INTRAORAL
RADIOGRAPHIC
EXAMINATIONS
Langkah umum pembuatan
radiograf
Sapa pasien dan posisikan pasien duduk tegak dan dengan sandaran kepala. Jelaskan dengan singkat prosedur yang akan dilakukan. Minta pasien melepas kaca mata, gigi tiruan lepasan, alat ortodonsi lepasan,dll. Tutupi pasien dengan apron
Sesuaikan setting X-Ray unit – Sesuaikan kVp, mA, dan waktu
eksposur sesuai anjuran
Cuci tangan
Periksa kavitas rongga mulut – untuk memperkirakan inklinasi
gigi, dan lihat struktur lain seperti bentuk palatum, torus, dll yang memerlukan modifikasi peletakan film
Posisikan film
Posisikan x-ray tube – Sesuaikan sudut vertikal dan horizontal
sesuai proyeksi yang akan digunakan
Lakukan eksposur – Operator keluar ruangan, menekan
tombol, setelah selesai mengeluarkan film dan meminta pasien menunggu di ruang tunggu.
Proyeksi Intraoral
Terdapat 3 jenis proyeksi intraoral:
Periapikal Teknik paralel Teknik biseksi Bitewing Oklusal Oklusal topografi Oklusal cross-section
Paralel technique
Bisectted angle technique
PERIAPICAL
PERIAPIKAL
Teknik periapikal adalah teknik intraoral yang mencakup gigi dan jaringan sekitar apex gigi. Untuk mendapatkan gambaran gigi secara
keseluruhan minimal 2 mm dari apex gigi harus tercakup
Mendeteksi adanya inflamasi atau infeksi pada daerah
di daerah periapikal
Menilai keadaan jaringan periodontal
Pemeriksaan pasca trauma pada gigi dan tulang
alveolar di sekitarnya
Penilaian kondisi dan posisi gigi yang belum erupsi Penilaian morfologi akar sebelum pencabutan
Penilaian kondisi gigi selama perawatan endodontik Penilaian pre dan post operatif setelah pembedahan di
daerah apikal
Evaluasi mendetail kista apikal dan lesi lainnya pada
tulang alveolar
Evaluasi post-operatif implan
Indikasi pembuatan radiograf
periapikal:
Posisi ideal film dan sinar-X
terhadap gigi:
Gigi yang akan diperiksa dengan film harus saling berkontak, atau dalam posisi sedekat mungkin.
Gigi dan film berada dalam posisi yang sejajar Film harus diposisikan vertikal untuk gigi I,C
dan horizontal untuk gigi P dan M
Arah tabung sinar diposisikan sedemikian agar berkas sinar jatuh tegak lurus terhadap gigi
dan film dalam bidang horizontal atau vertikal Posisi film, gigi, dan arah sinar-X dapat
diulang pada kondisi yang sama bila diperlukan
TEKNIK PARALEL
Film diletakkan pada holder dan diposisikan dalam mulut paralel terhadap sumbu gigi yang akan diperiksa.
X-ray tubehead diarahkan tegak lurus
terhadap gigi dan film (dibantu dengan x-ray
Film holder
Terdapat banyak jenis film holder. Cth: Rinn
XCP® holder, snap x-ray, dll.
Komponen dasar film holder:
Pemegang film dengan rancangan sedemikian rupa yang mencegah film tertekuk dan terletak sejajar dengan sumbu gigi
Lempeng gigit (bite block)
Positioning techniques
Pilih film holder dan ukuran film yang sesuai. Sisi
film yang berwarna putih menghadap ke arah datangnya sinar X.
Kepala pasien bersandar pada kursi, bidang oklusal
sejajar lantai.
Film holder beserta film ditempatkan dalam mulut
dengan posisi:
Insisif dan kaninus RA film ditempatkan lebih ke
posterior untuk mengantisipasi bentuk lengkung palatum
Insisif dan kaninus RB film ditempatkan di dasar mulut Premolar dan molar RA film ditempatkan di midline
palatum
Premolar dan molar RB film ditempatkan di sulkus
.cont
Gigi yang akan diperiksa diusahakan menggigit
bite block
Letakkan gulungan kapas pada sisi yang
berlawanan dengan biteblock untuk menjaga film dan gigi tetap pada posisi sejajar dan mengurangi rasa tidak nyaman akibat adanya holder
Instruksikan pasien untuk menggigit ringan untuk
menstabilkan posisi holder
Lingkaran penentu arah sinar X ditempatkan
sesuai posisinya
Sesuaikan lingkaran penentu dengan ujung cone,
sudut vertikal dan horizontal telah diatur pada posisi yang benar
Insisif RA Kaninus RA Premolar RA Molar RA
Insisif RB Kaninus RB Premolar RB Molar RB
TEKNIK GARIS BAGI
(BISEKSI)
Film diletakkan sedekat mungkin dengan gigi
yang akan diperiksa tanpa menyebabkan film tertekuk
Sudut yang terbentuk antara sumbu panjang gigi
dan sumbu panjang film dibagi 2 sama besar yang selanjutnya disebut garis bagi
Tabung sinar-X diposisikan tegak lurus terhadap
garis bagi, dengan pusat sinar X mengarah pada apeks gigi
Dengan menggunakan prinsip segitiga sama sisi,
panjang gigi sebenarnya dapat terproyeksi sama besar pada film
Sudut vertikal
Sudut vertikal: sudut yang dibentuk oleh
perpanjangan garis dari pusat sinar X terhadap bidang oklusal
Karena posisi kepala, inklinasi dan posisi gigi tiao individu berbeda, maka sudut vertikal pada teknik ini harus disesuaikan pada
Sudut Horizontal
Sinar X harus diarahkan melalui titik kontak daerah interproximal agar tidak memberikan gambaran tumpang tindih.
Maka itu, sudut horizontal ditentukan oleh bentuk lengkung rahang dan posisi gigi
Positioning techiques
Posisi film: Gigi RA orientasi vertikal Gigi RB orientasi horizontal
Lebihkan minimal 2 mm di atas permukaan
insisal/oklusal untuk memastikan seluruh gambaran gigi tercakup seluruhnya.
Pasien diminta untuk menahan film dengan perlahan tanpa tekanan dengan ibu jari atau telunjuk
Arahkan tabung sinar x dengan sudut vertikal dan horizontal yang tepat
Tabel panduan sudut vertikal dan
horizontal
Gigi RA Incisivus Caninus Premolar Molar
Sudut vertikal 45° 50° 40° 30° Sudut horizontal 5 - 30° 60° 70° 85 - 95° Gigi RB Sudut vertikal 25° 20° 15° 5° Sudut horizontal 5 - 30° 60° 70° 85 - 95°
Tabel ini hanya merupakan nilai rata-rata yang mendekati kondisi yang ada. Penentuan sudut disesuaikan masing-masing individu
Insisif RA Kaninus RA Premolar RA Molar RA
Insisif RB Kaninus RB Premolar RB Molar RB
PERBEDAAN
PROYEKSI BISEKSI
DAN PARALEL
Paralel Biseksi Sudut vertikal dan horizontalSudut vertikal dan horizontal sudah ditentukan
Sudut vertikal dan horizontal dapat berbeda pada setiap pasien operator harus terampil
Kemungkinan distorsi
Gambaran yang dihasilkan lebih geometris sedikit
sekali kemungkinan terjadinya pembesaran gambar
Kemungkinan distorsi sangat besar
Cone cutting Arah sinar x sudah ditentukan menghindari cone cutting
Cone cutting terjadi bila titik pusat sinar X tidak tepat pada tengah film
Reproducibility Foto radiografis dengan posisi dan kondisi yang sama dapat dibuat pada waktu yang
berbeda
Tidak bisa mendapatkan
gambaran dengan kondisi dan posisi yang sama pada waktu yang berbeda
Paralel Biseksi
Kenyamanan pasien Penggunaan film holder menyebabkan
ketidaknyamanan pasien
Relatif nyaman karena tidak ada tambahan lain
Kondisi anatomis rongga mulut
Kondisi anatomis sering menyulitkan teknik ini
Penentuan posisi relatif lebih cepat dan
sederhana, karena tidak dibatasi kondisi anatomis Sterilisasi alat tambahan Film holder harus
disterilisasi dengan autoklaf
Tidak perlu sterilisasi khusus karena tidak ada alat tambahan
Kesulitan pada radiografi periapikal
Kesulitan penempatan foto radiograf pada regio gigi
M3.
Refleks muntah yang tinggi, solusi:
Pasien diminta mengkonsumsi tablet hisap anesthestic sebelum menmpatkan film
Meminta pasien untuk berkonsentrasi mengambil nafas dalam selama film berada di dalam mulut
Menggunakan teknik biseksi
Rahang tidak bergigi, solusi:
Menggunakan teknik biseksi
Pengambilan foto ketika perawatan endodontik
Menggunakan film holder khusus Membuat minimal 2 foto radiograf
Topographic projection
Cross-sectional projection
OKLUSAL
Radiografi oklusal merupakan teknik radiografik intraoral di mana film yang digunakan berukuran 5,7x7,6 cm yang diletakkan pada bidang oklusal.
Radiograf oklusal memberikan gambaran permukaan insisal dan oklusal dari gigi dan potongan melintang lengkung gigi.
Secara umum, digunakan untuk: mendeteksi dan mengetahui lokasi gigi impaksi, benda asing, fraktur, dan kondisi abnormal lainnya pada rahang.
TOPOGRAFI RA
(upper standard
occlusal)
Indikasi:
Menilai keadaan periapikal gigi anterior atas, terutama
oada anak-anak dan dewasa yang tdk dapat menoleransi film periapikal
Mendeteksi adanya gigi kaninus yang impaksi, gigi
supernumerari, dan odontoma
Menentukan posisi gigi kaninus yang impaksi
menggunakan metode parallax.
Mengevaluasi ukuran dan perluasan lesi seperti kista
atau tumor pada daerah anterior maksila
Menilai fraktur pada gigi anterior dan tulang alveolar
Posisi dan teknik pemotretan
Pasien duduk dengan kepala bersandar dan
memakai protective thyroid shield ; bidang oklusal sejajar lantai.
Film ditempatkan di dalam mulut dengan sisi
berwarna putih menghadap ke atas. Minta pasien untuk menggigit ringan film.
Pada dewasa: film diletakkan secara melintang
Pada anak-anak: film diletakkan arah anteroposterior
Cone diposisikan di atas pasien tepat pada
midline dan mengarah ke daerah hidung dengan sudut 65°-70° terhadap film.
CROSS-SECTION RA
(vertex
occlusal)
Teknik ini memperlihatkan rahang atas pada potongan melintang.
Untuk mendapatkan gambaran ini, sinar X harus melewati banyak jaringan sehingga dibutuhkan dosis radiasi yang cukup besar. Oleh karena itu, untuk mengurangi dosis
radiasi, dibutuhkan film dengan intensifying
sceen.
Indikasi: untuk menilai posisi kaninus impaksi dalam arah buko/palatal.
Posisi dan teknik pemotretan
Pasien duduk dengan kepala bersandar dan
memakai protective thyroid shield ; bidang oklusal sejajar lantai.
Film ditempatkan di dalam mulut dengan sisi
berwarna putih menghadap ke atas. Film
diletakkan dalam arah anteroposterior, minta pasien untuk menggigit ringan film.
Cone diposisikan di atas pasien tepat pada
midline dan mengarah ke bawah melalui
pertengahan kepala pasien dengan pusat sinar X diarahkan sejajar dengan sumbu gigi insisif atas.
Kekurangan cross-section RA
Jarang digunakan Kekurangan:
Detail tidak tajam dan gambaran tampak kurang
jelas karena sinar X melewati banyak jaringan, dll.
Sinar X dapat berkontak langsung dengan
kelenjar pituitary dan lensa mata (radiasi).
Bila sinar X diletakkan terlalu jauh ke anterior
maka akan terlihat superimpose dari tulang frontal yang dapat menggangu penilaian
Waktu penyinaran harus dinaikkan bila tidak
TOPOGRAFI RB
(lower 45°occlusal)
Proyeksi ini menunjukkan gigi anterior RB dan
bagian anterior mandibula. Radiograf yang dihasilkan mirip hasil teknik biseksi namun dengan cakupan lebih luas.
Indikasi:
Melihat daerah periapikal gigi insisif RB terutama
berguna bagi anak-anak atau dewasa yang tidak dapat menoleransi film periapikal.
Evaluasi ukuran dan perluasan lesi seperti kista atau
tumor yang mengenai bagian anterior mandibula.
Menilai pergeseran yang terjadi pada kasus fraktur
Posisi dan teknik pemotretan
Pasien duduk dengan kepala bersandar;bidang oklusal sejajar lantai.
Film ditempatkan di dalam mulut dengan sisi berwarna putih menghadap ke bawah. Film diletakkan di tengah dalam arah
anteroposterior, minta pasien untuk menggigit ringan film.
Cone diposisikan tepat pada midline RB
mengarah ke dagu dengan sudut 45° terhadap film.
CROSS-SECTION RB
(lower
90°occlusal)
Proyeksi ini menunjukkan potongan melintang
rahang bawah dan dasar mulut.
Indikasi:
Mendeteksi ada tidaknya batu kelenjar liur pada
kelenjar liur submandibula serta posisinya.
Menilai posisi buco-lingual dari gigi mandibula yang
belum erupsi.
Evaluasi adanya ekspansi di daerah RB akibat kista,
tumor, atau kelainan tulang lainnya dalam arah buko-lingual.
Menilai pergeseran yang terjadi pada kasus fraktur
Posisi dan teknik pemotretan
Film ditempatkan di dalam mulut dengan sisiberwarna putih menghadap ke bawah. Film diletakkan di tengah dengan keadaan
melintang, minta pasien untuk menggigit ringan film.
Pasien duduk dengan kepala bersandar dan ditengadahkan sejauh mungkin.
Cone diposisikan di bawah dagu pasien dan diarahkan ke atas di pertengahan rahang
bawah mengarah ke daerah molar dengan sudut 90° terhadap film.
Topografi Cross section
Radiograf oklusal
Disebut juga standard occlusal menghasilkan gambaran bagian anterior rahang
Disebut juga vertex occlusal menghasilkan gambaran potongan melintang rahang Penempatan
film
Pada pertengahan mulut dengan sumbu panjang film melintang (dewasa) atau anteroposterior (anak)
Pada pertengahan mulut dengan sumbu panjang film melintang anteroposterior
Arah sudut untuk
Rahang atas
Ke arah batang hidung 65⁰ Ke arah dahi 80⁰
Arah sudut untuk
Rahang bawah
Ke arah dagu -45⁰ Ke pertengahan rahang bawah -90⁰ ke arah molar