihisap setiap hari. Usai menghentikan kebiasaan merokok.

2. Pengobatan saat ini dan masa lalu 3. Alergi

4. Tempat tinggal

c. Riwayat kesehatan keluarga

Tujuan pengkajian ini : Penyakit infeksi tertentu seperti TBC ditularkan melalui orang ke orang. Kelainan alergi seperti asma bronchial, menujukkan suatu predisposisi keturunan tertentu.Asma bisa juga terjadi akibat konflik keluarga. Pasien bronchitis kronis mungkin bermukim di daerah yang

(8)

tingkatpolusi udaranya tinggi.Polusi ini bukan sebagai penyebab timbulnyapenyakit tapi bisa memperberat.

d. Riwayat kesehatan lingkungan.

e. Pola Keseharia

1. Pola aktivitas dan latihan

Menggunakan tabel aktifitas meliputi makan, mandi berpakaian, eliminasi,mobilisaasi di tempat tidur, berpindah, ambulansi, naik tangga.

 Airway

Batuk kering/tidak produktif, wheezing yang nyaring, penggunaan otot–

otot aksesoris pernapasan ( retraksi otot interkosta)

 Breathing

Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi, dypsnea,takypnea, taktil fremitus menurun pada palpasi, suara tambahanronkhi, hiperresonan pada perkusi

 Circulation

Hipotensi, diaforesis, sianosis, gelisah, fatique, perubahan tingkatkesadaran, pulsus paradoxus > 10 mm

2. Pola istirahat tidur

Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur Kualitas dan kuantitas jam tidur

3. Pola nutrisi – metabolic Berapa kali makan sehari Makanan kesukaan

Berat badan sebelum dan sesudah sakit Frekuensi dan kuantitas minum sehari 4. Pola eliminasi

Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari Nyeri

Kuantitas

5. Pola kognitif perceptual

Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (Panca Indra)

(9)

6. Pola konsep diri Gambaran diri Identitas diri Peran diri Ideal diri Harga diri

Cara pemecahan dan penyelesaian masalah 7. Pola seksual – reproduksi

Adakah gangguan pada alat kelaminya.

8. Pola peran hubungan

Hubungan dengan anggota keluarga Dukungan keluarga

Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.

9. Pola nilai dan kepercayaan Persepsi keyakinan

Tindakan berdasarkan keyakinan J. Pemeriksaan Fisik

Data klinik, meliputi:

a. TTV

b. Keluhan Utama

Data hasil pemeriksaan yang mungkin ditemukan:

a. Kulit: Warna kulit sawo matang, turgor cukup.

b. Kepala: Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.

c. Mata: Conjungtiva merah mudah, sclera putih, pupil bulat, isokor, diameter 3 mm, reflek cahaya (+/+).

d. Telinga: Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal.

e. Hidung: simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah.

f. Mulut: gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering

g. Leher: trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar tiroid tidak membesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat.

(10)

h. Thorax :

Jantung: Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung dalam batas normal, S1>S2, regular, tidak ada suara tambahan.

Paru-paru: Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan-kiri, nyeri tekan tidak ada, sonor seluruh lapangan paru, suara dasar vesikuler seluruh lapang paru, tidak ada suara tambahan.

i. Abdomen

Inspeksi: Perut datar, tidak ada benjolan.

Auskultasi: Bising usus biasanya dalam batas normal.

Perkusi: Timpani seluruh lapang abdomen.

Palpasi: ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba massa.

j. Ekstremitas

Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot cukup.

Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema (-), tonus otot cukup

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan Pola nafas berhubungan dengan hambatan upaya nafas 2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar infromasi

(11)

L. INTERVENSI

No .dx

Diagnosa Keperawatan

(SDKI)

Tujuan dan Kriteria Hasil

(SLKI)

Intervensi Keperawatan (SIKI)

Kod

e Diagnosa Kode Kriteria hasil Kod

e Intervensi 1 D.00

05

Ketidakefektif an Pola nafas pada Bp. J b.d hambatan upaya nafas pada Bp.J

L.010 04

Setelah

dilakukan 4 kali kunjungan pada keluarga binaan, inspirasi

dan/atau

ekspirasi Bp.J yang

memberikan ventilasi adekuat membaik,denga n kriteria hasil : 1. Frekuensi

napas membaik dari skala 3 meningkat menjadi skala 5 2. Kedalaman

napas membaik dari skala 3 meningkat menjadi

I.01 010

Observasi 1. Monitor

frekuensi dan kedalaman napas 2. Monitor tanda

dan Gejala

hipoksia

3. Monitor bunyi napas tambahan 4. Monitor saturasi

oksigen Terapeutik

1. Berikan posisi semifowler 2. Lakukan

pengisapan lendir

3. Pasang jalur intravena untuk pemberian obat

(12)

skala 5

dan hidrasi 4. Sediakan

rencana makan tertulia, jika perlu

Edukasi 1. Anjurkan

minimalkan ansietas yang dapat

meningkatkan kebutuhan oksigen 2. Anjurkan

bernapas lambat dan dalam

3. Ajarkan teknik pursued-lip breathing 4. Ajarkan

mengidentifikasi dan menghindari pemicu

Kolaborasi 1. Kolaborasi

pemberian bronkodilator

(13)

sesuai indikasi 2. Kolaborasi

pemberian obat tambahan jika tidak responsive terhadap

bronkodilator 1 D.01

11

Defisit pengetahuan pada keluarga Bp. J tentang penyakit asma b.d Keluarga kurang

terpapar infromasi mengenai penyalkit asma yang diderita Bp. J

Setelah

dilakukan 4 kali kunjungan pada keluarga binaan, diharapkan tingkat pengetahuan membaik

dengan kriteria hasil :

1. Perilaku mengikuti program perawatan atau

pengobatan membaik dari skala 3 (sedang) menjadi

skala 5

(membaik) 2. Kemampuan

menjelaskan

Observasi:

1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi 2. Identifikasi

faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku perilaku hidup bersih dan sehat Terapeutik:

1. Sediaakan materi dan media pendidikan kesehatan 2. Jadwalkan

pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 3. Berikan

kesempatan untuk bertanya Edukasi

1. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

(14)

pengetahuan suatu topik membaik dari skala 2 menjadi skala 4 3. Perilaku

sesuai anjuran meningkat dari skala 2 (cukup menurun) menjadi

skala 4

(cukup meningkat).

4. Verbalisasi kemauan mematuhi program perawatam atau

pengobatan meningkat dari skala 2 (cukup menurun) menjadi

skala 4

(cukup meningkat).

3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat.Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

GINA. 2018. Global Strategy for Asthma Management and Prevention (2018update).

http://ginasthma.org - Diakses April 2022

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius

Purnomo.2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro

Saheb, A. 2011.Penyakit Asma. Bandung: CV medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.

Jakarta : PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI

(16)

Pathway

Faktor pencetus

Alergi Idiopatik

Edema dinding Spasme otot polos Seksresi mukus kental Bronkiolus bronkiolus di dalam lumen bronkiolus

Ekspirasi Menekan sisi luar diameter bronkiolus mengecil Bronkiolus

Gangguan Istirahat Dispnea Bersihan Jalan Napas Dan Tidur Tidak Efektif

Kurang pengetahuantentang penyakit Cemas

Referensi

Dokumen terkait

Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernafas

Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen yang sama serta

Emfisema adalah suatu penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan pernafasan yang pendek yang disebabkan oleh kesulitan untuk menghembuskan seluruh

Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pemberian topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis kontak

Pada klien dengan serangan status asthmatikus perlu dikaji tentang riwayat penyakit asthma atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitifitas pada

Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napasa yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai

Rinitis alergi yaitu penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien yang atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya

Pengertian Makanan dapat menimbulkan beraneka ragam gejala yang ditimbulkan reaksi imun terhadap alergen asal makanan.. Reaksi tersebut dapat disebabkan oleh reaksi alergi atau non